Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KERAJAAN PATIPI

OLEH:

SUPRIANI
KELAS XII ATPH

UPT SMK NEGERI 4 SELAYAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Kasih karuniaNya sehingga Makalah yang berjudul Kerajaan Patipi ini dapat
kami selesaikan sebagaimana adanya.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada guru yang senantiasa mendampingi
dan membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa juga saya ucapkan
terima kasih kepada teman-teman siswa yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada saya, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi
dalam pembelajaran di dalam kelas.

Benteng Jampea, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………….i

Daftar Isi …………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A Latar Belakang...........................................................................................1
B Rumusan Masalah......................................................................................1
C Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Awal Mula Kerajaan Patipi...........................................................................3
B. Kebudayaan...................................................................................................4
C. Raja- Raja Kerajaan Patipi............................................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................6
A Kesimpulan................................................................................................6
B Saran..........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Patipi (Melayu Papua: Petuanan Patipi) adalah kerajaan Islam Papua
di Semenanjung Onin tepatnya di Teluk Patipi, Fakfak.

Sejarah masyarakat Teluk Patipi yang merupakan bagian dari suku Mbaham-Matta bisa
dibagi menjadi beberapa fase berdasarkan lokasi persinggahan dalam menjalankan
migrasi: (1) fase konggoup; (2) fase tokpekperi; (3) fase hriet wriya; (4) fase kerja wriya;
(5) fase peh wriya. Fase pertama konggoup merupakan kelompok-kelompok kecil (marga)
yang menjadikan gua-gua (konggoup) sebagai tempat tinggal dan aktivitas domestik,
sehingga banyak keluarga yang menggunakan nama gunung sebagai nama marga. Alat-alat
kerja masih sangat sederhana dan terbuat dari batu dan kayu sehingga sejajar dengan
periode Paleolitikum (zaman batu kuno). Selain itu gua juga menjadi tempat sakral untuk
upacara khusus. Selanjutnya masyarakat Patipi melakukan migrasi untuk mencari tempat
baru yang mengarah ke wilayah pesisir, untuk lokasi persinggahan sejenak mereka
menggunakan dedaunan lebar yang menyerupai payung yang disebut Tokpekperi. Struktur
masyarakat masih berupa kelompok-kelompok individual marga yang nomaden dengan
model mata pencaharian meramu dan berburu.

Pergeseran waktu mereka mulai memasuki fase semi-sedenter dimana kelompok


individual marga mulai menetap dan bercocok tanam dan membangun rumah kebun yang
disebut hriet wriya (hriet: kebun, wriya: rumah). Fase ini merupakan awal domisili dan
dilakukan pengusahaan tanah dengan berkebun terbatas, dan awal mula pembagian
kepemilikian wilayah kebun oleh marga-marga tertentu. Dinarasikan bahwa moyang-
moyang marga mulai mengetahui dan merintis perjumpaan satu sama lain dengan
menggunakan asap dari api. Perjumpaan antar kelompok kecil marga memfasilitasikan
terbentuknya kelompok lebih besar. Kelompok yang lebih besar ini membangun rumah
bersama untuk tempat pertemuan, musyawarah, dan ritual yang disebut kerjawriya. Rumah
ini berukuran besar dan didirikan di atas tiang-tiang pancang yang cukup tinggi, terbagi
pula dalam satu ruang kamar tempat diletakkannya benda-benda sakral dan sang pemimpin
serta ruang luas untuk pertemuan rapat dan pesta-ritual. Pembentukan kelompok besar
lintas marga tersebut untuk mengatasi tantangan baru dengan sistem organisasi lebih

1
teratur. Biasanya diinisiasi oleh seorang pimpinan marga utama yang kemudian menjadi
patron. Patron memang memiliki kelebihan dalam hal keahlian peran dan ilmu serta
ekonomi maupun kemampuan supranatural. Pada tahap inilah terjadi peperangan antar
kelompok kerjawriya yang juga disebut hongi dibawah hegemoni simbolik Kesultanan
Tidore. Pengayauan dan kanibalisme berlangsung cukup masal, tengkorak kepala
kelompok yang ditaklukkan dan dibunuh dibawa kembali sebagai tanda kemenangan dan
diletakkan di kerjawriya kelompok yang menang. Persenjataan mereka adalah parang,
tombak, dan panah.

Fase peh wriya merupakan fase akhir dimana warga turun ke pantai dan membuka
interelasi dan interaksi sosial baru, dimana terbentuk komunitas-komunitas lintas marga
dan pendatang yang baru sebagai basis pengembangan kampung-kampung saat ini. Mereka
yang turun lebih awal mengambil tempat hidup di pantai dengan rumah-rumah panggung
(peh wriya). Marga-marga yang datang kemudian, memilih menetap di gunung-gunung
yang terletak secara geografis di atas komunitas-komunitas marga pehwriya. Selanjutnya
marga-marga di gunung diberi tempat oleh marga-marga pehwriya (seperti awal mula
Kampung Sorpeha dan Merapi). Mereka bersama membentuk aliansi (band) lintas marga
di wilayah pesisir. Aliansi marga-marga ini yang berinteraksi dengan para pendatang
diberbagai bidang: perdagangan, politik, agama, dan perkawinan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Mula Kerajaan Patipi?
2. Bagaimana Kebudayaan Kerajaan Patipi?
3. Siapa Saja Raja raja Kerajaan Patipi?

C. Tujuan
1 Memahami Awal Mula Kesultanan Patipi
2 Memahami Kebudayaan Kerajaan Patipi
3 Memahami Raja raja Kerajaan Patipi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kerajaan Patipi

Awalnya beberapa tokoh Patipi pergi ke Tidore untuk "membeli agama", bisa dibilang
kegiatan ini untuk mendapatkan legitimasi karena wilayah Patipi merupakan wilayah
kekuasaan Kerajaan Rumbati. Sultan Tidore menantang para tokoh tersebut untuk
menebang pohon sukun besar di dekat istana. Lalu tantangan ini dijawab oleh seorang
bernama Tada Banenkin. Atas keberhasilan itu mereka diajarkan agama Islam selama
beberapa minggu, kemudian mereka mendapatkan gelar-gelar. Untuk mendapatkan gelar
tersebut mereka harus memberi upeti kepada kesultanan Tidore. Setelah itu para tokoh ini
singgah di Pulau Was untuk menentukan pembagian gelar. Setelah itu mereka masih harus
menentukan figur yang dianggap mahir berkomunikasi dengan dunia luar dalam konteks
perdagangan. Gelar raja kemudian dibawa redi muda Tada Mbanekin Patiran (dalam
sumber lain disebutkan Hrihtagmo yang merupakan panglima perang) ke Kampung Mawar
karena perahu kajang yang digunakan berasal dari sana. Melalui pertanda asap mereka
menemukan figur Raja Teluk Patipi dari Kampung Patipi Pulau marga Karanggusi. Tetapi
terjadi perebutan dan konflik atas penetapan ini hingga akhirnya setelah terjadi
kekosongan gelar raja diperoleh marga Iba dari Kampung Patipi Pasir.

Pengangkatan Abdulrachim sebagai raja Patipi oleh residen Ternate pada tanggal 15 Juni
1896, didasarkan pula atas nasihat dari Mohamad Tahir Alting Pangeran Tidore dan Raja
Misool Abduhamijij. Walaupun terjadi perdebatan yang menegangkan melalui ingatan
masyarakat teluk Patipi bagian dalam (Kampung Degen, Offie, Adora, Us, Puar), antara
garis keluarga Kranggusi, dengan pihak Redi Muda Kamandimur (Kampung Degen)
dan Redi Muda Mbanekin serta pimpinan kampung dalam (Kampung Puar, Adora, Tetar).
Disebutkan bahwa Redi Muda Kamandimur lah yang berhak menentukan raja, apabila
menolak akan terjadi peperangan hongi, sehingga pihak Kranggusi/Koman mengalah.

Muncul serangan balik dari marga Karanggusi, Raja yang bermarga Iba dilindungi marga
Hindom yang dipimpin Redi Muda Kamandimur atau Runggumasa di Kampung
Degen. Redi Muda Kamandimur tidak menahan gelar raja untuk dirinya maupun marga
Hindom tetapi diserahkan ke marga Iba. lalu pergi ke Kampung Offie dan bertemu Redi
Muda Mbanekin Patiran untuk menyetujui gelar raja untuk marga Iba dari Kampung

3
Rangkendak yang menikah dengan saudari dari Redi Muda Kamandimur Hindom. Perlu
diketahui marga Hindom adalah beragama kristen tetapi kedua moyang marga Iba
beragama Islam. Agama tidak menjadi halangan dan tradisi ini tetap berlanjut dimana
keturunan Redi Muda Kamandimur tetap dimintai keputusan penetapan pengganti raja
yang meninggal atau mundur.

B. Budaya Kerajaam Patipi

Masyarakat Mbahan Matta Patipi mengenal dua jenis rumah, rumah kampung, peh
wriya (Bahasa Iha: rumah pantai), dan rumah kebun, hriet wirya (Bahasa Iha: rumah
kebun). Pada masa panen orang-orang akan tinggal di dalam rumah kebun selama 4-5 hari
sementara anak-anak akan tinggal di rumah kampung. Selain itu sebelum jalan dibangun
masyarakat berpergian dengan jalur laut dan jalur gunung, sehingga rumah kebun juga
memiliki fungsi sebagai persinggahan. Konstruksi rumah berupa semi-permanen dengan
bentuk rumah panggung tertata mengikuti garis pantai, yang dibuat setelah penimbunan
dan pengeringan. Kampung-kampung di teluk Patipi tersegregasi berdasarkan agama.

Pala (Bahasa Iha: Henggi Tomandin) merupakan sumber perkenomian masyarakat.


Tanaman tersebut juga dihormati dengan ritus Meri Totora. Walau masyarakat menganut
sistem patrilineal melalui ritus ini saudara dan anak perempuan tetap mendapat warisan
harta dan hasil panen.

4
C. Raja- Raja Kerajaan Patipi

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Kerajaan Patipi (Melayu Papua: Petuanan Patipi) adalah kerajaan Islam Papua
di Semenanjung Onin tepatnya di Teluk Patipi, Fakfak.
 Awalnya beberapa tokoh Patipi pergi ke Tidore untuk "membeli agama", bisa
dibilang kegiatan ini untuk mendapatkan legitimasi karena wilayah Patipi
merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Rumbati.
 Masyarakat Mbahan Matta Patipi mengenal dua jenis rumah, rumah kampung, peh
wriya (Bahasa Iha: rumah pantai), dan rumah kebun, hriet wirya (Bahasa Iha:
rumah kebun).

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu pembaca dalam menambah
wawasan dan pengetahuan tentang makalah ini.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Patipi

Anda mungkin juga menyukai