2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya
kami dapat menyelesaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun dan pihak yang telah membantu
menyediakan waktunya untuk menyelesaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit
Dalam ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan yang terdapat dalam buku panduan ini. Dengan
demikian, diharapkan dapat dilakukan revisi secara berkala sehingga kekurangan yang ada
saat ini dapat diperbaiki. Selain itu, dengan revisi secara berkala kita akan selalu
menyesuaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam RS Murni Teguh Tuban
Bali ini dengan kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang kedokteran khususnya untuk
bidang Penyakit Dalam
Akhirnya kami mengharapkan buku panduan ini akan berguna dalam menyelenggarakan
pelayanan medis kepada pasien serta dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan di RS
Murni Teguh Tuban Bali kita ini. Untuk itu, saran dan kritik dan perbaikan di masa
mendatang sangat kami nantikan.
Badung,
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Demam Beradarh Dengue
3. Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO
untuk Demam Berdarah Dengue (DBD)
4. Anamnesis 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Sakit kepala
3. Nyeri retro orbital
4. Mialgia
5. Atralgia
5. Pemeriksaan Fisik 1. Febris
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan Berikut ini:
- Uji torniquest positif (>20 petechiae dalam 2,54 cm2)
- Petechiae, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat
lain
- Hematemesis atau melena
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis klinis DBD, bila ditemukan 2 kriteria klinis ditambah
trombositopenia dengan atau tanpa hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit sebagai berikut:
Kriteria Klinis:
1. Demam mendadak tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas
selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan, seperti uji torniquet (Tes
Rumple Leed) posisi petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis melena, hematuria
3. Pembesaran hati (hepatomegaly)
4. Dengan atau tanpa gejala-gejala syok, seperti:
a. Nadi lemah, cepat dan kecil sampati tidak teraba
b. Selisih tekanan darah sistolik dan diastolik turun menjadi
20 mmHg atau kurang
c. Kulit teraba dingin dan lembab, terutama di daerah akral
seperti ujung hidung, jari tangan dan kaki
Kriteria Laboratorium:
1. Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan hematokrit >20%)
Farmakologis:
1. Antipiretik bila demam (simtomatis)
2. Cairan intravena Ringer laktat atau ringer asetat 4-6
jam/kol; Koloid/plasma ekspander pada DBD stadium III atau
IV bila diperlukan
3. Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
4. Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV
dengan koagulasi intravascular diseminata (KID)
12. Tempat Pelayanan 1. Ruang rawat
2. Ruang rawat intensif pada DBD derajat III atau IV
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Demam Typhoid
3. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
4. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu demam
menetap(kontinyu)atau remitten pada minggu kedua
2. Demam terutama sore/malam hari
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Anoreksia
6. Mual, muntah
7. Konstipasi atau diare
5. Pemeriksaan Fisik
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari atau 3-60 hari
Gejala klinis
1. Demam (step ladder)
2. Gangguan Saluran Pencernaan
Bau mulut yang tidak sedap. Lidah kotor dan ditutupi selaput
putih, ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor (coated tongue),
mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, obstipasi
dan diare
3. Kesadaran berkabut/apatis
4. Bradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/menit)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Gejala lain : rose spot (biasanya di regio abdomen atas), batuk
dan epistaksis.
20. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V bab Demam Typhoid
2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia 2009
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10 A.09.0
2. Diagnosis Gastroenteritis Akut
3. Pengertian Gastroenteritis akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
dengan atau tanpa demam atau muntah atau nyeri perut. Gastroenteritis
akut dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.
4. Anamnesis 1. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan
konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja.
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, penurunan berat
badan kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam,
sesak, kejang, kembung.
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare.
4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa.
5. Apakah terdapat penderita diare di sekitarnya
6. Bagaiman dengan sumber air minum dan kebersihan / kondisi
tempat tinggalnya
7. Riwayat bepergian.
5. Pemeriksaan Fisik
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis (seperti riwayat minum
NSAID, peminum alkohol yang berat), pada pemeriksaan fisik
dijumpai nyeri epigastrium (walaupun tidak khas), Untuk kasus yang
berat gambaran endoskopi dijumpai erosi superficial.
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit untuk observasi keadaan dehidrasi
11. Terapi / tindakan 1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD.
2. Obat- obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung,
(ICD 9-CM)
berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan antacid.
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10 K29.7
2. Diagnosis Gastritis
3. Pengertian Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat
akut, kronis, difus, atau lokal
4. Anamnesis Pasien datang ke dokter karena rasa nyeri dan panas seperti terbakar
pada perut bagian atas disertai mual muntah serta kembung bila diikuti
dengan makan.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri tekan epigastrium bagian atas dan bising usus meningkat.
2. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan
saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena
3. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva
tampak anemis
20. Kepustakaan 3. Kasper DL, Hauser SL, Jameon JL, Fauci AS, Longo DL,
Loscalzo J Harrison’s principles of internal medicine 19 th ed NY.
McGrawHill; 2015
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2
3. Pengertian Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya
4. Anamnesis 1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita
5. Pemeriksaan Fisik 1. Tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang
2. Tekanan darah
3. Tanda neuropati
4. Mata (visus, lensa mata dan retina)
5. Rongga mulut dan kelenjar tiroid
6. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari (termasuk
rabaan nadi kaki), kulit dan kuku
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur
(3-4kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) dengan prinsip
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive,
Endurance)
4. Intervensi farmakologis
a. Obat hipoglikemik oral
– Insulin secretagogue : sulfonilurea, glinid
– Insulin sensitizing : metformin, tiazolidindion
– Penghambat glukoneogenesis : metformin
– Penghambat alfa glukosidase : acarbose
– DPP-IV inhibitor
b. Insulin Indikasi :
– Penurunan BB yang cepat
– Hiperglikemia berat diikuti ketosis
– KAD
– Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
– Hiperglikemia dengan asidosis laktat
– Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
– Stres berat( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
– Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
– Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Hipoglikemia
3. Pengertian Hipoglikemia terjadi bila gula darah <50 mg/dL.
hipoglikemia diklasifikasikan menjadi hipoglikemia reaktif (reactive
or posprandial hypoglycemia) bila terjadi setelah makan dan
hipoglikemia puasa (fasting hypoglycemia)
4. Anamnesis 1. Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral: dosis
terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis
2. Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
3. Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
4. Lama menderita DM, komplikasi DM
5. Penyakit penyerta: gangguan ginjal, hati, dll
6. Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat adrenergik β, dl
5. Pemeriksaan Fisik Gejala klinis hipoglikemia
Palpitasi kebingungan
tremor fatigue
ansietas kejang
berkeringat dingin penurunan kesadaran defisit
neurologik fokal
lapar
parestesia
8. Pemeriksaan Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, C-peptide
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan Stadium permulaan (sadar)
(ICD 9-CM) • Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen
gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula
diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
• Hentikan obat hipoglikemik sementara,
• Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
• Pertahankan GD sekitar 200mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)
• Cari penyebab.
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar + curiga
hipoglikemia):
1. Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)
bolus intra vena,
2. Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf 3.
Periksa GD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
- Bila GDs < 50 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
- Bila GDs < 100 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
3. Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40%
- Bila GDs < 50 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
- Bila GDs < 100 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
- Bila GDs 100 – 200 mg/dL: tanpa bolus Dekstrosa 40%
- Bila GDs > 200 mg/dL: pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip Dekstrosa 10%
4. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut – turut,
pemantauan GDs setiap 2 jam, dengan protokol sesuai diatas. Bila
20. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Bab hipoglikemia 2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia 2009
RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Intoksikasi Alkohol Akut
3. Pengertian Intoksikasi alkohol akut adalah kondisi berbahaya secara klinis yang
biasanya disebabkan karena konsumsi alkohol dalam jumlah besar.
Pada populasi anak-anak, kondisi ini mungkin dikarenakan konsumsi
produk rumah tangga yang mengandung alkohol, seperti cologne, obat
kumur, setelah bercukur, tonik rambut, obat-obatan, dan pelarut.
4. Klasifikasi Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental edisi IV kriteria
untuk intoksikasi alkohol akut meliputi:
a. konsumsi alkohol baru-baru ini.
b. perubahan perilaku atau psikologis maladaptif yang signifikan
secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah
konsumsi alkohol dan termasuk perilaku seksual atau agresif yang
tidak pantas, suasana hati yang tidak stabil, gangguan penilaian,
dan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan; dan
c. satu atau lebih dari tanda-tanda berikut yang berkembang selama
atau segera setelah penggunaan alkohol:
1. bicara cadel;
2. kurangnya koordinasi;
3. gaya berjalan tidak stabil;
4. nistagmus;
5. gangguan perhatian atau memori;
6. pingsan atau koma; dan
gejala yang bukan karena kondisi medis umum dan yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan mental lain. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi tingkat keracunan alkohol akut; selain jumlah alkohol
yang tertelan, berat badan individu dan toleransi terhadap alkohol,
persentase alkohol dalam minuman, dan periode konsumsi alkohol .
5. Anamnesis 1. Gejala biasanya termasuk mual, muntah, dan nyeri perut.
2. Gejala yang jarang berupa demam, menggigil, dan jaundice dapat
terjadi.
3. Sindrom Zieve yang terdiri dari anemia hemolitik, jaundice, dan
hipertrigliseridemia, tapi jarang terjadi.
4. Intoksikasi alkohol akut dapat ditemukan pada pasien dengan
gangguan kejiwaan seperti gangguan afektif dan kepribadian
6. Pemeriksaan Fisik
1. Analisis tanda-tanda vital serta status gizi, hidrasi, dan tanda-tanda
terkait alkoholisme (penonjolan kapiler, spider naevi,
talengiectasias, eritema palmaris, dan atrofi otot).
2. Pemeriksaan jantung dan toraks, pemeriksaan abdomen, dan
pemeriksaan neurologis.
3. Pemeriksaan fisik harus sering diulang untuk menindaklanjuti
perubahan terkait keracunan alkohol akut.
7. Pemeriksaan 1. Kosentrasi alkohol dalam darah, jika tidak ada bisa diganti
Penunjang dengan serum Osmolalitas
2. Kadar natrium, kalium, klorida, bikarbonat, nitrogen urea,
glukosa, kalsium, magnesium, amilase, parameter hati,
pemeriksaan toksikologi, gas darah arteri, dan darah atau urin.
keton.
3. Radiografi toraks dan elektrokardiografi harus dilakukan.
Computed tomography (CT) kepala harus disertakan ketika
gejala neurologis muncul dan/atau dicurigai adanya trauma
kepala.
8. Komplikasi
Intoksikasi alkohol dapat menyebabkan beberapa komplikasi
20. Kepustakaan
1. Caputo F, Agabio R, Vignoli T, Patussi V, Fanucchi T, Cimarosti P,
dkk. Diagnosis dan pengobatan keracunan alkohol akut dan sindrom
penarikan alkohol: kertas posisi Masyarakat Italia tentang Alkohol.
Penyakit Dalam dan Gawat Darurat, 2019; 14: 143–160.
2. Vonghia L , Leggio L, Ferrulli A, Bertini M, Gasbarrini G,
Addolorato G. Keracunan alkohol akut: Tinjau artikel. Jurnal
Penyakit Dalam Eropa, 2008; 19: 561–567.
3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Ed. Text
Revision. Washington DC: American Psychiatry Association; 2000