Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KSM PENYAKIT DALAM

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya
kami dapat menyelesaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun dan pihak yang telah membantu
menyediakan waktunya untuk menyelesaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit
Dalam ini.

Kami menyadari masih ada kekurangan yang terdapat dalam buku panduan ini. Dengan
demikian, diharapkan dapat dilakukan revisi secara berkala sehingga kekurangan yang ada
saat ini dapat diperbaiki. Selain itu, dengan revisi secara berkala kita akan selalu
menyesuaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam RS Murni Teguh Tuban
Bali ini dengan kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang kedokteran khususnya untuk
bidang Penyakit Dalam

Akhirnya kami mengharapkan buku panduan ini akan berguna dalam menyelenggarakan
pelayanan medis kepada pasien serta dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan di RS
Murni Teguh Tuban Bali kita ini. Untuk itu, saran dan kritik dan perbaikan di masa
mendatang sangat kami nantikan.

Badung,

dr. I Gusti Ngurah Wardana, MPH


Direktur

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii

Demam Berdarah Dengue....................................................................................................................... 1


Demam Tifoid.......................................................................................................................................... 4
Gastroentritis Akut.................................................................................................................................. 7
Gastritis ................................................................................................................................................... 9
Diabetes Melitus Tipe 2 ........................................................................................................................ 11
Hipoglikemia ......................................................................................................................................... 15
Intoksikasi Alkohol Akut ........................................................................................................................ 18

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | iii


Demam Berdarah Dengue

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
DEMAM BERDARAH DENGUE
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Demam Beradarh Dengue
3. Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO
untuk Demam Berdarah Dengue (DBD)
4. Anamnesis 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Sakit kepala
3. Nyeri retro orbital
4. Mialgia
5. Atralgia
5. Pemeriksaan Fisik 1. Febris
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan Berikut ini:
- Uji torniquest positif (>20 petechiae dalam 2,54 cm2)
- Petechiae, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat
lain
- Hematemesis atau melena
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis klinis DBD, bila ditemukan 2 kriteria klinis ditambah
trombositopenia dengan atau tanpa hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit sebagai berikut:
Kriteria Klinis:
1. Demam mendadak tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas
selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan, seperti uji torniquet (Tes
Rumple Leed) posisi petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis melena, hematuria
3. Pembesaran hati (hepatomegaly)
4. Dengan atau tanpa gejala-gejala syok, seperti:
a. Nadi lemah, cepat dan kecil sampati tidak teraba
b. Selisih tekanan darah sistolik dan diastolik turun menjadi
20 mmHg atau kurang
c. Kulit teraba dingin dan lembab, terutama di daerah akral
seperti ujung hidung, jari tangan dan kaki

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 1


d. Sianosis di sekitar mulut, ujung jari tangan dan kaki

Kriteria Laboratorium:
1. Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan hematokrit >20%)

Klasifikasi derajat penyakit DBD menurut WHO (1997)


• Derajat I
Demam tinggi yang disertai gejala klinis yang tidak khas dan
satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet
positif
• Derajat II
Seperti derajat I, tetapi disertai perdarahan spontan di
kulit/atau perdarahn nyata lain (petechiae, perdarahan gusi,
perdarahn hidung, hematemesis melena)
• Derajat III
Seperti derajat II yang disertai tanda adanya kegagalan
sirkulasi, yaitu denyut nadi yang cepat dan kecil, tekanan darah
menurun atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit menjadi
dingin dan lembab, penderita tampak gelisah
• Derajat IV
Sudah terjadi syok (profound shock) dimana nadi tidak teraba
dan tekanan darah tidak terukur
7. Diagnosis Banding 1. Morbili
2. Chikungunya
3. Demam Tifoid
4. Leptospirosis
8. Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. NS-1
3. IgM dan IgG Dengue
4. X-ray thorax
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah
Sakit
11. Terapi / tindakan Nonfarmakologis:
(ICD 9-CM) 1. Tirah baring
2. Makanan lunak

Farmakologis:
1. Antipiretik bila demam (simtomatis)
2. Cairan intravena  Ringer laktat atau ringer asetat 4-6
jam/kol; Koloid/plasma ekspander pada DBD stadium III atau
IV bila diperlukan
3. Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
4. Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV
dengan koagulasi intravascular diseminata (KID)
12. Tempat Pelayanan 1. Ruang rawat
2. Ruang rawat intensif pada DBD derajat III atau IV

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 2


13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan 3-5 hari
15. Masa Pemulihan 3-7 hari
16. Prognosis Bonam
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis 1.
19. Edukasi 1. Kebersihan lingkungan
20. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Bab Demam Berdarah
Dengue, 2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia 2009

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 3


Demam Tifoid

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
DEMAM TIFOID
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Demam Typhoid
3. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
4. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu demam
menetap(kontinyu)atau remitten pada minggu kedua
2. Demam terutama sore/malam hari
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Anoreksia
6. Mual, muntah
7. Konstipasi atau diare
5. Pemeriksaan Fisik
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari atau 3-60 hari
Gejala klinis
1. Demam (step ladder)
2. Gangguan Saluran Pencernaan
Bau mulut yang tidak sedap. Lidah kotor dan ditutupi selaput
putih, ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor (coated tongue),
mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, obstipasi
dan diare

3. Kesadaran berkabut/apatis
4. Bradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/menit)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Gejala lain : rose spot (biasanya di regio abdomen atas), batuk
dan epistaksis.

6. Kriteria Diagnosis 1. Klinis


2. laboratorium:

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 4


Diagnostik
- Biakan positif dari bahan darah, faeses, urine atau sumsum
tulang
- Uji PCR untuk kuman salmonella
- Serologis:
- uji widal : titer Widal≥O 1/160 atau H≥1/160 pada 1 kali
pemeriksaan) atau
- kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan Widal ke-2 yang
dilakukan 5 hari
- pemeriksaan anti serologi Salmonella 09 (IgM)
Pemeriksaan lain
- hematologi: leukopenia, bisa juga leukositosis atau jumlah
leukosit normal
- Faeses lengkap, uji darah samar untuk melihat perdarahan
intestinal tersembunyi
- kimia: peningkatan yang sedang pada serum transaminase.
- pemeriksaan lain tergantung indikasi untuk
mengetahui komplikasi dan menyingkirkan diagnosis
banding
3. Pemeriksaan radiologis
o Pemeriksaan foto dada: bila terdapat batuk-batuk dan suara
nafas abnormal pada auskultasi.
o foto BNO/3 posisi: bila terjadi perforasi ditemukan udara
pada rongga peritoneumatau subdiafragma kanan
o USG abdmen: pada perforasi dapat djumpai cairan bebas

Diagnosis pasti ditegakan bila dijumpai:

• ditemukan S. typhi pada pemeriksaan biakan atau


• positif S. typhi pada pemeriksaan PCR atau
• terdapat kanaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan
ulang 5-7 hari) atau
• titer Widal O≥1/320, H≥1/640 )pada sekali pemeriksaan)

7. Diagnosis Banding 1. Infeksi virus


2. Leptospirosis
3. DHF
4. Malaria

8. Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap


Penunjang
2. Serologi Widal dan Tubex
3. Kultur
4. Tes fungsi hati
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 5


10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Nonfarmakologis: tirah baring, makanan lunak rendah serat
(ICD 9-CM) 2. Farmakologis
a. Simptomatis
b. Antibiotik :
• Sefalosporin generasi III : yang terbukti efektif adalah seftriakson
3-4 gram dalam dekstrosa 100cc selama ½ jam per infus sekali
sehari selama 3-5 hari. Dapat diberikan sefotaksim 2-3x1gram,
sefoperazon 2x1gram
• Flourokuinolon
- Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
- Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
- Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
- Pefloksasin dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
- Fluroksasin dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Demam pada umumnya menurun pada hari ke-3 atau menjelang hari
ke-4

12. Tempat Pelayanan 3. Ruang rawat


4. Ruang rawat intensif pada keadaan berat (ensefalopati tifoid)
13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan 5-7 hari
15. Masa Pemulihan 3-7 hari
16. Prognosis Bonam
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis
19. Edukasi 1. Higienitas makanan
2. Cukup istirahat

20. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V bab Demam Typhoid
2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia 2009

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 6


Gastroentritis Akut

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
GASTROENTERITIS AKUT
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10 A.09.0
2. Diagnosis Gastroenteritis Akut
3. Pengertian Gastroenteritis akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
dengan atau tanpa demam atau muntah atau nyeri perut. Gastroenteritis
akut dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.
4. Anamnesis 1. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan
konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja.
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, penurunan berat
badan kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam,
sesak, kejang, kembung.
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare.
4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa.
5. Apakah terdapat penderita diare di sekitarnya
6. Bagaiman dengan sumber air minum dan kebersihan / kondisi
tempat tinggalnya
7. Riwayat bepergian.
5. Pemeriksaan Fisik
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis (seperti riwayat minum
NSAID, peminum alkohol yang berat), pada pemeriksaan fisik
dijumpai nyeri epigastrium (walaupun tidak khas), Untuk kasus yang
berat gambaran endoskopi dijumpai erosi superficial.

7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit untuk observasi keadaan dehidrasi
11. Terapi / tindakan 1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD.
2. Obat- obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung,
(ICD 9-CM)
berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan antacid.

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 7


12. Tempat Pelayanan
13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan 3-5 hari
15. Masa Pemulihan 3-7 hari
16. Prognosis Bonam
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis
19. Edukasi
20. Kepustakaan 1. Kasper DL, Hauser SL, Jameon JL, Fauci AS, Longo DL,
Loscalzo J Harrison’s principles of internal medicine 19 th ed NY.
McGrawHill; 2015
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 8


Gastritis

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
GASTRITIS
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10 K29.7
2. Diagnosis Gastritis
3. Pengertian Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat
akut, kronis, difus, atau lokal
4. Anamnesis Pasien datang ke dokter karena rasa nyeri dan panas seperti terbakar
pada perut bagian atas disertai mual muntah serta kembung bila diikuti
dengan makan.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri tekan epigastrium bagian atas dan bising usus meningkat.
2. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan
saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena
3. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva
tampak anemis

6. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis (seperti riwayat minum


NSAID, peminum alkohol yang berat), pada pemeriksaan fisik
dijumpai nyeri epigastrium (walaupun tidak khas), Untuk kasus yang
berat gambaran endoskopi dijumpai erosi superficial.
7. Diagnosis Banding 1. Kolesistitis
2. Kolelitiasis
3. GERD
4. Gastroenteritis
5. Limfoma
6. Ulkus peptikum
7. Kanker lambung
8. Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. Untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori: pemeriksaan
breathe test dan feses.
3. Rontgen dengan barium enema.
4. Endoskopi
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD.
2. Obat- obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung,
(ICD 9-CM)
berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 9


antikolinergik dan antacid.

12. Tempat Pelayanan Ruang perawatan


13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan 1-3 hari
15. Masa Pemulihan 3-7 hari
16. Prognosis Bonam
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis
19. Edukasi 1. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu
terjadinya keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan
sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang
meningkatkan asam lambung atau perut kembung seperti kopi,
teh, makanan pedas, rokok, lada, kol dan minuman beralkohol.
2. Menginformasikan pasien dan keluarga mengenai faktor risiko
terjadinya gastritis

20. Kepustakaan 3. Kasper DL, Hauser SL, Jameon JL, Fauci AS, Longo DL,
Loscalzo J Harrison’s principles of internal medicine 19 th ed NY.
McGrawHill; 2015
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 10


Diabetes Melitus Tipe 2

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
DIABETES MELITUS TIPE 2
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2
3. Pengertian Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya
4. Anamnesis 1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita
5. Pemeriksaan Fisik 1. Tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang
2. Tekanan darah
3. Tanda neuropati
4. Mata (visus, lensa mata dan retina)
5. Rongga mulut dan kelenjar tiroid
6. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari (termasuk
rabaan nadi kaki), kulit dan kuku

6. Kriteria Diagnosis 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa > 126mg/dl
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam,
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO > 200mg/dl TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gr glukosa yang dilarutkan ke dalam air
7. Diagnosis Banding 1. Toleransi Glukosa Terganggu
2. Glukosa Darah Puasa Terganggu
8. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Penunjang
1. Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan
3. Urinalisis rutin, proteinuria 24jam, CCT ukur, kreatinin
4. Albumin/Globulin dan ALT
5. Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, Trigliserida
6. A1C (dilakukan setiap 3-6 bulan)
7. Mikroalbuminiuria

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 11


Pemeriksaan penunjang lain:
1. EKG
2. Foto Thoraks
3. Funduskopi
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Edukasi
(ICD 9-CM) Edukasi meliputi pemahaman tentang :
– penyakit DM
– makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan
– penyulit DM dan risikonya
– intervensi farmakologis dan nonfarmakologis
– interaksi antara asupan makanan, aktivitis fisik, dan obat
hipoglikemik oral atau insulin serta obat obatan lain
– Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah
– Mengatasi sementara keadaan gawat darurat
– Pentingnya latihan jasmani yang teratur
– Masalah khusus yang dihadapi
– Pentingnya perawatan kaki
– Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

2. Terapi Nutrisi Medis


– Perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal, jenis dan jumlah makanan
– Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
karbohidrat 45-65%, lemak 20-25%, protein 10-15%
– Penghitungan kebutuhan kalori :
a. Perhitungan BB idaman(BBI) dengan rumus Brocca:
BBI = (TB dalam cm-100) x90% x1kg
Bagi pria dengan TB < 150cm, rumus dimodifikasi menjadi :
BBI = (TB dalam cm-100)x1kg
BB Normal : BB ideal + 10%
Kurus : BB ideal -10%
Gemuk : BB ideal+10%
b. Jumlah kalori basal per hari :
Laki-laki : 30 kal/kgBB idaman
Wanita : 25kal/kgBB idaman
c. Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari) :
• Umur
40-49 tahun -5%
60-69 tahun -10%
>70tahun -20%
• Aktivitas fisik
Istirahat +10%

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 12


Aktivitas ringan +20%
Aktivitas sedang +30%
Aktivitas sangat Berat +50%
• Status gizi ( Berat Badan)
BB gemuk -20%
BB lebih -10%
BB kurus +20-30%
– Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi diatas
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi(20%), siang
(30%), dan sore (25%), serta 2-3porsi makanan ringan

3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur
(3-4kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) dengan prinsip
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive,
Endurance)

4. Intervensi farmakologis
a. Obat hipoglikemik oral
– Insulin secretagogue : sulfonilurea, glinid
– Insulin sensitizing : metformin, tiazolidindion
– Penghambat glukoneogenesis : metformin
– Penghambat alfa glukosidase : acarbose
– DPP-IV inhibitor
b. Insulin Indikasi :
– Penurunan BB yang cepat
– Hiperglikemia berat diikuti ketosis
– KAD
– Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
– Hiperglikemia dengan asidosis laktat
– Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
– Stres berat( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
– Kehamilan dengan DM/DM gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
– Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO

12. Tempat Pelayanan Ruang perawatan


13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan
15. Masa Pemulihan
16. Prognosis Dubia ad bonam
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis 1. Pemeriksaan glukosa darah

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 13


2. Pemeriksaan AIC
3. Pemeriksaan glukosa darah mandiri
4. Pemeriksaan glukosa urin
5. Penentuan Benda Keton Kriteria Pengendalian DM (lihat tabel)

19. Edukasi Sesuai terapi edukasi

20. Kepustakaan 1. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Di Indonesia 2011
2. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi V bab Diabetes Melitus 2011

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 14


Hipoglikemia

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
HIPOGLIKEMIA
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Hipoglikemia
3. Pengertian Hipoglikemia terjadi bila gula darah <50 mg/dL.
hipoglikemia diklasifikasikan menjadi hipoglikemia reaktif (reactive
or posprandial hypoglycemia) bila terjadi setelah makan dan
hipoglikemia puasa (fasting hypoglycemia)
4. Anamnesis 1. Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral: dosis
terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis
2. Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
3. Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
4. Lama menderita DM, komplikasi DM
5. Penyakit penyerta: gangguan ginjal, hati, dll
6. Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat adrenergik β, dl
5. Pemeriksaan Fisik Gejala klinis hipoglikemia

Gejala neurogenik Gejala neuroglikopenik


(otonomik)

Palpitasi kebingungan
tremor fatigue
ansietas kejang
berkeringat dingin penurunan kesadaran defisit
neurologik fokal
lapar
parestesia

6. Kriteria Diagnosis Gejala dan tanda klinis :


1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara,
kesulitan menghitung sementara
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka, bibir atau tangan
gemetar
4. Stadium gangguan otak berat : tidak sadar, dengan atau tanpa
kejang

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 15


Diagnosis ditegakkan berdasarkan triad Whipple:
1. Gejala hipoglikemia
2. Kadar glukosa darah plasma rendah
3. Gejala membaik dengan peningkatan kadar glukosa plasma.

7. Diagnosis Banding Hipoglikemia karena:


1. Obat: (sering): insulin, sulfonilurea, alkohol
(kadang): kinin, pentamindine
(jarang): salisilat, sulfonemid
2. Hiperinsulinisme endogen, insulinoma, kelainan sel β jenis lain,
sekretagogue (sulfonilurea), autoimun, sekresi insulin ektopik
3. Penyakit kritis: gagal hati, gagal ginjal, gagal jantung, sepsis,
starvasi dan inanisi
4. Defisiensi endokrin: kortisol, growth hormone, glukagon,
epinefrin
5. Tumor non-sel β: sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma,
leukimia, limfoma, melanoma.
6. Pasca-prandial: reaktif (setelah operasi gaster), diinduksi alkohol

8. Pemeriksaan Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, C-peptide
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan Stadium permulaan (sadar)
(ICD 9-CM) • Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen
gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula
diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
• Hentikan obat hipoglikemik sementara,
• Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
• Pertahankan GD sekitar 200mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)
• Cari penyebab.
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar + curiga
hipoglikemia):
1. Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)
bolus intra vena,
2. Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf 3.
Periksa GD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
- Bila GDs < 50 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
- Bila GDs < 100 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
3. Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40%
- Bila GDs < 50 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
- Bila GDs < 100 mg/dL: + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
- Bila GDs 100 – 200 mg/dL: tanpa bolus Dekstrosa 40%
- Bila GDs > 200 mg/dL: pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip Dekstrosa 10%
4. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut – turut,
pemantauan GDs setiap 2 jam, dengan protokol sesuai diatas. Bila

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 16


Gds> 200 mg/dL: pertimbangkan mengganti infus dengan
Dekstrosa 5% atau NaCl 0.9%
5. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut – turut,
pemantauan GDs setiap 4 jam, dengan protokol sesuai diatas. Bila
Gds> 200 mg/dL: pertimbangkan mengganti infus dengan
Dekstrosa 5% atau NaCl 0.9%
6. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut – turut, sliding
scale setiap 6 jams
GD: RI
(mg/dL) - (Unit, subkutan)
< 200 - 0 IU
200-250 - 5 IU
250-300 - 10 IU
300-350 - 15 IU
> 350 20
7. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian
antagonis insulin, seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi, atau
glukagon 0.5-1 mg/IV/IM (bila penyebabnya insulin)
8. Bila pasien belum sadar, GD sekitar 200mg/dL : Hidrokortison
100 mg per 4 Jam selama 12 jam atau Deksametason 10 mg IV
bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol 1.5 – 2 g/kgBB IV
setiap 6-8 jam. Dicari penyebab lain kesadaran menurun.

12. Tempat Pelayanan Ruang perawatan


13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan
15. Masa Pemulihan
16. Prognosis Dubia
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis 1. Pemeriksaan glukosa darah
2. Pemeriksaan glukosa darah mandiri

19. Edukasi Sesuai terapi edukasi

20. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Bab hipoglikemia 2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia 2009

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 17


Intoksikasi Alkohol Akut

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


KSM PENYAKIT DALAM
INTOKSIKASI ALKOHOL AKUT
2022

RS MURNI TEGUH
TUBAN BALI
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Intoksikasi Alkohol Akut
3. Pengertian Intoksikasi alkohol akut adalah kondisi berbahaya secara klinis yang
biasanya disebabkan karena konsumsi alkohol dalam jumlah besar.
Pada populasi anak-anak, kondisi ini mungkin dikarenakan konsumsi
produk rumah tangga yang mengandung alkohol, seperti cologne, obat
kumur, setelah bercukur, tonik rambut, obat-obatan, dan pelarut.
4. Klasifikasi Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental edisi IV kriteria
untuk intoksikasi alkohol akut meliputi:
a. konsumsi alkohol baru-baru ini.
b. perubahan perilaku atau psikologis maladaptif yang signifikan
secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah
konsumsi alkohol dan termasuk perilaku seksual atau agresif yang
tidak pantas, suasana hati yang tidak stabil, gangguan penilaian,
dan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan; dan
c. satu atau lebih dari tanda-tanda berikut yang berkembang selama
atau segera setelah penggunaan alkohol:
1. bicara cadel;
2. kurangnya koordinasi;
3. gaya berjalan tidak stabil;
4. nistagmus;
5. gangguan perhatian atau memori;
6. pingsan atau koma; dan
gejala yang bukan karena kondisi medis umum dan yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan mental lain. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi tingkat keracunan alkohol akut; selain jumlah alkohol
yang tertelan, berat badan individu dan toleransi terhadap alkohol,
persentase alkohol dalam minuman, dan periode konsumsi alkohol .
5. Anamnesis 1. Gejala biasanya termasuk mual, muntah, dan nyeri perut.
2. Gejala yang jarang berupa demam, menggigil, dan jaundice dapat
terjadi.
3. Sindrom Zieve yang terdiri dari anemia hemolitik, jaundice, dan
hipertrigliseridemia, tapi jarang terjadi.
4. Intoksikasi alkohol akut dapat ditemukan pada pasien dengan
gangguan kejiwaan seperti gangguan afektif dan kepribadian

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 18


antisosial; bunuh diri atau gerakan bunuh diri juga berkaitan
dengan keracunan alcohol.

6. Pemeriksaan Fisik
1. Analisis tanda-tanda vital serta status gizi, hidrasi, dan tanda-tanda
terkait alkoholisme (penonjolan kapiler, spider naevi,
talengiectasias, eritema palmaris, dan atrofi otot).
2. Pemeriksaan jantung dan toraks, pemeriksaan abdomen, dan
pemeriksaan neurologis.
3. Pemeriksaan fisik harus sering diulang untuk menindaklanjuti
perubahan terkait keracunan alkohol akut.

Perubahan metabolik, termasuk hipoglikemia, asidosis laktat,


hipokalemia, hipomagnesemia, hipoalbuminemia, hipokalsemia, dan
hipofosfatemia.

7. Pemeriksaan 1. Kosentrasi alkohol dalam darah, jika tidak ada bisa diganti
Penunjang dengan serum Osmolalitas
2. Kadar natrium, kalium, klorida, bikarbonat, nitrogen urea,
glukosa, kalsium, magnesium, amilase, parameter hati,
pemeriksaan toksikologi, gas darah arteri, dan darah atau urin.
keton.
3. Radiografi toraks dan elektrokardiografi harus dilakukan.
Computed tomography (CT) kepala harus disertakan ketika
gejala neurologis muncul dan/atau dicurigai adanya trauma
kepala.
8. Komplikasi
Intoksikasi alkohol dapat menyebabkan beberapa komplikasi

4. Efek neurologis: miopati akut yang ditandai dengan nyeri,


kelemahan otot, dan rhabdomyolisis dengan kadar kreatinin
fosfokinase dan mioglobinuria yang tinggi dalam darah.

5. Efek kardiovaskular: takikardia, vasodilatasi perifer, dan


deplesi volume; kondisi ini dapat berkontribusi pada induksi
hipotermia dan hipotensi. Salah satu efek kardiovaskular yang
mungkin adalah “holiday heart syndrome”, yang ditandai
dengan taki-disritmia atrium atau ventrikel dan atrial fibrilasi
onset baru setelah konsumsi alkohol akut.

6. Efek gastrointestinal: mual, muntah, diare, sakit perut sekunder


untuk gastritis, tukak lambung, dan pankreatitis. Intoksikasi
Alkohol Akut dapat menyebabkan hepatitis alkoholik akut pada
pasien alkohol kronis dan berat atau pada pasien yang terkena
sirosis hati alkoholik

9. Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam


10. Perawatan Rumah Ya
Sakit

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 19


11. Terapi / tindakan 1. Penatalaksanaan pasien mabuk di unit gawat darurat bertujuan
untuk menstabilkan kondisi klinis pasien, tergantung pada
(ICD 9-CM)
presentasi klinisnya.
2. Penilaian jalan nafas dan observasi perkembangan fungsi
pernafasan harus dilakukan.
3. Pencegahan aspirasi dengan memposisikan pasien dalam posisi
lateral.
4. Pemberian akses intravena dan larutan cairan intravena harus
diberikan untuk menghidrasi pasien serta untuk memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia.
5. Larutan intravena yang dapat diberikan adalah yang mengandung
dekstrosa, magnesium, folat, tiamin, dan multivitamin (misalnya,
larutan intravena yang dicampur 1 liter dekstrosa 5% dan 0,45%
natrium klorida, 2 g magnesium sulfat, 1 mg folat, dan 100 mg
tiamin).
6. Obat antiemetik diberikan jika ada mual dan/atau muntah.
7. Muntah berkepanjangan dapat menyebabkan hiponatremia; ini
tidak boleh dikoreksi terlalu cepat karena dapat menginduksi
mielinolisis pontin sentral.
8. Antidote spesifik dapat diberikan nalokson (0,4 mg IV atau IM
dapat diulang jika perlu, setiap 30 menit) untuk penggunaan
opioid dan fumazenil (0,2 mg dapat diulang jika perlu, setiap
menit hingga 3 mg) untuk penggunaan benzodiazepine.
9. Pemberian obat-obatan (metadoxine 900 mg iv) yang
mengurangi konsentrasi alcohol.

12. Tempat Pelayanan Ruang perawatan


13. Informed Consent Tertulis dan lisan
14. Lama Perawatan
15. Masa Pemulihan
16. Prognosis Dubia
17. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
18. Indikator Medis

19. Edukasi Sesuai terapi edukasi

20. Kepustakaan
1. Caputo F, Agabio R, Vignoli T, Patussi V, Fanucchi T, Cimarosti P,
dkk. Diagnosis dan pengobatan keracunan alkohol akut dan sindrom
penarikan alkohol: kertas posisi Masyarakat Italia tentang Alkohol.
Penyakit Dalam dan Gawat Darurat, 2019; 14: 143–160.
2. Vonghia L , Leggio L, Ferrulli A, Bertini M, Gasbarrini G,
Addolorato G. Keracunan alkohol akut: Tinjau artikel. Jurnal
Penyakit Dalam Eropa, 2008; 19: 561–567.
3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Ed. Text
Revision. Washington DC: American Psychiatry Association; 2000

Panduan Praktik Klinis (PPK) Penyakit Dalam | 20

Anda mungkin juga menyukai