Laporan Besar Fieldtrip Dasar Perlindungan Tanaman Kelompok U2
Laporan Besar Fieldtrip Dasar Perlindungan Tanaman Kelompok U2
Disusun Oleh:
Kelompok : U2
Asisten : Shakira Maulidia
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat praktikum mata
kuliah dasar perlindungan tanaman jurusan Hama Penyakit Tumbuhan
(HPT), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Oleh:
Kelompok : U2
Asisten : Shakira Maulidia
Tim Penyusun:
M.Joseph Syahraja (CO) 215040107111002
Niu Nevada 215040101111098
Lailatul Qodriah 215040101111100
Fima Arin Mahanani 215040101111102
Rafi Maulana Sudiartono 215040101111172
Fatwa Sayidina Az-Zahra 215040101111174
Annisa Novitasari Cahyarini 215040107111001
Daniel Steven Silalahi 215040107111003
Yasyfa Hasna Rusyda 215040107111012
Erzhafira Nur Salsabila Putri Wijadmono 215040107111055
Adlii Luthfianto 215040107111056
Syahrani Nabilah 215040107111057
Ardelia Zahra Gandaresmi 215040107111059
Listiana Khumayroh 215040107111060
Naufal Rafiddina Zadarizq 215040107111116
Purnama Sidiq Abdurachman 215040107111117
Khabib Muhammad Al-azka 215040107111118
Aqil Zain Oktavian 215040107111120
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum
Dasar Perlindungan Tanaman. Penulis juga mengucap syukur karena dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum “Laporan Fieldtrip Dasar Perlindungan
Tanaman Komoditas Sawi Putih (Brassica juncea L.) Daerah Sumber Brantas,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu” dengan tepat waktu.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua kami sebagai pendukung, penyemangat dan terus mengirimkan
do’a untuk kami menyusun laporan ini.
2. Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman, Dr. Ir.
Bambang Tri Rahardjo, MS. dan Bapak Fery Abdul Choliq, SP., MP.
3. Asisten Praktikum Kelas U2, Shakira Maulidia beserta seluruh Asisten
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman.
4. Anggota kelompok U2.
Penulis sadar bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan masih banyaknya kesulitan dan hambatan yang dijumpai dalam
penyusunan laporan ini. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Atas perhatian dari
semua pihak, saya sebagai Penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ke depannya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Serangga yang Ditemukan Pada Tanaman .................................................. 22
2. Penyakit yang Ditemukan Pada Tanaman .................................................... 25
3. Pestisida yang Digunakan ............................................................................. 26
4. Fungisida yang Digunakan ............................................................................ 27
Lampiran
1. Serangga yang Ditemukan Pada Tanaman .................................................. 43
2. Penyakit yang Ditemukan Pada Tanaman .................................................... 44
3. Pestisida yang Digunakan ............................................................................. 44
4. Fungisida yang Digunakan ............................................................................ 44
vi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Sawi Putih ........................................................................................................ 3
2. Ulat Tritip .......................................................................................................... 8
3. Ulat Grayak ...................................................................................................... 9
4. Belalang Kayu ................................................................................................. 9
5. Kumbang Perusak Daun ............................................................................... 10
6. Penyakit Layu Daun....................................................................................... 11
7. Penyakit Bercak Daun Jamur Alternia brassicae .......................................... 11
8. Penyakit Busuk Luna ..................................................................................... 12
Lampiran
1. Sawi Putih ...................................................................................................... 45
2. Serangga Hama............................................................................................. 45
3. Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman .................................................... 46
4. Hama yang Ditemukan pada Tanaman ........................................................ 46
5. Busuk Lunak .................................................................................................. 46
6. Pengendalian Hama secara Mekanis ........................................................... 47
vii
BAB I PENDAHULUAN
gagal panen. Contoh dari penyakit di tanaman sawi adalah bercak daun, busuk
alternaria, penyakit akar gada, serta busuk daun. Pengendalian yang dapat
diaplikasikan guna mengurangi serangan hama dan penyakit pada tanaman sawi
dapat meliputi pemanfaatan faktor biotis (musuh alami), pengendalian dengan
varietas tahan, pengendalian dengan menggunakan pestisida, dan pengendalian
melalui pengelolaan faktor edafik.
1.2 Tujuan
Fieldtrip praktikum dasar perlindungan tanaman ini bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi hama dan penyakit pada komoditas sawi putih (Brassica juncea
L.). Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis pengendalian
hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani pada komoditas sawi putih
(Brassica juncea L.).
1.3 Manfaat
Fieldtrip praktikum dasar perlindungan tanaman ini memiliki manfaat yaitu
agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasi hama penyakit pada
tanaman sawi putih (Brassica juncea L.), serta cara pengendalian terhadap hama
dan penyakit pada tanaman sawi tanaman sawi putih (Brassica juncea L.).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
sekitar 10-13 jam/ hari serta dengan kondisi kelembaban antara 60-100%.
Sehingga dalam pertumbuhannya tanaman sawi putih dapat dikatakan sulit untuk
berbunga di Indonesia, hal ini dikarenakan sawi putih memerlukan suhu rendah
antara 5-10˚C. Sawi putih dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi
dengan ketinggian 600-1.500 meter di atas permukaan laut dengan pertumbuhan
dan produksi pada dataran tinggi lebih baik dibanding pada dataran rendah
(Sunarjono dan Nurrohmah, 2013).
2. Tanah
Untuk mendukung pertumbuhan tanaman sawi putih diperlukan derajat
keasaman (pH) tanah yang sesuai. Keasaman tanah yang dapat dikatakan
optimum bagi tanaman sawi putih berkisar 6-7. Dalam proses pertumbuhan dan
produksinya, tanaman sawi putih juga membutuhkan unsur hara esensial demi
mendukung proses pertumbuhan yang dimiliki tanaman sawi (Yasari et al., 2015).
Kondisi tanah yang mengandung humus drainase yang baik, dan subur
akan sangat membantu sawi putih dalam proses pertumbuhannya. Hal ini
dikarenakan sawi putih tidak dapat tumbuh dengan baik pada air yang tergenang.
Diperlukannya unsur nitrogen yang lebih banyak pada tanaman sawi yang
nantinya akan digunakan untuk pembentukan klorofil serta pertumbuhan pada fase
vegetatif yang berguna bagi pertumbuhan batang, cabang, dan daun (Irdhawati et
al., 2021).
2.2 Teknik Budidaya Tanaman
Pada budidaya tanaman sawi, perlu diperhatikan teknik budidaya agar
pertumbuhan dan hasil maksimal. Adapun teknik budidaya sawi meliputi persiapan
benih, persemaian, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman,
pemanenan.
1. Persiapan Benih
Benih adalah faktor penentu keberhasilan usaha tani yang memiliki peran
yang sangat penting tidak bisa dibandingkan dengan faktor lainnya karena
membawa potensi genetik yang akan menghasilkan suatu tanaman (Yulyatin et
al., 2015). Sebelum ditanam, benih harus diperiksa terlebih dahulu untuk melihat
apakah terdapat potensi kerusakan mulai dari yang terdapat pada kemasan atau
benihnya langsung, sehingga saat digunakan dalam budidaya dipastikan
menggunakan benih yang memiliki kualitas terbaik. Pada umumnya, benih sawi
yang memiliki kualitas baik memiliki warna coklat kehitaman, berbentuk bulat,
permukaannya licin mengkilap, dan bertekstur agak keras (Ali et al., 2018). Setelah
6
Tanda yang ditimbulkan akibat adanya serangan hama ini yaitu bintik kekuningan
yang merupakan bekas luka akibat gigitan kumbang yang dimulai dari permukaan
bawah daun (Haryanto dan Supeno, 2022). Selain dapat melubangi tanaman sawi,
hama kumbang ini dapat menyebabkan daun mengering dengan gejala awalnya
adalah bintik kekuningan yang akhirnya akan mengurangi kuantitas maupun
kualitas dari tanaman sawi.
yang fatal bagi petani jika gejala awal penyakit ini terlambat diketahui karena dapat
menyebabkan kerugian hingga 80% (Zulfia dan Yusuf, 2014).
b. Bercak Daun
Penyakit bercak daun pada sawi biasanya disebabkan oleh jamur
Alternaria brassicae dan A. brassicicola. Gejala penyakit oleh Alternaria biasanya
berupa bercak melingkar yang berwarna gelap dengan ukuran yang relatif besar,
sedangkan gejala yang timbul oleh A. brassicola ialah berupa bercak yang lebih
besar dibandingkan bercak yang ditimbulkan oleh jamur Alternaria (Suganda dan
Wulandari, 2018). Penyakit bercak daun juga dapat disebabkan oleh jamur
Botryodiplodia sp. dengan gejala yang ditimbulkan adalah seperti terdapat bercak
kecil berbentuk lingkaran kemudian dibagian tangah terdapat bulatan berwarna
cokelat keputihan serta terdapat daerah nekrosis pada daun (Apriliani et al., 2020).
Gambar 7. Penyakit Bercak Daun Jamur Alternia brassicae (Apriliani et al., 2020)
c. Busuk Lunak
kisaran inangnya luas, dan memiliki variasi genetik yang tinggi. Gejala yang timbul
akibat serangan bakteri ini ialah pembusukan yang mengakibatkan sawi menjadi
berair dan berlendir, jaringan sawi yang terinfeksi menjadi membesar, melunak
dan mengeluarkan bau yang kurang sedap (af’idzatuttama et al., 2022).
saat ini masih menjadi yang dominan di lapangan. Berikut adalah jenis pestisida
yang sering digunakan oleh petani:
1. Pestisida Sintetik
Pengendalian menggunakan pestisida sintetik ini dapat bermanfaat
mengendalikan jika digunakan secara benar dan bijaksana sehingga tetap aman
untuk lingkungan. Penggunaan secara benar apabila memenuhi ketentuan yang
berlaku seperti menggunakan jenis dan mutu yang tepat, tepat waktu, dosis dan
konsentrasi, serta tepat cara aplikasi.
Menurut Novianti (2018), pestisida yang dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit pada tanaman sawi yaitu pada golongan fungisida seperti pestisida yang
mengandung bahan aktif Bion M 1/48 WP, jenis pestisida tersebut dapat
mengatasi penyakit bercak daun. Selanjutnya adalah pestisida Dithane, pestisida
tersebut dapat mengatasi penyakit busuk alternaria. Lalu apabila tanaman sawi
terkena penyakit busuk daun atau Phytoptora sp, maka menggunakan pestisida
golongan fungisida seperti Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG dan Bion M 1/48
Wp. Semua penggunaan pestisida tersebut akan menghasilkan hasil yang optimal
apabila diaplikasikan dengan dosis serta syarat-syarat tertentu.
2. Pestisida Nabati
Pestisida nabati ini menggunakan ekstrak tanaman yang mengandung
racun (insecticidal action), kemudian melarutkannya ke dalam air dan
menyemprotkannya pada tanaman (Haryanta et al., 2018). Jadi pestisida nabati
berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam lalu diekstraksi, diproses, atau
dibuat dalam formula tertentu dengan tidak mengubah struktur kimianya.
Menurut Suhartini (2017), banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati, daun tembakau, tapak liman, daun kayu kuning dan daun
sirih hijau, campuran biji koro benguk, biji legundi dan biji mindi. Pemanfaatan
pestisida botani tersebut sudah teruji dalam penelitian yang bertujuan untuk
mengendalikan hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica juncea L.).
BAB III KONDISI UMUM WILAYAH
pada sekitar tanaman (Kartikasari et al., 2015). Pengamatan sweep net dilakukan
dengan mengayunkan sweepnet sebanyak 3 kali (zig zag) dengan arah horizontal,
untuk menghindari tanaman dari kerusakan maka penggunaan sweep net diberi
jarak 5 hingga 10 cm di atas tanaman (Elisabeth et al., 2021). Pengamatan secara
visual dilakukan dengan mengamati serangga hama dan mengambil serangga
yang telah ditemukan pada lahan tanaman sawi. Serangga hama yang telah
ditemukan kemudian dimasukkan kedalam plastik yang telah berisi kapas yang
dibasahi dengan alkohol. Setelah semua pengamatan dilakukan, kita dapat
mengidentifikasi jenis serangga dengan bantuan mikroskop, mencatat, dan
mendokumentasikan serangga hama yang terdapat pada lahan sawi.
4.3.2 Penyakit Tanaman
Metode yang dilakukan dalam melakukan pengamatan penyakit tanaman
adalah metode visualisasi. Metode visualisasi dilakukan dengan memanfaatkan
indra penglihatan untuk melihat secara langsung gejala penyakit yang tampak
pada tanaman. Gejala penyakit yang tampak oleh penglihatan akan diidentifikasi
menggunakan panduan visualisasi untuk melihat jenis penyakit apa yang
menyerang tanaman sawi putih. Identifikasi jenis penyakit tanaman sawi putih juga
dapat dilakukan melalui literatur. Jenis penyakit yang telah diidentifikasi kemudian
dicatat pada kertas menggunakan alat tulis. Tanaman yang terserang penyakit
juga di foto sebagai dokumentasi dengan menggunakan kamera.
4.3.3 Pengolahan Tanah atau Faktor Edafik
Pengamatan pengolahan tanah dilakukan dengan wawancara petani,
sedangkan pengamatan faktor edafik dilakukan secara mikroskopik menggunakan
alat bantu mikroskop.
4.3.4 Penggunaan Pestisida
Pengamatan mengenai pestisida dilakukan dengan wawancara petani.
4.3.5 Varietas
Pengamatan mengenai varietas dilakukan dengan wawancara petani.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Serangga yang Ditemukan
Hasil dari pengamatan hama dan penyakit tanaman didapatkan serangga
yang ditemukan pada lahan sawi di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu, Provinsi Jawa Timur disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Serangga yang Ditemukan Pada Tanaman
Kumbang Phyllotreta
1. Hama 2
Daun vittata F.
(Dinarwika et al.,
2014)
Lalat Bactrocera
2. Hama 2
Buah dorsalis
(Isnaini, 2013)
Keong Bradybaena
3. Hama 1
Semak similaris
(Leu et al.,
2021)
Siput
Deroceras
4. Lapangan Hama 3
reticulatum
Abu-Abu
(Purba, 2022).
Serangga yang ditemukan pada saat field trip di lahan sawi putih yaitu,
Kumbang daun (Phyllotreta striolata.), lalat buah (Bactrocera dorsalis), keong
semak (Bradybaena similaris), dan siput lapangan abu-abu (Deroceras
reticulatum). Kumbang daun merupakan hama bagi tanaman sawi putih.
Kumbang anjing merupakan hama yang termasuk dalam kelas serangga dari filum
arthropoda, ordo Coleoptera, dan termasuk dalam famili Chrysomelidae. Gejala
23
serangan hama kumbang ini berupa lubang-lubang kecil pada daun sawi. Menurut
Nurkhalifah (2022), yang menyatakan bahwa Phyllotreta striolata merupakan
hama yang merusak tanaman sawi dengan memakan dan menggerek daunnya.
Lubang kecil yang berbentuk bulat, agak lonjong, persegi dan berukuran milimeter
pada daun merupakan gejala khas serangan hama ini. Selain itu, hama ini juga
menyebabkan bercak kekuningan pada daun dan menurunkan kualitas sawi. Jika
serangannya parah, muncul bekas luka atau bercak kuning pada daun, yang
kemudian mengering.
Bactrocera dorsalis memiliki nama umum yaitu Oriental fruit fly. Lalat buah
merupakan salah satu hama utama pada berbagai tanaman buah, baik buah sayur
maupun buah konsumsi (Leblanc et al., 2013). Gejala serangan lalat buah bisa
dilihat dari struktur tanaman yang diserang oleh hama, lalat buah ini biasanya
menyerang yang lapisannya tipis dan ditandai yang selanjutnya berkembang
menjadi bercak coklat yang mengakibatkan buah menjadi busuk dan gugur
sebelum matang. Buah yang gugur akibat serangan lalat buah akan menjadi busuk
dan berbelatung. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sohrab et al. (2018),
gejala awal pada kerusakan buah/buah sayuran akibat serangan lalat buah berupa
adanya bintik hitam pada kulit buah akibat tusukan ovipositor lalat betina saat
meletakkan telur.
Keong semak atau dikenal dengan Bradybaena similaris merupakan salah
satu hewan dari kelompok moluska. Gejala serangannya sering didatangi pada
tanaman yang masih muda, dengan ditandai adanya bekas lendir sedikit mengkilat
dan kotoran. Keong semak berjalan dengan perlahan yang berada di atas
permukaan daun sambil memakan jaringan daun tanaman dan menggigit daun
yang cukup merusak tanaman tersebut. Menurut Serniotti et al. (2019),
mengatakan gigi keong semak dewasa cukup tajam dan tersusun dalam sebuah
garis agak lurus dengan 125-146 baris.
Siput Deroceras reticulatum termasuk dalam genus Mollusca dan famili
Apiolhmcidae. Pada tanaman sawi putih siput ini menjadi hama yang merugikan
dengan cara memakan daun. Menurut Widians et al. (2020), gejala tanaman yang
terkena siput ini antara lain lubang tidak beraturan pada daun, bekas lendir dan
kotoran. Siput Deroceras reticulatum juga akan menyerang akar dan bibit,
memakan bahan organik yang membusuk.
25
Erwinia
1 Busuk Lunak Bakteri
Carotovora
(Baessler,
2021)
Waktu
No. Jenis Pestisida Dosis Pestisida Bahan Aktif
Aplikasi
Jika
2. Supermat 500 ml/200 l air Abamektin
diperlukan
dorsalis, tawon pinggang ramping, keong semak dan siput lapangan. Hama
kumbang daun dengan nama latin Phyllotreta striolata menyerang daun tanaman
sawi hingga mengakibatkan daun berlubang, hal ini sesuai dalam Fernia et al.
(2015) yang menjelaskan bahwa Phyllotreta striolata biasanya menyerang bagian
daun hingga berlubang, serangan hama terberat terjadi pada keadaan suhu yang
tinggi, kumbang daun Phyllotreta striolata ini merusak tanaman sawi mulai dari
persemaian atau sebelum tanam hingga tanaman berumur 1-7 minggu, serangan
kumbang daun ini akan berkurang ketika menjelang panen. Pengendalian hama
kumbang daun Phyllotreta striolata dapat dilakukan dengan cara pengendalian
hayati yakni dengan memanfaatkan jamur patogenik serangga hama yang
berpotensi untuk dikembangkan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hadi et al.
(2016) yang menunjukkan bahwa pengendalian hayati menggunakan jamur B.
bassiana dan M. anisopliae mampu menekan kerusakan sawi antara 9,33% hingga
6,94% serta dengan tingkat penekanan mencapai 61,52%.
Adapula lalat buah yang ditemukan pada lahan komoditas sawi putih bukan
merupakan hama komoditas sawi putih. Lalat buah merupakan kelompok
serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan pada komoditas buah
buahan (Hasyim et al., 2020). Gejala serangannya yaitu adanya bekas luka
tusukan dari ovipositor lalat betina kemudian seiring berjalannya waktu, luka
tersebut berwarna coklat akhirnya hitam dan menjadi lubang yang tidak dapat
tertutup. Sehingga dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat produksi
tanaman, terjadinya gagal panen, serta dapat menjadi faktor pembatas
perdagangan (trade barrier) (Juniawan, 2021).
Keong semak ditemukan sebagai hama yang menyerang tanaman sawi.
Keong semak termasuk salah satu hewan yang termasuk dalam kelompok
moluska, jenis siput ini memiliki ukuran tubuh yang kecil. Biasanya keong semak
akan terlihat berjalan diatas permukaan daun sembari memakan jaringan daun
tanaman. keong jenis ini jika berada di tanah maka memakan akar tanaman yang
masih muda dan jika terus berlanjut maka akan terjadi masalah pada fungsi akar
(Leu et al., 2021). Usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan keong semak
ialah berupa penggunaan moluskisida.
Pada pengamatan juga ditemukan hama siput yang berjumlah tiga, siput
ini ditemukan di sela-sela daun tanaman sawi, menurut Rizaldi et al. (2021), siput
merupakan salah satu hama yang sering menyerang tanaman sawi pada saat usia
tanaman masih kecil hingga tanaman besar, hama siput ini biasanya menyerang
30
pada malam hari hingga menjelang pagi, dan pada siang hari siput ini akan
bersembunyi dibalik semak-semak yang memiliki suhu lembab, kerusakan yang
timbul akibat serangan hama siput adalah tanaman mati karena siput memakan
bagian tanaman sawi yang masih kecil dan ketika tanaman sawi mulai tumbuh
besar kerusakan yang diakibatkan ialah siput akan memakan separuh bagian daun
sawi. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah siput biasanya
memakai bahan kimia yaitu jenis Metapar 99 WP.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa pada tanaman sawi ditemukan penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh
bakteri Erwinia Carotovora. Hal tersebut sesuai dalam Tarigan et al. (2022)
menjelaskan bahwa penyakit yang biasanya menyerang tanaman sawi pakcoy
(Brassica rapa L) diantaranya rebah semai, busuk lunak, dan akar gada yang
menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.
Pengendalian penyakit busuk daun atau Phytoptora sp. dapat dilakukan dengan
penyemprotan fungisida seperti Topsin M 70 WB, Kocide 60 WDG, Daconil
225ml/200L air, Curzate 100ml/200L air, dan Bion M 1/48 Wp pada tanaman sawi.
5.4 Rekomendasi
Budidaya pada tanaman sawi harus dilakukan dengan tepat dengan
memanfaatkan semua potensi yang ada untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Usaha yang dilakukan oleh petani sawi di Kecamatan Bumiaji Desa Sumber
Brantas dalam mengembangkan sistem pertanian sawi perlu dilakukan
pengembangan lebih lanjut seperti menggunakan pola tanam polikultur agar dapat
meningkatkan diversifikasi tanaman. Diversifikasi merupakan penganekaragaman
dalam satuan luas tertentu dengan tujuan peningkatan pendapatan petani,
mengurangi resiko kegagalan panen, menghindari fluktuasi penurunan harga yang
tajam, memanfaatkan waktu secara efisien dan distribusi hasil pertanian dapat
merata (Saputra et al., 2018). Pola tanam polikultur juga dapat membantu menjaga
kestabilan agroekosistem karena dapat berfungsi untuk menghasilkan diversitas
serangga pada lahan yang ditanami suatu komoditas (Siagian et al., 2019).
Keragaman serangga berpotensi untuk meningkatkan keberadaan musuh alami
dari hama yang menyerang komoditas sawi putih. Pemilihan benih sawi di awal
penanaman juga harus memiliki kualitas yang baik, walaupun benih dengan
kualitas yang baik cenderung mahal, akan tetapi hal tersebut akan meminimalisir
pengeluaran biaya dalam jangka panjang. Dikarenakan tanaman akan tahan
terhadap kerusakan yang menimbulkan penurunan produksi dan pengeluaran
31
biaya untuk perawatan yang lebih banyak. Teknik pengolahan tanah sebaiknya
dilakukan menggunakan teknologi, seperti pemanfaatan mesin traktor untuk
membajak tanah agar subur. Penggunaan teknologi tersebut akan menghemat
biaya untuk membayar tenaga kerja setiap akan melakukan penanaman. Selain
itu, penggunaan teknologi akan menghemat waktu dan tenaga yang dibutuhkan
saat mengolah tanah atau lahan.
Pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman sebagai
langkah dalam menghasilkan tanaman yang berkualitas diperlukan perhatian
lebih. Penggunaan sanitasi yang baik dan bersih juga mempengaruhi
pertumbuhan akar pada tanaman sawi karena sanitasi yang bersih akan
memudahkan tanaman untuk berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang
bagi hama dan penyakit yang akan muncul. Selain itu, sanitasi juga dapat
mengendalikan kontaminasi mikroorganisme hama dan penyakit tanaman yang
ada di dalam tanah.
Penanam tanaman refugia juga menjadi salah satu pengendalian hama
terpadu. Tanaman refugia adalah tanaman hias yang ditanam pada tepi lahan
yang berguna untuk mengendalikan hama, sehingga akan menarik serangga
pemangsa hama. Contoh tanaman refugia pada budidaya sawi putih di lahan
perkebunan Desa Sumber Brantas adalah bunga wortel. Contoh tanaman refugia
lainnya yang dapat ditanam pada lahan perkebunan Desa Sumber Brantas seperti
bunga pukul empat, bunga matahari, kenikir, bunga tapak dara, jengger ayam dan
kembang kertas, jenis gulma yang berbunga juga dapat dijadikan sebagai tanaman
refugia (Sari dan Fitrianti, 2022).
Hama siput merupakan hama yang dominan terdapat di lahan Desa Sumber
Brantas komoditas sawi, dimana gejala yang ditimbulkan berupa daun yang
berlubang-lubang yang menyebabkan tanaman sawi menjadi tidak segar dan
tampak layu. Cara pengendalian yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan
bahan kimia berupa Metapar 99 WP (Rizaldi et al., 2022). Bahan kimia tersebut
dapat mencegah serangan siput dengan cepat sehingga petani tidak akan
mengalami kerugian. Namun, penggunaan bahan kimia akan memberikan efek
negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang. Pengendalian hama siput pada
tanaman sawi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang
mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau contohnya seperti
menggunakan ekstrak umbi gadung. Ekstrak umbi gadung dapat dimanfaatkan
sebagai moluskisida yang dapat menghasilkan sianogen yang dapat terurai
32
menjadi asam hidrosianida (HCN) yang bersifat racun bagi hama jenis mollusca
(Budiyanto et al., 2021). Siput yang termasuk kedalam jenis mollusca dapat
dikendalikan menggunakan ekstrak umbi gadung. Hama siput yang diberikan
ekstrak umbi gadung akan menunjukkan perubahan pada warna yang menjadi
pucat dan akan mengeluarkan lendir dalam jumlah yang relatif banyak. Produksi
lendir yang berlebihan tersebut akan menyebabkan hama siput menjadi kesulitan
saat bernafas sehingga dapat menyebabkan kematian. Penggunaan moluskisida
nabati memiliki keunggulan dalam pengendalian hama, khususnya bahan
beracunnya cepat terurai menjadi zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan
residunya mudah hilang, sehingga tidak berdampak pada kehidupan tanaman,
lingkungan dan kesehatan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah
busuk batang (Rizaldi et al., 2022). Busuk batang terjadi pada batang dan lama
kelamaan akan menyebar ke seluruh bagian tanaman. Penyakit ini sering terjadi
pada musim hujan karena kondisi lembab memudahkan pertumbuhan bakteri.
Penanaman sawi pada musim penghujan dapat memanfaatkan mulsa yang dapat
memberikan keuntungan berupa mencegah masuknya air hujan yang langsung
mengenai media tanam (Wakhid et al., 2012). Penggunaan mulsa akan
mengurangi kadar air yang menggenang akibat hujan pada media tanam yang
berpotensi menyebabkan penyakit busuk batang. Alternatif lain yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara menanam sawi pada musim kemarau. Sawi
merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat hidup di musim hujan dan
kemarau asalkan kebutuhan air pada tanaman sawi saat musim kemarau dapat
terpenuhi (Fuad, 2014). Penanaman pada musim kemarau akan menurunkan
kelembaban pada tanaman yang dapat menghambat perkembangan bakteri yang
berpotensi menyebabkan penyakit busuk batang pada tanaman sawi. Petani dapat
menggunakan pestisida yang digunakan untuk menyemprot fungisida.
Penggunaan pestisida secara rutin dan sesuai takaran akan membantu
mengurangi busuk batang pada tanaman sawi. Selain itu membuang tanaman
sawi yang terkena busuk batang juga menjadi salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh petani, agar busuk batang tidak dapat menyebar ke tanaman lain.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Desa Sumber Brantas,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan tujuan
pengendalian hama secara mekanis menggunakan metode yellow trap, pitfall, pan
trap, sweep net, serta pengamatan secara visual didapatkan bahwa serangga
yang ditemukan pada komoditas sawi putih di lokasi fieldtrip antara lain kumbang
daun, lalat buah, keong semak, dan siput lapangan. Adanya serangga yang
termasuk kedalam golongan hama mampu menyebabkan kerusakan tanaman
yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas dan hasil panen secara langsung.
Selain itu, pada pengamatan yang dilakukan pada komoditas sawi putih juga
ditemukan penyakit busuk daun. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme tersebut berpengaruh besar terhadap kegagalan petani dalam
memaksimalkan produksi sawi putih. Maka dari itu, diperlukan penanganan untuk
mengendalikan hama dan penyakit pada komoditas sawi putih tersebut dengan
cara yang benar dan tepat yaitu dengan melakukan pemberian pestisida berjenis
racun hama buldok dan supermat serta fungisida berjenis curzate, nebijin, dan
daconil dengan menerapkan 6T (tepat sasaran, tepat mutu, tepat waktu, tepat
jenis, tepat dosis dan tepat cara).
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk Field Trip
Berdasarkan fieldtrip yang sudah kami laksanakan maka saran yang dapat
kami berikan yaitu agar lahan pengamatan tidak terlalu jauh untuk menghemat
waktu dan biaya akomodasi sepenuhnya ditanggung oleh fakultas. Selain itu
penggunaan yellow trap, pitfall, pan trap, dan sweep net harus dilakukan dengan
baik dan benar agar mendapatkan berbagai jenis varietas hewan sebagai bahan
pengamatan.
6.2.2 Saran untuk Praktikum
Berdasarkan praktikum yang sudah kami laksanakan, saran yang dapat
kami berikan yaitu untuk setiap laboratorium yang digunakan untuk kegiatan
praktikum sebaiknya memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk demi menunjang
kegiatan praktikum. Selain itu, modul yang diberikan sebagai bahan acuan dan
juga sumber materi praktikum memiliki isi yang lebih lengkap dengan materi
terbaru. Pemberitahuan mengenai jenis spesimen yang dibawa sebagai bahan
praktikum sebaiknya dilakukan jauh jauh hari sebelum jadwal praktikum agar
34
Haryanto, H., dan Supeno, B. 2022. Populasi dan Intensitas Serangan Hama
Kumbang Perusak Daun (Phyllotreta vittata F.) pada Empat Jenis
Tanaman Sawi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokompleks, 1(1) : 38-47.
Ibrahim, E., Fahmi, D, A., dan Suryana, Y. 2019. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Petani dalam Pengelolaan Konservasi Musuh Alami sebagai
Upaya Pengendalian Tungro di Kalimantan Selatan. Jurnal Lahan
Suboptimal, 7(2) : 121-127.
Ilhamiyah., dan Ana, Z. 2016. Keanekaragaman Serangga Menggunakan
Perangkap Kuning Berperekat pada Pertanaman Sayuran. Prosiding
Hasil-Hasil Penelitian, 3(2) : 44-50.
Irdhawati, I., Titasia, N, K, N., dan Sahara, E. 2021. Voltametri Pelucutan Anodik
Menggunakan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Bentonit untuk
Penentuan Kadar Ion Cd (Ii) dalam Sayur Sawi Putih. Jurnal Riset Kimia,
12(2) : 166-176.
Isnaini, Y, N. 2013. Identifikasi Spesies dan Kelimpahan Lalat Buah Bactrocera
Spp di Kabupaten Demak. Doc. Diss. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan. Universitas Semarang.
Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol pada Berbagai Penggunaan
Lahan di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi.
1(2) : 58-71.
Julaily, N., dan Mukarlina, T, R, S. 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya L.). Jurnal Protobiont, 2(3) : 171-175.
Juniawan. 2021. Uji Daya Tarik Tiga Merk Atraktan untuk Pengendalian Hama
Lalat Buah (Bactrocera Spp.) Pada Tanaman Sayuran dan Buah-
Buahan (Attractiveness Test of Three Types Attractant on Fruit Fly
(Bactrocera Spp.) To Vegetables And Fruits). Jurnal Agri Peat, 22(1) :
59-65.
Kartikasari, H., Heddy, Y, B, S., dan Wicaksono, K, P. 2015. Urban Ecosystem
Services Kota Malang pada Musim Pancaroba Analysis of Insects
Biodiversity in Malabar Urban Forest as Urban Ecosystem Services of
Malang in The Transitional Season. Jurnal Produksi Tanaman, 3(8), 623-
631.
Kawirian, R, R., Nurcahyanto, A., Abdillah, D., Panggabean, G, T., Afif, M. I.,
Pulungan, A., Rahman, C, Q, A., Ishak, M., dan Krisanti, M. 2020.
Produktivitas Sekunder Organisme Bentik (Ordo Diptera) di Sungai
Cigambreng, Desa Tapos, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, 4(1), 43-48.
Koteng., Suryantini, R., dan Herawatiningsih, R. 2019. Identifikasi Serangga Hama
dan Tingkat Kerusakan Bibit Trembesi (Samanea saman (Jacq.). Merr.
di Areal Bpdashl Kapuas Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari, 7(3) :
1058-1067.
38
Kurniasih, F, P., dan Soedradjad, R. 2019. Pengaruh Kompos dan PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) pada Lahan Kering Terhadap
Produksi Sawi (Brassica rapa L.). Berkala Ilmiah Pertanian, 2(4) : 159-
163.
Lathifah, A., dan Jazilah, S. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Macam Pupuk
Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Putih
(Brassica Pekinensia L). Jurnal Ilmiah Pertanian, 14(1) : 1-8.
Leblanc, L.,Hossain, M, A., Khan, S, A., Jose, M, S., dan Rubinoff. 2013. A
Preliminary Survey of the Fruit Flies (Diptera: Tephritidae: Dacinae) of
Bangladesh. Proceedings of The Hawaiian Entomological Society. 45(1)
: 51-58.
Leu, P, L., Naharia, O., Moko, E, M., Yalindua, A., dan Ngangi, J. 2021. Karakter
Morfologi dan Identifikasi Hama pada Tanaman Dalugha (Cyrtosperma
Merkusii (Hassk.) Schott) di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Sains, 21(1) : 96-112.
Listyarini, L., Sari, N., dan Sutikno, F, R. 2011. Optimalisasi Fungsi Daerah
Penyangga Kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo (Studi Kasus:
Desa Sumber Brantas Kota Batu). Jurnal Tata Kota dan Daerah, 3(1) :
47-53.
Marian, E., dan Tuhuteru, S. 2019. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Pupuk
Organik Cair pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih
(Brassica pekinensis). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 17(2) : 134-144.
Meenu, G., Vikram, A., Bharat, N. 2013. Black ROT- A Devastating Disease of
Crucifers: A Review. Agricultural Research Communication Centre,
34(4) : 269-278.
Meilani, V. 2018. Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Hama Ulat Tritip
(Plutella xylostella) pada Tanaman Sawi Caisim (Brassica Juncea L.)
Doc. Diss. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
Mulyani, S., Kumalawati, Z., Nildayanti., Arif, R. 2022. Pengenalan Teknik Refugia
untuk Mengendalikan Hama Tanaman pada Kelompok Tani di Desa
Pitusungguh, Kabupaten Pangkep. Jurnal Aplikasi Teknologi Rekayasa
dan Inovasi, 1 (1) : 20-27.
Munthe, K., Pane, E., dan Panggabean, E, L. 2018. Budidaya Tanaman Sawi (
Brassica juncea L.) pada Media Tanam yang Berbeda secara Vertikultur.
Jurnal Agroteknologi Dan Ilmu Pertanian, 2(2), 138-151.
Nazirah, N. H. 2022. Pengaruh Radiasi Sinar Uv-C Terhadap Tanaman Sawi
(Brassica Juncae L.) Yang Dipapari Bakteri Erwinia Carotovora .
39
Sangadji, Z. 2017. Kajian Sistem Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) di
Petani Kelurahan Malawele Distrik Aimas Kabupaten Sorong. Jurnal
Ilmu Ilmu Eksakta, 9(1) : 16-24.
Saputra, D., Iswarini, H., & Afriyatna, S. (2018). ANALISIS PENDAPATAN
USAHATANI SAYURAN DENGAN POLA TANAM TUMPANGSARI
(Studi Kasus di Desa Gunung Liwat Kecamatan Sukamerindu
Kabupaten Lahat) Analysis Of Vegetable Farming Income Production
With Overlapping Planting Pattern (Case Study In Gunung Lewat Village
Sub-district Sukamerindu Lahat District). Societa: Jurnal Ilmu-Ilmu
Agribisnis, 6(2), 128-137.
Sari, D.E., dan Fitrianti, F. 2022. Perbandingan Jenis-Jenis Arthropoda pada
Lahan yang Diaplikasikan Pestisida Nabati dan Refugia. Jurnal Biologi
Makassar, 7(1) : 68-75.
Serniotti, E, N., Guzmán, L, B., Beltramino, A, A., Vogler, R, E., Rumi, A. dan Peso,
J, G. 2019. New Distributional Records ff The Exotic Land Snail
Bradybaena Similaris (Férussac, 1822) (Gastropoda, Bradybaenidae) in
Argentina. Bio Invasions. 8(1) : 1-13.
Setiawan, D. H. 2022. Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos
caudatus) Mengakibatkan Perbedaan Intensitas Serangan Hama Ulat
Tritip (Plutella xylostella) dan Berat Basah Tanaman Pakcoy (Brassica
rapa L.). Doc. Diss. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Siagian, L., Wilyus, & Nurdiansyah, F. (2019). Penerapan Pola Tanam
Tumpangsari Dalam Pengelolaan Hama Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.). Jurnal Agroecotania: Publikasi Nasional Ilmu
Budidaya Pertanian, 2(2), 32-42.
Siboro, R, E. 2022. Pengaruh Pemberian Mad Gib terhadap Peningkatan Kualitas
Pertumbuhan Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.). Doc. Diss.
Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Medan Area.
Sitepu, R. 2021. Efek Teknologi Sonic Bloom dan Pemanfaatan Tanaman Refugia
terhadap Kelimpahan Serangga Tanaman Sawi (Brassica juncea). Doc.
Diss. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Sohrab., Prasad, C, Hasan, W. 2018. Study on The Biology and Life Cycle of
Cucurbit Fruit Fly, Bactrocera cucurbitae (Coquillett). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry, 1(1) : 223-226.
Sudir., Nasution, A., Santoso., dan Nuryanto, B. 2014. Penyakit Blas Pyricularia
grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. Iptek
Tanaman Pangan, 9(2) : 85-96.
Suganda, T., dan Wulandari, D, Y. 2018. Curvularia Sp. Jamur Patogen Baru
Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Sawi. Agrikultura,
29(3), 119-123.
41
Widhayasa, B., dan Darma, E, S. 2022. Peranan Faktor Cuaca terhadap Serangan
Ulat Grayak Spodoptera Frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) pada
Tanaman Jagung di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Lembab, 4(2) : 93-98.
Wijayanti, A., Windriyanti, W., dan Rahmadhini, N. 2021. Peran Refugia sebagai
Media Konservasi Arthropoda di Lahan Padi Desa Deliksumber. Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 15(2) : 17-32.
Yanti, S, E, F., Masrul, E., dan Hannum, H. 2014. Pengaruh Berbagai Dosis dan
Cara Aplikasi Pupuk Urea terhadap Produksi Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) pada Tanah Inceptisol Marelan. Jurnal Agroekoteknologi, 2(2)
: 770-780.
Yasari, E., Esmaeili, A, M, A., Saedeh, M., And Mahsa, R, A. 2015. Enhancement
of Growth and Nutrient Uptake of Rapeseed (Brassicanapus L.) by
Applying Mineral Nutrients and Biofertilizers. Pakistan Journal of
Biological Sciences, 12(2) : 127-133.
Yulyatin, A., dan Diratmaja, I, A. 2015. Pengaruh Ukuran Benih Kedelai terhadap
Kualitas Benih. Jurnal Agros. 17(2) : 166-172.
Zulfia, V., dan Yusuf, R. 2014. Pengendalian Penyakit Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum) pada Tanaman Sawi (Brassicajuncea L.) dengan Berbagai
Dosis Trichoderma. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi. 13(2) :
992-1004.
LAMPIRAN
(Dinarwika et al.,
2014)
(Isnaini, 2013)
(Leu et al.,
2021)
(Purba, 2022).
44
(Baessler,
2021)
2. Nebijin Sufufamit
Sebelum 225Kg/Ha
Tanam
a b
c d
Gambar Lampiran 2. Serangga Hama
a b c
a b c d
Gambar Lampiran 4. Hama yang Ditemukan pada Tanaman
a : Kumbang Daun, b : Lalat Buah, c : Keong Semak, d : Siput Lapangan Abu-
Abu
a b
c d
Gambar Lampiran 6. Pengendalian Hama secara Mekanis