Kasus 9 Gizi Buruk
Kasus 9 Gizi Buruk
Dosen Pembimbing:
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, MSi
dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si.,Sp.GK
dr. Enny Probosari, MSi.Med
disusun oleh
22030114130096
A. Gambaran Kasus
An. A (laki-laki, 36 bulan) masuk ke RS dengan keluhan nyeri pada ulu hati, muntah
SMRS 6x dan diare 2x dalam sehari. Pasien didiagnosis diare akut dehidrasi sedang dan
gizi buruk. Empat bulan lalu, pasien pernah menderita typoid.
Kebiasaan makan dan minum pasien tergambar dari data berikut. Pasien biasa minum
air putih sebanyak 1-2 gelas/hari, minuman instan 2 gelas/hari, susu kemasan 1
gelas/hari, teh manis 1 gelas/hari. Kebiasaan makan pasien tidak teratur, karena setiap
hari makan waktunya berbeda tergantung anak ingin makan atau tidak. Pasien biasa
mengkonsumsi nasi namun sedikit, yakni 3-5 sdm. Pasien juga biasa ngemil 1-2 bungkus
snack wafer/chiki. Mie instan 2x/minggu, ikan mujahir/ikan bandeng 1 sdm. Sayur yang
biasa dikonsumsi sayur bening dengan komposisi bayam/sawi sebanyak 2 sdm.
Sebelum masuk RS, pasien hanya mengkonsumsi sedikit karena adanya nyeri, yakni
nasi dengan total sehari sebanyak 6 sdm, kuah sop, tahu goreng 1 potong sedang. Pasien
juga mengkonsumsi biskuat 2 keping dicelup teh hangat.
Pasien memiliki TB 85 cm, BB saat ini 9,5 kg, sedangkan BB saat lahir 2,3 kg. Data
laboratorium menyebutkan hemoglobin 12,6 g/dl, leukosit 10.240 mm3, trombosit
293.000 mm3, hematokrit 36,8%, ureum 16,5 mg%, kreatinin 0,5 mg%. Nadi 110x/menit,
suhu 36,6oC.
Setiap kali makan pasien didampingi oleh ibu atau neneknya. Ketika bersama ibunya,
pasien sering dimarahi karena makan sering tidak dihabiskan. Orangtua pasien belum
pernah mendapat edukasi gizi tentang penyakit dan diet yang harus dijalankan oleh
pasien.
Lokasi pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas) cukup jauh dari tempat tinggal
pasien (4 km).
B. Skrining
Skrining yang dilakukan pada An.A adalah menggunakan Strong Kids
STRONG KIDS
Parameter Nilai
Apakah pasien tampak kurus? Ya 1
Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu
bulan terakhir? (berdasarkan penilaian objektif data Tidak 0
berat badan bila ada atau penilaian subjektif orang tua
pasien atau untuk bayi < 1 tahun berat badan tidak
naik selama 3 bulan terakhir)
Keterangan:
0 = Risiko Rendah
1 = Risiko Sedang
≥2 = Risiko Tinggi
C. Assessment Gizi1,2
1. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)
a. FH SMRS
kebutuhan)
FH -1.6.2.8 FFQ = 2,1 mg Asupan zink kurang
Zinc (memenuhi 42% dari
kebutuhan)
Kesimpulan: asupan zat gizi makro dan ikro An. A tergolong rendah hal ini
disebabkan karena terjadi penurunan nafsu makan.
b. FH MRS
D. Diagnosis Gizi
10
- Inadequate Oral Intake (NI 2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu makan dan
nyeri ulu hati ditandai dengan kurangnya asupan energi (22,4%), karbohidrat
(10,5%), protein (30,1%) dan lemak (23,6%).
- Malnutrisi (NI 5.2) berkaitan dengan gizi buruk ditandai dengan z-score -3,12 SD
3. Implementasi
a. Pemberian diet
- Memberikan asupan secara oral sebanyak 1239,7 kkal secara secara bertahap,
dengan menggunakan sumber karbohidrat kompleks, tinggi serat, vitamin,
dan mineral.
- Memberikan asupan makanan dengan konsistensi lunak atau makanan biasa
pada masa pemulihan
- Memberikan formula F75
11
- Diet diberikan sebanyak 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan dengan
porsi kecil.
b. Edukasi
Edukasi gizi diberikan kepada orang tua atau pengasuh pasien guna
menunjang proses penyembuhan pasien. Edukasi yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua atau pengasuh pasien mengenai masalah
gizi yang dialami dan cara untuk mencegah dan mengatur diet bagi pasien.
Edukasi dilakukan dengan durasi kurang lebih 30 menit sebanyak 2 kali
pertemuan. Edukasi ini dapat dilakukan di ruang perawatan pasien dengan
menggunakan media leaflet atau poster, daftar bahan makanan penukar serta
contoh menu untuk pasien gizi buruk.
c. Konseling
Konseling yang diberikan kepada orang tua atau pengasuh bertujuan untuk
membangun komitmen dengan keluarga pasien dalam upaya mencapai
kesembuhan pasien. Dimana peran orang tua dan pengasuh pasien diharapkan
dapat memberi dukungan agar pasien menjadi termotifasi untuk melakukan
rekomendasi diet yang diberikan. Konseling gizi dilakukan dengan durasi 30-40
menit dalam waktu satu minggu sekali dengan menggunakan media leaflet/poster,
food model, daftar bahan makanan penukar, dan contoh rekomendasi menu untuk
pasien anak dengan gizi buruk.
12
G. Pembahasan
Gizi buruk merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang memiliki status gizi
dibawah rata-rata. Balita dikatakan mengalami gizi buruk apabila nilai z-score untuk
BB/TB dibawah angka -3 SD. Gizi buruk dapat diketahui melalui beberapa analisis data
klinis maupun antropometri. Data klinis menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi
dimana perubahan ini berhubungan dengan kekurangan gizi yang dpaat dilihat dari
jaringan epitel seperti kulit, rambut, atau mata. Berdasrkan data antropometri dapat
diketabui melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas. Gizi
buruk diklasifikasikan menjadi 3 yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus
kwasiorkor.3 Gizi buruk yang terjadi pada balita tentunya akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi tidak optimal. Sehingga gizi buruk harus
segera ditangani dengan baik.
Pada kasus in diketahui bahwa An. A mengalami gizi buruk dengan beberapa
penyakit penyerta sepert diare dan nyeri ulu hati. Saat masuk RS dilakukan skrining
kepada AN A dengan menggunaka STRONG KIDS Tools, hasil skrining menunjukkan
bahwa An. A berisiko tinggi malnutrisi. Sehingga dilakukan asessment pada An. A,
berdasarkan data riwayat asupan diketahui bahwa asupan zat gizi makro dan mikro yang
diasup oleh An. A masih defisit. Dari data antropometri diketaui bahwa An.A memliki
nilai z-score -3,12 SD yang termasuk kategori gizi buruk. Berdasrkan data biokimia
13
diketahui bahwa An. A mengalami leukositosis, dimana kadar leukosit melebihi normal.
Temuan klinis yang diperoleh adalah denyut nadi anak A termasuk dlaam kategori cepat.
Berdasarkan data riwayat pasien diketahui bahwa An A yang berusa 36 bulan in
mengalami nyeri ulu hati, diare akut, tipoid, dan dehidrasi sedang.
Berdasarkan data pengkajian gizi, diagnosis yang diberikan kepada An.A adalah
(1) Inadequate Oral Intake (NI 2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu makan dan nyeri
ulu hati ditandai dengan kurangnya asupan energi (22,4%), karbohidrat (10,5%), protein
(30,1%) dan lemak (23,6%). (2)Malnutrisi (NI 5.2) berkaitan dengan gizi buruk ditandai
dengan z-score -3,12 SD.
Dari rumusan diagnosisi tersebut maka dapat disusun rencan intervensi yang
sesuai dengan masalah gizi An.A. intervensi ini bertujuan untuk Meningkatkan status gizi
menjadi optimal, meningkatkan berat badan secara bertahap, memberikan asupan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dengan memperhatikan kondisi pasien,
mengurangi keluhan (myeri ulu hati), serta meningkatkan pengetahuan orang
tua/pengasuh anak mengenai pola makan yang seimbang dan sesuai kebutuhan pasien.
Intervensi yang diberikan berupa pemberian rekomendasi diet, edukasi, dan
konseling kepada keluarga atau pengasuh pasien. Edukasi yang dilakukan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dan pengasuh pasien mengenai masalah gizi
yang dialami dan cara untuk mencegah dan mengatur diet bagi pasien. Edukasi dilakukan
dengan durasi kurang lebih 30 menit sebanyak 2 kali pertemuan. Edukasi ini dapat
dilakukan di ruang perawatan pasien dengan menggunakan media leaflet atau poster,
daftar bahan makanan penukar serta contoh menu untuk pasien gizi buruk. Selian edukasi
juga dilakukan konseling kepada orang tua atau pengasuh yang bertujuan untuk
membangun komitmen dengan keluarga pasien dalam upaya mencapai kesembuhan
pasien. Dimana peran orang tua dan pengasuh pasien diharapkan dapat memberi
dukungan agar pasien menjadi termotifasi untuk melakukan rekomendasi diet yang
diberikan. Konseling gizi dilakukan dengan durasi 30-40 menit dalam waktu satu minggu
sekali dengan menggunakan media leaflet/poster, food model, daftar bahan makanan
penukar, dan contoh rekomendasi menu untuk pasien anak dengan gizi buruk.
Monitoring dan evaluasi digunakan sebagai acuan keberhasilan program dan
intervensi yang diberikan yaitu dapat terpenuhinya asupan makanan yang sesuai dengan
14
kebutuhan pasien, nilai laboratorium mencapai normal, perubahan perilaku makan pasien
menjadi lebih baik, selain itu terjadinya perubahan sikap keluarga dan pasien menjadi
lebih taat dalam menjalankan program diet yang diberikan.
H. Daftar Pustaka
2. Mahan K, Raymond J. Krauses’s Food & The Nutrition Care Process. 14 ed. Canada:
Elsevier; 2017.
I. Lampiran-lampiran
1. Perhitungan kebutuhan
Perhitungan kebutuhan menggunakan Rumus Nelson
15
Feses = 10% G
1.127 + 112,7 = 1.239,7 kkal
= 10% 1.127
= 112,7 kkal(H)
16
4. Analisis menu
17
Wortel, jagung 20
Susu sapi Susu sapi 100
Selingan Bubur kacang hijau Kacang hijau 50
Jus alpukat Alpukat 100
Siang Nasi tim Nasi putih 50
Pepes tahu Tahu 20
Ikan bumbu kuning Ikan tongkol 20
Sop brokoli Brokoli 50
Mangga Buah mangga 30
Selingan sore F-75 Formula WHO 75 100
Malam Nasi tim Nasi tim 50
Sop jagung wortel Daging ayam 20
Jagung manis 20
Wortel 20
Pepaya Buah pepaya 30
Analisis zat gizi menu:
Energi: 652 kkal
Protein: 30 gr
Lemak: 17,3 gr
Karbohidrat: 98,5 gr
Serat: 7,8 gr
Zat besi: 4 mg
Vitamin C: 44,1 mg
Kalsium: 222 mg
Zink: 3,1 mg
18
5. Media konseling
19
20
21