Anda di halaman 1dari 16

JALSAH ULA

MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR


1. KH. Firjoun Barlaman 1. Ust. Ali Romzi
2. KH. Asyhar Sofwan 2. Ust. Bagus Aminulloh
3. K. Anang Darunnaja 3. Ust. Lutfi Hakim Ust. Ufi Bi’ahdikal Haq
4. Agus Ibrohim Al Hafidz 4. Ust. M Halimi
5. K. Abdul Manan 5. Ust. A Muwafiq
6. K. Saiful Anwar 6. K. kholid Afandi
NOTULEN
7. K. Fauzi Hamzah 7. Agus M. Hamim HR.
Agus Suny Dinu
8. K. Bahrul Munir 8. Ust. Vaurak Tsabat
Muhammad
9. Ust. Fahrur Rozi
Ust. Ahmad
10. Ust. A Muzakki
Muhammad
Ust. M. Ayyub Al Jamil

Memutuskan

1. KONTROVERSI FATWA KUPI | PP. Lirboyo Induk


Deskripsi Masalah:

Akhir-akhir ini publik kembali dihebohkan oleh Hasil Keputusan Ulama


Perempuan Indonesia II (KUPI II) yang telah mencetuskan tiga fatwa terkait masalah
perempuan.
KUPI II memutuskan bahwa khitan perempuan tanpa ada alasan medis hukumnya
haram. Hal ini diputuskan dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia II (KUPI II)
yang digelar di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah pada
tanggal 24-26 Nopember 2022 lalu. Menurut KUPI II, hukum tersebut dinyatakan
berdasarkan kejelasan ilmiah. Khitan perempuan atau yang dalam dunia medis dikenal
dengan istilah Pemotongan dan Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP) terbukti
berdampak merugikan perempuan. Seperti diketahui, Komnas Perempuan dan Pusat
Studi Kependudukan dalam Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah
menjelaskan bahwa khitan perempuan dapat membahayakan kesehatan untuk jangka
pendek, menengah, dan panjang, serta kesulitan buang air kecil dan besar. Misalnya
dalam praktek khitan perempuan atau P2GP tipe satu. Berdasarkan peninjauan
sistematik terhadap 17 penelitian, ditemukan dampak yang jelas terhadap komplikasi
kesehatan seperti rasa sakit, pendarahan, infeksi, serta kesulitan buang air kecil dan
besar. Menurut WHO, praktek Khitan perempuan tipe satu ini paling banyak
ditemukan di Indonesia. P2GP tipe satu ini merupakan pemotongan sebagian atau
keseluruhan klitoris.

1
Dan juga, khitan perempuan umumnya dilakukan karena alasan sosial dan budaya.
Dalam beberapa budaya, prosedur ini merupakan syarat untuk seorang wanita dapat
menikah. Sementara pada beberapa budaya lain, khitan perempuan merupakan
bentuk penghormatan seorang wanita kepada keluarga. Seorang ulama zaman ini yang
berpendapat bahwa khitan perempuan merupakan hukum adat sehingga hukumnya
mubah adalah syeikh Dr. Ali Jum’ah dalam kitabnya Al-Bayan Lima Yusghil Al-Adzhan.
Bahkan beliau menambahkan jika khitan perempuan dianggap membahayakan
menurut dokter maka khitan perempuan harus dilarang.1
Hal tersebut bertolak belakang dengan Majlis Ulama Indonesia (MUI). MUI justru
menolak larangan khitan bagi perempuan melalui Fatwa MUI Pusat No. 9A Tahun
2008 yang berbunyi:“Khitan Bagi laki-laki maupun perempuan termasuk fitrah
(aturan) dan syiar Islam. Dan khitan terhadap Perempuan adalah makrumah
(kemuliaan). Pelaksanaannya sebagai ibadah yang dianjurkan” Dalam kutubussalaf
sendiri, para Ulama Syafi’iyyah telah memberikan rumusan mengenai hukum khitan,
bahwa khitan baik bagi kalangan laki-laki ataupun perempuan hukumnya adalah wajib
sebagaimana dalam kitab Fathul Mu’in:
) ‫ ( أن اتبع ملة إبراهيم‬:‫)و وجب ختان) للمرأة والرجل حيث لم يولدا مختونين لقوله تعالى‬
Fatwa menarik lain yang dikemukakan KUPI II adalah mengenai kewajiban
menghentikan kehamilan bagi para korban pemerkosaan sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Prof. Hj. Masyitah Umar, Guru Besar UIN Antasari Banjarmasin
menyebutkan bahwa hukum melindungi jiwa perempuan dari bahaya kehamilan
akibat pemerkosaan adalah wajib di usia berapa pun kehamilannya, baik dengan cara
melanjutkan atau menghentikan kehamilan, sesuai dengan pertimbangan darurat
medis dan atau psikiatris.
Pertanyaan:
a. Apakah dapat dibenarkan keputusan KUPI II sebagaimana dalam deskripsi,
mengenai keharaman khitan perempuan?
Jawaban:
Keputusan KUPI II tidak tepat atau tidak dibenarkan, karena ke empat teknis tipe
khitan tidak sesuai dengan khitan yang disyariatkan. Sebab:
1. Tidak semua khitan berdampak buruk bagi kesehatan jika dilakukan secara tepat
dan oleh tenaga profesional, seperti menyayat atau menghilangkan colum yang
menutupi klitoris, sebagaimana prosedur khitan yang dianjurkan dalam Islam.
2. Prosedur khitan secara aman telah diatur dalam peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 1636/Menkes/Per/XI/2010, sehingga praktek khitan
yang berdampak buruk dipastikan menyalahi prosedur dan dianggap malpraktek.

Catatan:
Secara umum, terdapat empat tipe khitan perempuan, yaitu:

‫ه لم‬++‫ا إن‬++‫ية؛ كم‬++‫ وهو أسوتنا يبين المسلك القويم في تلك القض‬،‫ وترك النبي ختان بناته مع انتشاره في المدينة‬،‫ فلم يرد عن النبي لو أنه ختن بناته‬،‫ وعلى الرغم من ذلك‬1
‫ادة من‬++‫ فكان استمرار تلك الع‬،‫يرد نص شرعي صحيح صريح يأمر المسلمين بأن يختنوا بناتهم حتى بمفهوم المرحلة األولى التي ينصح بها األطباء في بعض الحاالت‬
‫ذ‬++‫ أما مع ظهور تلك األضرار البالغة التي قد تصل إلى الموت بما قرره أهل الطب في المراحل الثالثة األخرى فيكون منعه حينئ‬،‫باب المباح عنـد عدم ظهور األضرار‬
‫ وقد المسلمون مع هذا الواقع الجديد بمنتهى الفهم الحضاري في نظامهم‬،‫ أو لغير ذلك األسباب‬،‫ وحدوث تلك األضرار قد تكون الختالف الزمان والغذاء والهواء‬،‫واجًبا‬
.‫القانوني واألخالقي‬
Dr. Ali Jum'ah, Al-Bayan Lima Yusghil Al-Adzhan vol. 1, h. 99 (Kairo: Dar Al-Muqatam).

2
Tipe 1: Tipe khitan perempuan ini juga dikenal dengan sebutan klitoridektomi. Pada
tipe ini, sebagian atau seluruh klitoris diangkat.
Tipe 2: Pada khitan perempuan tipe 2, tak hanya sebagian atau seluruh klitoris yang
diangkat, tapi juga labia. Labia adalah "bibir" bagian dalam dan luar yang mengelilingi
vagina.
Tipe 3: Pada khitan perempuan tipe 3, labia dijahit menjadi satu untuk membuat
lubang vagina lebih kecil. Sunat perempuan tipe ini disebut juga dengan istilah
infibulasi.
Tipe 4: Khitan perempuan tipe 4 mencakup semua jenis prosedur yang merusak alat
kelamin wanita untuk tujuan nonmedis, termasuk dengan cara menusuk, memotong,
mengikis, atau membakar.
Sekitar 90% kasus khitan perempuan termasuk dalam tipe 1, 2, atau 4. Sementara
sisanya, yaitu sekitar 10% atau lebih, merupakan khitan perempuan tipe 3.
Istilah khitan perempuan dengan segala type di atas sebenarnya tidak tepat. Istilah
yang lebih tepat untuk prosedur ini adalah mutilasi alat kelamin perempuan (female
genital mutilation). Pasalnya, bukan hanya kulup atau lipatan kulit yang mengelilingi
klitoris yang diangkat dalam prosedur ini, tetapi juga klitoris itu sendiri.
Sedangkan khitan perempuan dalam Islam hanya sekedar menghilangkan selaput
(jaldah/colum/preputium) yang menutupi klitoris atau dikenal dengan istilah tudung
klitoris. Dalam konteks keindonesiaan, khitan perempuan sendiri diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang khitan bagi wanita; yaitu Peraturan Menteri
Kesehatan Repubublik Indonesia nomor 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang Sunat
Perempuan. Dijelaskan bahwa khitan perempuan adalah tindakan menggores kulit
yang menutupi bagian depan klitoris, tanpa melukai klitoris. Khitan perempuan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, yaitu dokter, bidan dan perawat yang
telah memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Orang yang melakukan khitan
pada perempuan diutamakan adalah tenaga kesehatan perempuan.

Referensi
‫ه الحنبلي‬FF‫رح منتهى اإلرادات = فق‬FF‫ش‬ .2
‫ ‍ه‬١٤٧١ ‫فتاوي تهم المرأة للسيد عبدهللا بن محفوظ الحداد ت‬ .1 ٤٤/١
٧٧ ‫ص‬
:‫فحة‬F‫ رقم الص‬1 :‫زء‬F‫رة العين رقم الج‬FF‫رح ق‬FF‫زين ش‬FF‫ة ال‬FF‫نهاي‬ .3
٢٥٦/١ ،‫كفاية النبيه في شرح التنبيه‬ .4
316
٣٠٤/١ ،‫المجموع شرح المهذب‬ .5 1/302, ‫المجموع شرح المهذب‬ .6

٧٧ ‫ ‍ه ص‬١٤٧١ ‫فتاوي تهم المرأة للسيد عبدهللا بن محفوظ الحداد ت‬ 


‫ إن ختان البنت َم كُرمٌة‬: ‫ ما الفائدة من ختان البنت وما الحكم في َم ن ال يختن من البنات؟ الجواب‬:‫(حكم ختان البنت) س‬
‫ «أشّم ي وال تنهكي ) يريد اقطعي من أعلى البظر شيًئا يسيًرا‬:‫ وقد قال الرسول ﷺ الخافضة أهل المدينة‬.‫وتطهير‬
‫ذهب‬++‫ وم‬،‫ل‬++‫ فمذهبنا أنه واجب للبنت كالرج‬،‫ فإنه أحظى للرجل وقد اختلف العلماء في هذا الختان‬،‫وال تأخذي منه كثيًر ا‬
.‫ وهللا أعلم‬.‫ ولكن ترك خفاض البنت فيه تشبه بالغربيات‬.‫ والمسائل المختلف فيها ال إثم فيها‬،‫غيرنا أنه سّنة ومكرمة‬
٤٤/١ ‫شرح منتهى اإلرادات = فقه الحنبلي‬ 
‫ْل‬ ‫ْخ‬ ‫َأ‬ ‫ْنَث‬‫ُأ‬
‫ إْن ا َتَص َر َع ى ِر َها َج اَز (َو ) َيِج ُب ِخ َت اُن ( ى) ِب ِذ ِج َدٍة َف ْو َق‬:‫ َو َقاَل َجْم ٌع‬،‫َو َيِج ُب ِخ َتاُن َذ َك ٍر) ِبَأْخ ِذ ِج ْلَد ِة اْلَح َشَفِة‬
‫ْكَث‬‫َأ‬ ‫َل‬ ‫ْق‬
‫ َفِإَّن ُه َأْنَض ُر ِلْلَو ْج ِه‬،‫ ِلَح ِد يِث «اْخ ِفِض ي َو اَل ُتْنِهِكي‬،‫ َو ُيْس َتَح ُّب َأْن اَل ُتْؤ َخ َذ ُك ُّلَه ا َنًّص ا‬، ‫ِّديِك‬+‫َم َح ِّل اِإْل ياَل ِج ُتْش ِبه ُع ْر َف ال‬
،‫َّز ْو ِج َج ْب ُر َز ْو َج ِت ِه اْلُم ْس ِلَم ِة َع َلْي ِه‬+‫ َو ِلل‬،‫ َر َو اُه الَّطَبَر اِنُّي َو اْلَح اِكُم َع ْن الَّض َّحاِك ْبِن َقْيٍس َم ْر ُفوًع ا‬. »‫َو َأْح َظى ِع ْند الَّز ْو ِج‬
.‫ َقْو ُلُه َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِلَر ُج ٍل َأْس َلَم «َأْلِق َع ْنَك َشْع َر اْلُك ْفِر َو اْخ َتِتْن » َر َو اُه َأُبو َداُو د‬:‫َو َد ِليُل ُو ُجوِبِه‬

3
‫نهاية الزين شرح قرة العين رقم الجزء‪ 1 :‬رقم الصفحة‪316 :‬‬ ‫‪‬‬
‫(ووجب) قطع سرة المولود بعيد والدته بعد نحو ربطها لتوقف إمساك الطعام عليه‪ ،‬ووجب أيض‪ً+‬ا (خت‪++‬ان) ل‪++‬ذكر وأن‪++‬ثى‬
‫إن لم يولدا مختونين (ببلوغ) وعقل النتفاء التكليف قبلهما فيجب ذلك فورًا بعدهما ما لم يخف من الختان في ذل‪+‬ك ال‪+‬زمن‬
‫وإال أخر إلى أن يغلب الظّن السالمة منه‪ ،‬فلو غلب على ظن‪+‬ه احتمال‪+‬ه للخت‪+‬ان وأن الس‪+‬المة هي الغالب‪+‬ة فختن‪+‬ه فم‪+‬ات لم‬
‫يضمنه ……‪..‬ثم كيفية الختان في الذكر بقطع جميع ما يغطى حشفته حتى تنكشف كله‪+‬ا‪ ،‬وإذا نبتت الغرل‪+‬ة بع‪+‬د ذل‪+‬ك ال‬
‫تجب إزالتها لحصول الغرض بما فعل أّو ًال‪……،‬وفي األنثى بقطع جزء يطلق عليه اس‪++‬م الخت‪++‬ان من اللحم‪++‬ة الموج‪++‬ودة‬
‫بأعلى الفرج فوق ثقبة البول تشبه عرف الديك وتسمى البظر‪ ،‬ف‪++‬إذا قطعت بقي أص‪++‬لها ك‪++‬النواة وتقلي‪++‬ل المقط‪++‬وع أفض‪++‬ل‬
‫لقوله للخاتنة‪« :‬أشمي وال تنهكي فإنه أحظى للمرأة وأحب للبعل» ‪ .‬أي لزيادته في لذة الجماع‪ ،‬وفي رواية أسرى للوجه‬
‫أي أكثر لمائه ودمه‪.‬‬
‫حاشية البجيرمي على الخطيب ‪٢١٧/١‬‬ ‫‪‬‬
‫قوله‪( :‬إال ما قطع في الختان) قوله‪ :‬وهو في الذكر يسمى قلفة وفي األنثى بظرا‪ .‬اهـ‪ .‬فال ينقض كل منهما بعد قطعه‪ ،‬أما‬
‫حال اتصاله فقال م ر في شرحه شمل ما يقطع في ختان المرأة ولو بارزا حال اتصاله‪ ،‬أما محله إذا قطع فالذي نقله م ر‬
‫في شرح العباب وسم على الكتاب أنه ال نقض‪ ،‬لكن في حواشي الروض للش‪++‬هاب م ر النقض‪ .‬ق‪++‬ال بعض ش‪++‬يوخي‪ :‬وال‬
‫محيص عنه‪ .‬اهـ اج‪ .‬قلت‪ :‬ما في حواشي الروض ليس بمعتمد؛ ألن محل البظر إذا قطع يكون داخل الف‪+‬رج كم‪+‬ا ص‪+‬رح‬
‫به اللغويون وغيرهم‪ ،‬وممن صرح بذلك الشهاب في شرح العباب حيث قال ما نصه في باب الغسل‪ :‬إن المقط‪++‬وع جل‪++‬دة‬
‫رقيقة فإنه كعرف الديك بين الشفرين وهما يحيطان به وبمخرج البول والحيض‪ ،‬وفي حاشية الش‪++‬هاب ق ل على المحلى‬
‫ما نصه‪ ،‬ما نقل عن شيخنا م ر‪ :‬أن محل البظر بعد قطعه ناقض لم يثبت عنه‪ ،‬وإن وجد في بعض نسخ شرحه‪ .‬اهـ‪.‬‬
‫كفاية النبيه في شرح التنبيه‪٢٥٦/١ ،‬‬ ‫‪‬‬
‫والواجب في حق المرأة قطع اللحمة كما قال الرافعي‪ ،‬أو الجلدة ‪ -‬كما قال الم‪++‬اوردي ‪ -‬ال‪++‬تي في أعلى الف‪++‬رج ف‪++‬وق ثقب‬
‫البول وهي تشبه عرف الديك‪ ،‬فإذا قطعت بقي أصلها كالنواة‪ ،‬ويكفي أن يقط‪++‬ع م‪++‬ا يق‪++‬ع علي‪++‬ه االس‪++‬م‪ .‬وروي أن‪++‬ه ‪ -‬علي‪++‬ه‬
‫السالم ‪ -‬ق‪+‬ال ألم عطي‪+‬ة ‪ -‬وك‪+‬انت تخفض النس‪+‬اء ‪" :-‬ي‪+‬ا أم عطي‪+‬ة إذا خفض‪+‬ت فأش‪+‬مي وال تنهكي؛ فإن‪+‬ه أس‪+‬رى للوج‪+‬ه‪،‬‬
‫وأحظى عند الزواج" أي‪ :‬ال تبالغي في القطع؛ فإنه يؤثر انقطاع الشهوة؛ كما قاله القاض‪++‬ي الحس‪++‬ين‪ ،‬وات‪++‬ركي الموض‪++‬ع‬
‫أشم‪ ،‬أي‪ :‬مرتفعًا‪ .‬وقوله‪" :‬أسرى للوجه" أي‪ :‬أصفى‪ ،‬وقيل عني به‪ :‬ما يحصل لها في نفس الزوج من الحظوة بها‬
‫المجموع شرح المهذب‪٣٠٤/١ ،‬‬ ‫‪‬‬
‫ويستحب أن يقتصر في المرأة على شئ يسير وال يبالغ في القطع‪ :‬واستدلوا فيه بحديث عن أم عطية رضي هللا عنه‪++‬ا أن‬
‫امرأة كانت تختن بالمدينة فقال لها النبي صلى هللا عليه وسلم ال تهكي فإن ذلك أحظى للم‪++‬رأة وأحب إلى البع‪++‬ل رواه أب‪++‬و‬
‫داود ولكن قال ليس هو بالقوي وتنهكي بفتح التاء والهاء أي ال تبالغي في القطع وهللا أعلم‬
‫المجموع شرح المهذب ‪1/302,‬‬ ‫‪‬‬
‫فرع قد ذكرنا أنه ال يجب الختان حتى يبلغ فإذا بلغ وجب على الفور قال صاحب الحاوي وإمام الحرمين وغيرهم‪++‬ا ف‪++‬إن‬
‫كان الرجل ضعيف الخلقة بحيث لو ختن خيف عليه لم يجز أن يختن بل يتنظر حتى يصير يغلب على الظن سالمته قال‬
‫صاحب الحاوي ألنه ال تعبد فيما يفضي إلى التلف‬

‫‪b. Apakah dapat dibenarkan keputusan KUPI II mengenai kewajiban menghentikan‬‬


‫?‪kehamilan korban pemerkosaan dalam usia kandungan berapapun‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Keputusan KUPI II tidak dapat dibenarkan, karena menimbang:‬‬
‫‪1) Kekhawatiran akan keselamatan ibu di saat melahirkan masih bersifat dugaan‬‬
‫)‪(dhoror mauhum) sehingga belum cukup untuk tindakan aborsi (dhoror muhaqqoq‬‬
‫‪2) Melakukan tindakan aborsi dengan alasan “Psikiatris” (kesehatan jiwa) belum‬‬
‫‪sebanding dengan menghilangkan nyawa.‬‬
‫‪3) Pelegalan aborsi dalam kasus pemerkosaan akan membuka ruang tindakan‬‬
‫‪perzinahan.‬‬
‫‪Referensi‬‬
‫سبعة كتب مفيدة ص ‪160-158 :‬‬ ‫‪.1‬‬ ‫فتاوى محمود شلتوت (ص‪ )354 :‬المعاصرة‬ ‫‪.2‬‬
‫أحكام الجراحة الطبية ص ‪429-428 :‬‬ ‫العزيز على شرح الوجيز الجزء السابع ص ‪.3 482 :‬‬ ‫‪.4‬‬
‫الفتاوي أبو عبد المياشي‪ -‬قض‪FF‬ية اإلجه‪FF‬اض للج‪FF‬نين‬ ‫‪.5‬‬
‫الموسوعة الفقهية الكويتية ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)57‬‬ ‫‪.6‬‬
‫بين المشروع والممنوع ص ‪10-7‬‬

‫‪Referensi:‬‬

‫سبعة كتب مفيدة ص ‪160-158 :‬‬ ‫‪‬‬

‫‪4‬‬
‫اذا تقرر ذلك فاعلم ان مسئلة استعمال التنباك شربا وس‪++‬عوطا من جمل‪++‬ة إف‪++‬راد االم‪++‬ور المتش‪++‬بهات ال‪++‬تي فس‪++‬رها العلم‪++‬اء‬
‫رحمهم هللا تعالى بكل ما ليس بواضح الحال والحرمة مما تنازعته االدلة وتجاذبت‪++‬ه المع‪++‬اني واالس‪++‬باب الى ان ق‪++‬ال ومن‬
‫اجل ذلك انقسم العلماء في الكالم على حكمه ثالثة مذاهب المذهب االول مذهب من اطلق القول بتحريم استعماله الى ان‬
‫قال المذهب الثاني مذهب من اطلق القول بعدم تحريم اس‪++‬تعمال التنب‪++‬اك الم‪++‬ذكور الى ان ق‪++‬ال الم‪++‬ذهب الث‪++‬الث من لم ي‪++‬ر‬
‫اطلق القول بتحريم اس‪+‬تعمال التنب‪+‬اك او تحليل‪+‬ه الن‪+‬ه ي‪+‬رى ان المق‪+‬ام مق‪+‬ام تفص‪+‬يل والقاع‪+‬دة ان االطالق للحكم في مق‪+‬ام‬
‫التفصيل خطأ فيرى ان جميع االحكام الشرعية الخمسة الحرمة والكراهة والوجوب والندب واالباح‪++‬ة تج‪++‬ري في مس‪++‬ئلة‬
‫استعمال التنباك بحسب المقتضيات الوضعية الشرعية ‪...‬الى ان قال‪ ...‬فاعلم ان امثلة ذلك ال ت‪++‬دخل تحت الحص‪++‬ر ولكن‬
‫البأس باالشارة الى بيان ذلك فيما نحن بصدده من جميع االحكام الخمسة فمن امثلة باب الحرام ان يقال استعمال التنب‪++‬اك‬
‫لمن كان استعماله له ليس اال على وجه االسراف المحرم اوترتب على استعماله ضرر محرم يكون ذل‪++‬ك حكم‪++‬ا وض‪++‬عيا‬
‫لحرمة استعمال التنباك في حق من هذا صفته‪ ...‬الى ان قال‪ ...‬ومن امثلة باب المكروه ان يقال اس‪++‬تعمال التنب‪+‬اك اختل‪+‬ف‬
‫العلماء رحمهم هللا تعالى في حكمه واختالفهم في الشيئ حكم وضعي لكراهة اقتحام الريب قال عليه الصالة والسالم دع‬
‫ما يريبك الى ما اليريبك رواه النسائ والترمذي والحاكم وصححاه ومن امثلة ب‪++‬اب الوج‪++‬وب ان يق‪++‬ال دف‪++‬ع الض‪++‬رر عن‬
‫النفس اذا تعين حكم وضعي لوجوب استعمال ما يقع به الدفع لمفهوم قوله تعالى وال تقتلوا انفسكم بل ل‪++‬و وقعت التجرب‪++‬ة‬
‫في ان الدفع لذلك الضرر ليس اال بتعاطي المحرم اكال وشربا وجب النه مضطر في بقاء روحه الى ان ق‪++‬ال ومن امثل‪++‬ة‬
‫باب الندب ان يقال دفع الضرر عن النفس من عارض ال‪+‬داء حكم وض‪+‬عي لن‪+‬دب اس‪+‬تعمال م‪+‬ا يق‪+‬ع ب‪+‬ه النف‪+‬ع من تع‪+‬اطى‬
‫الدواء لتظاهر االدلة السمعية المتكاثرة على مشروعة التداوي الى ان قال وقد ذكر االطباء المتأخرون ان‪++‬ه ينف‪++‬ع لوج‪++‬اع‬
‫الكبد ومن الحميات الغليظة ومن المغض واليرفان ولتجفيف الرطوبات وغير خوف جريان ما ذكر في التنباك سواء قلنا‬
‫بجواز استعماله او بحرمته وان كراهة التنباك وندبه ووجوبه يطلق عليه اسم الجائز بمعنى غ‪++‬ير الممن‪++‬وع من فعله‪++‬ا اهـ‬
‫رسالة في قمع الشهوات عن تناول التنباك‬
‫فتاوى محمود شلتوت (ص‪ )354 :‬المعاصرة‬ ‫‪‬‬
‫أما إسقاط الحمل فقد تكلم في حكمه فقهاؤنا‪ ،‬وتَّم اتفاقهم على أن إسقاطه بعد نفخ الروح فيه ـ وهو كم‪++‬ا يقول‪++‬ون ال يك‪++‬ون‬
‫إال بعد أربعة أشهر ـ حراٌم وجريمٌة‪ ،‬ال َيِح ُّل لمسلٍم أن يفعله؛ ألنه جنايٌة على حٍّي متكام‪+‬ل الَخ ْل ق‪ ،‬ظ‪+‬اهر الحي‪+‬اة‪ ،‬ق‪+‬الوا‪:‬‬
‫ولذلك وجبْت في إسقاطه "الِّد َيُة" إْن نزل حًّيا‪ ،‬وُعقوبٌة مالَّي ٌة أق‪ُّ++‬ل منه‪++‬ا إن ن‪++‬زل ميًت ا‪ .‬ولكنهم ق‪++‬الوا‪ :‬إذا ثبت من طري‪++‬ق‬
‫َم وثوق به أن بقاءه بعد تحُّقق حياته هكذا‪ُ ،‬يؤدي ال محالة إلى موت األم؛ فإن الشريعة بقواع‪++‬دها العام‪++‬ة‪ ،‬ت‪++‬أمر بارتك‪++‬اب‬
‫أخِّف الضررين‪ ،‬فإْن كان في بقائه موت األم‪ ،‬وكان ال ُم نقذ لها سوى إسقاطه‪ ،‬كان إس‪++‬قاطه في تل‪++‬ك الحال‪++‬ة ُم َتَع ِّيًن ا‪ ،‬وال‬
‫يضحي بها في سبيل إنقاذه؛ ألنها أصله‪ ،‬وقد استقرت حياتها ولها حٌّظ مستقل في الحي‪++‬اة‪ ،‬وله‪++‬ا حق‪++‬وق‪ ،‬وعليه‪++‬ا حق‪++‬وق‪،‬‬
‫وهي بعد هذا وذاك عماد األسرة‪ ،‬وليس من المعقول أن ُنضحي بها في سبيل الحياة لجنيٍن لم تستقّل حياُت ه‪ ،‬ولم يحص‪++‬ل‬
‫على شيء من الُحقوق والواجبات‪.‬‬
‫أحكام الجراحة الطبية ص ‪429-428 :‬‬ ‫‪‬‬
‫القول االول ‪ :‬ال يجوز رتق غشاء البكارة مطلقا ( الشيخ عز الدين الخطيب التميمي )‬
‫القول الثاني ‪ :‬التفصيل ‪ :‬أالول …‪ :‬اذا كان سبب التمزق حادث‪+‬ة او فعال ال يعت‪+‬بر في الش‪+‬رع معص‪+‬ية وليس وض‪+‬عا في‬
‫عقد النكاح ينظر ‪ :‬فان غلب على الظن ان الفتاة ستالقى عنتاوظلما بسبب االعرف والتقاليد ك‪+‬ان اج‪+‬راؤه واجب‪+‬ا ‪.‬وان لم‬
‫يغلب ذلك على ظن الطيب كان اجراؤه مندوبا الثاني …‪ :‬اذا كان سبب التمزق وطئا في عق‪++‬د نك‪++‬اح كم‪++‬ا في المطلق‪++‬ة او‬
‫كان بسبب زنا اشتهر بين الناس فانه يحرم اجراؤه الثالث …‪ :‬اذا كان سبب التمزق زنا لم يشتهر بين الناس كان الطيب‬
‫مخيرا بين اجرائه وعدم اجرائه‪ ,‬واجراءه اولى ‪( .‬الدكتور نعيم ياسين) تحديد محل الخالف ‪ :‬ينحصر محل الخالف بين‬
‫القولين في الحالة االولى ‪ ,‬والثالثة ‪,‬اما في الحالة الثانية فانهما متفقان على تحريم الرتق‬
‫العزيز على شرح الوجيز الجزء السابع ص ‪482 :‬‬ ‫‪‬‬
‫ومنها‪ :‬انه يجوز النظر والمس للفصد والحجامة والمعالجة لعلة وليكن ذل‪++‬ك بحض‪++‬ور المح‪++‬رم ويش‪++‬ترط فى ج‪++‬واز نظ‪++‬ر‬
‫الرجل الى المرأة أ ال يكون هناك امرأة تعالج وفى جواز نظر المرأة الى الرجل أال يكون هناك رجل يعالجه كذلك ذكره‬
‫ابو عبد هللا الزبيري والقاضى الروياني ايضا وعن ابن القاص خالفه ثم اصل الحاجة كاف فى النظر الى الوجه واليدين‬
‫ولذلك جاز النظر بسبب الرغبة فى النكاح وفى النظر الى سائر األعض‪++‬اء يعت‪+‬بر التأك‪++‬د وض‪++‬بطه اإلم‪++‬ام فق‪++‬ال مايج‪+‬اوز‬
‫اإلنتقال بسببه من الماء الى ال‪++‬تراب وفاق‪++‬ا او خالف‪++‬ا كش‪++‬دة الض‪++‬نى وم‪++‬ا فى معنه‪++‬ا يج‪++‬وز النظ‪++‬ر بس‪++‬ببه وفى النظ‪++‬ر الى‬
‫السوءتين يعتبر مزيد تأكد قال فى الوسيط‪ :‬وذلك بأن تكون الحاجة بحيث اليعد التكشف بسببها هتكا للمروءة ويع‪++‬ذر فى‬
‫العادات والى هذاالترتيب اشار فى تاكتاب بقوله‪ :‬وليمن الظر الى السوءتين لحاجة مؤكدة االدلة ‪ :‬دليل القول االول ‪( :‬ال‬
‫يجوز مطلقا ) اوال ‪ :‬ان رتق غشاء البكارة قد يؤدي الى اختالط االنساب فقد تحمل المرأة من الجماع السابق‪ ,‬ثم ت‪++‬تزوج‬
‫بعد رتق غشاء بكارتها ‪ ,‬وه‪++‬ذا ي‪++‬ؤدي الى الح‪++‬اق ذل‪++‬ك الحم‪++‬ل ب‪++‬الزوج واختالط الحالل ب‪++‬الحرام ثاني‪++‬ا ‪ :‬أن رت‪++‬ق غش‪++‬اء‬
‫البكارة فيه اطالع على المنكر ثالثا ‪ :‬ان رتق غشاء البك‪++‬ارة يس‪++‬هل للفتي‪+‬ات ارتك‪++‬اب حريم‪++‬ة الزن‪+‬ا لعلمهن بامك‪++‬ان رت‪+‬ق‬
‫غشاء البكارة بعد الجماع الى أن قال‪ ....‬سادسا ‪ :‬ان مبدأ رتق غشاء البكارة مبدأ غير شرعي النه نوع من الغش والغش‬
‫محرم شرعا سابعا ‪ :‬ان رتق غشاء البكارة يفتح ابواب الكذب للفتي‪++‬ات واهليهن الخف‪++‬اء حقيق‪++‬ة الس‪++‬بب ‪ ,‬والك‪++‬ذب مح‪++‬رم‬
‫شرعا ثامنا ‪ :‬ان رتق غشاء البكارة يفتح الباب لألطباء ‪ ,‬ان يلجئوا الى اجراء عمليات االجهاض ‪ ,‬واسقاط االجنة بحجة‬
‫الستر (‪ )2‬دليل القول الثاني "التفصيل" اوال ‪ :‬أن النصوص الشرعية دالة على مشروعية الس‪++‬تر وندب‪++‬ه و رت‪++‬ق غش‪++‬اء‬
‫البكارة معين على تحقيق ذلك في االحوال التي حكمنا بجواز فعله فيها ثانيا ‪ :‬أن المرأة بريئة من الفاحشة فإذا عجزنا ل‪++‬ه‬

‫‪5‬‬
‫فعل جراحة الرتق قفلنا باب سوء الظن فيه‪+‬ا فيك‪+‬ون في ذل‪+‬ك دف‪+‬ع للظلم عنه‪+‬ا وتحقيق‪+‬ا لم‪+‬ا ش‪+‬هدت النص‪+‬وص الش‪+‬رعية‬
‫باعتب‪++‬اره وقص‪++‬ده من حس‪++‬ن الظن ب‪++‬المؤمنين والمؤمن‪++‬ات الى ان ق‪++‬ال‪ ...‬ال‪++‬ترجيح ‪ :‬الى أن ق‪++‬ال ‪ ...‬الج‪++‬واب عن الوج‪++‬ه‬
‫االول ‪ :‬أن الستر المطلوب هو الذي شهدت نصوص الشرع باعتبار وسيلته ‪ ,‬و رتق غشاء البكارة لم يتحقق فيه ذلك بل‬
‫االصل حرمته لمكان كشف العورة وفتح باب الفساد‪.‬‬
‫الفتاوي أبو عبد المياشي‪ -‬قضية اإلجهاض للجنين بين المشروع والممنوع ص ‪10-7‬‬ ‫‪‬‬
‫المطلب الثاني‪ُ :‬ح ْك ُم إجهاض جنين االغتصاب‬
‫معنى االغتصاب‪َ :‬أْخ ُذ الشيء قهًرا وظلًم ا‪ .‬والمراد باالغتصاب هنا إكراه المرأة على الزنا‪.‬‬
‫إن جنين االغتصاب أثر من آثار ِفْع ِل المغتصب الصائل ( الظالم ) وثمرة من ثمراته‪.‬واالغتصاب بمعنى هت‪++‬ك الع‪++‬رض‬
‫واإلتيان بالفاحشة ظلًم ا وقهًر ا‪ ،‬جريمة مغلظة‪ ،‬تجمع بين ارتكاب فاحشة الزنا‪ ،‬التي هي كب‪++‬يرة من الكب‪++‬ائر‪ ،‬وبين إيق‪++‬اع‬
‫الظلم والقهر بالمغتصبة‪ ،‬البريئة الشريفة‪ ،‬وهو نوع من البغي الذي اعتبره اإلسالم كبيرة أخرى‪،‬وصدق هللا تعالى حيث‬
‫ق‪++‬ال‪ِ( :‬إَّن َهَّللا َي ْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِإيَت اِء ِذ ي اْلُق ْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذَّك ُروَن )‬
‫( النحل‪)90 :‬والشريعة اإلسالمية تأبى الخضوع أمام جبروت وغطرسة أهل الظلم والبغي واالغتصاب‪ ،‬فجعلت صدهم‬
‫وردهم نوًعا من الجهاد في سبيل هللا تعالى لتنقية المجتمع من شرودهم وآث‪++‬امهم‪.‬وبن‪++‬اء على م‪++‬ا س‪++‬بق نق‪++‬ول وباهلل تع‪++‬الى‬
‫التوفيق والسداد‪ :‬يجوز إجهاض جنين االغتصاب وذلك بالضوابط التالية‪:‬أواًل ‪ :‬التأكد من ثبوت حالة االغتصاب‪.‬ثانًيا‪ :‬أن‬
‫يتم اإلجهاض بعد االغتصاب مباشرة‪.‬ثالًثا‪ :‬أن ال يكون الجنين قد نفخت فيه ال‪+‬روح‪ ،‬ف‪+‬إن َم َّر على الج‪+‬نين أربع‪+‬ة أش‪+‬هر‬
‫ونفخت فيه الروح‪َ ،‬ح ُر َم إجراء عملية اإلجهاض‪.‬رابًعا‪ :‬يجب أن تتم عملية اإلجهاض تحت إشراف طبي مأمون مراعاة‬
‫لسالمة األم‪.‬خامًسا‪ :‬تتم عملية اإلجهاض بطلب من األم المغتصبة أو من ين‪++‬وب عنه‪++‬ا أم‪++‬ام الجه‪++‬ات الحكومي‪++‬ة الرس‪++‬مية‬
‫للتأكد من حال‪+‬ة االغتص‪++‬اب وإثباته‪++‬ا وتتب‪+‬ع الج‪+‬اني الظ‪+‬الم ال‪+‬ذي اعت‪+‬دى على ه‪+‬ذه الم‪++‬رأة الش‪++‬ريفة‪ .‬ال م‪++‬انع ش‪++‬رًعا من‬
‫العمليات الجراحية التي تجرى لألنثى التي اختطفت وأكرهت على مواقعتها جنسًيا إلع‪++‬ادة بكارته‪+‬ا‪.‬وال م‪+‬انع ش‪+‬رًعا من‬
‫تفريغ ما في أحشائها من نطفة ملوثة للذنب البشري بشرط أن ال يكون قد َم َّر على هذا الحمل مائة وعشرون يوًم ا‪ ،‬ألن‪++‬ه‬
‫ال يحل في هذه الحالة إسقاط الجنين لكونه أصبح نفًسا ذات روح يجب المحافظة عليها‪ ،‬واالعتداء عليه‪++‬ا ال يج‪++‬وز إال إذ‬
‫كان استمرار وجوده خطًر ا على حياة األم‪.‬‬

‫الموسوعة الفقهية الكويتية ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)57‬‬ ‫‪‬‬


‫حكم اإلجهاض بعد نفخ الروح ‪:‬‬
‫‪ 4‬نفخ الروح يكون بعد مائة وعشرين يوما ‪ ،‬كما ثبت في الحديث الصحيح الذي رواه ابن مس‪++‬عود مرفوع‪++‬ا ‪ :‬إن أح‪++‬دكم‬
‫يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ‪ ،‬ثم يكون علقة مثل ذلك ‪ ،‬ثم يكون مضغة مثل ذل‪++‬ك ‪ ،‬ثم يرس‪++‬ل المل‪++‬ك فينفخ‬
‫فيه الروح (‪ . )1‬وال يعلم خالف بين الفقه‪++‬اء في تح‪++‬ريم اإلجه‪++‬اض بع‪++‬د نفخ ال‪++‬روح ‪ .‬فق‪++‬د نص‪++‬وا على أن‪++‬ه إذا نفخت في‬
‫الجنين الروح ح‪++‬رم اإلجه‪++‬اض إجماع‪++‬ا ‪ .‬وق‪++‬الوا إن‪++‬ه قت‪++‬ل ل‪++‬ه ‪ ،‬بال خالف (‪. )2‬وال‪++‬ذي يؤخ‪++‬ذ من إطالق الفقه‪++‬اء تح‪++‬ريم‬
‫اإلجهاض بعد نفخ الروح أنه يشمل ما لو كان في بقائه خطر على حياة األم وما ل‪+‬و لم يكن ك‪+‬ذلك ‪ .‬وص‪+‬رح ابن عاب‪+‬دين‬
‫بذلك فقال ‪ :‬لو كان الجنين حيا ‪ ،‬ويخشى على حياة األم من بقائه ‪ ،‬فإنه ال يجوز تقطيعه ؛ ألن موت األم به موهوم ‪ ،‬فال‬
‫يجوز قتل آدمي ألمر موهوم (‪. )1‬‬

‫‪2. FENOMENA BERUMAH TANGGA | PP. Al Falah II Ploso‬‬


‫‪Deskripsi Masalah:‬‬
‫‪Berumah tangga adalah media untuk beribadah kepada Dzat yang Maha Kuasa,‬‬
‫‪didalamnya terdapat konsekuensi hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dijalani‬‬
‫‪oleh masing-masing, seperti hak suami untuk mendapatkan pelayanan istri kapanpun dia‬‬
‫‪menghendaki. Secara konsep fiqh, hal tersebut adalah kewajiban yang harus dipenuhi‬‬
‫‪oleh sang istri sebagai bentuk timbal balik atas nafkah yang diberikan oleh suami.‬‬
‫‪Namun, masalah terjadi ketika Aisyah (istri kang Rudi) menolak perintah kang rudi yang‬‬
‫‪memintanya untuk membuat kopi, Aisyah enggan membuatkan kopi, karena‬‬
‫‪menganggap membuatkan kopi bukan bagian dari kewajibannya. Dia meruju’ pada ibarot‬‬
‫‪yang ada dibawah ini:‬‬
‫‪ ‬تحفة المحتاج في شرح المنهاج ‪( -‬ج ‪ /8‬ص ‪)332‬‬
‫( فناشزة في األظهر ) فتسقط جميع مؤن ما صامته المتناعها من التمكين الواجب عليها ‪ ،‬وال نظر إلى تمكنه من وطئها‬
‫‪ ،‬ولو مع الصوم ؛ ألنه قد يهاب إفساد العبادة فيتضرر ‪ ،‬ومن ثم حرم صومها نفال ‪ ،‬أو فرضا موس‪++‬عا وه‪++‬و حاض‪++‬ر من‬
‫غير إذنه ‪ ،‬أو علم رضاه وظاهر امتناعه مطلقا إن أضرها ‪ ،‬أو ولدها الذي ترضعه ‪ ،‬وأخذ أب‪+‬و زرع‪+‬ة من ه‪+‬ذا التعلي‪+‬ل‬
‫أنها لو اشتغلت في بيته بعمل ‪ ،‬ولم يمنعه الحياء من تبطيلها عنه كخياطة بقيت نفقتها ‪ .‬وإن أمرها بترك‪++‬ه ف‪++‬امتنعت إذ ال‬
‫مانع من تمتعه بها أي وقت أراد بخالف نحو تعليم صغار ؛ ألنه يستحي عادة من أخذها من بينهن ‪ ،‬وقضاء وطره منه‪++‬ا‬
‫فإذا لم تنته بنهيه فهي ناشزة‪.‬‬

‫‪6‬‬
‫قوله ( وإن أمرها بتركه ) أي ما لم يكن أمره بالترك لغرض آخر غ‪+‬ير التمت‪+‬ع كريب‪+‬ة تحص‪+‬ل ل‪+‬ه ممن ل‪+‬ه الخياط‪+‬ة مثال‬
‫كتردده على باب بيته لطلب ما يتعلق به من الخياطة ونحوها اه ع ش‬
‫‪ ‬مرقاة صعود التصديق ‪ ( -‬ص‪)١٤٧ :‬‬
‫(ويجب على الزوجة طاعته) أي الزوج (في نفسها) في ال‪++‬وطء واالس‪++‬تمتاع (إال م‪++‬ا ال يح‪++‬ل) ك‪++‬الوطء في ح‪++‬ال الحيض‬
‫والنفاس وفي الدبر فال تجب الطاعة في ذلك بل يحرم عليها تمكينه من نفس‪++‬ها في‪++‬ه الن‪++‬ه حينئ‪++‬ذ اعان‪++‬ة على المعص‪++‬ية فال‬
‫يسمى منعها لذلك نشوزا‪ ،‬وكذا المنع لعذر كعبالة ولو كانت بالنسبة لها فقط بحيث ال تحتمله الزوجة وكمرض بها يض‪++‬ر‬
‫معه الوطء‬
‫‪Kang Rudi tidak sepemahaman dengan Aisyah, dia merasa bahwa setiap perintahnya‬‬
‫‪adalah mutlak dan harus dituruti oleh istri, dia meruju’ pada ibarot dibawah ini:‬‬
‫‪ ‬اسعاد الرفيق ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)285‬‬
‫{ويجب على الزوجة طاعة الزوج فى} جميع ما يأمرها به ويطلبه منها من {نفسها} وغيره‪++‬ا {إال فيم‪++‬ا ال يح‪++‬ل} له‪++‬ا‬
‫فعله أو قوله إذ ال طاعة لمخلوق فى معصية الخالق‬
‫‪ ‬إحياء علوم الدين ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)56‬‬
‫والقول الشافي فيه أن النكاح نوع رق فهي رقيقة له فعليها طاعة ال‪+‬زوج مطلق‪+‬ا في ك‪+‬ل م‪+‬ا طلب منه‪+‬ا في نفس‪+‬ها مم‪+‬ا ال‬
‫معصية فيه‬
‫‪Pertanyaan:‬‬
‫?‪a. Bagaimana korelasi dari ibarot diatas‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Dua ibarot tersebut masing-masing punya perbedaan, namun tidak bertentangan.‬‬
‫)’‪Hanya saja redaksi dalam Mirqothus hanya menerangkan urusan ranjang (istimta‬‬
‫‪sehingga berkaitan dengan Nusyuznya istri. Namun tidak menyinggung tentang perintah‬‬
‫‪suami pada selain istimta’. Sementara ibarot dalam Is’adurrofiq menekankan perintah‬‬
‫‪pada Istimta’ dan selainnya, namun tidak menyinggung Nusyuz.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫شرح عقود اللجين في بيان حقوق الزوجين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص‬ ‫‪.2‬‬
‫فتاوى األزهر ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)168‬‬ ‫‪.1‬‬
‫‪)15‬‬
‫حاش‪FFFF‬ية البج‪FFFF‬يرمي على الخطيب ‪( -‬ج ‪ / 4‬ص‬ ‫‪.3‬‬
‫مغني المحتاج ‪( -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)159‬‬ ‫‪.4‬‬
‫‪)94‬‬
‫األم ‪( -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)9‬‬ ‫المجموع شرح المهذب ‪( -‬ج ‪ / 16‬ص ‪.6 )426‬‬ ‫‪.5‬‬
‫‪Referensi:‬‬
‫‪ ‬شرح عقود اللجين في بيان حقوق الزوجين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)15‬‬
‫الَفْص ُل اَألَّو ُل‪ِ :‬فْي ) بيان (ُح ُقْو ِق الَز ْو َجِة) الواجبة (َع َلى الَز ْو ج) وهي ُحْسن الِع ْش رة‪ ،‬ومْؤ ن‪ُ+‬ة الزوج‪++‬ة ومْهُره‪++‬ا‪ ،‬والَقْس م‪،‬‬
‫وتعليُم ها ما تحتاج إليه من فروض العبادات وسننها ولو غيَر مؤَّك دة‪ ،‬ومم‪++‬ا يتعل‪++‬ق ب‪++‬الحيض‪ ،‬ومن وج‪++‬وب طاعت‪++‬ه فيم‪++‬ا‬
‫ليس بمعصية‪(.‬الَفْص ُل الَّثاِنْي ‪ِ :‬فْي ) بيان (ُح ُقْو ِق الَّز ْو ِج) الواجب‪++‬ة (َع َلى الَّز ْو َج ِة) وهي طاع‪++‬ة ال‪++‬زوج في غ‪++‬ير معص‪++‬ية‪،‬‬
‫وحسن المعاشرة‪ ،‬وتسليم نفسها إليه‪ ،‬ومالزمة البيت‪ ،‬وصيانة نفسها من أن توطئ فراشه غيره‪ ،‬واإلحتج‪++‬اب عن رؤي‪++‬ة‬
‫أجنبي لشيء من بدنها ولو وجههل وكفيها‪ ،‬إذ النظر إليهما حرام ولو مع انتفاء الشهوة والفتن‪++‬ة‪ ،‬وت‪++‬رك مطالبته‪++‬ا ل‪++‬ه بم‪++‬ا‬
‫فوق الحاجة ولو علمت قدرته عليه‪ ،‬وتعففها عن تناول ما يكس‪++‬به من الم‪++‬ال الح‪++‬رام‪ ،‬وع‪++‬دم ك‪++‬ذبها على حيض‪++‬ها وج‪++‬ودا‬
‫وانقطاعا‬
‫‪ ‬فتاوى األزهر ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)168‬‬
‫فمن حقوق الزوج على زوجته أن تطيعه فى كل أمر من أمور الزوجية فيما ليس في‪++‬ه معص‪++‬ية‪ ،‬فعن أبى هري‪++‬رة رض‪++‬ى‬
‫هللا عنه قال قال النبى صلى هللا عليه وسلم ( إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فأبت أن تجىء فبات غضبان عليها لعنته‪++‬ا‬
‫المالئكة حتى تصبح ) متفق عليه ‪ .‬وفى الحديث عن عبد هللا بن أبى أوفى قال ( والذى نفس محمد بي‪++‬ده ال ت‪++‬ؤدى الم‪++‬رأة‬
‫حق ربها حتى تؤدى حق زوجها ولو سألها نفسها وهى على قتب لم تمنعه ) ( القتب ما يوضع على ظهر البع‪++‬ير ) رواه‬
‫أحمد وابن ماجه ‪.‬وعلى هذا فامتناع الزوجة عن طاعة زوجها فيما ذك‪++‬ر بالس‪++‬ؤال غ‪++‬ير ج‪++‬ائز ش‪++‬رعا ‪ ،‬م‪++‬ا لم يكن ل‪++‬ديها‬
‫عذر يمنعها من إجابة طلبه‪ ،‬وتكون آثمة فى هذا االمتن‪+‬اع ‪.‬ومم‪++‬ا ذك‪++‬ر يعلم الج‪+‬واب عن الس‪++‬ؤال ‪ .‬وهللا س‪++‬بحانه وتع‪++‬الى‬
‫أعلم‬
‫‪ ‬مغني المحتاج ‪( -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)159‬‬
‫َو ( اَل ) َيِج ُب َلَها َع َلْيِه ( ُك ْح ٌل َو ) اَل َيِج ُب َلَها َع َلْيِه ( ِخَض اٌب ) َو اَل ِع ْطٌر ( َو ) اَل ( َم ا َت َزَّيُن ِب ِه ) ِبَفْتِح َأَّو ِل ِه ِم ْن آاَل ِت‬
‫اْلُح ِلِّي ِلِزَياَد ِة الَّتَلُّذ ِذ َو َك َم اِل ااِل ْس ِتْع َم اِل ‪َ ،‬و َذ ِلَك َح ٌّق َلُه َفاَل َيِج ُب َع َلْيِه ‪َ ،‬فِإْن َهَّيَأُه َلَها َو َج َب َع َلْيَها اْس ِتْع َم اُلُه ‪َ ،‬و َع َلْيِه ُح ِمَل َم ا‬
‫ِقيَل ‪َ { :‬أَّنُه َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َلَع َن الَّس ْلَتاَء َو اْلَم ْر َهاَء } ‪َ ،‬و اُأْلوَلى ِهَي اَّلِتي اَل َتْخ َتِض ُب ‪َ ،‬و الَّثاِنَيُة ِهَي اَّلِتي اَل َتْك َتِح ُل‬

‫‪7‬‬
‫‪ ‬حاشية البجيرمي على الخطيب ‪( -‬ج ‪ / 4‬ص ‪)94‬‬
‫وللزوج منعها من تعاطي الثوم وما له رائحة كريهة على األظهر ‪ .‬ول‪+‬ه منعه‪+‬ا من تن‪+‬اول الس‪+‬موم بال خالف ولك‪+‬ل أح‪+‬د‬
‫المنع وكذا للزوج منعها من كل ما يخاف منه حدوث مرض على األصح ‪ .‬شرح المن‪+‬وفي وعب‪+‬ارة ق ل ول‪+‬ه منعه‪++‬ا من‬
‫أكل ذي ريح كريه أو لبسه مثال ونحو ذلك وإن خالفت نشزت ‪.‬‬
‫‪ ‬األم ‪( -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)9‬‬
‫ِر‬ ‫ا‬ ‫َف‬ ‫َأْلْظ‬ ‫ا‬ ‫ْخ‬‫َأ‬ ‫َدا‬ ‫ْح‬
‫ِة ِب اِل ِت ِد َو ِذ‬‫ْس‬ ‫ا‬ ‫َف‬ ‫ا‬‫َّنَظ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫َل‬ ‫َنا‬
‫َج َبِة َو َع‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫من‬ ‫ِل‬ ‫ْس‬ ‫ُغ‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫على‬ ‫َها‬ ‫ِبَر‬ ‫ُيْج‬ ‫ْن‬‫َأ‬ ‫ُم‬‫َل‬ ‫ْع‬‫َأ‬ ‫ى‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫( قال الَّش اِفِع ُّي ) َو ِع ِد َو ُهَّللَا َع‬
‫َت‬ ‫ي‬ ‫ْن‬ ‫ُه‬ ‫َل‬
‫َو الَّتَنُّظِف ِباْلَم اِء من َغْيِر َج َناَبٍة ما لم َيُك ْن ذلك َو ِهَي َم ِريَض ٌة َيُضُّر بها اْلَم اُء أو في َبْر ٍد َش ِد يٍد َيُضُّر به‪++‬ا اْلَم اُء َو َل ُه َم ْنُع َه ا‬
‫من اْلَك ِنيَسِة َو اْلُخ ُروِج إَلى اَأْلْع َياِد َو َغْيِر ذلك ِمَّم ا ُتِريُد اْلُخ ُروَج إَلْيِه إَذ ا كان له َم ْنُع اْلُم ْس ِلَم ِة إْتَياَن اْلَم ْس ِج ِد وه‪++‬و َح ٌّق ك‪++‬ان‬
‫له في الَّنْص َر اِنَّيِة َم ْنُع إْتَياِن اْلَك ِنيَسِة َأِلَّنُه َباِط ٌل َو َلُه َم ْنُع َها ُش ْر َب اْلَخ ْم ِر َأِلَّنُه ُيْذ ِهُب َع ْقَلَها َو َم ْنُع َها َأْك َل َلْح ِم اْلِخ ْنِزيِر إَذ ا ك‪++‬ان‬
‫َيَتَقَّذ ُر ِبِه َو َم ْنُع َها َأْك َل ما َح َّل إَذ ا َتَأَّذ ى ِبِريِحِه من ُثوٍم َو َبَص ٍل إَذ ا لم َتُك ْن بها َض ُروَر ٌة إَلى َأْك ِل ِه َو ِإْن ُق ِّد َر ذل‪++‬ك من َح اَل ٍل اَل‬
‫ُيوَج ُد ِريُحُه لم َيُك ْن له َم ْنُع َها إَّياُه َو َك َذ ِلَك اَل َيُك وُن له َم ْنُع َها ُلْبَس ما َش اَء ْت من الِّثَي اِب م‪++‬ا لم َتْلَبْس ِج ْل َد َم ْيَت ٍة أو َثْو ًب ا ُم ْنِتًن ا‬
‫ُيْؤ ِذ يِه ِريُحُهَم ا َفَيْم َنُع َها ِم ْنُهَم ا‬
‫‪ ‬المجموع شرح المهذب ‪( -‬ج ‪ / 16‬ص ‪)426‬‬
‫قال المصنف رحمه هللا تعالى ‪:‬‬
‫فصل وال يجب عليها خدمته في الخ‪++‬بز والطحن والطبخ والغس‪++‬ل وغيره‪++‬ا من الخ‪++‬دم الن المعق‪++‬ود علي‪++‬ه من جهته‪++‬ا ه‪++‬و‬
‫االستمتاع فال يلزمها ما سواه‪..‬الى ان قال‪...‬أما أحكام هذه الفصول فإنه ال يجب على المرأة خدم‪++‬ة الرج‪++‬ل أو ال‪++‬بيت الن‬
‫المعقود عليه هو االستمتاع إال أن خدمتها أمر مشروع يدل عليه حديث رواه أحمد والبخاري ومسلم عن ج‪++‬ابر (ق‪++‬ال لى‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‪ :‬هل نكحت ؟ قلت نعم‪ ،‬قال‪ :‬أبكرا أم ثيبا ؟ قلت ثيب‪ ،‬قال فهال بكرا تالعبه‪++‬ا وتالعب‪++‬ك ؟‬
‫قلت يا رسول هللا قتل ابى يوم أحد‪ ،‬وترك تسع بنات‪ ،‬فكرهت أن أجمع اليهن خرقاء مثلهن‪ ،‬ولكن إمرأة تمش‪++‬طهن وتقيم‬
‫عليهن‪ ،‬قال أصبت) فمن كان بسبيل من ولد وأخ وعائلة فإنه ال حرج على الرجل في قصده خدمة إمرأته وان كان ذل‪++‬ك‬
‫ال يجب عليها‪ ،‬لكن يؤخذ منه أن العادة جارية بذلك‪ ،‬فلذلك لم ينكره النبي صلى هللا عليه وسلم وقال أحمد‪ :‬قال أص‪++‬حابنا‬
‫وغيرهم ليس على المرأة خدمة زوجها في عجن وخبز وطحن وطبخ ونحوه وقال السفارينى في شرح ثالثي‪++‬ات المس‪++‬ند‪:‬‬
‫لكن االولى لها فعل ما جرت العادة بقيامها به‪ ،‬وأوجب ابن تيمية المعروف من مثلها لمثل‪+‬ه‪ ،‬وأم‪++‬ا خدم‪++‬ة نفس‪++‬ها في ذل‪+‬ك‬
‫فعليها إال أن يكون مثلها ال تخدم نفسها‪ ،‬وقال أبو ثور‪ :‬على الزوج‪++‬ة أن تخ‪++‬دم ال‪++‬زوج في ك‪++‬ل ش‪++‬ئ‪ ،‬وق‪++‬ال ابن حيب في‬
‫الواضحة) إن النبي حكم على فاطمة عليها السالم بخدمة البيت كلها‪ ،‬قال السفارينى وفى الفروع ليس عليها عجن وخبز‬
‫وطبخ ونحوه نص عليه خالفا للجوزجاني من أئمة علمائنا اه‪.‬‬

‫‪8‬‬
‫‪JALSAH TSANIYAH‬‬
‫‪MUSHOHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪KH. Firjoun Barlaman‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪Ust. Bagus Aminulloh‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪KH. Mahrus Maryani‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Ust. Lutfi Hakim‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪KH. Asyhar Sofwan‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Ust. M Halimi‬‬ ‫‪Ust. Vaurak Tsabat‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪K. Anang Darunnaja‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪K. kholid Afandi‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪K. H. Ali Saudi‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Agus M. Hamim HR.‬‬
‫‪6.‬‬ ‫‪K. Abdul Manan‬‬ ‫‪6.‬‬ ‫‪Ust. Fahrur Rozi‬‬
‫‪NOTULEN‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪K. Fauzi Hamzah‬‬
‫‪Agus Suny Dinu‬‬
‫‪Muhammad‬‬
‫‪Ust. Ahmad‬‬
‫‪Muhammad‬‬
‫‪Ust. M. Taba Alainal‬‬
‫‪Adzim‬‬

‫‪Memutuskan‬‬
‫‪b. Bagaimana menentukan standar khilaf dari beberapa ibarot sebagaimana dalam‬‬
‫?‪deskripsi? Dan siapakah yang berhak memutuskan hal tersebut‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Standarnya adalah setiap Nash / ibarot dalam satu masalah / kasus yang sama,‬‬
‫;‪namun implikasi hukumnya berbeda. Sedangkan tindak lanjut berikutnya semisal‬‬
‫‪apakah khilaf tersebut mu'tabar / tidak, manakah yang paling kuat, dsb merupakan‬‬
‫‪ranah seorang Mufti.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫الخالص‪FF‬ة في أس‪FF‬باب االختالف الفقه‪FF‬اء ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص‬ ‫‪.1‬‬
‫بغية المسترشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)15‬‬ ‫‪.2‬‬
‫‪)87‬‬
‫اقتضاء الصراط المستقيم ‪١٤٩-١٤٨ / ١‬‬ ‫‪.3‬‬ ‫بغية المسترشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)17‬‬ ‫‪.4‬‬
‫المجموع شرح المهذب ‪1/44,‬‬ ‫‪.5‬‬

‫‪Referensi:‬‬
‫‪ ‬الخالصة في أسباب االختالف الفقهاء ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)87‬‬
‫االختالف الحقيقي أو المعنوي‪ ،‬والخالف اللفظي‪:‬‬
‫من األمور المهمة في المقارنة الفقهية تحرير النزاع‪ ،‬وذلك الستبعاد ما ظاهره االختالف وليس في الحقيق‪++‬ة ك‪++‬ذلك‪ ،‬ف‪++‬إذا‬
‫اعت‪++‬برت ال‪++‬رأيين الل‪++‬ذين ظاهرهم‪++‬ا الخالف وج‪++‬دتهما متفقين في المع‪++‬نى ب‪++‬الرغم من اختالف التعب‪++‬ير الم‪++‬وهم بوج‪++‬ود‬
‫خالف‪.‬الخالف الحقيقي أو المعنوي‪ :‬ما يترتب عليه آثار شرعية مختلفة‪ ،‬وأحكام متباينة‪ ،‬أو هو م‪++‬ا يتع‪++‬دى الخالف في‪++‬ه‬
‫من األلفاظ إلى المعاني بشكل يؤثر على اختالف النتائج واألحكام‪ ،‬وذلك كمسألة ما يقع بالطالق بالثالث مجتمعة‬
‫‪ ‬بغية المسترشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)15‬‬
‫(مسألة ‪ :‬ي) ‪ :‬اعلم أن العبارات الواردة في مسألة واحدة التي ظاهرها التنافي والتخالف إذا أمكن الجمع بينه‪++‬ا من غ‪++‬ير‬
‫تعسف وجب المصير إليه ويكون األمر من المتفق عليه ‪ ،‬وأن إطالقات األئمة إذا تناولت شيئًا وص‪++‬رح بعض‪++‬هم بخالف‪++‬ه‬
‫فالمعتمد األخذ بإطالقهم ‪ ،‬كما نص عليه في التحفة والنهاية‪.‬‬
‫‪ ‬بغية المسترشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)17‬‬
‫وال يجوز للمقلد ألحد من األئمة األربع‪+‬ة أن يعم‪+‬ل أو يف‪+‬تي في المس‪+‬ألة ذات الق‪+‬ولين أو ال‪+‬وجهين بم‪+‬ا ش‪+‬اء منهم‪+‬ا ‪ ،‬ب‪+‬ل‬
‫بالمتأخر من القولين إن علم ‪ ،‬ألنه في حكم الناسخ منهما ‪ ،‬فإن لم يعلم فبما رجحه إمامه ‪ ،‬فإن لم يعلمه بحث عن أصوله‬
‫إن كان ذا اجتهاد ‪ ،‬وإال عمل بما نقله بعض أئمة الترجيح إن وجد وإال توقف ‪ ،‬وال نظر في األوجه إلى تق‪++‬دم أو ت‪++‬أخر ‪،‬‬
‫بل يجب البحث عن الراجح ‪ ،‬والمنصوص عليه مقدم على المخرج ما لم يخرج عن نص آخر ‪ ،‬كما يقدم ما عليه األكثر‬
‫ثم األعلم ثم األورع ‪ ،‬فإن لم يجد اعتبر أوصاف ناقلي القولين ‪ ،‬ومن أفتى بكل قول أو وج‪++‬ه من غ‪++‬ير نظ‪++‬ر إلى ت‪++‬رجيح‬

‫‪9‬‬
‫فهو جاهل خارق لإلجماع ‪ ،‬والمعتمد جواز العمل بذلك للمتبحر المتأهل للمشقة التي ال تحتمل عادة ‪ ،‬بشرط أن ال يتتب‪++‬ع‬
‫الرخص في المذاهب بأن يأخذ منها باألهون بل يفسق بذلك ‪ ،‬وأن ال يجتمع على بطالنه إماماه األَّو ل والثاني اهـ‬
‫‪ ‬اقتضاء الصراط المستقيم ‪١٤٩-١٤٨ / ١‬‬
‫[ ﺃﻧﻮاﻉ اﻻﺧﺘﻼﻑ] ﺃﻣﺎ ﺃﻧﻮاﻉﻫ‪ :‬ﻓﻬﻮ ﻓﻲ اﻷﺻﻞ ﻗﺴﻤﺎﻥ‪ :‬اﺧﺘﻼﻑ ﺗﻨﻮﻉ ﻭاﺧﺘﻼﻑ ﺗﻀﺎﺩ‪ .‬ﻭاﺧﺘﻼﻑ اﻟﺘﻨﻮﻉ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﻩ‪:‬‬
‫ﻣﻨﻪ‪ :‬ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﻞ ﻭاﺣﺪ ﻣﻦ اﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﺃﻭ اﻟﻔﻌﻠﻴﻦ ﺣﻘﺎ ﻣﺸﺮﻭﻋﺎ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﻘﺮاءاﺕ اﻟﺘﻲ اﺧﺘﻠﻒ ﻓﻴﻬﺎ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ‪ ،‬ﺣﺘﻰ ﺯﺟﺮﻫﻢ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟا ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟا ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻗﺎﻝ‪« :‬ﻛﻼﻛﻤﺎ ﻣﺤﺴﻦ»‪.‬ﻭﻣﺜﻠﻪ اﺧﺘﻼﻑ اﻝﺃﻧﻮاﻉ ﻓﻲ ﺻﻔﺔ اﻷﺫاﻥ‪ ،‬ﻭاﻹﻗﺎﻣﺔ‪ ،‬ﻭاﻻﺳﺘﻔﺘﺎﺡ‪،‬‬
‫ﻭاﻟﺘﺸﻬﺪاﺕ‪ ،‬ﻭﺻﻼﺓ اﻟﺨﻮﻑ‪ ،‬ﻭﺗﻜﺒﻴﺮاﺕ اﻟﻌﻴﺪ‪ ،‬ﻭﺗﻜﺒﻴﺮاﺕ اﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻗﺪ ﺷﺮﻉ ﺟﻤﻴﻌﻪ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ‬
‫ﺑﻌﺾ ﺃﻧﻮاﻉﻫ ﺃﻓﻀﻞ‪ .‬ﺛﻢ ﻧﺠﺪ ﻟﻜﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻷﻣﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ اﻻﺧﺘﻼﻑ؛ ﻣﺎ ﺃﻭﺟﺐ اﻗﺘﺘﺎﻝ ﻃﻮاﺋﻒ ﻣﻨﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺷﻔﻊ اﻹﻗﺎﻣﺔ‬
‫ﻭﺇﻳﺜﺎﺭﻫﺎ‪ ،‬ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ‪ ،‬ﻭﻫﺬا ﻋﻴﻦ اﻟﻤﺤﺮﻡ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﻫﺬا اﻟﻤﺒﻠﻎ؛ ﻓﺘﺠﺪ ﻛﺜﻴﺮا ﻣﻨﻬﻢ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻦ اﻟﻬﻮﻯ ﻷﺣﺪ ﻫﺬﻩ اﻷﻧﻮاﻉ‬
‫ﻭاﻹﻋﺮاﺽ ﻋﻦ اﻵﺧﺮ ﺃﻭ اﻟﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ‪ ،‬ﻣﺎ ﺩﺧﻞ ﺑﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﻬﻰ ﻋﻨﻪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟا ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ .‬ﻭﻣﻨﻪ‪ :‬ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ‬
‫اﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﻫﻮ ﻓﻲ (¬‪ )1‬ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻝ اﻵﺧﺮ؛ ﻟﻜﻦ اﻟﻌﺒﺎﺭﺗﺎﻥ ﻣﺨﺘﻠﻔﺘﺎﻥ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻗﺪ ﻳﺨﺘﻠﻒ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺃﻟﻔﺎﻅ اﻟﺤﺪﻭﺩ (¬‪)2‬‬
‫ﻭﺻﻴﻎ (¬‪ )3‬اﻷﺩﻟﺔ‪ ،‬ﻭاﻟﺘﻌﺒﻴﺮ ﻋﻦ اﻟﻤﺴﻤﻴﺎﺕ‪ ،‬ﻭﺗﻘﺴﻴﻢ اﻷﺣﻜﺎﻡ‪ ،‬ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﺛﻢ اﻟﺠﻬﻞ ﺃﻭ اﻟﻈﻠﻢ (¬‪ )4‬ﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺣﻤﺪ (¬‪)5‬‬
‫ﺇﺣﺪﻯ اﻟﻤﻘﺎﻟﺘﻴﻦ ﻭﺫﻡ اﻷﺧﺮﻯ‪ .‬ﻭﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﻤﻌﻨﻴﺎﻥ ﻏﻴﺮﻳﻦ (¬‪ )6‬ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﺘﻨﺎﻓﻴﺎﻥ؛ ﻓﻬﺬا ﻗﻮﻝ ﺻﺤﻴﺢ‪ ،‬ﻭﻫﺬا (¬‪ )7‬ﻗﻮﻝ‬
‫ﺻﺤﻴﺢ (¬‪ )8‬ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﻨﻰ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻌﻨﻰ اﻵﺧﺮ‪ ،‬ﻭﻫﺬا ﻛﺜﻴﺮ ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺎﺯﻋﺎﺕ ﺟﺪا (¬‪. )9‬ﻭﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻃﺮﻳﻘﺘﺎﻥ‬
‫ﻣﺸﺮﻭﻋﺘﺎﻥ‪ ،‬ﻭﺭﺟﻞ (¬‪ )10‬ﺃﻭ ﻗﻮﻡ ﻗﺪ ﺳﻠﻜﻮا ﻫﺬﻩ اﻟﻄﺮﻳﻖ‪ ،‬ﻭﺁﺧﺮﻭﻥ ﻗﺪ ﺳﻠﻜﻮا اﻷﺧﺮﻯ‪ ،‬ﻭﻛﻼﻫﻤﺎ ﺣﺴﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﻳﻦ‪ .‬ﻢ‬
‫اﻟﺠﻬﻞ ﺃﻭ اﻟﻈﻠﻢ‪ :‬ﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺫﻡ (¬‪ )1‬ﺇﺣﺪﻫﻤﺎ (¬‪ )2‬ﺃﻭ ﺗﻔﻀﻴﻠﻬﺎ ﺑﻼ ﻗﺼﺪ ﺻﺎﻟﺢ‪ ،‬ﺃﻭ ﺑﻼ ﻋﻠﻢ‪ ،‬ﺃﻭ ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﻭﺑﻼ ﻋﻠﻢ (¬‪. )3‬‬
‫ﻭﺃﻣﺎ اﺧﺘﻼﻑ اﻟﺘﻀﺎﺩ ﻓﻬﻮ‪ :‬اﻟﻘﻮﻻﻥ اﻟﻤﺘﻨﺎﻓﻴﺎﻥ‪ :‬ﺇﻣﺎ ﻓﻲ اﻷﺻﻮﻝ ﻭﺇﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﻔﺮﻭﻉ‪ ،‬ﻋﻨﺪ اﻟﺠﻤﻬﻮﺭ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ‪ " :‬اﻟﻤﺼﻴﺐ‬
‫ﻭاﺣﺪ "‪ ،‬ﻭﺇﻻ ﻓﻤﻦ ﻗﺎﻝ‪ " :‬ﻛﻞ ﻣﺠﺘﻬﺪ ﻣﺼﻴﺐ " ﻓﻌﻨﺪﻩ‪ :‬ﻫﻮ (¬‪ )4‬ﻣﻦ ﺑﺎﺏ اﺧﺘﻼﻑ اﻟﺘﻨﻮﻉ‪ ،‬ﻻ اﺧﺘﻼﻑ اﻟﺘﻀﺎﺩ ﻓﻬﺬا اﻟﺨﻄﺐ‬
‫ﻓﻴﻪ ﺃﺷﺪ؛ ﻷﻥ اﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﻳﺘﻨﺎﻓﻴﺎﻥ؛ ﻟﻜﻦ ﻧﺠﺪ ﻛﺜﻴﺮا ﻣﻦ ﻫﺆﻻء ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﻘﻮﻝ اﻟﺒﺎﻃﻞ اﻟﺬﻱ ﻣﻊ ﻣﻨﺎﺯﻋﻪ ﻓﻴﻪ (¬‪ )5‬ﺣﻖ ﻣﺎ‪ ،‬ﺃﻭ‬
‫ﻣﻌﻪ ﺩﻟﻴﻞ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺣﻘﺎ ﻣﺎ‪ ،‬ﻓﻴﺮﺩ اﻟﺤﻖ ﻓﻲ اﻷﺻﻞ ﻫﺬا (¬‪ )6‬ﻛﻠﻪ‪ ،‬ﺣﺘﻰ ﻳﺒﻘﻰ ﻫﺬا ﻣﺒﻄﻼ ﻓﻲ اﻟﺒﻌﺾ (¬‪ )7‬ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ اﻷﻭﻝ‬
‫ﻣﺒﻄﻼ ﻓﻲ اﻷﺻﻞ (¬‪ )8‬ﻛﻤﺎ ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻟﻜﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﻣﺴﺎﺋﻞ اﻟﻘﺪﺭ ﻭاﻟﺼﻔﺎﺕ ﻭاﻟﺼﺤﺎﺑﺔ‪ ،‬ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ‪ .‬ﻭﺃﻣﺎ ﺃﻫﻞ‬
‫اﻟﺒﺪﻋﺔ‪ :‬ﻓﺎﻷﻣﺮ ﻓﻴﻬﻢ ﻇﺎﻫﺮ (¬‪ )9‬ﻭﻛﻤﺎ (¬‪ )10‬ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻟﻜﺜﻴﺮ اﻟﻔﻘﻬﺎء‪ ،‬ﺃﻭ ﻷﻛﺜﺮ اﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻓﻲ ﻣﺴﺎﺋﻞ اﻟﻔﻘﻪ‪ ،‬ﻭﻛﺬﻟﻚ (¬‪)1‬‬
‫ﺭﺃﻳﺖ اﻻﺧﺘﻼﻑ ﻛﺜﻴﺮا ﺑﻴﻦ ﺑﻌﺾ اﻟﻤﺘﻔﻘﻬﺔ‪ ،‬ﻭﺑﻌﺾ اﻟﻤﺘﺼﻮﻓﺔ‪ ،‬ﻭﺑﻴﻦ ﻓﺮﻕ (¬‪ )2‬اﻟﻤﺘﺼﻮﻓﺔ‪ ،‬ﻭﻧﻈﺎﺋﺮﻩ ﻛﺜﻴﺮﺓ‪.‬‬
‫‪ ‬المجموع شرح المهذب ‪1/44,‬‬
‫(اْلَح اَلُة الَّثاِلَثُة) َأْن اَل َيْبُلَغ ُر ْتَبَة َأْص َح اِب اْلُو ُجوِه َلِكَّنُه َفِقيُه الَّنْفِس َح اِفٌظ َم ْذ َهَب إَم اِمِه َعاِر ٌف ِبَأِد َّلِت ِه َق اِئٌم ِبَتْقِريِر َه ا ُيَص ِّو ُر‬
‫َو ُيَح ِّر ُر َو ُيَقِّر ُر َو ُيَم ِّهُد َو ُيَز ِّيُف َو ُيَر ِّجُح َلِكَّنُه َقُص َر َع ْن ُأوَلِئَك ِلُقُصوِرِه َع ْنُهْم ِفي ِح ْفِظ اْلَم ْذ َهِب َأْو ااِل ْر ِتَي اِض ِفي االس‪++‬تنباط‬
‫أو معرفة االصول ونحوها من أدوانهم‪َ :‬و َهِذِه ِص َفُة َك ِثيٍر ِم ْن اْلُم َتَأِّخ ِريَن إَلى َأَو اِخ ِر اْلِم اَئِة الَّراِبَعِة اْلُمَص ِّنِفيَن اَّل ِذ يَن َر َّتُب وا‬
‫اْلَم ْذ َهَب َو َح َّرُروُه َو َص َّنُفوا ِفيِه َتَص اِنيَف ِفيَها ُم ْع َظُم اْش ِتَغاِل الَّناِس اْلَيْو َم َو َلْم َيْلَح ُقوا اَّلِذ يَن َقْبَلُهْم ِفي الَّتْخ ِريِج َو َأَّم ا َفَت اِو يِهْم‬
‫َفَك اُنوا َيَتَبَّس ُطوَن ِفيَها َتَبُّس َط ُأوَلِئَك َأْو َقِريًبا ِم ْنُه َو َيِقيُسوَن َغْيَر اْلَم ْنُقوِل َع َلْيِه َغْيَر ُم ْقَتِص ِريَن َع َلى اْلِقَي اِس اْلَج ِلِّي َو ِم ْنُهْم َم ْن‬
‫ُج ِمَع ْت َفَتاِو يِه َو اَل َتْبُلُغ ِفي اْلِتَح اِقَها ِباْلَم ْذ َهِب َم ْبَلَغ َفَتاَو ى َأْص َح اِب اْلُو ُجوِه * (اْلَح اَلُة الَّراِبَع ُة) َأْن َيُقوَم ِبِح ْفِظ اْلَم ْذ َهِب َو َنْقِلِه‬
‫َو َفْهِمِه ِفي اْلَو اِض َح اِت َو اْلُم ْش ِكاَل ِت َو َلِكْن ِع ْنَد ُه َض ْعٌف ِفي َتْقِريِر َأِد َّلِت ِه وتحري‪+‬ر أقيس‪++‬ته فه‪++‬ذا يعتم‪++‬د نقل‪+‬ه وفت‪+‬واه ب‪+‬ه ِفيَم ا‬
‫َيْح ِكيِه ِم ْن َم ْس ُطوَر اِت َم ْذ َهِبِه ِم ْن ُنُصوِص إَم اِمِه َو َتْفِريِع اْلُم ْج َتِهِد يَن ِفي َم ْذ َهِبِه َو َم ا اَل َيِج ُد ُه َم ْنُق واًل إْن َو َج َد ِفي اْلَم ْنُق وِل‬
‫َم ْعَناُه ِبَح ْيُث ُيْد َر ُك ِبَغْيِر َك ِبيِر ِفْك ٍر َأَّنُه اَل َفْر َق َبْيَنُهَم ا َج اَز إْلَح اُقُه ِبِه َو اْلَفْتَو ى ِبِه‪َ :‬و َك َذ ا َم ا َيْع َلُم اْنِدَر اَج ُه َتْح َت َض اِبٍط ُم َم َّه ٍد‬
‫ِفي اْلَم ْذ َهِب َو َم ا َلْيَس َك َذ ِلَك َيِج ُب إْمَس اُك ُه َع ْن اْلَفْتَو ى ِفيِه‬
‫‪3. PEMBERANTASAN KAUM TAKFIRI | PP. Hidayatut Thullab Petuk‬‬
‫‪Deskripsi Masalah:‬‬
‫‪Dilansir dari Detiknews, Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD‬‬
‫‪PBNU) meminta pemerintah melarang persebaran paham wahabi salafi takfiri. Mantan‬‬
‫‪Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai agar hal tersebut‬‬
‫‪mengedepankan toleransi dengan mencari jalan tengah."Bagi saya pribadi, seharusnya‬‬
‫‪kita mengedepankan sikap sifat dan watak wasathiyah atau jalan tengah.‬‬
‫‪Mengedepankan toleransi sebagai salah satu aspek wasathiyah yaitu tasamuh atau‬‬
‫‪toleransi. Maka kita harus bertenggang rasa terhadap perbedaan pendapat," ungkapnya‬‬
‫‪kepada wartawan, Senin (31/10/2022).‬‬
‫‪Dia menuturkan sikap bermusyawarah lebih baik dibanding menyalahkan pihak lain.‬‬
‫‪Menurutnya, sikap menyalahkan dan memutlakkan pemahaman merupakan bentuk‬‬
‫‪ekstremitas dalam beragama. "Mari kita bermusyawarah. Jadi sebaiknya jangan ada sikap‬‬
‫‪yang memutlakkan pemahaman, apalagi menyalahkan pihak lain dan apalagi membawa‬‬
‫‪negara untuk terlibat. Hemat saya, itu bukan sikap kita yang selama ini kita agung-‬‬
‫‪agungkan, dengung-dengungkan sebagai sikap moderat. Itu adalah bentuk ekstremitas di‬‬
‫‪dalam beragama," tuturnya.‬‬

‫‪10‬‬
‫‪Dia berharap pemerintah tidak terlibat dalam menangani perbedaan pemahaman di‬‬
‫‪kalangan masyarakat atau umat beragama. "Dalam suasana saat ini kita harus‬‬
‫‪mengedepankan toleransi, tasamuh, syuro, dan itulah sikap yang islami. Saya harap‬‬
‫‪pemerintah sebaiknya jangan terlibat dalam menangani perbedaan pemahaman di‬‬
‫‪kalangan masyarakat atau umat beragama," ucapnya.‬‬
‫‪Sebelumnya, Lembaga Dakwah PBNU meminta pemerintah Indonesia melarang‬‬
‫‪persebaran paham wahabi salafi takfiri. Sebab, penganut paham wahabi takfiri dinilai‬‬
‫‪kerap mengkafirkan sesama muslim meski berbeda pendapat keagamaan."Yang‬‬
‫‪dimaksud adalah paham salafi takfiri, yang mengkafirkan sesama muslim karena beda‬‬
‫‪pendapat keagamaan sebagaimana yang diyakini oleh penganut aliran garis keras ISIS.‬‬
‫‪Tidak semua wahabi takfiri, hanya sebagian saja," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul‬‬
‫‪Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), saat dihubungi, Minggu (30/10) lalu.‬‬
‫‪Dia mengatakan paham wahabi takfiri merupakan paham intoleran, misalnya yang‬‬
‫‪mengharamkan tradisi, seperti ziarah kubur. Padahal, menurutnya, masyarakat diimbau‬‬
‫‪saling menghormati agar tidak terjadi perpecahan.‬‬
‫‪Pertanyaan:‬‬
‫? ‪a. Bagaimana sikap pemerintah terkait usulan dari LD PBNU sebagaimana deskripsi diatas‬‬

‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Usulan tersebut dapat diterima dan di tindaklanjuti jika konsistensi / gerakan mereka‬‬
‫‪terindikasi kuat mengancam stabilitas nasional, merongrong kewibawaan pemerintah‬‬
‫‪dan keutuhan Negara Republik Indonesia.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫شرح الياقوت النفيس) ‪(۸۷۲‬‬ ‫‪.1‬‬ ‫إحياء علوم الدين الجزء الثاني صحـ ‪327‬‬ ‫‪.2‬‬
‫غياث األمم في التياث الظلم (ص‪( & )183 :‬ص‪99:‬‬ ‫‪.4‬‬
‫تحفة المحتاج ‪٦٧/٩‬‬ ‫‪.3‬‬
‫(‬
‫األحكام السلطانية ص ‪16‬‬ ‫‪.5‬‬ ‫‪.6‬‬

‫‪ ‬شرح الياقوت النفيس) ‪(۸۷۲‬‬


‫قتال الخوارج ‪ :‬تقدم الكالم من الخوارج وأنهم غير البغاة ولكنهم كمسلمين يعاملون معامل‪++‬ة البغ‪++‬اة فال يح‪++‬اربون‬
‫حرب إبادة وال يقتل أسيرهم وال مديرهم وال يذف على جريحهم وبع‪+‬اد إليهم م‪+‬ا أخ‪+‬ذ منهم بع‪+‬د أمن فتنتهم‪ .‬ه‪+‬ذا‬
‫في مذهب اإلمام الشافعي ولكن في مذهب أبي حنيفة جواز مخالفة بعد ما ذكر خصوصا عند الضرورة‪( .‬حرية‬
‫العقيدة األسالمية ) ولكن ال نقاتلهم من أجل عقيدتهم كغيرهم من الفراق اإلس‪++‬المية إال إن أخل‪++‬وا ب‪++‬األمن وك‪++‬ذلك‬
‫إن جاهروا ‪ -‬أي الخوارج ‪ -‬بنشر بدعتهم بحيث يغررون بالعامة بقولهم ‪ :‬أن م‪++‬رتكب الكب‪++‬يرة ك‪++‬افر‪ .‬وم‪++‬ع ه‪++‬ذا‬
‫فعلى اإلم‪++‬ام أن يبحث لهم من يج‪++‬ادلهم وي‪++‬دعوهم إلى الح‪++‬ق وت‪++‬رك ه‪++‬ذه العقي‪++‬دة ال‪++‬تي تح‪++‬دث البلبل‪++‬ة والتفرق‪++‬ة‪.‬‬
‫وبالتالي إلى إباحة دماء المسلمين واإلستيالء على حقوقهم‬
‫‪ ‬إحياء علوم الدين الجزء الثاني صحـ ‪327‬‬
‫فإن قلت فمهما اعترضت على القدري في قوله الشر ليس من هللا اع‪+‬ترض علي‪+‬ك الق‪+‬دري أيض‪+‬ا في قول‪+‬ك الش‪+‬ر من هللا‬
‫وكذلك في قولك إن هللا يرى وفي سائر المسائل إذ المبتدع محق عند نفسه والمحق مبتدع عن‪+‬د المبت‪+‬دع وك‪++‬ل ي‪+‬دعي أن‪+‬ه‬
‫محق وينكر كونه مبتدعا فكيف يتم االحتساب فاعلم أنا ألجل هذا التعارض نقول ينظر إلى البلدة التي فيها أظه‪++‬رت تل‪++‬ك‬
‫البدعة فإن كانت البدعة غريبة والناس كلهم على السنة فلهم الحسبة عليه بغير إذن السلطان وإن انقسم اهل البلد إلى اهل‬
‫البدعة واهل السنة وكان في االعتراض تحريك فتنة بالمقاتلة فليس لآلحاد الحسبة في المذاهب إال بنصب الس‪++‬لطان ف‪++‬إذا‬
‫رأى السلطان الرأي الحق ونصره وأذن لواحد أن يزجر المبتدعة عن إظهار البدع‪+‬ة ك‪+‬ان ل‪+‬ه ذل‪+‬ك وليس لغ‪+‬يره ف‪+‬إن م‪+‬ا‬
‫يكون بإذن السلطان ال يتقابل وم‪+‬ا يك‪+‬ون من جه‪+‬ة اآلح‪+‬اد فيتقاب‪+‬ل األم‪+‬ر في‪+‬ه وعلى الجمل‪+‬ة فالحس‪+‬بة في البدع‪+‬ة اهم من‬
‫الحسبة في كل المنكرات ولكن ينبغي أن يراعى فيها هذا التفصيل الذي ذكرناه كيال يتقابل األم‪++‬ر وال ينج‪++‬ر إلى تحري‪++‬ك‬
‫الفتنة بل لو أذن السلطان مطلقا في منع كل من يصرح بأن القرآن مخلوق أو أن هللا ال يرى أو أن‪++‬ه مس‪++‬تقر على الع‪++‬رش‬
‫مماس له أو غير ذلك من البدع لتسلط اآلحاد على المنع منه ولم يتقابل األمر فيه وإنما يتقابل عند عدم إذن السلطان فقط‬
‫‪ ‬تحفة المحتاج ‪٦٧/٩‬‬

‫‪11‬‬
‫(ولو أظهر قوم رأي الخوارج) وهم صنف من المبتدعة (كترك الجماعات) ألن األئمة لما أقروا على المعاصي كف‪++‬روا‬
‫بزعمهم فلم يصلوا خلفهم (وتكفير ذي كبيرة) أي فاعلها فيحبط عمله ويخلد في النار عندهم (ولم يقاتلوا) أهل العدل وهم‬
‫في قبضتهم (تركوا) فال نتعرض لهم إذ ال يكفرون بذلك بل وال يفسقون ما لم يق‪++‬اتلوا وكم‪++‬ا ت‪++‬ركهم علي ك‪++‬رم هللا وجه‪++‬ه‬
‫وجعل حكمهم حكم أهل العدل نعم إن تضررنا بهم تعرض‪++‬نا لهم ح‪++‬تى ي‪++‬زول الض‪++‬رر كم‪++‬ا يع‪++‬زرون إن ص‪++‬رحوا بس‪++‬ب‬
‫بعض أهل العدل‬
‫‪ ‬غياث األمم في التياث الظلم (ص‪)183 :‬‬
‫نظر اإلمام في األمور المتعلقة بالدين‪ .‬فأما نظره في الدين‪ ،‬فينقسم إلى النظر في أص‪++‬ل ال‪+‬دين‪ ،‬وإلى النظ‪+‬ر في فروع‪++‬ه‪.‬‬
‫فأما القول في أصل الدين فينقسم إلى‪ :‬حفظ الدين بأقصى الوسع على المؤمنين‪ ،‬ودفع شبهات الزائغين‪ ،‬كم‪++‬ا س‪++‬نقرره إن‬
‫شاء هللا رب العالمين‪ .‬وإلى دعاء الجاحدين والكافرين‪ ،‬إلى التزام الحق المبين‪- .‬إلى أن ق‪++‬ال‪ -‬فال‪++‬ذي تحص‪++‬ل مم‪++‬ا س‪++‬لف‬
‫بعد اإلطناب‪ ،‬ومجاوزة االقتصاد إلى اإلسهاب‪ ،‬أن التعرض لحسم البدع من أهم ما يجب على اإلم‪+‬ام االعتن‪+‬اء ب‪+‬ه‪ ،‬وق‪+‬د‬
‫قدمت في وجه االنتداب لذلك ما فيه مقنع وبالغ‪.‬‬
‫‪ ‬غياث األمم في التياث الظلم (ص‪)99:‬‬
‫{الحكم في أهل البدعة} ومما أحلناه على هذا الفصل مما تقدم القول في أهل البدع إذا كثروا فيدعوهم اإلم‪++‬ام إلى الح‪++‬ق‬
‫فإن أبوا زجرهم ونهاهم عن إظهار البدع وإن أصروا سطا بهم عند امتن‪++‬اعهم عن قب‪++‬ول الطاع‪++‬ة و ق‪++‬اتلهم مقاتل‪++‬ة البغ‪++‬اة‬
‫وهذا يطرد في كل جمع يعتزون إلى أهل اإلسالم إذا سلوا أيديهم عن ربقة الطاعة‪ .‬وإن ضمنوا لإلمام أال يظهروا الب‪++‬دع‬
‫وعلم اإلمام أنهم سيبثون الدعوة سرا و يجرون إلى عامة الخل‪++‬ق ش‪++‬را وإن لم يتظ‪++‬اهروا به‪++‬ا جه‪++‬را فيح‪++‬رص اإلم‪++‬ام أن‬
‫يظهر منهم على خافية بعد تقديم اإلنذار إليهم ثم يتناهى في تعزي‪++‬ر من ك‪++‬ان ك‪++‬ذلك ف‪++‬إن ج‪++‬انبوا االئتالف وأب‪++‬دوا ص‪++‬فحة‬
‫الخالف وتميزوا عن الجماعة وتجمعوا للخروج عن ربط الطاعة نصب عليهم القتال إذا امتنعوا‬
‫‪ ‬األحكام السلطانية ص ‪16‬‬
‫والذي يلزمه من األمور العامة عشرة أشياء ‪ :‬أحدها حفظ الدين على أصوله المستقرة وما أجمع عليه سلف األم‪++‬ة ‪ ،‬ف‪++‬إن‬
‫نجم مبتدع أو زاغ ذو شبهة عنه أوضح له الحجة وبين له الصواب وأخذه بما يلزمه من الحقوق والحدود ‪ ،‬ليكون ال‪++‬دين‬
‫محروسا من خلل واألمة ممنوعة من زلل ‪.‬الثاني ‪ :‬تنفيذ األحكام بين المتشاجرين وقط‪+‬ع الخص‪++‬ام بين المتن‪+‬ازعين ح‪+‬تى‬
‫تعم النص‪++‬فة ‪ ،‬فال يتع‪++‬دى ظ‪++‬الم وال يض‪++‬عف مظل‪++‬وم ‪.‬الث‪++‬الث ‪ :‬حماي‪++‬ة البيض‪++‬ة وال‪++‬ذب عن الح‪++‬ريم ليتص‪++‬رف الن‪++‬اس في‬
‫المعايش وينتشروا في األسفار آم‪++‬نين من تغري‪++‬ر بنفس أو م‪++‬ال ‪.‬والراب‪++‬ع ‪ :‬إقام‪++‬ة الح‪++‬دود لتص‪++‬ان مح‪++‬ارم هللا تع‪++‬الى عن‬
‫االنتهاك وتحفظ حقوق عباده من إتالف واستهالك ‪.‬والخامس ‪ :‬تحص‪++‬ين الثغ‪++‬ور بالع‪++‬دة المانع‪++‬ة والق‪++‬وة الدافع‪++‬ة ح‪++‬تى ال‬
‫تظفر األعداء بغرة ينتهكون فيها محرما أو يسفكون فيها لمسلم أو معاهد دما ‪.‬‬

‫‪12‬‬
JALSAH TSALISAH
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Mahrus Maryani 1. Ust. Ali Romzi
2. KH. Ali Makky Zaini 2. Ust. Bagus Aminulloh
3. K. M. Ma'sum 3. Ust. Lutfi Hakim Ust. A. Muzakky
4. KH. Asyhar Sofwan 4. Ust. M Halimi
5. K. Anang Darunnaja 5. Ust. A Muwafiq
6. Agus Ibrohim Al Hafidz 6. K. kholid Afandi
NOTULEN
7. K. Abdul Manan 7. Ust. Vaurak Tsabat
Ust. Ahmad
8. K. Saiful Anwar 8. Ust. Fahrur Rozi
Muhammad
9. K. Fauzi Hamzah 9. Ust. Ufi Bi’ahdikal Haq
Ust. M. Taba Alainal
10. Ust. Shodiqi Basthul Birri
Adzim

4. DILEMA HP EX-INTER | PP. QUEEN Al Falah


Deskripsi Masalah
Saat membeli barang atau jasa, seseorang cenderung memakan waktu lama untuk
mempertimbangkan pembayaran yang lebih murah, tetapi kualitas diduakan. Uang pun
seolah didewakan dan rela menukarnya demi barang murahan dengan gengsi gedean.
Hal ini menjadikan Indonesia target empuk pasar impor lantaran barang-barang murah
selalu ludes terjual termasuk handphone (HP) yang membanjiri pasar e-commerce
maupun lapak rukoan. Namun, tidak semua barang impor terafiliasi Kementerian
komunikasi dan informatika (Kominfo) yang menjamin keamanan handphone, komputer
genggam, dan komputer tablet (HKT). 18 April 2020 IMEI (International Mobile
Equipment Identity) disahkan, barang-barang ilegal jenis tersebut pun terlacak dengan
mudah. Salah satunya barang dagangan PStore milik Putra Siregar yang digerebek massa.
Dituding menjual handphone ilegal, Putra Siregar seperti sembunyi tuma (merasa
produk-produk ilegal yang dijualnya tidak diketahui masyarakat. Padahal, sudah lama
diperbincangkan dan PStore selalu berusaha menutupi). Massa dari kalangan umum
hingga mahasiswa menyuarakan tuntutan agar PStore ditutup lantaran merugikan
masyarakat serta menuding ada maksud terselubung antara penguasa dan pengusaha
untuk memperkaya diri.
Dalam salah satu unggahan video di TikTok, seorang Warganet merekam saat ia ikut
berdemo di halaman PStore. Terekam para karyawan PStore hanya diam. Alih-alih
memberikan keterangan, mereka berjajaran dan balik merekam para demonstran. Putra
Siregar, bos PStore merasa tidak merugikan masyarakat saat ditemui oleh media, Jumat
(04/11/22) "Enggak tahu. Kalau memang (ada masalah) tinggal refund. Kita 10 tahun
dagang, pintu (damai) terbuka lebar," pungkasnya. Putra juga menambahkan bahwa
demonstran yang berjumlah 10 cukup dibiarkan saja dan ia lebih memilih fokus pada
bisnisnya apalagi era resesi sudah di depan mata. Padahal, masyarakat yang diwakili oleh
para demonstran menyayangkan HP iPhone yang dibelinya di toko PStore tidak terdaftar
di IMEI. Ada 2 hal utama penyebab IMEI iPhone tidak terdaftar, yaitu pajak belum
dibayar (sebelum barang masuk ke Indonesia) sehingga iPhone yang dibeli tidak bisa
terhubung dengan operator jaringan dan iPhone diidentifikasi sebagai HP curian
sehingga tidak bisa terhubung dengan semua operator jaringan di dunia.
Putra Siregar memberikan pertanggung jawaban pemawaran untuk refund atau
pengembalian barang. Meskipun begitu menurut nitizen bukan solusi yang tepat karena
ada kewajiban toko untuk menyediakan HP legal dengan memilih produsen terpercaya.
Toko sebagai pelaku usaha juga wajib memberi servis legal serta memuaskan bagi
kustomer dengan bertanggung jawab atas permasalahan yang dialami akibat membeli
barang di toko tersebut. Putra Siregar juga perlu belajar dari kasus tindak pidana

13
kepabeanan yang menjeratnya pada 2017-2020 di mana pihak bea cukai melakukan
penyelidikan dan penyitaan terhadap dugaan barang-barang ilegal dalam penjualan HP
di PStore.
Hadirnya IMEI melindungi masyarakat, negara, operator seluler, dan industri dari
barang curian, kehilangan pendapatan, mencegah kompetisi tidak sehat, dan mencegah
hilangnya potensi pajak. Sebelum membeli barang HKT, konsumen disarankan untuk
terlebih dahulu mengecek IMEI di laman resmi Kementerian Perindustrian
(Kemenperin). Jika terbukti terdapat barang yang dibeli setelah 18 April 2020 dengan
IMEI tidak terdaftar, suatu pelaku usaha maupun perseorangan dapat dikenakan sanksi
administrasi dan pidana sesuai Permendag (Peraturan menteri perdagangan) Nomor 69
tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum menjual hp ex Inter mempertimbangkan pembeli hanya tahu hp
murah tanpa memahami resiko hp ex inter?
Jawaban:
Dengan mempertimbangkan Hak Konsumen yang sesuai dengan UU Perlindungan
Konsumen, yakni:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Jika hak-hak ini tidak dipenuhi maka konsumen yang merasa dirugikan dapat
mengajukan gugatan. Maka jawabannya,
Jawaban:
Penjualan hp ex inter sah, namun haram karena penjual tidak menjelaskan
resikonya.

Referensi
/2 ( ‫اج‬FF‫اظ المنه‬FF‫اني ألف‬FF‫ة مع‬FF‫اج إلى معرف‬FF‫مغني المحت‬ .1 /12( ‫ووي‬FF‫ذب للن‬FF‫رح المه‬FF‫وع ش‬FF‫المجم‬ .2
)455 )116
12/118, ‫المجموع شرح المهذب‬ .3 )142-2/141( ‫قوت المحتاج لألذرعي‬ .4

)116 /12( ‫ المجموع شرح المهذب للنووي‬

14
‫وقول المصنف رحمه هللا في الكتابين جميعا يدل على أن البيع عند كتمان العيب محرم وعبارة الشافعي في قوله وح‪++‬رام‬
‫التدليس وكذلك عبارة كثير من األصحاب تدل على حرمة كتمان العيب ووجوب بيانه ولم يتع‪++‬رض لل‪++‬بيع وك‪++‬ذلك ألف‪++‬اظ‬
‫األحاديث في ذلك وقد أش‪++‬رت إلى ه‪++‬ذا المع‪++‬نى فيم‪++‬ا تق‪++‬دم ولكن ال مناف‪++‬اة بين الكالمين وكال األم‪++‬رين ح‪++‬رام وحرمتهم‪++‬ا‬
‫مختلفة فالتدليس حرام بالقصد في نفسه والبيع ليس حراما لذاته ولكن حرام لغ‪++‬يره وه‪++‬و كتم‪++‬ان العيب وض‪++‬بط ه‪++‬ذا ن‪++‬افع‬
‫فيما سيأتي في صحة البيع وفي عبارة المصنف واألصحاب وألفاظ الحديث تنبيه على أن‪++‬ه ال يكفى الب‪++‬ائع الع‪++‬الم ب‪++‬العيب‬
‫أن يقول هو معيب أو يبيعه بشرط البراءة من العيوب أو يقول أن به جميع العيوب أو أنه ال يضمن غير الحل كما جرت‬
‫عادة بعض الناس بفعل ذلك ب‪+‬ل الب‪+‬د من بي‪+‬ان العيب المعلم بعين‪+‬ه والعب‪+‬ارات األول كله‪+‬ا فيه‪+‬ا إجم‪+‬ال البي‪+‬ان وق‪+‬د يظن‬
‫المشترى سالمته عن ذلك فإن البائع إنما قال ذلك حذرا من العهدة بخالف ما إذا نص له على العيب بعينه فإنه يدخل فيه‬
‫على بصيرة‪.‬‬

‫‪ ‬مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج ( ‪)455 /2‬‬


‫لو اشترى زجاجة يظنها جوهرة بثمن كثير أو باع جوهرة يظنها زجاجة بمال قلي‪++‬ل فإن‪++‬ه ال خي‪++‬ار في األولى للمش‪++‬تري‬
‫وال للبائع في الثانية‪ ،‬وظاهر إطالقهم أن هذا ليس بحرام بخالف التصرية كما أشار إليه الماوردي‪ ،‬ولو قي‪++‬ل بحرمت‪++‬ه لم‬
‫يبعد كما قاله بعض المتأخرين؛ ألن الضرر الحاصل بالتصرية يرتفع عن المشتري بإثبات الخيار بخالف هذا‪.‬‬

‫‪ ‬قوت المحتاج لألذرعي (‪)142-2/141‬‬


‫من باع شيئا له أو لغيره وعلم به عيبا وجب عليه بيانه ويأثم بكتمانه وقضية كالم األصحاب أنه ال يكفيه قوله‪ :‬هو معيب‬
‫أو بيعه بشرط البراءة من العيوب أو قول‪++‬ه‪ :‬ب‪++‬ه جمي‪++‬ع العي‪++‬وب أو أن‪++‬ه ال يض‪++‬من غ‪++‬ير الحالل أو يق‪++‬ول الفقي‪++‬ه عن كتاب‪++‬ه‬
‫المغلوط هو غير مقابل أو يحتاج إلى مقابلة بل ال بد من بيان العيب المعلوم بعينه‪.‬‬

‫‪ ‬المجموع شرح المهذب ‪12/118,‬‬


‫(فرع) قال اإلمام الضابط فيما يح‪+‬رم من ذل‪+‬ك أن من علم ش‪+‬يئا يثبت الخي‪+‬ار فأخف‪+‬اه أو ينبغي في ت‪+‬دليس في‪+‬ه فق‪+‬د فع‪+‬ل‬
‫محرما فان لم يكن السبب سببا للخيار فترك التعرض له ال يكون من التدليس المحرم وال يجب ذك‪+‬ر القيم‪+‬ة ف‪+‬إن الغبن ال‬
‫يثبت بمجرده خيار ‪ -‬وهللا أعلم ‪( -‬المسألة الثالثة) إن باع ولم يبين العيب صح البيع مع المعصية قال الشافعي رحم‪++‬ه هللا‬
‫في المختصر وحرام التدليس وال ينقض به البيع وجملة القول في ذلك أن البائع إذا باع سلعة يعلم أن فيها عيبا‬

‫‪b. Bagaiman pertanggungjawaban Putra Siregar yang paling tepat terkait masalah yang‬‬
‫?‪dialami konsumennya‬‬

‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Secara fiqh, Putra Siregar tidak punya tanggung jawab atas kerugian berupa‬‬
‫‪hilangnya sinyal dari handphone ex inter, sebab hal tersebut bukan termasuk ‘aib‬‬
‫‪mabi’. Sedangkan menurut undang-undang perlindungan konsumen, konsumen‬‬
‫‪memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian‬‬
‫‪apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak‬‬
‫‪sebagaimana mestinya.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫حاشية إعانة الطالبين (‪)38 /3‬‬ ‫‪.1‬‬ ‫حاشية الجمل على شرح المنهج (‪)125 /3‬‬ ‫‪.2‬‬
‫ش‪FF‬رح بغي‪FF‬ة المسترش‪FF‬دين ألحم‪FF‬د الش‪FF‬اطري (‬ ‫‪.4‬‬
‫العزيز شرح الوجيز للرافعي (‪)338 /8‬‬ ‫‪.3‬‬
‫‪)3/170‬‬
‫‪.5‬‬ ‫حاشية رد المحتار على الدر المختار (‪)٥٣٣/٤‬‬ ‫‪.6‬‬

‫‪ ‬حاشية إعانة الطالبين (‪)38 /3‬‬

‫‪15‬‬
‫(قوله‪ :‬ويثبت لمشتر إلخ) شروع في خيار العيب‪ ،‬ويسمى خيار النقيصة‪ ،‬وهو حاصل بفوات مقصود مظنون نش‪++‬أ الظن‬
‫فيه من تغرير فعلي‪ ،‬أو قضاء عرفي‪ ،‬أو التزام شرطي‪ .‬فاألول‪ :‬كالتصرية‪ .‬والث‪+‬اني‪ :‬كظه‪++‬ور العيب ال‪+‬ذي ينقص العين‬
‫والقيمة نقصا يفوت به غرض صحيح‪ .‬والثالث‪ :‬كأن شرط في المبيع شيئا‪ ،‬ككون العب‪++‬د كاتب‪++‬ا‪ ،‬أو الداب‪++‬ة ح‪++‬امال‪ ،‬أو ذات‬
‫لبن‪ ،‬فأخلف‪.‬‬
‫‪ ‬حاشية الجمل على شرح المنهج (‪)125 /3‬‬
‫(فرع) لو اشترى فلوسا فأبطل السلطان التعامل بها قبل القبض فليس بعيب حدث قبل القبض خالفا ألبي حنيف‪++‬ة ‪ -‬رحم‪++‬ه‬
‫هللا تعالى ‪ -‬اهـ‪ .‬عميرة وينبغي في هذا الزمان أن ال يكون ترك الصالة عيبا ألنه صار الغالب عليهم ترك الصالة ووافق‬
‫عليه م ر اهـ‪ .‬سم‪.‬‬
‫‪ ‬العزيز شرح الوجيز للرافعي (‪)338 /8‬‬
‫(وأما) مسألة الغبن (فاعلم) أن مجرد الغبن ال يثبت الخيار وإن تفاحش خالفا لمالك حيث ق‪++‬ال إن ك‪++‬ان الغبن ف‪++‬وق الثلث‬
‫ثبت الخيار للمغبون ونقل بعض أصحاب أحمد مثله وقدر بعضهم بما فوق السدس وفي كتب اص‪+‬حابنا عن‪+‬ه ان‪+‬ه ان ك‪+‬ان‬
‫المغبون ممن ال يعرف المبيع وال هو ممن لو توقف لعرفه ثبت الخيار لنا قصة حبان بن منقذ رضى هللا عنه (فان النبي‬
‫صلى هللا عليه وسلم لم يثبت له الخيار بالغبن ولكن أرشده إلى شرط الخيار ليتدارك غبنه عند الحاجة) إذا تقرر ذلك فل‪++‬و‬
‫اشترى زجاجة وهو يتوهمها جوهرة بثمن كبير فال خيار له وال عبرة بم‪++‬ا لحق‪++‬ه من الغبن الن التقص‪++‬ير من جهت‪++‬ه حيث‬
‫جرى على الوهم المجرد ولم يراجع أهل الخبرة‪.‬‬

‫‪ ‬شرح بغية المسترشدين ألحمد الشاطري (‪)3/170‬‬


‫(مسألة‪ :‬ش) ضابط خيار العيب هو ما نقص العين أو القيمة نقصا يفوت به غرض صحيح والغالب في جنس ذلك المبيع‬
‫عدمه وهو عام في الحيوان وغيره قوله ‪( :‬يفوت به غرض ص‪++‬حيح) ه‪++‬ل الم‪++‬راد غ‪++‬رض العاق‪++‬دين أو غ‪++‬الب الن‪++‬اس في‬
‫محل العقد قال حج لعله األخير اهـ بجيرمي و عبارة فتح الجواد ‪ :‬ويثبت الخيار بفقد وصف مقصود في نفسه ألغ‪++‬راض‬
‫غالب الناس من زيادة قيمة أو غيرها اهـ قوله ‪( :‬والغالب في جنس ذلك الم‪++‬بيع إلخ) أي ‪ :‬في الع‪++‬رف الع‪++‬ام ال في مح‪++‬ل‬
‫البيع وحده فيما يظهر والكالم فيما لن ينصوا على أنه عيب وإال لم يؤثر فيه عرف بخالفه مطلقا اهـ تحفة‪.‬‬

‫‪ ‬حاشية رد المحتار على الدر المختار (‪)٥٣٣/٤‬‬


‫قلت‪ :‬ومما يكثر وقوعه ما لو اشترى بقطع رائحة فكسدت بضرب جديدة يجب قيمتها يوم البيع من ال‪++‬ذهب ال غ‪++‬ير إذ ال‬
‫يمكن الحكام الحكم بعلها لمنع السلطان منها‪ ،‬وال يدفع قيمتها من الفضة الجديدة ألنها ما لم يغلب غشها فجي‪++‬دها ورديته‪++‬ا‬
‫سواء إجماعًا ‪.‬‬
‫(قوله‪ :‬قلت ومما يكثر وقوعه إلخ) اعلم أنه إذا اشترى بالدراهم التي غلب غشها أو ب‪+‬الفلوس ولم يس‪+‬لمها للب‪+‬ائع ثم ك‪+‬دت‬
‫بطل البيع واالنقطاع عن أيدي الناس كالكساد ويجب على المشتري رد المبيع لو قائم‪++‬ا ومثل‪++‬ه أو قيمت‪++‬ه ل‪++‬و هانك‪++‬ا‪ ،‬إن لم‬
‫يكن مقبوضا فال حكم لهذا البيع أصال وهذا عن‪++‬ده وعن‪++‬دهما ال يبط‪++‬ل ال‪++‬بيع‪ ،‬ألن المتع‪++‬ذر التس‪++‬ليم بع‪++‬د الكس‪++‬اد‪ ،‬وذل‪++‬ك ال‬
‫يوجب الفساد الحتمال الزوال بالرواج لكن عند أبي يوسف تجب قيمته يوم البيع‪ ،‬وعند محمد يوم الكس‪++‬اد وه‪++‬و آخ‪++‬ر م‪++‬ا‬
‫تعامل الناس بها وفي الذخيرة الفت‪+‬وى على ق‪+‬ول أبي يوس‪+‬ف‪ ،‬وفي المحي‪+‬ط والتتم‪+‬ة والحق‪+‬ائق ويق‪+‬ول محم‪+‬د يف‪+‬تى رفن‪+‬ا‬
‫بالناس اهـ والكساد أن تترك المعاملة بها في جمي‪+‬ع البالد‪ ،‬فل‪+‬و في بعض‪+‬ها ال يبط‪+‬ل لكن‪+‬ه تتعيب إذا لم ت‪+‬رج في بل‪+‬دهم‪،‬‬
‫فيتخير البائع إن شاء أخذه وإن شاء أخذ قيمته وحد االنقطاع أن ال يوجد في السوق وإن وجد في ي‪++‬د الص‪++‬يارفة وال‪++‬بيوت‬
‫هكذا في الهداية واالنقطاع كالكساد كما في كثير من الكتب لكن قال‪ :‬في المض‪++‬مرات ف‪+‬إن انقط‪+‬ع ذل‪+‬ك فعلي‪+‬ه من ال‪+‬ذهب‬
‫والفضة قيمته في آخر يوم انقطع هو المختار‬

‫‪16‬‬

Anda mungkin juga menyukai