Anda di halaman 1dari 3

1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jahe merupakan tanaman obat yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.
Di Indonesia memiliki 3 jenis jahe yang biasa diperdagangkan yakni jahe gajah,
jahe emprit, dan jahe merah (Pribadi, 2013). Jahe merah (Zingiber officinale
Roscoe) merupakan tumbuhan suku Zingiberaceae yang sudah digunakan sebagai
obat secara turun-temurun sejak dulu karena mempunyai komponen volatile
(minyak atsiri) dan non volatile (oleoresin) paling tinggi jika dibandingkan
dengan jenis jahe yang lain. Rimpang jahe merah biasa digunakan sebagai obat
masuk angin, gangguan pencernaan, menurunkan kadar kolesterol, sebagai
analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan lain-lain (Natalia et al., 2012). Jahe
merah termasuk tanaman jenis rimpangan-rimpangan yang tumbuh di daerah
dataran rendah sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian 0 sampai 1.500
meter dari permukaan air laut. Selain sebagai bahan untuk membuat bumbu
masak, jahe secara empiris juga digunakan sebagai salah satu komponen penyusun
berbagai ramuan obat: seperti ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
mengatasi radang, batuk, luka, dan alergi akibat gigitan serangga (Rahminiwati,
2010). Jahe Sunti (jahe merah) dengan kandungan minyak atsiri 2,58 - 2,72%,
paling banyak digunakan untuk industri obat – obatan, menyusul Jahe gajah
dengan kandungan minyak atsiri 0,82 - 1,68% , dan jahe emprit dengan 1,5 –
3,3% minyak atsiri (Santoso, 2008). Sebagai bahan obat tradisional, jahe dapat
digunakan secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat herbal lainnya
yang mempunyai fungsi saling menguatkan dan melengkapi (Nala, 1992; Santoso,
2008). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean
terutama dari golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat
menghambat pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia,
diantaranya bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis, serta beberapa mikroba
lainya (Nursal et al., 2006). Jahe merah yang di olah untuk dijadikan produk
biasanya hanya jahe yang segar atau kering yang kemudian ditumbuk sehingga
mennjadi bubuk dan kemudian di olah. Namun ada juga jahe yang hanya dibakar
kemudian di parut untuk dijadikan sebagai obat luar. Salah satu contoh
pemanfaatan rimpang jahe secara tradisional untuk pengobatan reumatik adalah
rimpang secukupnya dibakar, kemudian dicuci bersih dan diparut, selanjutnya
ditempelkan pada bagian yang sakit dan dilakukan secara teratur sampai sembuh
(Anonim a., 2008). Hasil sebuah penelitian di tahun 2009 menunjukkan bahwa
ekstrak rimpang jahe merah 4% pada sediaan topikal memberikan efek
antiinflamasi yang hampir sama dengan NSAID terhadap mencit (Saida, 2009).
Pada penelitian Septiana et all,. (2002) menunjukkan bahwa ekstrak air rimpang
jahe mempunyai aktivitas antioksidan, dan beberapa penelitian lain juga
menunjukkan kemampuan jahe untuk mencegah kanker (Unnikrishnan dan
Kuttan, 1988). Pada penelitian kali ini yaitu bagaimana cara membuat jahe merah
menjadi minuman herbal yang bermanfaat tanpa mengurangi khasiat jahe merah
itu sendiri. Jahe sama efektifnya dengan asam mefenamat dan ibuprofen untuk
mengurangi dismenorea (Anurogo & Wulandari, 2011). Penelitian yang dilakukan
oleh Hernani dan Cristina Winarti, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian (2012) menunjukan bahwa jahe biasanya aman sebagai obat
herbal.
1.2. PERMASALAHAN
Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam pemanfaatan jahe merah
(Zingiber officinale roscoe) adalah daya simpannya yang rendah, jika disimpan
terlalu lama tanaman jahe merah dapat cepat kering dan keriput. Permasalahan
tersebut menyebabkan ketersediaan jahe merah tidak tersedia sepanjang musim.

1.3. TUJUAN
Membuat minuman herbal dari jahe merah (Zingiber officinale Roscoe) yang bisa
di konsumsi tanpa mengurangi khasiat jahe merah (Zingiber officinale Roscoe) itu
sendiri yang bermanfaat untuk mengurangi atau bahkan menyembuhkan berbagai
macam peyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Handrianto, P. (2016). Uji antibakteri ekstrak jahe merah Zingiber officinale var.
Rubrum terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Journal of
Research and Technology, 2(1), 1-4.
Azkiya, Z., Ariyani, H., & Nugraha, T. S. (2017). Evaluasi sifat fisik krim ekstrak
jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) sebagai anti nyeri.
JCPS (Journal of Current Pharmaceutical Sciences), 1(1), 12-18.
Panjaitan, E. N., Saragih, A., & Purba, D. (2013). Formulasi gel dari ekstrak
rimpang jahe merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology, 1(1), 9-20.

Anda mungkin juga menyukai