TUGAS KELOMPOK 9
“AFIRMATIVE ACTION”
Dosen Pembimbing :
Khusnul Rofida Novianti, S. Pd., M.M
Disusun Oleh :
1. Raden Danar Rahadyan (2022-413) 4. Dimas Panji Fajar N (2022-443)
2. Eriza Sukma Dewi (2022-437) 5. Farrel (2020-446)
3. Lisa Juli Loviana (2022_442)
2.
Hasil survei atas 405 jurnalis perempuan di 34 provinsi di Indonesia oleh PR2Media
dan AJI Indonesia tahun 2022 mengungkap masih adanya diskriminasi gender
terhadap jurnalis perempuan di tempat kerja.
Hasil riset oleh Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media) dan Aliansi Jurnalis
Independen (AJI) mengungkapkan masih adanya diskriminasi gender terhadap jurnalis
perempuan di tempat kerja dalam hal remunerasi, kenaikan jabatan, hak cuti, hak melahirkan,
tunjangan kesehatan, dan kesempatan untuk berkontribusi di ruang redaksi.
Riset ini menggunakan metodologi survei atas 405 jurnalis perempuan di 34 provinsi, yang
dilakukan sejak tanggal 4 April hingga 18 April 2022, dengan 12 pertanyaan yang terkait
dengan enam aspek kesetaraan gender. Responden survei memiliki keragaman tingkatan usia,
yakni responden di bawah 30 tahun, 30-40 tahun, 41-50 tahun di atas 50 tahun.
Sementara jenis media mencakup media daring, multiplatform, televisi, radio dan cetak
dengan bentuk media yakni komersial dan publik (RRI/TVRI). Posisi/jabatan responden
berasal dari tingkatan reporter, editor, redaktur pelaksana, pemimpin redaksi, kontributor,
wartawan, freelance, hingga kepala biro.
Jurnalis perempuan juga menghadapi pekerjaan ekstra tanpa adanya insentif, dan eksploitasi
tubuh jurnalis perempuan oleh redaksi supaya mendapatkan wawancara dengan narasumber
tertentu.
“Sering ada pernyataan, ‘narasumber meminta dijamu, ditemani oleh jurnalis perempuan’ ini
memberikan kerjaan ekstra bagi jurnalis perempuan, yang tidak dialami oleh jurnalis laki-
laki,” kata Wendratama saat membacakan pernyataan responden dalam kegiatan kegiatan
Forum Diskusi Terpumpun (FGD).
Laporan dan Advokasi Hukum: Jika terjadi pelecehan atau diskriminasi yang ilegal,
maka melaporkannya ke otoritas yang berwenang atau mencari bantuan hukum adalah
langkah penting.
Kerja Sama dengan Serikat Pekerja: Jika ada serikat pekerja di tempat kerja, pekerja
dapat mencari dukungan dari mereka dalam menangani kasus-kasus diskriminasi atau
pelecehan.
Studi Lanjutan: Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk studi lanjutan yang lebih
mendalam tentang masalah ini, yang dapat memberikan pemahaman lebih lanjut dan
rekomendasi kebijakan yang lebih rinci.