Artikel Problematika Pengajaran Sastra
Artikel Problematika Pengajaran Sastra
Ermaweni
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta
ermaweni.ew@gmail.com
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran, tugas guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Sementara itu, Belajar adalah aktivitas seseorang dalam
rangka memiliki kompetensi dalam bentuk keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dipandang sebagai proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan
individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau
kompetensi personal.
Lingkungan merupakan salah satu aspek yang berperan penting terkait dengan
belajar peserta didik untuk mencapai proses dan hasil yang optimal. Proses pmbelajaran yang
sering menimbulkan kebosanan pada siswa, maka diadakannya kaitan pembelajaran berbasis
dengan lingkungan yang dapat membantu menghilangkan kebosanan pada siswa saat kegiatan
belajar. Dikaitkannya pembelajaran dengan lingkungan, juga akan membuat siswa tahu keadaan
sebenarnya secara langsung. Basis pembelajaran ini dapat meningkatkan hubungan sosial peserta
didik, membina motivasi siswa, dan melatih kreativitas pada guru maupun siswa. Hal tersebut
mampu membantu siswa memikirkan kembali hubungan atau korelasi antara manusia dengan
lingkungannya.
Lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya pembelajaran dan hasil
belajar. Lingkungan belajar siswa terbagi menjadi 3, yaitu: pertama, lingkungan keluarga,
contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga. Kedua, lingkungan masyarakat. Dan Ketiga, lingkungan sekolah, contohnya kondisi
dan letak gedung sekolah yang buruk seperti pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Lingkungan sekolah mempengaruhi hasil belajar siswa yang didapatkan anak dari pihak
sekolah seperti interaksi guru dengan baik, cara guru mengajar, penggunaan media yang tersedia,
serta sikap anak terhadap guru dan lingkungan belajarnya. Lingkungan sekolah termasuk
tulang punggung dan faktor pendorong dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses
rasa bosan. Jadi, lingkungan belajar yang baik akan meningkatan hasil belajar siswa.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang aman secara fisik, psikis, sosial,
dan moral. Lingkungan yang demikian adalah yang mampu menjadikan peserta didik fokus
kepada pelajaran, pembelajaran hidup bersama, terhindar dari hal-hal yang negatif seperti
Hakikat pengajaran sastra adalah memperkenalkan pada siswa nilai-nilai yang dikandung
dalam karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan
dalam karya sastra. Secara lebih khusus pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan
siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai efektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial,
secara sendiri sendiri atau gabungan dari keseluruhan itu sebagaimana yang tercermin dalam
Dalam pembelajaran menulis cerpen siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan imajinasi
menjadi tulisan fiksi. Imajinasi tersebut dapat ditemukan dari hal-hal kecil yang ada di ligkungan
sekitar. Di lingkungan sekolah banyak hal yang bisa dijadikan imajinasi dalam menulis cerpen.
Lingkungan sekolah yang nyaman dan didukung dengan fasilitas yang lengkap di harapkan dapat
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti pengaruh lingkungan
belajar terhadap pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Painan.
B. KAJIAN TEORI
1. Lingkungan belajar
kehidupannya, baik itu mengenai tingkah laku, perkembangan jiwa, dan kepribadiannya. Sartain
dalam Purwanto berpendapat bahwa lingkungan meliputi semua kondisi- kondisi dalam dunia ini
berarti situasi yang ada di sekitar manusia. Manusia tidak bisa lepas dari lingkungan tempat
tinggal, baik itu lingkungsn keluarga, masyarakat, maupun sekolah. Lingkungan tersebut dapat
membawa perubahan tingkah laku manusia. Hal ini karena manusia dapat dengan mudah
pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Lingkungan yang merupakan
sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit
adalah alam sekitar diluar diri individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala
material dan stimulus di dalam dan diluar invidu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis,
lingkungan belajar ialah kegiatan belajar yang dilakukan seorang anak terhadap lingkungan
lainnya dari luar. Lingkungan sangat berperan penting dalam melaksanakan keberlangsungannya
suatupembelajaran. Lingkungan yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik juga.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang memilki makna atau
pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang di kelilingi manusia
yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Jamal (2011:110) lingkungan belajar mencakup 2 hal utama, yaitu lingkungan
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar, berupa sarana fisik,
baik yang ada di dalam sekolah maupun disekitar sekolah, termasuk masyarakat. Dalam hal ini
lebih ditekankan pada lingkungan fisik dalam kelas, alat/media belajar yang ada, dan alat/media
belajar.
2) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antar personal yang ada di
lingkungan sekolah secara umum. Kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika
Dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa di dalam lingkungan belajar ada 2
hal utama yakni dalam segi fisik dan sosial. Yang dimana didalam aspek fisik sendiri
lingkungan belajar dapat dipengaruhi dari sarana dan prasaran yang ada disekolah. Semakin baik
dan lengkap sarana sekolah akan meningkatkan hasil belajar siswanya. Dan didalam aspek sosial
lingkungan belajar terletak pada hubungan sosial yang terjadi selama di sekolah, selama proses
belajar berlangsung.
2. Cerpen
Cerita pendek atau disingkat cerpen adalah sebuah cerita yang selesaidibaca dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak mungkin
dilakukan untuk membaca sebuah novel (Poe dalam Nurgiyantoro 2007:10). Semi (1993:34),
mengungkapkan bahwa cerita pendek ialah sebuah karya sastra yang memuat penceritaan secara
memusat kepada suatu peristiwa pokok saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah
cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok. Priyatni (2010:126)
berpendapat bahwa cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi, cerita pendek sesuai dengan
namanya memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita,
Menurut penulis sendiri, cerita pendek adalah cerita yang diciptakan oleh seorang
pengarang yang ditulis secara singkat dan padat yang biasanya terdiri dari beberapa halaman saja
dan langsung menyasar pada tujuan jalan cerita cerpen itu sendiri, artinya konflik dan dinamika
yang terjadi dan terdapat dalam sebuah cerpen lebih singkat dan tidak sebanyak yang terdapat
dalam novel yang biasanya lebih panjang dan konfliknya lebih beragam.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu suatu rumusan
masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang
akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara. Langkah penelitian yaitu memilih beberapa siswa untuk
Penelitian ini akan menguraikan hasil wawancara dan observasi terhadap siswa dalam
pembelajaran sastra khususnya menulis cerpen. Peneliti akan melihat bagaimana pengaruh
lingkungan belajar terhadap pembelajaran menulis cerpen siswa. Hasil wawancara dan
Dalam penelitian ini lingkungan belajar yang akan diamati adalah lingkungan fisik dan
sosial. Lingkungan fisik tersebut di antaranya, bangunan sekolah seperti perpustakaan, ruang
kelas, dan lapangan sekolah. Sementara lingkungan sosial adalah budaya dan karakter yang
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan hasil bahwa siswa sangat
senang belajar sastra khususnya cerpen ketika memanfaatkan lingkungan fisik yang ada di
sekolah misalnya di perpustaan dan lapangan sekolah. Menurut siswa tersebut pembelajaran di
perpustakaan atau lapangan membuat imajinasi mereka lebih keluar di bandingkan di dalam
kelas. Saat menulis cerpen di lapangan terutama di bawah pohon siswa merasa lebih rileks
dalam belajar. Terutama saat jam pelajaran di siang hari atau pada jam-jam terakhir.
Beberapa siswa juga senang belajar di perpustakaan karena tersediannya jaringan wifi
yang dapat diakses dengan gratis. Siswa menjadi lebih mudah dalam mencari referensi untuk
memperkaya imajinasinya dalam menulis cerpen. Di perpustakaan juga tersedia buku bacaan
sastra yang mendukung. Buku-buku tersebut dapat dijadikan siswa sebagai tambahan referensi
siswa dalam menulis cerpen. Selain itu yang peling membuat siswa suka belajar di
perpustakaan adalah mereka bisa membaca karya-karya kakak kelasnya yang sudah dibuat
dalam bentuk antologi cerpen. Mereka senang membaca karya kakak kelasnya karena tema
yang diangkat oleh kakak kelasnya tidak jauh dari permsalahan sekolah dan asrama. Hal
Sementara itu dalam lingkungan sosial juga memberi pengaruh kepada pembelajaran
sastra khususnya menulis cerpen. Dengan adanya budaya saling mengargai dan sopan santun.
Membuat siswa tidak malu untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Walaupun yang
dituliskan adalah hal yang lucu atau memalukan namun mereka yakin karya mereka tidak akan
diejek oleh guru atau temannya. Di SMA Negeri 3 Painan budaya anti bullying sangat
ditekankan kepada siswa. Sehingga siswa menjadi lebih ekspresif dalam pembelajaran
SMA Negeri 3 Painan juga merupakan sekolah ramah anak. Dimana setiap anak
dihargai berdasarkan bakat dan potensinya masing-masing. Hal ini juga mendukung terciptanya
lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu, kepala sekolah dan komite
SMA Negeri 3 Painan juga mendukung pembelajaran sastra salah satunya dengan mendukung
penyelenggaraan pentas seni dan sastra siswa setiap akhir semester. Pada kegiatan ini siswa
diberikan ruang untuk menampilkan hasil belajar mereka. Dalam pembelajaran sastra yang
sudah pernah ditampilkan adalah antologi cerpen, antologi puisi, dan pementasan drama.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar yang
nyaman dan kondusif akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Di SMA Negeri 3
Painan ada beberapa lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran sastra yaitu
lingkungan fisik dan lingungan sosial. Dengan adanya dukungan sekolah dan lingkungan
belajar yang baik membuat siswa dapat menciptakan karya cerpen sesuai dengan kreativitas
Fadlilah, Nisa. 2018. “Pengaruh Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
siswa kelas X MAN III Sleman Yogyakarta”. Skripsi.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11232.
Hasan, Muhammad, dkk. 2021. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Yayasan Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BEpTEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1
&dq=pengaruh+lingkungan+belajar+dalam+pembelajaran+sastra&ots=oTxal5bBz5&si
g=yITPOHaYWVjLxcvA_Bb47vbloq4&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
Novitasari, Duwi. 2014. “Pengaruh Lingkungan Belajar Di Sekolah, Media Pembelajaran Dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Kewirausahaan Kelas X Di
Smk Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/41687.
Shakira, Amanda. 2022. “Kaitan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan
Lingkungan.” OSF Preprints. October 22. doi:10.31219/osf.io/wmnax.