OLEH :
AMIRUDDIN (110140047)
JULIANA (2012)
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan judul “Proses Pembuatan Pupuk Cair Organik”sebagai sarana untuk
menambah wawasan bagi orang-orang yang membacanya.
Dalam membuat makalah ini, kami mendapat banyak kesulitan dan masalah-masalah
dikarenakan sumber-sumber media yang ternyata tidak mudah ditemukan namun semuanya itu
membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran untuk mendapat hasil yang maksimal. Untuk
itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat membantu kami dalam
menyempurnakan makalah ini. Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
khususnya untuk pembaca pada umumnya.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan susunan kalimat maupun isi dari
makalah ini.
PEMAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
Kotoran sapi, urin dan susu dapat diolah menjadi pupuk cair, sebagai sumber nutrisi tanaman.
Kotoran sapi merupakan bahan yang baik untuk pupuk cair karena relatif tidak terpolusi logam
berat dan antibiotik. Kandungan fosfor yang rendah pada pupuk kandang dapat dipenuhi dari
sumber lain.
Penggunaan pupuk cair tidak hanya sebagai penyedia unsur hara, tetapi lebih diutamakan untuk
memperbaiki kondisi fisik tanah. Telah terbukti bahwa produk organik terutama pupuk cair,
mampu menjaga kesimbangan alam. Bahan organik seperti kompos memiliki peran penting
dalam menjaga efektivitas dan efisiensi penyerapan unsur hara dalam tanah. Tidak hanya itu,
pupuk cair dapat pula meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah dalam
menahan air, meningkatkan aktivitas biologi dalam tanah, serta mampu meningkatkan pH pada
tanah asam. Berdasarkan beberapa di atas, maka hal inilah yang melatarbelakangi dibuatnya
makalah pada Mata Kuliah Manajemen Ternak Perah mengenai Pembuatan Pupuk cair.
Tujuan Pembuatan Pupuk Cair adalah untuk memanfaatkan limbah organik ternak sebagai
sumber daya alam yang berdaya guna tinggi (pupuk organik) dan untuk mengurangi polusi
lingkungan yang diakibatkan oleh ternak.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memanfaatkan
limbah organik ternak menjadi pupuk Cair sehingga tidak dipandang sebagai sampah dan polusi
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam
tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, atau kesuburan tanah. Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik
dan pupuk anorganik.
Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui
proses pengomposan.
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama
adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi
atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk
kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini
karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa
cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya
dijadikan pupuk.Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap.
Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus
langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada
permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.
Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan
dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik
yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-
benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena
itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang
dilarutkan ke dalam air.
Limbah ternak berupa fase dan urine mengandung nitrogen dan fosfor yang sangat tinggi.
Kandungan ini dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga dijadikan bahan dasar pembuatan kompos .
Secara kimiawi pupuk organik yang baik mengandung beberapa unsur hara seperti Nitrogen (N)
= 1.5 – 2%, fosfor (P205) = 0,5 – 1% dan kalium (K20) = 0,5 – 1%.
Menyatakan bahwa urine ternak umumnya memiliki kandungan hara yang lebih tinggi
dibandingkan kototran padat, sehingga pada aplikasinya tidak sebanyak penggunaan pupuk
organik padat.
Unsur-unsur mineral dalam air susu yang relatif terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi
yaitu Kalsium 0,112%, Phosfor 0,095%, Kalium 0,138%, Magnesium 0,013%, Natrium 0,095%,
Klorin0,109%, dan Beelerang 0,01%. Unsur-unsur yang terdapat dalam konsentrasi yang rendah
yaitu Besi 3,0ppm, Siolikon2,0ppm, Tembaga 0,3ppm dan Fluorin 0,25ppm. Sedangkan unsur-
unsur mineral klumit atau ”trace-element” dalam susu adalah aluminium, mangan, jod, boron,
titanium, vanadium, lithium dan strontium . Susu sapi kaya akan mineral Ca, P, K, Cl, dan Zn;
tetapi rendah akan mineral Mg, Fe, Cu, dan Mn. Dedak yang tersedia untuk peternak merupakan
sumber P yang baik untuk ruminansia.
C/N berfungsi untuk meningkatkan kesuburan pada tanah. Penambahan bahan organik dengan
nisbah C/N tinggi mengakibatkan tanah mengalami perubahan imbangan C/N dengan cepat,
karena mikroorganisme tanah menyerang sisa pertanaman. C/N juga berfungsi untuk
menyeimbangkan ketersediaan nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Apabila bahan
organik yang diberikan ke tanah mempunyai nisbah C/N tinggi, maka mikroorganisme tanah dan
tanaman akan berkompetisi memanfaatkan nitrogen dan tanaman selalu kalah disamping
karbohidrat yang dijadikan sebagai sumber energi dan pertumbuhan mikroba, ternyata juga
dibutuhkan N dan P. Bahan-bahan yang terakhir ini diasimilir menjadi bahan tubuhnya. Dengan
jalan ini protein tumbuhan dialihkan menjadi protein mikroba.
Rasio C/N yang efektif untuk proses pembuatan pupuk cair berkisar antara 30:1 hingga 40:1.
Pada rasio C/N di antara 30 hingga 40, mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi lambat. Selama proses itu, rasio C/N akan terus menurun.Pupuk
cair yang langsung dapat digunakan memiliki rasio C/N nya kurang dari 20.
Perbandingan dari C/N pupuk cair dapat diperhitungkan dari berbagai senyawa yang menyusun
unsur hara tanah. Unsur har tanah rata-rata mengandung bahan-bahan sebagai berikut :
Total kandungan karbon dalam unsur hara tanah adalah 56.24 persen. Sementara itu Kadar N
dalam protein adalah 16 persen, sedangkan unsur hara mengandung 35 persen protein, jadi kadar
N dalam unsur hara adalah 35 x 0.16 = 5.6 persen. Oleh karena itu hasil bagi C/N rata-rata
adalah 56.24 / 5.6 = 10.04 persen. Hubungan C dan N ini di dalam unsur hara berada dalam
keadaan hampir konstan, berada pada nilai antara 10 sampai 12.Oleh karena itulah nilai C/N ratio
10 - 12 ini dapat dianggap sebagai acuan dalam pembuatan pupuk. Dari hasil penelitian dan uji
coba pembuatan pupuk, telah diketahui bahwa untuk mendapatkan C/N ratio 10 – 12, maka
diperlukan campuran bahan baku dengan C/N ratio 30.
Nitrogen (N) berperan penting dalam merangsang pertumbuhan vegetatif dari tanaman. Selain itu
N merupakan penyusun plasma sel dan berperan penting dalam pembentukan protein.
Fosfor (P) adalah unsur hara makro kedua setelah nitrogen yang banyak dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya dan diserap tanaman dalam bentuk ion. Sumber utama fosfor di dalam
tanah berasal dari pelapukan mineral-mineral yang mengandung fosfat.
Kalium (K) adalah unsur hara makro yang banyak dibutuhkan tanaman, dan diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan
tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti mengaktifkan
kerja enzim, membuka dan menutup stomata, transportasi hasil-hasil fotosintesis, dan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman.
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposan pupuknya karena
semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.
Pembuatan pupuk cair dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat. Pembuatan
pupuk bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan.
Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses pembuatan pupuk diharapkan
akan semakin cepat. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu,
bakteri fotosintesis, lactobasilius sp, aspergillus sp, ragi (yeast), dan actinomycetes.
2.5.6 Kelembapan
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40-60 %. Kondisi
tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembapan yang lebih
rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan mikrorganisme tidak berkembang atau mati.
2.5.7 Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pembuatan pupuk karena berhubungan dengan
jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum untu pembuatan pupuk adalah 40-60 0C. Bila
suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum
dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.
Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan
kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan dengan menambahkan bahan yang
bereaksi asam (mengandung nitrogen) seperti urea atau kotoran hewan .
Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan
pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan lebih lama
dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi
yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna
oleh tanaman.
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang
dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa
berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat
perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun
dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori
yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena
bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama
dan penyakit pada tanaman
Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara
teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari
2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan
jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus
diencerkan terlebih dahulu.
Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara
mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair
harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa
dipilah dari bahan baku pupuk.
- Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan
kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian
aduk-aduk hingga merata.
- Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata.
Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
- Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang.
Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain
masuk kedalam botol yang telah diberi air.
- Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi
selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa
harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
- Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium
bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
- Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan
kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
- Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup
rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa
digunakan sampai 6 bulan.
Tabel 2. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair
1 Kadar Air % 50 17
2 Temperatur Suhu air tanah
3 Warna kehitaman
7 pH 6.80 7.49
Unsur makro
9 Bahan organik % 27 58
10 Nitrogen % 0.40
11 Karbon % 9.80 32
12 Phosphor % 0.10
13 C/N rasio 10 20
14 Kalium % 0.20
Unsur mikro
15 Arsen Mg/kg 13
16 Cadmium Mg/kg 3
17 Cobal Mg/kg 34
21 Nikel Mg/kg 62
23 Selenium Mg/kg
24 Seng Mg/kg 500
Unsur lain
25 Calsium %
26 Magnesium % 0.60
27 Besi % 2.0
28 Alumunium % 2.20
29 Mangan % 0.10
Bakteri
31 Salmonella MPN/gr 3
SNI : 19-7030-2004
Rp 177.500
Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan
pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan
pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk,
pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan dengan
100 liter air.
Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang
baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat
perubahan fase tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga
ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu
satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis ini harus
disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.
Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak
mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen
seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan
buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran
sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di tabel berikut.
Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan
organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan
bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Pupuk Cair maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pupuk cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsure.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair antara lain ukuran
bahan, komponen bahan, suhu atau Temperatur dan Keasaman (pH)
Limbah ternak berupa feses dan urine mengandung nitrogen dan fosfor yang sangat tinggi.
Kandungan ini dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk
cair. Secara kimiawi pupuk organik yang baik mengandung beberapa unsur hara seperti Nitrogen
(N) = 1.5 – 2%, fosfor (P205) = 0,5 – 1% dan kalium (K20) = 0,5 – 1%
Daftar Pustaka
Djaja. 2008. Pengelolaan Limbah Ternak (Feces) Sapi Dengan Menggunakan Em-4 Dan
Stardec. www.katobengke.com. Diakses, 18 April 2009.