“ OMNIBUS LAW ”
Disusun Oleh :
GIAN NUGRAHA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Pembuatan Makalah tentang Trend
dan Issue Undang-Undang Kesehatan “ Omnibus Law ” tahun 2023 telah selesai disusun. Makalah ini
dibuat sebagai bahan informasi bagi perawat khusunya dan sekaligus bagi penulis yaitu guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Sarjana (S1) Keperawatan, dalam penyusunan makalah ini penulis
mendapatkan informasi dari bacaan artikel dibeberapa situs web site baik milik pemerintah maupun
swasta. serta organisasi profesi dan media sosial lainya,didapatkan hasil ternyata dalam proses
penyusunan dan penetapan UU Omnibus Law tentang kesehatan ini tidak semulus yang diharapkan
oleh pemerintah banyak tantangan serta banyak menyita perhatian masyarakat luas, sebagian ada yang
Pro dan Kontra baik di Masyarakat maupun organisasi profesi kesehatan diseluruh Indonesia, tentunya
dengan tanggapan dan pemikiran yang berbeda-beda. maka dari itu ketertarikan penulis membuat
makalah ini adalah karena rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap hasil dari pada pembahasan dan
putusan UU Omnibus Law Tentang Kesehatan ini, dengan demikian penulis meyakini juga akan sangat
memiliki implikasi penting dan strategis yang timbul akibat penerapan sistem baru ini, baik dari aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam penyelenggaraan kesehatan di Indonesia nantinya. saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan
makalah tentang Pro Kontra Undang-Undang Kesehatan “ Omnibus Law ” dan Perubahan Undang-
Undang Keperawatan tahun 2023. Saya menyadari bahwa hasil penyusunan ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan saran serta masukan guna perbaikan dan semoga makalah ini
bisa menambah informasi serta ilmu pengetahuan pembacanya.
GIAN NUGRAHA
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
6
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
8
2.1 Apa Pengeritian Omnibus Law
2.3 Terjadi Pro dan Kontra dikalangan Profesi Kesehatan terhadap Undang-
Undang “Omnibus law” No.17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan
9
Setelah rampung dengan undang-undang “sapu jagat” atau omnibus law yang
pertama dibidang ekonomi ( UU Cipta Kerja ), selanjutnya pemerintah bersama
legislator tengah menyiapkan kelahiran UU sapu jagat kedua dibidang kesehatan.
Sama seperti yang pertama, proses kelahiran yang kedua ini juga mengundang
polemik dan gerakan penolakan dengan aksi turun ke jalan pada saat itu akan tetapi
pemerintah tetep fokus terus lanjut waktu demi waktu membahas UU sapu jagat
kedua, yaitu RUU Kesehatan. RUU ini masuk dalam Prolegnas Prioritas 2023 pada
akhir tahun 2022 lalu. Dalam draf RUU versi DPR, bakal UU sapu jagat kedua ini
merangkum muatan dari 13 UU di bidang kesehatan, terdiri atas 20 bab dan 478
pasal. Secara umum, anatomi draf RUU Kesehatan ini lebih mudah dipahami karena
penyusunannya tidak bertingkat atau tidak mengandung pasal di dalam pasal. Hal ini
berbeda dengan UU Cipta Kerja. Proses pembuatannya juga memicu penolakan dari
masyarakat kesehatan, termasuk organisasi profesi kesehatan. Hal ini serupa dengan
pembahasan UU Cipta Kerja. Alasan utamanya lebih kurang juga sama, yaitu
minimnya pelibatan publik secara bermakna. sebelumnya Draf RUU Kesehatan versi
DPR, jika disetujui ditetapkan menjadi UU, semula akan mencabut sembilan UU
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Di samping juga
mengubah sebagian empat UU lainnya. Kesembilan UU yang bakal tidak berlaku
tersebut adalah UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, UU
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, UU Nomor 18
Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, UU Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, dan UU Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan. Adapun UU yang diubah sebagian adalah UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dan UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi.
Omnibus law yang bisa mencabut UU yang sudah ada ini dikhawatirkan akan
menimbulkan kekosongan hukum. Hal ini pulalah yang ditentang oleh masyarakat
10
kesehatan. Dari hasil daftar inventarisasi masalah (DIM) yang diserahkan pemerintah
ke DPR, jumlah UU yang akan dicabut menjadi 10 UU, ketambahan UU Nomor 20
Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Sementara UU yang masih tetap
berlaku, tetapi diubah sebagian, adalah UU SJSN dan UU BPJS.
Mencermati UU yang bakal dicabut, tak heran sejumlah organisasi profesi yang
terkait dengan UU tersebut meradang. Seperti yang sudah diberitakan, Senin
(8/5/2023), massa yang terdiri dari dokter, apoteker, hingga bidan menggelar unjuk
rasa di Patung Kuda, Jakarta Pusat, pagi ini. Dari undangan yang didapat
menyebutkan para massa itu menolak RUU Kesehatan Omnibus Law. Massa yang
terdiri dari 5 organisasi profesi kesehatan yaitu dari Ikatan Dokter Indonesia,
Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Ikatan
Apoteker Indonesia, dan Ikatan Bidan Indonesia tersebut menyampaikan tuntutan
yang salah satunya meminta pembahasan soal RUU Kesehatan disetop. Kalangan ini
menilai pembahasan yang berlangsung sekarang terlalu terburu-buru dan belum
mengakomodasi masukan dari organisasi profesi kesehatan. Aspirasi mereka ini pun
diluapkan dalam beberapa kali unjuk rasa.
PRO ( Setuju ) :
Kalangan masyarakat umum berpendapat dan menjadi terbelah pandangannya
dalam hal menyikapi RUU Kesehatan ini. di luar tenaga kesehatan yang menyuarakan
penolakan dengan berdemonstrasi juga terdapat sebagian lain yang pro dengan RUU
Kesehatan. Semangatnya adalah transformasi atau perbaikan pelayanan kesehatan
bagi publik menjadi lebih baik. Sistem pelayanan kesehatan harus diperbaiki secara
komprehensif dari hulu ke hilir. Hal itu berangkat dari adanya persoalan ketersediaan
(produksi) dan penempatan (distribusi) tenaga kesehatan.
Ketersediaan tenaga kesehatan sejatinya harus mencukupi dan harus disebar
secara adil ke seluruh wilayah Indonesia yang luas. Tidak boleh ada wilayah yang
kekurangan dokter, baik dokter umum maupun spesialis. Masyarakat harus bisa
mengakses layanan kesehatan dengan mudah dan tentu saja murah. Kondisi ini berarti
terkait dengan sistem pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Agar tenaga
kesehatan mencukupi, tidak boleh ada hambatan untuk masuk ke institusi pendidikan
11
kedokteran/kesehatan. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan tenaga kesehatan,
termasuk didalamnya biaya pendidikan. Biaya pendidikan kesehatan yang tinggi
berpotensi membuat para lulusannya berorientasi pada materi, bukan pelayanan. Hal
ini pula yang menyebabkan penempatan tenaga kesehatan tidak merata.
Banyak yang harus dibenahi dengan sistem pendidikan dan pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu, pembahasannya harus dengan kehati-hatian dan
mendengarkan aspirasi dari semua pemangku kepentingan agar tidak ada yang
dirugikan dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
1) Dari fokus mengobati menjadi mencegah : Pemerintah sepakat dengan DPR RI,
pentingnya layanan primer yang mengedepankan layanan promotif dan preventif
berdasarkan siklus hidup. Untuk mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat,
Pemerintah menekankan pentingnya standardisasi jejaring layanan primer dan lab
oratorium kesehatan masyarakat disleuruh pelosok indonesia
2) Dari akses layanan kesehatan yang susah menjadi mudah : Pemerintah sepak
at dengan DPR RI bahwa diperlukan penguatan pelayanan kesehatan rujukan mel
alui pemenuhan infrastruktur SDM, sarana prasarana, pemanfaatan telemedisin, d
an pengembangan jejaring pengampuan layanan prioritas, serta layanan unggulan
nasional berstandar internasional.
3) Dari industri kesehatan yang bergantung ke luar negeri menjadi mandiri di
dalam negeri : Pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan penguatan
ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan melalui penguatan rantai pasok dari hu
lu hingga hilir. Memprioritaskan penggunaan bahan baku dan produk dalam nege
12
ri, pemberian insentif kepada industri yang melakukan penelitian, pengembangan
dan produksi dalam negeri.
4) Dari sistem kesehatan yang rentan di masa wabah menjadi tangguh mengha
dapi bencana : Pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan penguatan
kesiapsiagaan pra bencana dan penanggulangan secara terkoordinasi dengan men
yiapkan tenaga kesehatan yang sewaktu-waktu diperlukan dapat dimobilisasi saat
terjadi bencana.
5) Dari pembiayaan yang tidak efisien menjadi transparan dan efektif : Pemeri
ntah sepakat dengan DPR RI untuk menerapkan penganggaran berbasis kinerja. I
ni mengacu pada program kesehatan nasional yang dituangkan dalam rencana ind
uk bidang kesehatan yang menjadi pedoman yang jelas bagi pemerintah dan pem
erintah daerah.
6) Dari tenaga kesehatan yang kurang menjadi cukup dan merata : Pemerintah
sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan percepatan produksi dan pemerataan j
umlah dokter spesialis melalui penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis berb
asis rumah sakit.
7) Dari perizinan yang rumit dan lama menjadi cepat, mudah dan sederhana :
Pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan penyederhanaan proses pe
rizinan melalui penerbitan STR yang berlaku seumur hidup dengan kualitas yang
terjaga
8) Dari tenaga kesehatan yang rentan dikriminalisasi menjadi dilindungi secar
a khusus : Pemerintah sepakat dengan DPR RI bahwa tenaga medis dan tenaga k
esehatan memerlukan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya, baik d
ari tindak kekerasan, pelecehan, maupun perundungan. Secara khusus bagi tenag
a medis yang diduga melakukan tindakan pidana dan perdata dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan harus melalui pemeriksaan majelis terlebih dahulu.
9) Dari sistem informasi yang terfragmentasi menjadi terintegrasi : Pemerintah
sepakat dengan DPR RI bahwa diperlukan integrasi berbagai sistem informasi ke
sehatan ke sistem informasi kesehatan nasional yang akan memudahkan setiap or
ang untuk mengakses data kesehatan yang dimilikinya tanpa mengurangi jaminan
perlindungan data individu.
13
10) Diri teknologi kesehatan yang tertinggal menjadi terdepan : Pemerintah sepa
kat dengan DPR RI perlunya akselerasi pemanfaatan teknologi biomedis untuk p
elayanan kesehatan, termasuk pelayanan kedokteran presisi.
Pengesahan RUU Kesehatan ini merupakan salah satu langkah dari transforma
si kesehatan. Langkah ini dibutuhkan untuk membangun arsitektur kesehatan Indonesi
a yang tangguh, mandiri dan inklusif. Ada 11 undang-undang terkait sektor kesehatan
yang telah cukup lama berlaku sehingga perlu disesuaikan dengan dinamika perubaha
n zaman. Pemerintah sependapat dengan DPR terkait dengan ruang lingkup dan poko
k-pokok hasil pembahasan yang telah mengerucut berbagai upaya peningkatan keseha
tan Indonesia ke dalam 20 bab dan 458 pasal di RUU Kesehatan. Sebelumnya, pemeri
ntah telah melaksanakan setidaknya 115 kali kegiatan dalam rangka meaningful partic
ipation, baik dalam bentuk forum diskusi maupun seminar yang dihadiri 1.200 peman
gku kepentingan dan 72 ribu peserta. Pemerintah sudah menerima setidaknya 6.011 m
asukan secara lisan dan tulisan, maupun melalui portal partisipasisehat. Pimpinan Ko
misi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan RUU tentang kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. RUU ini menj
abarkan agenda transformasi kesehatan yang bersifat reformis untuk perbaikan pelaya
nan kesehatan di fasilitas kesehatan primer dan sekunder melalui penguatan upaya kes
ehatan dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif, dan atau paliatif.
“RUU kesehatan memberikan ruang ekosistem untuk pengembangan inovasi kesehata
n, serta penguatan peran kesehatan,”. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin me
ngatakan dengan disahkannya RUU Kesehatan kiranya menjadi awal yang baru untuk
membangun kembali sistem kesehatan yang tangguh di seluruh Indonesia, tidak terke
cuali di daerah terpencil, tertinggal, di perbatasan, maupun kepulauan.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Organisasi Profesi yang telah
berbadan hukum sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diakui keberadaannya
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan harus menyesuaikan dengan ketentuan
Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pemerintah Pusat harus melaporkan pelaksanaan Undang-Undang ini kepada Dewan
Perwakilan Rakyat melalui alat kelengkapan yang menangani urusan di bidang legislasi
paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku. Undang-Undang ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Jakarta;
Sekretariat Negara.
Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Jakarta
Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta;
Sekretariat Negara
Indonesia. 2011. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan Jakarta; Sekretariat Negara.
LEGISLASI, B., & INDONESIA, D. P. R. R. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN
UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.
Baca artikel detiknews, "Isi RUU Kesehatan Omnibus Law yang Dituntut Massa Dokter-
Apoteker" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-6709619/isi-ruu-kesehatan-
omnibus-law-yang-dituntut-massa-dokter-apoteker.Diakses pada 17 Agustus 2023.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes
melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email
kontak@kemkes.go.id (D2). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti
Nadia Tarmizi, M.Epid
17