Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Glaukoma adalah kelompok penyakit dengan karakteristik neuropati optik


yang berhubungan dengan kehilangan fungsi penglihatan. Peningkatan tekanan intra
okuler (TIO) merupakan faktor risiko utama dari penyakit ini.1

Klasifikasi glaukoma dibuat berdasarkan kelainan dasar yang mengakibatkan


peningkatan tekanan intra okuler. Istilah primer dan sekunder sangat membantu
dalam menentukan definisi glaukoma. Glaukoma primer tidak berkaitan dengan
penyakit okuler atau sistemik yang mengakibatkan peningkatan resisitensi terhadap
akuos outflow. Glaukoma primer biasanya mengenai kedua mata. Glaukoma sekunder
berhubungan dengan penyakit atau sistemik yang berperan dalam penurunan akuos
outflow.Penyakit yang menyebabkan glaukoma sekunder sering asimetris atau
unilateral. Glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka, glaukoma
sudut tertutup dan glaukoma developmental.1,2,3

Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan irreversible di dunia.


Glaukoma menimpa hampir 67 juta penduduk di dunia dimana 10% (6,6 juta)
diantaranya mengalami kebutaan.4,5,6 Efek sosial dan ekonomi dari glaukoma sangat
besar diantaranya kesulitan untuk melamar pekerjaan, aktivitas sehari-hari,isolasi
sosial dan depresi.7,8 Hal ini menyebabkan glaukoma merupakan masalah kesehatan
yang utama. Prevalensi glaukoma bervariasi pada masing-masing populasi. Di Eropa
dan Amerika Utara Primary Open Angle Glaucoma (POAG) merupakan tipe
glaukoma yang dominan. Prevalensi POAG di Amerika Serikat diperkirakan 2,22 juta
penduduk (1,86%).9 Hampir setengah dari seluruh populasi penderita glaukoma
berada di Asia. Proporsi terbesar penderita di Asia (25%) mengalami kebutaan
bilateral yang disebabkan Primary Closed Angle Glaucoma (PACG) dan 10%

1
disebabkan POAG. Prevalensi glaukoma di Tanzania dan Afrika Selatan dilaporkan
5%. Tipe glaukoma yang dominan adalah POAG.10

Beberapa penelitian berdasarkan populasi mendapatkan bahwa lebih dari 50%


dari kasus glaukoma masih belum terdiagnosis, hal ini mungkin berkaitan dengan
fakta bahwa glaukoma merupakan penyakit yang tersembunyi dan tidak memberikan
gejala sampai terjadi gangguan penglihatan dengan kerusakan yang lebih lanjut. 10

Pada penelitian ini akan meperlihatkan gambaran tentang profil penderita


glaukoma yang datang berobat ke RS M Djamil Padang periode Januari 2011-
Desember 2012 dan penatalaksanaanya.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum penderita glaukoma di RS Dr M Djamil Padang

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tipe glaukoma di RS Dr M Djamil periode Januari 2011-


Desember 2012
2. Untuk mengetahui distribusi penderita POAG dan PACG berdasarkan umur dan
jenis kelamin
3. Untuk mengetahui tipe glaukoma sekunder di RS M Djamil Padang
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma di RS Dr M Djamil Padang

1.3. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi data dasar untuk jumlah penderita glaukoma di RS Dr M Djamil


Padang
2. Menilai hasil pengisian data pasien oleh tenaga medis dan paramedis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma adalah suatu kelainan yang ditandai dengan neuropati optik dan
disertai kelainan lapangan pandang, dimana peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
merupakan faktor risiko utama.1

Glaukoma diklasifikasikan berdasarkan dua skema yaitu:11

1. Berdasarkan mekanisme anatomis terjadinya peningkatan tekanan intra


okuler, yang membagi glaukoma menjadi sudut terbuka atau tertutup
2. Berdasarkan etiologi adanya kelainan sistemik atau okuler yang menyebabkan
terjadinya glaukoma. Dalam klasifikasi ini glaukoma dibedakan atas
glaukoma primer dan sekunder

Dalam penelitian epidemiologi untuk menghitung prevalensi,


mempelajari faktor risiko atu uji klinis, diperlukan definisi yang tepat.
Terdapat beberapa definisi dalam penetapan kasus glaukoma, antara lain:3

A. Menurut Working Group for Defining Glaucoma of ISGEO (The


International Society for Geoghraphic and Epidemiological Ophthalmology)
kasus glaukoma diklasifikasikan dalam tiga kategori:

1. Kategori diagnostik 1 (terjadi gangguan structural dan fungsional)


yaitu: mata dengan cup per disc ratio (CDR) ≥ 0,7 atau asimetri CDR
≥ 0,2 dengan mata sebelahnya dengan defek lapangan pandang sesuai
dengan glaukoma.
2. Kategori diagnostik 2 (terdapat kerusakan struktural yang luas,
sedangkan lapangan pandang tidak terlihat adanya defek) yaitu: jika

3
subjek tidak diperiksa lapangan pandang dengan baik, tapi mempunyai
CDR ≥ 0,9 atau asimetri CDR ≥ 0,3.
3. Kategori diagnostik 3 (jika optic disk tidak bisa dilihat karena
kekeruhan media, dan lapangan pandang tidak bisa dinilai).
Glaukoma didiagnosa dengan:
a) Visus < 3/60 dan TIO ≥30 mmHg atau
b) Visus <3/60 dan adanya konfirmasi diagnosa glaukoma pada
catatan medis.

B. Kriteria menurut Consideration at Glaucoma Consensus Meeting3

1. Terdapat riwayat dengan glaukoma.


2. TIO >21 mmHg pada kedua mata
3. Defek lapangan pandang:
 Nasal step > 5 decibel pada tiga titik yang berdekatan atau >
10 decibel pada dua titik yang berdekatan
 Semua tipe defek lainnya
 Perluasan bintik buta
4. CDR ≥0,7 dan/ atau asimetris ≥ 0,3

Klasifikasi diagnosis spesifik glaukoma:1,12


1. Hipertensi Okuler:
Tekanan intra okuler > 21 mmHg tanpa adanya kerusakan saraf optik
atau kelainan lapangan khas glaukoma, sudut kamera okuli anterior
terbuka dan pada gonioskopi tidak terlihat kelainan.
2. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Terdapat gambaran optik disk glaucomatous dengan defek lapangan
pandang yang sesuai, sudut kamera okuli anterior terbuka dan pada
gonioskopi tampak normal
3. Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Sedikitnya terdapat dua dari kriteria berikut :

4
a) optik disk glaukomatous atau defek lapangan pandang
glaukomatous disertai dengan sudut kamera okuli anterior
tertutup sebagian atau total.
b) adanya aposisi atau sinekia di sudut, dan tidak terdapat
penutupan sudut sekunder (seperti: uveitis, intumesensi,
microspherophakia, adanya neovaskular di sudut, atau kelainan
anomaly kongenital).
4. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intra okuler yang disebabkan kelainan okuler
lainnya, seperti neovaskularisasi, trauma, katarak hipermatur, dislokasi
lensa, dan uveitis.
5. Glaukoma Absolut
Stadium akhir dari glaukoma dengan visus nol yang menimbulkan
kerusakan saraf optik
6. Suspek Glaukoma, jika terdapat salah satu di bawah ini
a. Optik disk menunjukkan glaukomatous (pembesaran rasio cup
per disk, asimetri rasio cup per disk, adanya notching atau
penyempitan neural rim, perdarahan diskus (splinter
haemorrhages)).
b. Defek lapangan pandang yang sesuai dengan glaukoma.
c. TIO > 22 mmHg.
2.2.Pemeriksaan Klinis Glaukoma
Penatalaksanaan glaukoma yang tepat tergantung pada kemampuan
para klinisi untuk mendiagnosis bentuk spesifik dari glaukoma, tingkat
keparahan penyakit, dan mendeteksi progresifitas dari perjalanan penyakit.
Diagnosis glaukoma berdasarkan pada:1
a. History atau anamnesis
b. Pemeriksaan okuler yang komprehensif

5
2.2.1. Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler
Tekanan intra okuler dapat diukur dengan menggunakan tonometer.
Terdapat beberapa jenis tonometer antara lain: Schiotz, Goldmann, tonopen
dan pneumatograph. Schiotz dan Goldmann adalah tonometer yang paling
sering digunakan. 12
Tonometer applanasi Goldmann merupakan gold standard untuk
pengukuran TIO dan sering dipakai dalam penelitian. Tonometri ini
berdasarkan prinsip Imbert-Fick , yang menyatakan bahwa TIO sebanding
dengan kekuatan yang dibutuhkan untuk mendatarkan permukaan kornea
dibagi dengan area yang didatarkan.12

Gambar 1. Tonometri aplanasi Goldmann1

2.2.2. Pemeriksaan Gonioskopi


Gonioskopi merupakan pemeriksaan yang penting pada penderita
glaukoma untuk menilai sudut kamera okuli anterior. Normalnya terdiri dari
empat struktur, dari anterior ke posterior; Schwalbe line, trabecular
meshwork, Scleral Spur, dan Ciliary Body. Tujuan utama dari pemeriksaan ini
adalah untuk menentukan apakah pasien menderita glaukoma sudut terbuka
atau tertutup.12

6
Gambar 2. Gambaran gonioskopi1

Tabel 1. Penilaian Gonioskopi1


Pemeriksaan slit lamp biomicroscopy dilakukan untuk
mengidentifikasi abnormalitas segmen anterior, termasuk kejadian glaukoma
sekunder. Kedalaman sudut kamera okuli anterior perifer (KOA) dapat dinilai
dengan beberapa metode, yaitu Scheie’s, Shaffer, Spaeth, dan Van Herick.12

Tabel 2. Shaffer Grading Systems12


2.2.3. Pemeriksaan Optik Disk

7
Penilaian optik disk merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan.
Kehilangan yang signifikan dari sel ganglion retina dan serat nervus optik
terjadi sebelum hilangnya fungsi lapangan pandang.13,14
Deteksi optik disk glaukomatous meliputi pengukuran dari ukuran dan
bentuk dari neuroretinal rim dan optic cup. Membedakan cupping fisiologis
atau normal dengan glaucomatous cupping optik disk kadang sulit. Perubahan
awal dari glaucomatous optic neuropathy hampir tidak jelas, yaitu:
a. Pembesaran cup yang merata.
b. pembesaran fokal dari cup.
c. Superficial splinter haemorrhage
d. Hilangnya lapisan serat saraf.
e. Translusensi dari neuroretinal rim
f. Berkembangnya vessel overpass
g. Asimetri cupping antara dua mata
h. Atropi peripapilar
Papil saraf optik dapat diperiksa dengan ; oftalmoskopi direk,
oftalmoskopi indirek dan slit lamp biomicroscopy. Pemeriksaan yang baik
untuk diagnosis glaukoma adalah slit lamp yang dikombinasi dengan Hruby
lens, lensa 60,78, atau 90 D. Cahaya slit, disbanding iluminasi difus, lebih
berguna dalam menilai perubahan kecil pada bentuk papil saraf. Sistem ini
memerlukan pembesaran yang tinggi, iluminasi yang baik, dan gambaran
stereoskopik disk. Namun teknik slit lamp memerlukan pasien yang
kooperatif dan lebar pupil yang cukup untuk melihat disk dengan baik.13,14
Pemeriksaan kuantitatif saraf optik dapat juga diukur dengan Confocal
Scanning Laser Ophthalmoscopy dan Optical Coherence Tomography
(OCT).13,14

8
a) b) c)

Gambar 3. a.ekscavatio, b.splinter haemorhagi, c.penipisan neuroretinal rim1

2.2.4. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Perimetri merupakan pemeriksaan klinis untuk lapangan pandang.
Terdapat dua tujuan utama perimetri dalam manajemen glaukoma, yaitu:
a. Identifikasi kelainan lapangan pandang
b. Penilaian kuantitatif dari lapangan pandang normal atau abnormal
untuk membantu follow up
Terdapat dua tipe perimetri yang digunakan saat ini, yaitu:
a. Automated static perimetry dengan menggunakan bowl perimeter
atau monitor video
b. Manual kinetic dan static perimetry dengan menggunakan bowl
perimeter tipe Goldmann
Pemeriksaan perimetri diulangi apabila reliabilitas hasil tes tidak
memuaskan (fixation los,> 20%; false positive, >33%) and/or false negative,
> 33%). 15

9
a. Skotoma parasentral

b. Skotoma arkuata

c. Nasal step

d. Altitudinal defect

10
e. Advanced glaucomatous dengan retensi small central island

Gambar 4. Gambaran perimetri pada glaukoma1

2.3. Primary Open Angle Glaucoma (POAG)

Karakteristik POAG adalah kronik, slowly progressive, neuropati optik


dengan yang ditandai kerusakan saraf optik dan kehilangan lapangan pandang.
Peningkatan TIO merupakan faktor resiko yang penting terhadap POAG.1

POAG biasanya memiliki onset yang tersembunyi, slowly progressive dan


tidak nyeri. POAG biasanya terjadi bilateral dan sering asimetris. POAG didiagnosis
berdasarkan penilaian level TIO, gambaran optik disk dan kehilangan lapangan
pandang.1

2.3.1. Faktor Resiko

1. Tekanan Intra Okuler (TIO)


TIO merupakan faktor resiko penting yang diketahui pada perkembangan
POAG. Terdapat kejadian yang jelas mengindikasikan bahwa peningkatan TIO
bisa mengakibatkan perubahan glaucomatous optic nerve pada binatang.2

2. Umur
Prevalensi POAG meningkat sesuai umur. Pengaruh usia terhadap POAG
berkaitan dengan hubungan antara peningkatan TIO dengan usia. Usia juga
merupakan faktor resiko perubahan dari hipertensi okuler menjadi POAG. Dalam

11
setiap population based menunjukkan adanya hubungan statistic antara usia dan
prevalensi POAG.2
3. Jenis kelamin
Pengaruh jenis kelamin terhadap prevalensi POAG masih kontroversi. Pada
beberapa study, laki-laki memiliki prevalensi lebih besar mengalami glaukoma.2
4. Ras
Prevalensi POAG lebih besar pada kulit hitam dibanding kulit putih. Menurut
Baltimore Eye Survey, orang Afrika Amerika 3,7 kali lebih sering mendapat
glaukoma daripada kulit putih dengan prevalensi menurut usia adalah 4,7% pada
orang Afrika Amerika dan 1,29% pada kulit putih.1
5. Faktor Keturunan
Adanya riwayat keluarga juga merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma.
The Baltimore Eye Survey menemukan bahwa resiko relatif menderita POAG
meningkat kira-kira 3,7 kali lipat pada individu yang memiliki saudara kandung
penderita POAG.1
6. Faktor Sistemik
POAG berhubungan dengan berbagai kelainan endokrin dan vaskular.
menurut hipotesis sistemik atau vaskuler, kerusakan optik disk glaukomatous
dapat dipengaruhi oleh perfusi jarinagn yang inadekuat dari bagian proksimal
saraf optik. Pada hipertensi sistemik, ini bisa akibat dari peningkatan resistensi
perifer pada pembuluh darah kecil. Namun, sering pula ditekankan, bahwa
penurunan tekanan darah sistemik juga mempunyai efek yang merugikan dengan
berkurangnya tekanan perfusi pada diskus optik. Dengan kata lain, hipertensi dan
hipotensi, dengan mekanisme yang berbeda merupakan faktor resiko untuk
glaukoma.2,11

2.4. Primary Angle Closure Glaucoma (PACG)


Klasifikasi PACG dibuat berdasarkan pengukuran TIO, gonioskopi,
pemeriksaan optik disk dan lapangan pandang. Klasifikasi terbaru yang dibuat saat
ini adalah primary angle closure suspect (PACS), primary angle closure (PAC),

12
primary angle closure glaucoma (PACG). Blok pupil relatif diperkirakan sebagai
penyebab dasar dari lebih dari 90% kasus primary angle closure (PAC), walaupun
iris plateau dan blok lensa telah terlibat sebagai penyebab parsial dari PAC kronis,
terutama pada Asia Timur.1,11
Sudut tertutup terjadi karena aposisi dari iris terhadap trabekula meshwork
yang menghalangi aliran akuos humor. Secara konseptual, mekanisme sudut tertutup
dibagi atas kategori :
1. Mekanisme yang mendorong iris ke depan dari belakang
2. mekanisme yang menarik iris ke depan hingga berkontak dengan
trabekular meshwork.11
2.4.1. Faktor resiko
1. Etnis
Glaukoma primer sudut tertutup lebih sering di Asia. Sekitar 9,4 juta orang di
China menderita glaukoma dengan 91% diantaranya adalah PACG.1
2. Usia
Pada orang Eskimo dan Kaukasia, sudut kamera anterior menjadi lebih sempit
dengan ketebalan lensa. Hal ini lebih sering pada dekade ke lima, sehingga
direkomendasikan untuk skrining glaukoma primer sudut tertutup diatas 40
tahun.8
3. Jenis Kelamin
Dari penelitian didapatkan bahwa wanita lebih sering mendapat PACG. Hal
ini disebabkan karena wanita memiliki sudut kamera okuli anterior yang lebih
dangkal dibanding laki-laki.1
4. Kelainan Refraksi
PAC lebih sering terjadi pada hipermetropia. Pada penelitian population
based survey di Western Cape, Afrika Selatan, individu dengan hipermetrop lebih
besar kemungkinannya menderita PACG.8

5. Riwayat Keluarga

13
Insiden PACG meningkat pada kerabat tingkat pertama pada penderita PACG.
Population Survey di China menunjukkan dengan adanya riwayat keluarga
mengakibatkan resiko berkembangnya glaukoma sudut tertutup enam kali. 1

2.5. Glaukoma Sekunder


Glaukoma sekunder berkaitan dengan kelainan okuler atau sistemik yang
menyebabkan penurunan akuos outflow. Penyakit yang menyebabkan glaukoma
sekunder sering unilateral dan asimetris.1
Klasifikasi Glaukoma Sekunder2
1. Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup
A. Mekanisme anterior pulling
a. Glaukoma Neovaskuler
b. Iridocorneal endothelial syndromes
c. Posterior polymorphous dystrophy
d. Epitelial downgrowth
e. Fibrous ingrowth
f. Flat anterior chamber
g. Penetrating keratoplasty
h. Aniridia
B. Mekanisme posterior pushing
a. Ciliary block glaucoma
b. Kista pada iris dan badan siliaris
c. Tumor intraokular
d. Nanophthalmos
e. Perdarahan suprakhoroid
f. Injeksi gas intravitreal
g. Efusi ciliochoroidal
2. Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka
a. Glaukoma pigmentary
b. Glaukoma pseudoeksfoliasi

14
c. Steroid induced glaucoma
d. Lens Induced Glaucoma
e. Glaukoma setelah operasi katarak
f. Glaukoma setelah trauma
g. Glaukoma yang berhubungan dengan perdarahan intraokuler
h. Glaukoma yang berhubungan dengan ablasio retina
i. Glaukoma setelah vitrektomi
j. Glaukoma dengan uveitis
k. Glaukoma dengan tumor intraokuler
l. Amiloidosis
m. Peningkatan tekanan episklera

2.6. Penatalaksanaan Glaukoma


Terapi glaukoma bertujuan untuk mempertahankan fungsi visual dengan
menurunkan TIO dibawah tingkatan yang memungkinkan untuk menyebabkan
kerusakan lebih jauh pada saraf optik. Terapi pada glaukoma dibagi atas:
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi bedah
2.6.1 Terapi medikamentosa
Pemilihan terapi medikamentosa bukan hanya berdasarkan tipe glaukoma tapi
juga berdasarkan riwayat medis pasien. Pada pasien glaukoma sudut terbuka
efektifitas terapi medikamentosa hanya bisa ditentukan oleh pemeriksaan rutin optic
disk dan lapangan pandang. Target TIO ditetapkan sebagai tujuan dari pemberian
terapi medikamentosa.1
Terapi medikamentosa pada pasien glaukoma sudut tertutup akut bertujuan
untuk mempersiapkan pasien untuk terapi laser iridektomi. Terapi ini diharapkan
akan menurunkan TIO secara cepat untuk mencegah kerusakan saraf optik lebih
lanjut, mengurangi edem pada kornea, mengurangi inflamasi intraokuler, dan
mencegah pembentukan sinekia posterior dan sinekia anterior perifer.1
Golongan obat-obatan pada terapi medikamentosa adalah:1

15
1. Analog prostaglandin
2. Antagonis β-adrenergik
3. Agen parasimpatomimetik
4. Karbonik anhidrase inhibitor
5. Agonis adrenergic
6. Agen hiperosmotik
7. Terapi kombinasi

2.6.2. Terapi Bedah


Terapi bedah biasanya dilakukan ketika terapi medikamentosa sudah tidak
efektif dan glaukoma menjadi tidak terkontrol dengan kerusakan yang progresif.
Terapi bedah menjadi pilihan utama pada glaukoma kongenital dan glaukoma dengan
blok pupil. Pada pasien POAG, tindakan operatif dilakukan apabila terapi
medikamentosa gagal.1
Terapi bedah pada glaukoma diantaranya adalah:1
1. Laser trabeculoplasty
2. Trabekulektomi
3. Kombinasi operasi katarak dan filtrasi
4. Laser atau insisional iridektomi
5. Laser gonioplasty atau iridoplasty perifer

BAB III

16
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di instalasi rawat jalan dan rawat inap di RS Dr M


Djamil Padang dari bulan Januari 2011 - Desember 2012

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif terhadap pasien glaukoma di RS


Dr M Djamil Padang dari bulan Januari 2011 - Desember 2012. Data diambil dari
rekam medis dengan diagnosis glaukoma dan dikelompokan menurut umur, jenis
kelamin, tipe glaukoma dan penatalaksanaan glaukoma

3.3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

 Pasien yang datang berkunjung ke bagian mata RS Dr M Djamil Padang


 Pasien yang sudah ditetapkan oleh sub bagian glaukoma sebagai penderita
glaukoma
 Pasien yang lengkap data catatan rekam medisnya
b. Kriteria Ekslusi
 Pasien yang belum ditetapkan oleh sub bagian glaukoma sebagai penderita
glaukoma
 Pasien yang tidak lengkap catatan medisnya

3.4. Definisi Operasional


1. Penderita glaukoma adalah penderita yang memenuhi kriteria glaukoma,
dimana terdapat bukti kerusakan saraf optik disertai kelainan lapangan
pandang dan peningkatan tekanan intra okuler

17
2. Glaukoma sekunder adalah terdapatnya peningkatan tekanan intra okuler
yang terjadi akibat kelainan okuler atau sistemik yang menyebabkan
penurunan akuos outflow.
3. Terapi medikamentosa adalah penderita yang mendapat terapi obat-obatan
saja
4. Terapi surgical adalah penderita yang menjalani tindakan operatif karena
berbagai indikasi

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Selama periode 2011-Desember 2012 terdapat 203 pasien dengan diagnosis


glaukoma di bagian mata RS Dr M Djamil Padang.

Tabel 1. Distribusi Pasien Glaukoma Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki-laki 110 54,19
Perempuan 93 45,81
Total 203 100
Angka kejadian glaukoma lebih besar pada laki-laki (%) dibanding perempuan (%)

Dari 203 kasus glaukoma, tipe glaukoma terbanyak yang ditemukan adalah POAG
(50,25%).

Tabel 2. Distribusi Pasien Glaukoma Berdasarkan Tipe Glaukoma

Tipe Glaukoma Jumlah (%)

POAG 102 50,25


PACG 24 11,82
Normotension Glaucoma 6 2,9
Glaukoma Juvenil 22 10,84
Glaukoma Kongenital 9 4,4
Glaukoma Sekunder 40 19,70
Total 203 100

Dari 203 kasus glaukoma, tipe glaukoma terbanyak yang ditemukan adalah POAG (50,25%).

19
Tabel 3. Distribusi POAG Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah (%)


Laki-laki 59 57,84
Perempuan 43 42,16
Total 102 100
Angka kejadian POAG lebih besar pada laki-laki (57,86%) dibanding perempuan

Tabel 4. Distribusi POAG Menurut Umur

Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)

40-49 11 10,78
50-59 23 22,55
60-69 38 37,25
≥ 70 30 29,41
Total 102 100
Frekuensi POAG terbanyak ditemukan pada dekade umur 60-69 tahun (37,25%)

Tabel 5. Distribusi PACG Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase


Laki-laki 15 62,5
Perempuan 9 37,5
Total 24 100
PACG ditemukan sebanyak 24 kasus (11,82%) dan lebih banyak ditemukan pada
laki-laki (62,5%) dibanding perempuan (37,5%).

Tabel 6. Distribusi PACG Menurut Umur

20
Umur Jumlah Persentase
40-49 3 12,5
50-59 11 45,83
60-69 3 12,50
≥70 7 29,16
Total 24 100

PACG paling sering terjadi pada dekade umur 50-59 tahun (45,83%).

Tabel 7.Distribusi Tipe Glaukoma Sekunder

Tipe Glaukoma Jumlah Persentase

Traumatic 8 20
Inflammatory 12 30
Neovaskular 3 7,5
Pseudoexfoliasi 6 15
Lens Induced 11 27,5
Total 40 100
Kasus glaukoma sekunder berjumlah 40 (%). Tipe terbanyak adalah inflamasi dengan
jumlah 12 kasus (30%)

Tabel 8. Penatalaksanaan Primary Open Angle Glaucoma (POAG)

Penatalaksanaan Jumlah %
Medikamentosa 65 63,72
Trabekulektomi 37 36,28

Total 102 100


Penatalaksanaan terbanyak POAG adalah medikamentosa (63,72%) dan
trabekulektomi (36,28%)

21
Tabel 9. Penatalaksanaan Primary Angle Closure Glaucoma (PACG)

Penatalaksanaan Jumlah %
Trabekulektomi 13 54,16
Iridektomi 3 12,50
Menolak ditindak 8 33,34

Total 24 100
Penatalaksanaan PACG terbanyak adalah trabekulektomi (54,16%)

BAB V

22
DISKUSI

Selama periode januari 2011 - Desember 2012 didapatkan sebanyak


203 pasien dengan diagnosis glaukoma di bagian mata RS M Djamil Padang.

Diagnosis glaukoma ditegakkan dengan memperhatikan adanya


glaukomatous optik disk, defek lapangan pandang yang spesifik untuk glaukoma,
pemeriksaan gonioskopi, dan tonometri applanasi.

Dari data yang didapatkan tipe glaukoma yang terbanyak adalah POAG
(50,25%). POAG mewakili masalah kesehatan masyarakat secara signifikan.
Penelitian di Tertiary Ophthalmic University Center di Riyadh, Arab Saudi
mendapatkan prevalensi POAG sebesar 12,8% dan di Priest Hospital, Thailand
prevalensi POAG adalah 33%.16 Perkiraan prevalensi POAG di United States pada
individu dengan usia di atas 40 tahun adalah 1,86% berdasarkan meta analisis studi
berbasis populasi. POAG merupakan penyebab utama kebutaan di United States dan
frekuensi terbanyak penyebab kebutaan irreversible pada kulit hitam. 7 Di India,
prevalensi POAG meningkat sesuai dengan bertambahnya usia pada semua studi.
Aravind Comprehensive Eye Study mendapatkan prevalensi glaukoma adalah 2,6%
dan POAG 1,7%.5 Tajimi Study di Jepang mendapatkan angka yang lebih tinggi lagi,
yaitu 3,9%, 0,6%, 0,5%, dan 5% berturut-turut untuk POAG, PACG, glaukoma
sekunder, dan semua tipe glaukoma pada populasi di atas 40 tahun. 11,12 Rotchford dkk
di Afrika Selatan (Temba Glaucoma Study) mendapatkan prevalensi semua glaukoma
5,3%, POAG (2,9%), dan glaukoma sekunder (2,0%).13 The World Health
Organization (WHO) melakukan analisis untuk memperkirakan prevalensi, insiden,
dan tingkat keparahan berbagai tipe glaukoma berbasis worldwide. Berdasarkan data
yang dikumpulkan pada akhir tahun 1980an sampai awal 1990an, WHO
memperkirakan populasi global yang mempunyai TIO tinggi (>21 mmHg) adalah
104,5 juta, dan insiden POAG diperkirakan diperkirakan 2,4 juta penduduk per
tahun.8

23
Dari perspektif kesehatan masyarakat, lebih dari 90% penderita glaukoma
tidak mengetahui memiliki riwayat glaukoma, hal ini menunjukkan banyak kasus
yang tidak terdiagnosis. Lebih dari 97% POAG tidak terdiagnosis, dibandingkan
dengan kasus PACG dan glaukoma sekunder yang hanya 75% tidak terdiagnosis.
Perbedaan ini diperkirakan karena PACG lebih simptomatis dibandingkan POAG.
POAG merupakan penyakit kronis, slowly progressive, dan tidak nyeri. Hal ini
membuat penyakit ini kurang disadari oleh si penderita sendiri, sampai terjadi kondisi
yang lanjut.14

Pada penelitian ini prevalensi glaukoma terbanyak didapatkan pada umur di


atas 40 tahun. Banyak penelitian population based yang mendapatkan adanya
peningkatan prevalensi POAG dengan bertambahnya usia. Pada Baltimore Eye
Survey, prevalensi glaukoma pada kulit putih 3,5 kali lipat pada individu umur 70an
dibanding umur 40an.1 Singapore Malay Eye Study juga menemukan bahwa
prevalensi glaukoma meningkat dengan bertambahnya usia pada penduduk
Malaysia.14 Pada Rotterdam Study menunjukkan prevalensi POAG sebesar 0,8% dan
Barbados Eye Study menunjukkan prevalensi POAG sebesar 7% pada individu
dengan usia lebih dari 40 tahun.15

Pada glaukoma sudut tertutup, dengan meningkatnya usia akan menyebabkan


penurunan kedalaman dan volume kamera okuli anterior. Perubahan ini menjadi
predisposisi terjadinya blok pupil. Prevalensi blok pupil yang menginduksi terjadinya
glaukoma sudut tertutup akan meningkat dengan bertambahnya usia. Glaukoma sudut
tertutup akut sering terjadi pada usia 55-65 tahun.1

Pada penelitian ini juga didapatkan penderita glaukoma terbanyak adalah laki-
laki (51,19%). Pada Framingham dan Barbados eye studies, laki-laki memiliki rasio
lebih besar menderita POAG. Sedangkan The Sweden, St Lucia dan Blue Mountains
studies melaporkan penderita perempuan lebih banyak. Berdasarkan hasil yang
bervariasi ini, jenis kelamin tidak dianggap sebagai faktor risiko POAG.1

24
Pada penelitian ini, PACG ditemukan sebanyak 24 kasus (11,82%) dan paling
sering ditemukan pada laki-laki (57,84%) dibanding perempuan (42,15%). Frekuensi
terbanyak ditemukan pada dekade umur 50-59 tahun (37,25%). Penelitian di Tertiary
Ophthalmic University Center di Riyadh, Arab Saudi mendapatkan PACG
23
merupakan tipe yang paling dominan (46,6%). Glaukoma sudut tertutup akut
dilaporkan lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Pada beberapa survey
populasi menunjukkan bahwa wanita memiliki peningkatan risiko terjadinya
glaukoma sudut tertutup. Studi pada mata yang normal menunjukkan wanita memiliki
kamera okuli anterior yang lebih dangkal dibanding pria. 1,2

Glaukoma sekunder ditemukan 19,70% dari seluruh penderita glaukoma, 20%


diantaranya disebabkan oleh trauma, 30% disebabkan inflamasi, 27,5% disebabkan
oleh lensa (lens induced glaucoma), 7,5% disebabkan oleh neovaskularisasi dan 15 %
ditemukan glaukoma pseudoeksfoliasi. Temba Glaucoma Study mendapatkan
prevalensi glaukoma sekunder 2,0% dengan 45% diantaranya adalah glaukoma
eksfoliasi dan 20% karena trauma (angle recess).13 Sedangkan Tajimi Study di Jepang
mendapatkan 0,3% untuk prevalensi glaukoma sekunder, dengan 66,6% adalah
uveitic glaucoma, kemudian 16,6% masing-masingnya glaukoma sekunder karena
trauma dan neovaskuler.12

Penatalaksanaan POAG adalah medikamentosa. Tindakan operatif dilakukan


jika terdapat indikasi. Pada penelitian ini penatalaksanaan POAG yang terbanyak
adalah medikamentosa (63,72%) dan trabekulektomi (36,28%). Penatalaksanaan
PACG terbanyak adalah trabekulektomi (54,16%) dan terdapat 8 orang pasien yang
menolak untuk dilakukan tindakan operatif

25
BAB VI

KESIMPULAN

1. Pada periode Januari 2011-Desember 2012 didapatkan penderita glaukoma sebanyak


203 pasien.
2. POAG merupakan tipe glaukoma terbanyak
3. Inflamasi merupakan tipe glaukoma sekunder terbanyak
4. Pada penelitian ini penatalaksanaan POAG yang terbanyak adalah medikamentosa
dan trabekulektomi
5. Penatalaksanaan PACG terbanyak adalah trabekulektomi

26

Anda mungkin juga menyukai