Anda di halaman 1dari 2

Ramuan Hasil Belajar

Pendidikan yang Memerdekakan


Oleh : Moh Cholilur Rohman

Pendidikan merdeka itu ... berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup
– tumbuhnya budi- pekerti (rasa – fikiran, rokh) dan badan anak dengan jalan pengajaran,
teladan dan pembiasaan jangan disertai perintah dan paksaan” Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan yang Memerdekakan ini terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara
terkait dengan pendidikan. Pendidikan yang Memerdekakan sesuai filosofi dan pemikiran
Ki Hajar Dewantara akan menjadi landasan transformasi pendidikan. Hal ini dilandasi dari
kebebasan dalam mengeksplorasi potensi-potensi tersebut, bebas dari tekanan. Namun
demikian, pendidikan yang memerdekakan harus dilandasi dari prinsip among, Ing Ngarsa
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Pendidikan yang
memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara adalah suatu proses pendidikan yang
meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan
berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah.
Pada masa kolonal pendidikan hanya untuk menyiapkan tenaga kerja untuk
kepentingan penguasa namun konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara
memerdekakan kehidupan manusia. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan
dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan
hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti
yang seluas-luasnya. Kerangka Pemikiran Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya
tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar merekadapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapatmenuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapatmemperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam
memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah
bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu
atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan
(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia
mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Metode Montessori adalah salah satu jenis pendidikan untuk anak usia dini yang
dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Metode ini menekankan pada kebebasan dan
aktivitas anak sambil menerapkan gagasan pembelajaran langsung melalui latihan
kelompok dan permainan.
Metode Montessori, Fröbel dan Taman Anaka.
a. Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan
rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu
bersifat pelajaran. Anak diberikemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak
dipentingkan.
b. Frobel juga menjadikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi
yang diutamakanadlah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran
panca indra juga diwujudkanmengjadi barang-barang yang menyenangkan anak.
Namun, dalam proses pembelajarannya anakmasih diperintah.
c. Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran
paca indra danpermainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam
Taman Siswa terdapatkepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala
kehidupan anak-anak tersebut sudah diisiSang Maha Among (Pemelihara) dengan
segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, memiliki banyak pemikiran tentang
masalah-masalah pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Secara filosofis benang merah
percikan-percikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dari teks-teks yang langsung ditulis oleh
beliau semasa hidupnya.
Ada 3 kerangka utama yang saya tangkap yang mewarnai keseluruhan pemikiran Ki Hajar
Dewantara, yaitu:
1) Kodrat Keadaan (Alam & Zaman);
2) Asas Tri-Kon - kontinuitet, konvergensi, konsentris;
3) Budi Pekerti (bulatnya cipta-rasa-karsa yang menghasilkan tenaga)
Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri dan karalter murid yang memiliki nilai luhur
Pancasila, Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat dimiliki murid setelah melalui proses
pembelajaran. Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di
dalamnya, yaitu
a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
b. Mandiri;
c. Bergotong-royong;
d. Berkebinekaan global;
e. Bernalar kritis;
f. Kreatif.

Anda mungkin juga menyukai