Anda di halaman 1dari 8

HASIL STUDI KASUS DAN STUDI PUSTAKA

PENDIDIKAN PENGEMBANGAN BERMASYARAKAT

Identitas Mahasiswa Siti Maisaroh/K7118208


(Nama, NIM)
Topik/ Judul Kurangnya Minat Masyarakat Untuk Menyekolahkan Anak Di SDIP
(Tuliskan dalam Satu Al-Ittiba
Kalimat)
Alasan Pemilihan Masyarakat di Kelurahan Tlogorandu Kecamatan Juwiring
Topik Kabupaten Klaten banyak dari mereka kurang tertarik
(Tuliskan gagasan menyekolahkan anaknya ke SDIP Al-Ittiba, bisa dilihat dari jumlah
Anda dengan disertai siswanya tahun ajaran 2019/2020 yang hanya berjumlah 30 orang
referensi relevan siswa/i. Hal ini menunjukan bahwa minat masyarakat lebih banyak
minimal 5 artikel menyekolahkan anaknya ke sekolah umum atau Sekolah Negeri.
jurnal) Kurangnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya ke SDIP AL-
Ittiba menunjukan bahwa minat masyarakat terhadap peran SDIP AL-
Ittiba masih kurang baik, SDIP AL-Ittiba masih dikesankan oleh se-
bagian masyarakat sebagai pendidikan yang tidak maju, bahkan
dirasakan masih tersisih dari sistem pendidikan nasional.

Perbandingan Topik Pada penelitian terdahulu, kurangnya minat masyarakat untuk


yang Dipilih dengan menyekolahkan anak di Sekolah Dasar Islam dipengaruhi oleh sarana
Topik Lain yang prasarana sekolah yang kurang memadai dan kompetensi guru yang
Sudah Ada (rujuk dirasa belum mumpuni karena bukan bidangnya.
minimal 5 referensi Pada topik ini terdapat beberapa perbedaan dari penelitian yang
artikel jurnal) terdahulu diantaranya latar belakang sekolah yang merupakan
Yayasan milik orang salafi, lingkungan sekolah yang dikelilingi
pondok salafi dan kurangnya branding ke masyarakat sekitar.

Permasalahan yang Saat ini fenomena kehidupan di masyarakat telah mengalami


Menjadi Dasar pergeseran nilai-nilai sosial keagamaan. Kehidupan beragama dalam
(identifikasi satu dimensi vertikal dengan-Nya semakin mengalami kekeringan
masalah yang menjadi spiritual. Sementara nilai-nilai horisontal yang ber- hubungan dengan
dasar pemilihan topik, sesama manusia juga terdapat pergeseran dari sikap
dukung dengan sumber kegotongroyongan, tolong menolong, kasih sayang terhadap sesama
referensi relevan dan sebagainya kepada sikap individualistik, materialistik, konsumtif
minimal 3) dan hedonistik.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Sekolah adalah lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan
keluarga. Di sekolah, anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan
seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu
yang lain. Disamping itu juga diberikan pelajaran menghargai
keindahan, membedakan benar dan salah, serta pendidikan agama.
Orang tua dari kelas menengah Muslim menginginkan kualitas yang
seimbang antara pembentukan karakter dengan prestasi akademik
(Hamdun, 2013).
Dari tahun ketahun SDIP Al-Ittiba semakin kurang mendapat tempat
di hati masyarakat. Masyarakat banyak menyekolahkan anaknya pada
sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar Negeri. Mungkin
mereka menganggap sekolah Islam sudah tidak mampu menjaga dan
memelihara tradisi-tradisi keagamaan Islam, seperti pembiasaan
untuk mengerjakan dan mengamalkan syariat agama Islam sejak dini.
Misalnya, anak-anak sejak kecil dibiasakan untuk mengerjakan shalat
dan ibadah.

Solusi Permasalahan Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah adalah
(Uraikan solusi dengan mengelola berbagai sumber daya pendidikan yang sudah ada
terhadap masalah yang di sekolah dan juga yang ada pada masyarakat. Kepala sekolah
dipilih, dengan merujuk sebagai pemimpin telah melibatkan semua yaitu guru, tenaga
3 referensi yang kependidikan, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah dalam
relevan) perumusan visi misi sekolah, jadi untuk mewujudkannya pun kepala
sekolah mengajak mereka untuk bekerja sama mewujudkan visi misi
yang telah ditetapkan bersama.
Berbagai program sekolah disusun bersama demi meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah. Sebenarnya ada banyak cara untuk
memberikan pendidikan kepada anak baik SD Islam ataupun sekolah
umum. Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan
pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah.
Selain itu pendidikan formal menanamkan tata nilai yang serba luhur
atau akhlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku, dan aspirasi
dengan bimbingan orang tua di rumah.
Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah SDIP AL-Ittiba dengan
membina dan berupaya menarik minat masyarakat untuk sekolah
pada SDIP AlIttiba dengan meningkatkan kualitas guru, membangun
sarana dan prasarana sekolah yang lebih memadai, menghilangkan
stigma masyarakat mengenai sekolah khusus golongan agama islam
salafi dan branding ke masyarakat sekitar.
Berawal dari sinilah, masyarakat mempunyai keterkaitan terhadap
madrasah sebagai pendidikan terhadap anak-anaknya keterkaitan ini
muncul karena sekolah mampu membentuk atau mempersiapkan
manusia yang akram (lebih bertakwa kepada Allah SWT) dan shalih
(yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola,
memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan
akhirnya mencapi sa’adatu al-darain. Bertolak dari itu, sekolah
memberikan arahan pendidikan lingkungan hidup dengan berbagai
macam aspeknya.
Motivasi yang dilakukan para orang tua untuk memasukkan anak-
anaknya ke sekolah adalah karena orang tua mempunyai harapan dan
cita-cita. Yaitu selain mendapatkan ilmu agama juga mempunyai
akhlak yang baik. Di sinilah peran sekolah dalam penanaman akhlak
sangat diperlukan. Karena dengan memilki akhlak diharapkan
mencerminkan perilaku, baik secara vertikal maupun horisontal
seperti suka menolong sesama manusia, menghormati dan
menghargai orang lain dan selalu menjalankan ibadah kepada Allah
serta perbuatan-perbuatan terpuji lainnya. Sehingga mengarah pada
tujuan pendidikan Islam, yaitu menjadi insan kamil. Alasan mereka
agar mendapatkan ilmu, mempunyai moral dan akhlak yang baik
menurut penulis sangat tepat. Karena di sekolah lebih menekankan
pendidikan agama dan pendidikan akhlak dari pada di sekolah umum,
sehingga dengan mengajari akhlak, anak-anak mereka akan
mengetahui betapa luhur dan mulyanya ajaran agama Islam dalam
mengatur segala tingkah laku manusia dan mereka akan berupaya
untuk menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks
pendidikan Islam, akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari nilai agama. Sesuatu yang baik adalah yang dianggap baik oleh
agama dan sesuatu yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh
agama. Akhlak tidak akan dapat diwujudkan tanpa adanya usaha
untuk menanamkannya.

Inovasi Gagasan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


(Tuliskan inovasi Pendidikan Nasional dengan tujuan sebagai berikut: Pendidikan
gagasan dengan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
merujuk referensi yang watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka
relevan) mencerdas- kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan yaitu kegiatan yang dijalankan secara bersama dengan
menggunakan fasilitas yang telah tersedia agar tujuan yang telah
diharapkan dapat tercapai. Terjalinnya kerjasama antara sekelompok
orang akan lebih mempermudah tercapainya pendidikan yang
diharapkan. Salah satu kerjasama tersebut yaitu dengan membina
hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai wadah komunikasi
antara sekolah dengan masyara- kat dengan maksud menyalurkan
aspirasi masyarakat tentang praktek pendidikan dan mendorong kerja
sama anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan usaha untuk
memperbaiki sekolah. (Piet A. Sehartian, 1982: 233-234).
Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup
dengan informasi verbal saja. Informasi ini perlu dilengkapi dengan
pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul
citra positif tentang pendidikan dikalangan mereka. Masyarakat pada
umumnya membutuhkan bukti nyata terhadap aktivitas-aktivitas
sekolah yang merespon terhadap kebutuhan dan problem mereka
sebelum memberikan dukungan baik moril maupun materil. Dalam
hal ini pihak manajer sekolah harus mampu mewujudkan kepentingan
masyarakat melalui pendidikan disekolah.
Persaingan antar lembaga pendidikan merupakan sebuah kenyataan
yang tak terbantahkan dan berlangsung semakin ketat. Kondisi
demikian semestinya disikapi lembaga pendidikan dengan berbagai
langkah antisipatif jika mereka menginginkan eksistensi dan
pengembangan secara berkelanjutan (Efferi, 2014). Salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan ialah dengan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitarnya
karena bagaimanapun adanya dukungan dan minat masyarakat
terhadap pendidikan sangat penting dalam hal ini peran hubungan
masyarakat (humas).
Hubungan masyarakat sangat penting dalam manajemen pendidikan,
hubungan masyarakat mempunyai beberapa fungsi pokok dalam
manajemen pendidikan yaitu dapat menarik perhatian masyarakat
umum sehingga meningkatkan relasi serta animo masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tertentu yang akhirnya menambah
income bagi lembaga pendidikan agar dapat mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan (Gunawan, 2011).
Elsbree dalam Ismaya (2015) telah mengemukakan tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan
kualitas belajar dan pertumbuhan anak; 2) Untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; 3) Untuk
mengembangkan antusiasme saling bantu antara sekolah dengan
masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.

Masyarakat Sasaran Adapun masyarakat sasarannya adalah orang tua (ayah atau ibu) yang
(Sebutkan Masyarakat memiliki anak yang sekolah di SDIP Al-Ittiba di desa Tlogorandu
Sasaran dengan Disertai Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten dan masyarakat sekitar
Penjelasan Lengkap lingkungan sekolah tersebut.
Pemilihan Masyarakat Orang tua murid sangat mengetahui bagaimana sistem pembelajaran
Sasaran) di SDIP Al-Ittiba, bagaimana sarana prasarana dan kompetensi
gurunya. Dalam hal ini orang tua murid berfungsi sebagai media
branding ke lingkungan sekitar.
Masyarakat sekitar sekolah yang lebih memilih SD Negeri memiiki
alasan yaitu SDIP Al-Ittiba teraakreditasi C. Mereka khawatir dari
segi pedagogiknya kurang. Namun SDIP Al-Ittiba memiliki nilai plus
di penanaman pendidikan karakter dan keagamaannya. Banyak juga
masyarakat yang beranggapan SDIP Al-Ittiba hanya untuk golongan
agama Islam tertentu, namun padda kenyatannya banyak guru yag
berasal dari golongan agama Islam lainnya.

Gagasan Lengkap Nanang Fatchurochman mengungkapkan akhir-akhir ini terjadi


(Uraikan gagasan adanya pergeseran pandangan terhadap pendidikan seiring dengan
lengkap dengan tuntutan masyarakat (social demand) yang berkembang dalam skala
merujuk 10 referensi) yang lebih makro. Menurutnya, para orang tua ditakutkan dan
dicemaskan dengan fenomena kenakalan remaja (Fatchurahman,
2012: 4-6). Oleh karenanya, untuk mengantisipasi dan membekali
anak sedini mungkin dari bangku sekolah dasar dengan pembiasaan
nilai-nilai religius dan nilai-nilai luhur ketimuran atau pendidikan
karakter, sebagaimana diungkap Azyumardi Azra, menjadi pilar
utama penyelenggaraan sistem pendidikan pada Sekolah Islam
Terpadu (Azra, 1998: 88), sehingga para orang tua berbondong-
bondong memasukkan anak mereka ke sekolah tersebut.
Hubungan sekolah dengan masyarakat semakin dirasa penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu SDIP Al-Ittiba harus selalu
menjalin komunikasi dengan pihak luar sekolah, mulai dari orang tua
siswa, komite sekolah, tokoh masyarakat, pemerintah, sekolah-
sekolah lain dan elemen masyarakat lainnya. Untuk menjalin
Hubungan Masyarakat dengan masyarakat luar sekolah diperlukan
perencanaan agar kegiatan humas menjadi terarah. Perencanaan
humas melibatkan semua pihak yang terkait dengan program kegiatan
yang akan dilaksanakan, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
Keterbukaan program kerja sekolah dapat dilihat secara tertulis secara
jelas oleh wali siswa karena dipampang dipapan dengan ukuran besar
di halaman sekolah. Hal ini dimaksudkan agar semua warga sekolah
dapat mengetahui dan memahami rencana sekolah tersebut,
disamping itu perencanaan sekolah disusun dan dirumuskan secara
bersama dengan melibatkan warga sekolah melalui musyawarah atau
rapat sekolah, kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga
sekolah.
Dengan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang senantiasa mau
terbuka dalam melibatkan wali siswa dan masyarakat dalam
menganalisis kebutuhan dan menyusun program sekolah, maka
diharapkan pendidikan di SDIP Al-Ittiba akan berjalan dengan baik
dan dapat mewujudkan sekolah yang maju. Untuk mensukseskan
program husemas sekolah SDIP Al-Ittiba ada beberapa teknik yang
dilakukan. Teknik yang pilih adalah teknik yang dianggap efektif dan
efisien disesuaikan dengan kondisi sekolah, kondisi orang tua siswa,
kondisi masyarakat sekitar, dan keuangan sekolah.
a. Teknik Pertemuan Tatap Muka Kelompok
Contoh Penerapan Teknik pertemuan kelompok lainnya yang
dilakukan SDIP Al-Ittiba adalah setiap akhir tahun sekolah
melaksanakan acara perpisahan atau pelepasan pada siswa kelas enam
yang sudah lulus ujian. Kegiatan ini dimeriahkan juga dengan
menampilkan berbagai pentas seni antara lain puisi, rebana, sehingga
para orang tua siswa dapat menyaksikan prestasi putra-putrinya
berkat bimbingan guru-guru pembinanya, sehingga ajang seperti ini
digunakan oleh sekolah strategi mengenalkan keberhasilan sekolah
dalam membina siswa-siswinya, yang selanjutnya dapat memberikan
citra yang baik dari masyarakat kepada sekolah.
b. Teknik Pertemuan Tatap Muka Individu
Teknik pertemuan tatap muka individu juga digunakan oleh sekolah
di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan dengan teknik ini antara lain guru mengundang wali siswa
ke sekolah untuk membicarakan siswa yang sering membolos dan
prestasinya rendah, atau ada siswa yang cukup pandai tapi ekonomi
orang tuanya rendah sehingga sekolah membantu mencari solusi
pemecahannya. Selain guru, kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan juga aktif melakukan komunikasi dan kerjasama dengan
komite sekolah dan tokoh masyarakat. Jika sekolah mengalami
hambatan mengundang komite untuk membicarakan dan meminta
masukan cara mengatasinya contohnya pada saat sekolah menghadapi
kesulitan dalam hal keamanan sekolah mengingat batas tanah sekolah
dengan rumah masyarakat berdekatan dan sekolah belum bisa
membuat pagar karena terkendala keuangan. Kegiatan pertemuan
individu juga dilakukan oleh kepala sekolah dengan tokoh
masyarakat setempat, baik ulama, kepala desa, bapak lurah. Kepala
sekolah sekali-sekali mengunjungi tokoh masyarakat tersebut di
rumahnya untuk silaturahmi dan benbincang-bincang tentang
program sekolah. Di sela-sela pembicaraan meminta pendapat tentang
memajukan pendidikan di sekolah.
c. Teknik Publikasi Sekolah
Kegiatan yang dilakukan sekolah jika sekolah mengikuti perlombaan
ditingkat kecamatan atau kabupaten diinformasikan kepada siswa,
jika sekolah mendapatkan kejuaran dalam lomba disampaikan kepada
siswa pada saat upacara bendara hari senin, sekolah mengisi acara di
tingkat kecamatan diinformasikan kepada seluruh warga sekolah.
Dengan menginformasikan semua kegiatan dan prestasi sekolah
kepada seluruh siswa berharap siswa di rumah akan bercerita kepada
orang tuanya, sehingga orang tua tahu kegiatan – kegiatan yang ada
di sekolah. Hal ini dilakukan karena kebanyakan orang tua siswa
berlatar petani yang jarang datang ke sekolah, bahkan kadang
diundang rapat tidak datang. Jadi teknik ini efektif memberikan
informasi dari orang ke orang, dari siswa ke orang tua.

Simpulan Faktor-faktor penyebab kurangnya minat orang tua untuk


(Uraikan simpulan) menyekolahkan anaknya pada Sekolah Dasar Islam Plus Al-Ittiba
adalah:
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Kekurangan inilah yang dilihat oleh masyarakat atau orang tua yang
mengakibatkan kurangnya minat mereka untuk menyekolahkan
anaknya di Sekolah Dasar Islam Plus Al-Ittiba karena dengan alasan
bahwa takut nantinya anak mereka tidakmaksimal dalam penerimaan
pembelajaran
2. Kurangnya Anggaran Yang Dimilki
Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya minat orang
tua untuk menyekolahkan anaknya pada Sekolah Dasar Islam Plus
Al-Ittiba karena dengan kecilnya anggaran yang dimiliki oleh
Sekolah Dasar Islam Plus Al-Ittiba mengakibatkan kelancaran dalam
proses pendidikan ini sedikit terhambat.
3. Sekolah Dasar Islam Plus Al-Ittiba Masih Berstatus Swasta
Status swasta yang disandang oleh suatu lembaga pendidikan
khususnya yang ada didaerah pedesaan yang juga bagi Sekolah Dasar
Islam Plus Al-Ittiba merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya
minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Sekolah Dasar
Islam Plus Al-Ittiba dengan alasan dari segi kualitas dan kuantitas
masih kurang bagus.

Daftar Pustaka Yanuri, Dasman. 2016. Minat Masyarakat Menyekolahkan Anaknya


Ke Sekolah Menengah Pertama (Smp) Dan Madrasah Tsanawiyah
(Mts) Di Kecamatan Semidang Gumay Kabupaten Kaur. Pogram
Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Bengkulu.

Fitrah, Ahmad. 2011. Faktor-Faktor Penyebab Kurangnya Minat


Orang Tua Untuk Menyekolahkan Anaknya Pada Madrasah
Tsanawiyah Salubanga Di Desa Muhajirin Kec. Suli Barat Kab.
Luwu. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.

Dewi, Mutia Lina, dkk. Ibm Labmat Bagi Sekolah Dasar. Politeknik
Negeri Malang.

Saputra, Ary. 2015. Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak Ke


Sekolah Islam Terpadu (Studi Pada SDIT-Al-Madinah Kota
Pekanbaru). Universitas Riau.

Hamdun, Dudung. 2013. “Sekolah Islam Terpadu dalam Konsepsi


Kelas Menengah Atas (Studi Kasus Di SDIT Ar-Raihan Bantul)”.
Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pengembangan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Suyatno. 2015. Sekolah Dasar Islam Terpadu Dalam Konsepsi


Kelas Menengah Muslim Indonesia. Universitas Ahmad Dahlan.

Fatchurochman, Nanang. 2012. Madrasah: Sekolah Islam Terpadu,


Plus dan Unggulan. Cet. II, Depok: Lendean Hati Pustaka.

Azra, Azyumardi. 1998. Pendidikan Tradisi dan Modernisasi Menuju


Melenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Bandung, Fokusmedia, 2003), h.2.

Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta, Raja GrafindoPersada,


2006), h. 48.

MA. Sahal Mahfuzd, Nuansa Fiqh Islam, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 1993), hlm. 341.

MA. Sahal Mahfuzd, Nuansa Fiqh Islam....h. 342

Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan


Pendidikan Islam, (Bandung: Gema Risalah Press, 1993), hlm. 65.

Manaf, Abdul. Jurnal: Management of Education, Volume 1, Issue 1,


ISSN 977-2442404

Sehartian, Piet, A., 1982. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan,


Surabaya: Usaha Nasional

Wanumar, Munir. Edukasi Vol 2, Nomor 1, Januari 2016

Ahmadi, R. (2014). Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Gunawan, A. H. (2011). Administrasi Sekolah (2nd ed.). Jakarta:


Rineka Cipta.

Ismaya, B. (2015). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Refika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai