Anda di halaman 1dari 17

KONSEP EPIDEMIOLOGI PENCEMARAN UDARA DAN B3

BESERTA PENANGANANNYA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyehatan Udara-C
Dosen pengampu:
Kahar, S.K.M., M.K.L.

Disusun oleh:
Alya Fatma Hidayati P17333121408 Farezta Alfisyahrina Gani P17333121431
Anya Siti Rachmah P17333121413 Fitra Ramadhani P17333121436
Apriani Nur Permana P17333121414 Hifni Siti Haenuniah P17333121438
Chika Dini Anjani P17333121419 Ibnu Faiz Prima Akhyari P17333121439
Cut Erika Fathia P17333121420 Iklima Angie P17333121441

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Konsep Epidemiologi Pencemaran
Udara Dan B3 Beserta Penanganannya dengan dosen pengampu Bapak Kahar, S.K.M., M.K.L.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Penyehatan Udara-C. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Epidemiologi Pencemaran Udara dan B3.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan penuh
kerendahan hati, kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat membuat
makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi maupun penyampaian. Akhir kata kami berharap
semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca maupun
penulis.

Cimahi, 21 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Epidemiologi ............................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi Lingkungan ........................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Epidemiologi Kesehatan Lingkungan ................................................ 3
2.3 Pengertian Pencemaran Udara .................................................................................... 3
2.3.1 Pengertian Epidemiologi Pencemaran Udara ...................................................... 4
2.3.2 Hubungan Epidemiologi Dengan Pencemaran Udara ......................................... 4
2.3.3 Gas Pencemar Udara ............................................................................................ 4
2.4 Pengertian Limbah B3 ................................................................................................. 5
2.4.1 Pencegahan Pencemaran Limbah B3 ................................................................... 5
2.5 Pencegahan Penyakit ................................................................................................... 6
2.6 Pengolahan Limbah B3 Supaya Tidak Timbul Penyakit ............................................ 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
3.1 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Pencemaran Udara dan B3 ................................... 7
3.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ................................................. 7
3.1.2 Pencemar Udara atau Bahan Polutan ................................................................... 7
3.2 Pola Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Udara ................................................ 8
3.3 Pola Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Zat B3 ............................................... 9
3.4 Konsep Penanganan Pencemaran ................................................................................ 9
3.4.1 Penanganan Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Udara ............................ 9
3.4.2 Penanganan Penyebaran Penyakit Akibat B3 .................................................... 10
BAB IV .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12

ii
6.2 Saran .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani
masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
yang berkaitan erat dengan penyakit menular. Sejalan berkembangnya kehidupan, terjadi
perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri yang mempengaruhi gaya
hidup, keadaan demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Sedangkan menurut Mac
Mahon tahun 1970 epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan dari
frekuensi penyakit pada manusia. Sehingga, epidemiologi adalah studi bagaimana
penyakit didistribusikan dalam masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya atau
menentukan (determinan) distribusinya.
Proses penyebaran penyakit akibat pencemaran udara salah satunya dapat
diakibatkan oleh permasalahan mengenai pengelolaan limbah B3. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Permasalahan mengenai pengelolaan limbah B3 dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Proses secara langsung, yaitu bahan pencemar tersebut langsung
berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau
mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung,
yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan
pencemaran. Pembuangan limbah industri merupakan satu masalah yang perlu
ditanggulangi dengan tepat dan cepat, terutama bila limbah yang mengandung senyawa
kimia tertentu sebagai bahan berbahaya dan beracun.
Kasus pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dibuang ke
lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan terutama
pencemaran udara. Menurut Ginting (2007) mengatakan bahwa efek limbah B3 terhadap
kesehatan antara lain adalah pernapasan hal tersebut dikarenakan konsentrasi uap yang
tinggi akan berbahaya jika dihirup. Konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu saluran
pernapasan (hidung, tenggorokan dan paru-paru). Menyebabkan mual, muntah, sakit

1
kepala, pusing, kehilangan koordinasi, rasa dan gangguan saraf lainnya. Paparan dengan
konsentrasi akut dapat menyebabkan depresi saraf, pingsan, koma dan atau kematian.
Laporan WHO dan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa penyebab
kematian di Indonesia pada tahun 2011 didominasi oleh penyakit Non-Communicable
Disease (NCD) atau Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan proporsi 71 persen dari
1.551.000 kasus kematian total. Berdasarkan jenisnya, penyakit kardiovaskuler seperti
penyakit jantung, stroke, dan infark menjadi penyebab utama dari kematian (37 persen),
kemudian diikuti oleh kanker (13 persen), penyakit pernapasan (7 persen), diabetes (6
persen), dan 10 persen penyakit PTM lainnya. Fakta tersebut mengindikasikan adanya
korelasi yang erat antara tingginya konsentrasi PM10 yang mencemari udara dengan
gangguan kesehatan, terutama PTM.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis termotivasi dalam memecahkan
permasalahan mengenai epidemiologi pencemaran udara dan limbah B3.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor penyebab penyakit akibat pencemaran udara dan B3?
2. Bagaimana pola penyebaran penyakit akibat pencemaran udara?
3. Bagaimana pola penyebaran penyakit akibat zat B3?
4. Bagaimana penanganan penyebaran penyakit akibat pencemaran udara dan B3?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit akibat pencemaran udara dan B3
2. Mampu menjelaskan pola penyebaran penyakit akibat pencemaran udara
3. Mampu menjelaskan pola penyebaran penyakit akibat zat B3
4. Untuk mengetahui cara penanganan penyebaran penyakit akibat pencemaran udara dan
B3
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah wawasan mengenai faktor penyebab penyakit akibat pencemaran
udara dan B3
2. Dapat memahami pola penyebaran penyakit akibat pencemaran udara
3. Dapat memahami pola penyebaran penyakit akibat zat B3
4. Meningkatkan pengetahuan mengenai cara penanganan penyebaran penyakit akibat
pencemaran udara dan B3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi status kesehatan atau menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu dan penggunaan studi tersebut untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehatan (Last, J.M., Ed, 1988).
2.2 Epidemiologi Lingkungan
Bentuk epidemiologi ini mempelajari tentang cara menganalisis faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Mulai dari lingkungan air, udara, maupun
tanah. Analisis faktor pencemaran yang bersumber dari ketiga unsur lingkungan tersebut
perlu diamati dengan pendekatan epidemiologi untuk mengetahui penyakit-penyakit yang
terjadi akibat paparan lingkungan.
2.2.1 Pengertian Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan atau Epidemiologi Lingkungan adalah
studi atau cabang keilmuan yang mempelajari faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi timbulnya (kejadian suatu penyakit), dengan cara mempelajari dan
mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang
memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya
promotif lainnya.
2.3 Pengertian Pencemaran Udara
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup zat, energi atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan atau aktivitas manusia atau proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Rusaknya atau semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga
dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan
bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan
akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta
pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan
pencemaran udara yang terjadi.

3
2.3.1 Pengertian Epidemiologi Pencemaran Udara
Epidemiologi pencemaran udara adalah bagian dari bidang epidemiologi
lingkungan yang lebih besar, yang mempelajari konsekuensi kesehatan dari paparan
yang terjadi di lingkungan umum. Pencemaran udara adalah salah satu paparan
lingkungan yang paling penting dan paling banyak dipelajari, karena sifatnya yang
ada di mana-mana dan karena mempengaruhi banyak penyakit, menimbulkan beban
kesehatan yang besar, tetapi dapat dimodifikasi.
2.3.2 Hubungan Epidemiologi Dengan Pencemaran Udara
Epidemiologi pencemaran udara biasanya dibagi dalam dua area besar, yang
mencerminkan dua mekanisme berbeda dimana paparan polusi udara mempengaruhi
kesehatan manusia: studi polusi udara jangka pendek dan jangka panjang. Studi
jangka pendek meneliti efek kesehatan yang terkait dengan paparan durasi pendek
terhadap polusi udara, dengan mempelajari apakah variasi tingkat polusi udara dari
waktu ke waktu, biasanya sehari-hari, menjelaskan variasi hasil kesehatan sehari-
hari, seperti gejala pada anak-anak. . Studi ini juga dikenal sebagai studi deret waktu,
karena mereka menggunakan data deret waktu yang dikumpulkan secara rutin dari
tingkat polusi udara harian dan hitungan harian hasil kesehatan. Studi pencemaran
udara jangka panjang meneliti efek kesehatan yang terkait dengan paparan polusi
udara jangka panjang atau kronis, dengan mengeksploitasi apakah kontras geografis
dalam paparan polusi udara, biasanya di tempat tinggal, menjelaskan risiko untuk
mengembangkan penyakit. Studi pencemaran udara jangka panjang menggunakan
desain cohort, case-control, panel, dan cross-sectional.
2.3.3 Gas Pencemar Udara
Secara umum terdapat 2 sumber pencemaran udara yaitu pencemaran akibat
sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal
dari kegiatan manusia (antropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi,
emisi pabrik, dan lain-lain.
Menurut Wardhana, 1984 di dunia dikenal zat pencemar udara utama yang
berasal dari kegiatan manusia berupa gas buangan hasil pembakaran bahan bakar
fosil dan industri. Perkiraan persentase komponen pencemar udara utama di
Indonesia khususnya transportasi dan industri yaitu:
1. Karbon monoksida (CO) 70,50%
2. Oksida. Sulfur (SOx) 0,9%
3. Nitrogen Oksida(NOx) 8,9%
4
4. Partikulat sebesar 1,33%
5. Hidrokarbon (HC) 18,34%
6. Gas rumah Kaca (CH4, CO2 dan N2O), tersebar dalam nilai persentase sumber
utama.
2.4 Pengertian Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun merupakan hasil sisa dari suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung B3, baik itu dikarenakan sifatnya, konsentrasi atau
jumlahnya yang dapat mencemari lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan.
limbah B3 di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah
industri yang ada semakin banyak. Pembangunan dalam sektor industri tentu
menghasilkan dampak positif yaitu menghasilkan suatu produk yang memiliki banyak
manfaat dan dampak negatif tentu akan menghasilkan limbah (Darsono, 2013 : 245).
Limbah Bahan B3 merupakan limbah yang sangat berbahaya dikarenakan
memiliki sifat atau karakteristik merusak dan berbahaya bagi lingkungan dan makhluk
hidup, maka perlu adanya pengelolaan secara tepat untuk mengurangi serta meminimalkan
risiko yang dapat ditimbulkan ke depannya (Watts, 1997).
Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan dan didalamnya terkandung zat atau komponen lain yang karena
karakteristiknya dapat merusak, membahayakan kesehatan serta kelangsungan makhluk
hidup.
2.4.1 Pencegahan Pencemaran Limbah B3
Terkait dengan karakteristiknya yang berbahaya dan beracun, limbah B3
perlu mendapatkan penanganan khusus agar tidak membahayakan manusia dan
lingkungan. Oleh karena itu kegiatan pencegahan pencemaran limbah B3 perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Semua jenis aktivitas yang bertujuan untuk
mengurangi produksi limbah B3 merupakan bentuk pencegahan pencemaran.
Adapun jenis aktivitas yang dimaksud yakni,
1. Pengubahan produk dengan cara penggantian jenis produk dan pengubahan
komposisi produk;
2. Pengendalian di sumber dengan menerapkan prosedur operasi yang baik,
pengubahan bahan baku, dan pengubahan teknologi;
3. Recycling yakni limbah dikembalikan ke proses, digunakan sebagai bahan baku
proses lain dan diolah sebagai produk sampingan (Trihadiningrum, 2016:90-
91).
5
2.5 Pencegahan Penyakit
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan
yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan
ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas,
sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan
gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilitasi lingkungan.
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk
dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan
mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap
masa/fase, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan
sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih
berat, bahkan dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai
dengan perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
2.6 Pengolahan Limbah B3 Supaya Tidak Timbul Penyakit
Pengolahan sampah medis dilakukan melalui proses insinerasi (pembakaran)
dengan menggunakan insinerator dengan suhu minimal untuk primary burner yaitu 800oC
dan secondary burner yaitu min 1000°C. Proses pemusnahan dengan insinerator dilakukan
karena sampah medis termasuk dalam kategori limbah B3 yaitu bersifat infeksius dan
berpotensi menularkan penyakit. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup hingga awal
abad 21 fungsi utama teknologi insenerasi sebagai penghancur limbah medis infeksius
adalah yang paling efektif dan tidak tergantikan oleh teknologi lain.
Tahapan dalam pengolahan limbah B3 yaitu:
1. Menentukan limbah B3 yang akan diolah,
2. Melakukan proses pemilihan dan pengambilan barang,
3. Melakukan proses pengangkutan ke tempat pengolahan,
4. Proses pemotongan (untuk memudahkan pencacahan),
5. Dalam proses pengolahan terdiri dari pencacahan dan desinfeksi,
6. Proses pengeringan,
7. Proses pewadahan,
8. Proses penimbangan dan pengiriman.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Pencemaran Udara dan B3
Pencemaran udara merupakan adanya suatu bahan polutan di atmosfer yang dalam
konsentrasi tertentu dapat mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan memiliki
efek pada manusia dan lingkungannya (Kumar, 1987). Sumber pencemaran udara pada
prinsipnya terdapat 2 macam, yaitu sumber bergerak contohnya berupa semua alat
transportasi yang menggunakan bahan bakar dan sumber tidak bergerak contohnya berupa
pabrik atau industri.
3.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara
Menurut Mukono (2011) Pencemaran udara di atmosfer dapat disebabkan
oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Kelembapan
Kelembapan udara yang relatif rendah biasanya sekitar <60% di daerah
tercemar SO2, hal ini akan mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut.
Sedangkan pada kelembapan relatif lebih atau sama dengan 80% di daerah
tercemar SO2, akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
2. Suhu
Menurunnya suhu di permukaan bumi dapat menyebabkan peningkatan
kelembapan udara, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar
di daerah yang udaranya tercemar. Sedangkan pada suhu yang meningkat, akan
meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
3. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di
atmosfer. Keadaan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan bahan atau alat
bangunan.
4. Pergerakan Udara
Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan
bangunan.
3.1.2 Pencemar Udara atau Bahan Polutan
Pencemar Udara dan Bahan polutan yang dapat menyebabkan penyakit ialah
sebagai berikut:

7
1. Bahan pencemar fisik dan kimia yang berbentuk gas dapat berupa logam berat
yang ada di udara dan gas beracun. Bahan polutan tersebut dapat berasal dari
hasil penguapan baik dari logam berat yang terlarut serta hasil penguapan dari
cairan yang mengandung racun atau bahan polutan berbahaya
2. Bahan polutan yang mengandung B3 antara lain dapat berasal dari proses
industri, transportasi dan pertanian. Bahan polutan tersebut antara lain ialah :
1) Polutan gas Logam berat (Mercuri), Timbal, Cadmium, dan Chromium).
2) Gas berbahaya (hidrokarbon, arsenik, amoniak, sulfur dioksida, natrium
dioksida, karbon dioksida, ozon, amoniak, dan gas lainnya yang bisa
meracuni manusia.
3) Gas mengandung pestisida
4) Serat asbestos
5) Gas radon
Zat pencemar inilah yang dapat menyebabkan penyakit baik akut maupun
kronis yang disebabkan oleh pencemaran udara. Dimana bahan-bahan polutan
tersebut dapat mengandung B3 yang berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup,
khususnya pada manusia.
3.2 Pola Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Udara
Penyakit akibat pencemaran udara dapat terjadi karena masyarakat terpapar udara
tercemar dengan intensitas tertentu. Masyarakat yang tinggal di dekat daerah industri
cenderung terpapar udara tercemar hasil industri. Selain daerah industri, udara tercemar
dapat di hasilkan secara alami. Seperti asap gunung aktif yang mengandung karbon
dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), SO2 (sulfur dioksida), dan HCl (Asam
hidroklorida), dan bahan berbahaya lain yang dapat mempengaruhi kinerja tubuh. Ada
banyak dampak yang dihasilkan dari pencemaran udara diantaranya: mengganggu
kesehatan makhluk hidup, kerusakan lingkungan ekosistem, dan hujan asam. Kesehatan
pada manusia akan terganggu akibat udara yang tercemar yang bisa mengakibatkan
timbulnya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, paru-paru, jantung dan juga sebagai
pemicu terjadinya kanker yang sangat berbahaya. Selanjutnya efek yang ditimbulkan pada
lingkungan ekosistem adalah kerusakan dimana lingkungan ekosistem tempat tinggal
berbagai macam makhluk hidup seperti akibat kebakaran hutan merusak tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Sedangkan hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang
merupakan polutan dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen dioksida. Polutan tersebut berasal dari
8
knalpot mobil dan industri yang menggunakan bahan bakar minyak dan batu bara. Di
atmosfer, polutan tersebut membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3).
Akhirnya zat tersebut jatuh ke tanah sebagai hujan asam. Selanjutnya yang terjadi adalah
bencana bagi kehidupan makhluk hidup. Sebagai contoh peristiwa kebakaran yang terjadi
di Kalimantan dan Pekanbaru tentunya mengakibatkan kondisi udara yang sangat
membahayakan kesehatan. Masyarakat akan terjangkit penyakit infeksi saluran
pernapasan (ISPA) akibat menghirup udara yang bercampur asap hasil kebakaran hutan.
3.3 Pola Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Zat B3
Pencemaran zat B3 dapat terjadi karena adanya suatu aktivitas manusia yang
memicu adanya zat B3 di lingkungan. Aktivitas manusia dapat memicu timbulnya zat B3
dan atau meningkatkan zat B3. Hal ini sering terjadi pada aktivitas industri dan
pertambangan. Zat B3 yang berada di lingkungan meningkat sampai melebihi baku mutu
yang ada, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Lingkungan yang tercemar memberi
Dampak buruk kepada Masyarakat. seperti laut Minamata yang tercemar oleh limbah
mercury hasil industri yang menyebabkan janin menjadi cacat, kucing dance syndrome,
dan kelumpuhan kepada orang tua.
3.4 Konsep Penanganan Pencemaran
3.4.1 Penanganan Penyebaran Penyakit Akibat Pencemaran Udara
Penanganan di dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
"proses, cara, perbuatan menangani". Sedangkan pencemaran diartikan sebagai
"proses, cara, perbuatan mencemari atau mencemarkan, pengotoran" Jadi dapat
diartikan bahwa penanganan pencemaran merupakan cara ataupun perbuatan untuk
mengatasi dari perbuatan pencemaran. Pencemaran yang dimaksud adalah
pencemaran terhadap lingkungan hidup.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah polusi udara adalah
menjaga kondisi lingkungan agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan virus dan
bakteri. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus dipraktikkan di semua
bidang kesehatan masyarakat karena pada hakikatnya setiap masalah kesehatan
merupakan hasil perilaku, yaitu interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau
pengganggu lainnya (agent) dan lingkungan (environment) (Kemenkes RI, 2016).
Tiga strategi dasar yang direkomendasikan secara luas untuk meningkatkan
kualitas udara adalah pengendalian sumber untuk menghindari emisi dalam dan luar
ruangan, penyediaan ventilasi yang memadai dan teknologi pembersihan udara
untuk mencapai peningkatan lebih lanjut jika diperlukan. Walaupun mengurangi
9
sumber polusi adalah pendekatan yang disukai secara universal, sering kali hal ini
tidak memungkinkan dan ventilasi semakin menghadirkan tantangan dalam hal
penggunaan energi bangunan dan karena udara luar yang bersih masih jauh dari yang
diberikan dibanyak daerah di seluruh dunia. Oleh karena itu, penggunaan pembersih
udara yang tidak melibatkan biaya energi untuk pergerakan dan pengondisian udara
luar ruangan semakin mendapat perhatian sebagai strategi untuk menghilangkan
partikel dan gas yang tidak diinginkan (Kelly & Fussell, 2019).
3.4.2 Penanganan Penyebaran Penyakit Akibat B3
Cara penanganan SB3-RT yang banyak dilakukan oleh masyarakat
terutama yang tinggal di perdesaan atau di wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan adalah tidak membakar, tidak membuang ke pekarangan rumah, tidak
membuang ke lahan-lahan kosong atau tempat pembuangan sampah ilegal di
lingkungan sekitar tempat tinggal. Misalnya, kegiatan menyimpan sampah B3
benda tajam (jarum suntik dan pecahan lampu listrik) masih dicampur dengan
sampah domestik tanpa kemasan pelindung (safety box), sehingga berpotensi
menyebabkan cedera, keracunan dan penularan penyakit bagi petugas sampah.
Perilaku pemulung dan pengepul (sektor informal) dalam memilah dan
mengambil komponen SB3-RT yang berharga tanpa menggunakan sarung tangan,
masker dan sarana yang memadai sehingga berpotensi cedera dan terpapar
zat-zat berbahaya beracun (Anonim, 2011).
Secara umum masyarakat masih membakar SB3-RT secara terbuka
bersama sampah domestik. Gas beracun yang dihasilkan dari pembakaran SB3-RT
dapat berupa asam klorida(HCl), formaldehid, dioksin, hexchlorobenzene(HCB),
logam berat, CO dan partikulat lainnya. HCl menyebabkan penumpukan cairan di
paru-paru dan ulserasi pada saluran pernapasan. Formaldehid mengakibatkan
mata berair, sensasi terbakar di mata dan tenggorokan, mual, kesulitan
bernafas, ruam kulit dan kanker. Dioksin adalah senyawa yang sangat beracun,
bersifat karsinogenik dan dapat menimbulkan gangguan hormon, dapat masuk ke
janin, dan terakumulasi pada tanaman, binatang dan manusia (Anonim, 2001;
Belliveau dan Lester, 2004). Pembakaran, pembuangan atau penimbunan SB3-
RT yang mengandung logam berat bersama sampah domestik di lingkungan
permukiman dan TPA dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat
sekitar sebagaimana yang terjadi di China, India, dan Ghana (Kiddee dkk.,
2013). Anak-anak yang tinggal dekat area daur ulang sampah elektronik di China
10
memiliki kadar Pb dan Cd yang tinggi dalam darahnya (Huo dkk., 2007; Zheng dkk.,
2008). Kadar PBB, PBD, PCB, Cu dan Pb pada rambut dan kulit kepala
juga lebih tinggi dibandingkan orang yang tinggal di luar area (Zhao dkk., 2008,
Wang dkk., 2009). Konsentrasi Cu, Sb dan Bi pada rambut pekerja daur ulang
sampah elektronik di India lebih tinggi dibandingkan yang bukan pekerja (Ha
dkk., 2009). Kadar Fe, Sb dan Pb pada urine pekerja daur ulang sampah elektronik
di Ghana juga lebih tinggi daripada yang bukan pekerja (Asante dkk., 2012).
Logam berat yang tercampur dengan sampah organik dalam jangka waktu tertentu
akan mengalami leachingdan menghasilkan lindi (leachate) yang mengandung
logam berat sehingga berpotensi mencemari tanah atau air dan selanjutnya masuk
rantai makanan ke tanaman, binatang dan akhirnya ke dalam tubuh manusia
(Olafisoye dkk., 2013). TPA yang digunakan untuk membuang semua jenis
sampah termasuk SB3-RT secara umum mengandung berbagai unsur logam berat,
senyawa alifatik ter halogenasi, hidrokarbon aromatik, senyawa fenolik dan
pestisida di dalam lindinya (Christensen dkk, 2001; Kjeldsen dkk,2002; Isidori
dkk., 2003). Keberadaan bahan-bahan pencemar yang berasal dari SB3-RT di
dalam leachate TPA berpotensi mencemari lingkungan (tanah dan air) dan
membahayakan kesehatan masyarakat sekitar TPA.

11
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab penyakit
akibat pencemaran udara dan zat B3 yaitu kelembapan, suhu, sinar matahari, dan
pergerakan udara. Pencemar udara atau bahan polutan penyebab penyakit yaitu bahan
pencemar fisik dan kimia yang berbentuk gas berupa logam berat yang ada di udara dan
gas beracun.
2. Pola penyebaran penyakit akibat pencemaran udara berawal dari masyarakat yang
tinggal di dekat daerah industri sehingga cenderung terpapar udara tercemar. Selain
daerah industri, udara tercemar dapat di hasilkan secara alami.
3. Pencemaran zat B3 dapat terjadi karena adanya suatu aktivitas manusia yang memicu
adanya zat B3 di lingkungan. Hal ini sering terjadi pada aktivitas industri dan
pertambangan. Zat B3 yang berada di lingkungan meningkat sampai melebihi baku
mutu yang ada.
4. Tiga strategi dasar yang direkomendasikan secara luas untuk meningkatkan kualitas
udara adalah pengendalian sumber untuk menghindari emisi dalam dan luar ruangan,
penyediaan ventilasi yang memadai dan teknologi pembersihan udara untuk mencapai
peningkatan lebih lanjut jika diperlukan. Sedangkan, cara penanganan sampah B3
adalah tidak membakar, tidak membuang ke pekarangan rumah, tidak membuang ke
lahan-lahan kosong atau tempat pembuangan sampah ilegal di lingkungan sekitar
tempat tinggal.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, saran yang diberikan adalah untuk meminimalisir
faktor penyebab Pencemaran udara dan B3 yaitu perlu dilakukannya penanganan yang
sesuai.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bahri dkk. 2021. Dampak Polusi Udara Dalam Ruangan Pada Kejadian Kasus Pneumonia:
Sebuah Review. Jurnal LINK. Volume 17, No. 2 Agustus. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Kalangan Internal DIII Farmasi, D., & Kenre, I. 2022. “Epidemiologi.”
Kurniawan. 2019. Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
Indonesia dan Tantangannya. Jurnal Dinamika Governance. Volume 9, No.1 April.
Malang: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Ilyas, Muamar, dan Muhammad Ilhamsyah Siregar. 2019. Biaya Polusi Udara Yang Timbul
Akibat Bertambahnya Volume Kendaraan di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmial Mahasiswa.
Volume 4, No. 4 November. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. ISSN. 2549-8363
Iswanto dkk. 2016. Timbulan Sampah B3 Rumahtangga Dan Potensi Dampak Kesehatan
Lingkungan Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan.
Volume 23, No.2, Juli. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Mukono. 2011. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara. Surabaya: Pusat penerbitan dan
percetakan UNAIR.
Purwanti, Alvionita Ajeng. 2018. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya Dan Beracun
(B3) Rumah Sakit Di Rsud Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Volume 10, No.3, Juli. Surabaya: Universitas Airlangga.
Rahmadana. 2021. Strategi Dinas Lingkungan Hidup Dalam Penanganan Pencemaran
Limbah PT Riau Andalan Pulp dan Paper di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan.
Pekanbaru: Universitas Islam Riau.
Sugiarti. 2009. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal
Chemica. Volume 10, No. 1 Juni. Makassar: UNM.

13

Anda mungkin juga menyukai