Disusun oleh :
2021
1. DEFINISI TETANUS
2. ETIOLOGI
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah
yang dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka
dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati ( corpus alienum) karena
merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi kuman anaerob. Luka dengan
infeksi pogenik dimana bakteri piogenik mengonsumsieksogen pada luka
sehingga suasana menjadi anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus
(Batticaca, 2012, p. 126)
3. MANIFESTASI KLINIK
Periode inkubasi (rentang waku antara trauma dengan gejala pertama) rata-
rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala
pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama
regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari
setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekuatan tetap
bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu (Nurarif &
Kusuma, 2016, p. 286).
4. PATOFISIOLOGI
Clostridium tetani harus bersimbiosis dengan organisme piogenik.
Basil tetanus tetap berada didaerah luka dan berkembang biak sedangkan
eksotoksinnya beredar mengikuti sirkulasi darah sehnggga terjadi toksemia
( toksemia murni tanpa disertai bakterimia maupun sepsis).
Tetanus biasanya terjadi setelah tubuh terluka dan kebanyakan luka
tusukan, luka yang terkontaminasi oleh clostridium tetani. Kerusakan jaringan
menyebabkan menurunnya potential oksidasi sehingga menyebabkan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan clostridium tetani. Tetanus
disebabkan oleh neurotoksin Yang kuat yaitu tetanospasmin, yangdihasilkan
sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif c. Tetani pada tempat
infeksi terutama ketika terjadi lisis bakteri . tetanospasmin dapat terikat secara
kuat pada gangliosida dan tempat masuknya yang terpenting kedalam syaraf.
Bila jumlah tetanospasmin cukup besar untuk menyebar melalui pembuluh
darah dan limfe diseluruh tubuh, yang terkena lebih dahulu adalah otot dengan
jalur saraf terpendek (Batticaca, 2012, p. 126)
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebabkan berbagai keadaan antara lain : 1. luka tusuk dalam, misalnya luka
tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul dan lain-lain. 2.
Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas. 3. Luka
ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan
harus segera diberikan :
a. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin
tetanus disekitar luka tidak boleh diberikan IV)
b. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4%
IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM,
iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde (panal) 0,15 mg/kg BB Per-im
tiap 4-6 jam.
c. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap
3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg
BB/24 jam untuk dewasa.
d. Beta-adrenergik bolcker; propanolol (inderal) 0,2 mg aliquots, untuk
total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
e. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang,
kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat
penenang.
f. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat diganti
dengan tetraciklin atau klindamisin untuk membunuh klostirida
vegetatif.
g. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
h. Diit TKTP melalui oral/ sounde/parenteral
i. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi
klien.
j. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
k. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali
fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas
terutama pada rahang
b) Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m.L, peninggian tekanan
otak, deteksi kuman kulit
c) Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN ANAMNESIS
A. PENGKAJIAN
Identitas
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya tekanan darah pada pasien tetanus biasanya
normal (Muttaqin, 2008, p. 222).
Nadi : penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan perfusi
jaringan di otak (Muttaqin, 2008, p. 222)
RR : Frekuensi pernapassan pada pasien tetanus meningkat karena
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum (Batticaca,
2012, p. 127).
Suhu : pada pasien tetanus biasanya peningkatan suhu tubuh lebih dari
normal 38-40°C (Batticaca, 2012, p. 127).
Body System
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Pemeriksaan refleks
Gerakan involunter
Tidak diremukun adanya tremor, Tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu
klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan
tetanus disertai peningkatan suhu nibuh yang tinggi. Kejang berhubungan
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
Sistem sensorik
Pcmcriksaan sensorik pada tetanus biasanya didapatkan perasaan raba
normal, perasaan nyeri normal. Perasaan suhu normal, tidak ada
perasaan abnormal di permukaan tubuh. Perasaan proprioseptif normal
dan pcrasaan diskriminatif normal. (Muttaqin, 2008, p. 223).
Sistem perkemihan, Penurunan volume haluaran urine berhubungan
dengan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. Adanya retensi
urine karena kejang umum. Pada klien yang sering kejang sebaiknya
pengeluaran urine dengan menggunakan cateter (Muttaqin, 2008, p.
224).
Sistem pencernaan, Mual sampai munttah dihubungkan dengan
peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien
tetanus menurun Karen aanorexia dan adanya kejang, kaku dinding
perut (perut papan) merupakan tanda khas pada tetanus. Adanya
spasme otot menyebabkan kesulitan BAB (Muttaqin, 2008, p. 224)
Sistem Integumen, klien mengalami tubuh terluka dan luka tusuk yang
dalam nisalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka
yang menjadi kotor, karena terjatuh di tempat yang kotor, dan terluka
atau kecelakaan dan timbul luka yang tertutup debu atau kotoran juga
luka bakar dan patah tulang terbuka. Adakah porte de entrée seperti
luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah dan gigi berlubang
dikorek dengan benda yang kotor (Muttaqin, 2008, p. 222).
Sistem musculoskeletal, adanya kejang umum sehingga mengganggu
mobilitas klien dan menurunkan aktivitas sehari-hari. Perlu dikaji
apabila klien mengalami patah tulang terbuka yang memungkinkan
port de entrée kuman clostridium tetani, sehingga memerlukan
perawatan luka yang optimal. Adanya kejang memberikan resiko pada
fraktur vertebra pada bayi, ketegangan, dan spasme otot pada abdomen
(Muttaqin, 2008, p. 224)
Sistem Endokrin, fungsi endokrin pada klien tetanus normal (Sudoyo,
2009, p. 2213)
Sistem reproduksi, Pasien tetanus dari tingkah laku seksual dan
reproduksi normal (Sudoyo, 2009, p. 2215)
Sistem pengindraan, Sistem pengindraan pengecapan pada pasien
tetanus normal dan tidak ditemukan gangguan (Muttaqin, 2008, p.
223).
Sistem imun, kemampuan sistem imunitas akan berkurang dalam
mengenali toksin sebagai antigen sehingga mengakibatkan tidak
cukupnya antibodi yang dibentuk (Batticaca, 2012, p. 128)
B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b\d hipersekresi jalan
napas
2. Hipertermia (D.0130) b\d proses pemyakit
3. Resiko defisit nutrisi (D.0032) b\d ketidakmampuan menelan
4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) b\d penurunan kendali otot
C. INTERVENSI