Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTEK


PROFESIONALISME BIDAN

Disusun Oleh
Kelompok 2
Kelas G
1. Diyana Intan
7. Saripah
Permatasari
2. Sri Resti Nurhabibah 8. Nina Dewi K
3. Chelvi Nofadina 9. Siti Aisyah Yulastri
4. Anisa Sabirah 10. Wiwin Suryani
5. Rina Rosmiati 11. Siti Mardiah
6. Ratna Purnamasari 12. Nenih

STIKES ABDI NUSANTARA

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT,
karena tanpa rahmat dan ridho-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Olivia Nency, SST, M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktik Profesionalisme
Bidan yang membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan
tentang

“TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI, MASYARAKAT DAN


AKUNTABILITAS DALAM ASUHAN KEBIDANAN”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang
belum kami ketahui maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Bekasi, 10 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu. sehingga
bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya akan tingkahlaku
atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja karena adanya
kesadaran atas segala perbuatan dan akibatnya atas kepentingan pihak lain. tanggung
jawab timbul karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam
yang mengharuskan untuk tidak berbuat semaunya agar terciptanya suatu
keselarasan,keseimbangan, keserasian antara manusia dengan tuhan, manusia dengan
manusia dan manusia dengan alam.
Tanggung jawab bersifat kodrati, sifat yang telah menjadi bagian atau telah
mendasar dalam diri atau kehidupan manusia. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia
akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa
melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung
jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu
berbeda.
Akuntabilitas berasal dari bahasa asing yakni “accountability” yang berarti
pertanggungjawaban. Akuntabilitas disini memiliki makna keadaan untuk
dipertanggungjawabkan ataupun keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.
Secara umum, akuntabilitas berarti kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
atau menjawab dan menerangkan mengenai kinerja dan tindakan dari badan hukum
atau pimpinan suatu organisasi, kepada pihak yang berwenang menerima keterangan
atau pertanggungjawaban tersebut.
Menurut Miriam Budiardjo, akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pihak yang
diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat.
Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan
melalui distribusi kekuasaan kepada berbagai lembaga pemerintah, sehingga
mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi yang saling
mengawasi.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah :

a. Mengetahui definisi tanggung jawab terhadap profesi


b. Mengetahui definisi Tanggung jawab terhadap masyarakat
c. Mengetahui definisi Akuntabilitas dalam asuhan kebidanan
C. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti apa itu
tanggung jawab terhadap profesi,masyarakat dan akuntabiltas dalam asuhan kebidanan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab terhadap profesi,masyarakat dan Akuntabiltas dalam Asuhan


Kebidanan
1. Definisi Tanggung Jawab

Tanggung Jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah keadaan
wajib untuk menanggung segala sesuatu. Sehingga bisa diartikan berkewajiban
menanggung atau memikul segala sesuatu atau juga memberikan jawaban dan
menanggung akibatnya. Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia atas tingkah
lakunya dan perbuatan yang di sengaja maupun yang tidak sengaja

Menurut Abu dan Munawar (2007) Menurut Abu dan Munawar, Pengertian
tanggung jawab ialah perbedaan antara kebenaran dan kesalahan, yang boleh dan
yang dilarang, dianjurkan dan yang dicegah, baik dan buruk dan sadar bahwa
menjauhi hal yang mempunyai sifat negatif dan mencoba untuk memanfaatkan
sesuatu yang positif.

Menurut Mudjiono (2012) Menurut Mudjiono, pengertian tanggung jawab ialah


sikap yang terkait dengan janji atau tuntutan tetrhadap hak, kewajiban, tugas yang
sesuai dengan aturan, nilai, norma serta adat istiadat yang ada di dalam masyarakat.

Menurut Burhanudin (2000) Menurut Burhanudin, definisi tanggung jawab ialah


kesanggupan dalam menetapkan sikap kepada sebuah perbuatan yang dipikul dan
kesanggupan untuk menanggung risiko attas perbuatan yang dilakukan.

2. Manfaat Tanggung Jawab

Rasa tanggung jawab ialah sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang karena
dengan sifat ini banyak sekali manfaat yang dapat peroleh. Oleh karena itu, sebagai
manusia kita harus bias menjadi seseorang yang bertanggung jawab atas semua yang
dilakukan.

Berikut dibawah ini beberapa manfaat tanggung jawab yang dapat di peroleh,
diantaranya ialah :

a. Dihargai Oleh Orang Lain


Pada dasarnya, Seseorang yang mempunyai rasa tanggung jawab akan lebih dihargai
oleh orang lain. Hal ini disebabkan dengan rasa tanggung jawab akan membuat
seseorang bisa diandalkan dan akan lebih dipercaya dalam mengemban tugas ataupun
amanah.
b. Jarang Melakukan Kesalahan
Seseorang yang mempunyai rasa tanggung jawab, biasanya akan jarang melakukan
kesalahan di dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka akan sangat
berhati-hati dalam menjalankan tugasnya dan mereka mempunyai kecenderungan
lebih teliti untuk memeriksa pekerjaannya.
c. Dapat Dipercaya
Seseorang yang mempunyai rasa tanggung jawab akan lebih mudah dipercaya oleh
orang lain. Rasa Kepercayaan ini bisa diperoleh dari hasil yang sudah dilakukan oleh
seseorang sebelumnya.
d. Meningkatkan Peluang Pesuksesan
Rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang pada umumnya bisa meningkatkan
peluang kesuksesan. Hal ini disebabkan orang yang mempunyai rasa tanggung jawab
akan lebih dipercaya, lebih berhati-hati dan akan melaksanakan pekerjaan dengan
baik dan benar.
e. Hasil Kerja Yang Dikerjakan Lebih Memuaskan.
Ketika kita menjadi seseorang yang bertanggung jawab maka kita akan lebih fokus
pada hasil akhir sehingga kita akan maksimal dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan demikian, orang lain akan menjadikan orang lain puas atas pekerjaan yang
kita kerjakan. Tentunya hal ini akan menbuat kita disukai dan dipercaya oleh orang
sekitar lingkungan kita.

3. Ciri-Ciri Tanggung Jawab


a. Selalu berhati-hati.
b. Disiplin untuk menepati janji yang telah dibuatnya.
c. Berusaha melakukan tugas dengan semaksimal mungkin.
d. Mampu menangung risiko atas ucapan dan perbuatannya.
e. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap sesuatu.
f. Rela berkorban.
g. Jujur dalam melakukan sesuatu.
h. Berani menangung risiko.
i. Peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya
4. Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut
adalah jenis-jenis tanggung jawab sebagai warga masyarakat.
a. Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan masyarakat.
Contoh: tidak membedakan ras, agama, maupun suku bangsa dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat .
Contoh: melakukan ronda malam yang dibuat dengan jadwal bergiliran.
c. Meningkatkan rasa solidaritas pada sesama warga masyarakat
Contoh: gotong royong, saling peduli dan membantu satu sama lain, serta
membangun wilayah bersama-sama
d. Menghapus segala bentuk tindakan diskriminasi dalam kehidupan masyarakat
Contoh: menghindari perlakuan yang berbeda terhadap orang atau sekelompok
orang berdasarkan karakteristik tertentu.
5. Sedangkan tangggung jawab setiap individu sebagai anggota masyarakat meliputi:
a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Contoh: bertanggung jawab menerima sanksi ketika melakukan kesalahan.
b. Tanggung jawab terhadap keluarga
Contoh: Bentuk tanggung jawabnya sesuai kedudukan dalam keluarga, yaitu
sebagai anak, ayah, atau seorang ibu.
c. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Contoh: menunda acara pribadi maupun keluarga ketika jadwalnya bersamaan
Dengan acara di masyarakat untuk kepentingan bersama.

d. Tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara


Contoh: menjadi duta negara di ajang internasional dalam berbagai kegiatan
dengan penuh tanggung jawab.
e. Tanggung jawab terhadap Tuhan yang Maha Esa
Contoh: melaksanakan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya.
B. PROFESI DAN TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL
1.Pengertian Profesi
a) Menurut Black’s Law Dictionary, Profesi adalah pekerjaan yang mensyaratkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan khusus, biasanya pada tingkat lanjut,
misalnya profesi hukum atau kedokteran
b) Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebaginya) tertentu.
II. Pengertian Tanggung Jawab Profesi

Tanggung jawab profesional berarti tanggung jawab dari pemberi jasa atau
pengemban profesi tertentu atas jasa yang diberikannya. Tanggung jawab profesional
terdiri dari dua macam :

a) Tanggung jawab profesional berdasarkan kode etik organisasi profesi yang


bersangkutan (intern).

b) Tanggung jawab profesional berdasarkan hukum positif (ekstern)

Tanggung jawab profesional berdasarkan hukum positif maksudnya adalah


tanggungjawab hukum pemberi jasa/pengemban profesi tertentu yang diberikan kepada
kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga.
Tanggung jawab profesional berdasarkan hukum meliputi :
a) Terhadap Kliennya, baik berdasarkan perjanjian maupun berdasarkan hukum
perbuatan melawan hokum.

b) Terhadap pihak ketga, atas dasar hukum perbuatan melawan hokum

III. Tanggungjawab Profesional Berdasarkan Perjanjian :

a) Berdasarkan Pasal 1601 BW, yang menyatakan :

“Selain perjanjian untuk melakukan jasa, yang diatur oleh ketentuan khusus dan oleh
syarat-syarat yang diperjanjikan dan apabila hal itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka
terdapat dua macam perjanjian, dimana suatu pihak mengikatkan diri untuk
melakukan pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima upah yaitu perjanjian kerja
atau perburuhan serta pemborongan pekerjaan”
b) Berdasarkan ketentuan hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian untuk
melakukan pekerjaan, dapat digolongkan menjadi :
1. Perjanjian untuk melakukan jasa;

2. Perjanjian kerja/perburuhan; dan

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.

Perikatan yang timbul antara profesional (pemberi jasa) dengan kliennya (penerima
jasa) terjadi karena antar mereka dibuat perjanjian yang dikualifikasikan sebagai perjanjian
untuk melakukan jasa. Berdasarkan Pasal 1601 BW, perjanjian melakukan jasa TIDAK
DIATUR dalam BW melainkan diatur berdasarkan ketentuan khusus, ketentuan dalam
perjanjian yang bersangkutan dan hukum kebiasaan. Ketentuan khusus adalah semua
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun organisasi profesi yang mengikat para
profesional, seperti dalam sumpah jabatan dokter atau Advokat, atau peraturan jabatan
Notaris. Sementara itu, yang dimaksud dengan ketentuan umum dalam perjanjian adalah
semua kondisi yang diperjanjikan dalam perjanjian melakukan pekerjaan atau jasa
termaksud, dalam hal ini sangat bervariasi tergantung dari jasa yang dikehendaki oleh
penerima jasa. Namun demikian ketentuan hukum perjanjian sebagaimana termuat dalam
Buku III BW tetap berlaku terhadap perjanjian melakukan jasa ini, antara lain : Ketentuan
mengenai keabsahan perjanjian (Pasal 1320 juncto Pasal 1338 BW); ketentuan mengenai
akibat perjanjian (Pasal 1338 BW); ketentuan mengenai penafsiran perjanjian (Pasal 1342
BW) dan ketentuan mengenai prestasi dan wanprestasi/kelalaian (Pasal 1243 BW).

C. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Tanggung jawab sebagai warga masyarakat merupakan bentuk kesadaran akan perilaku
dalam kehidupan bermasyarakat. Enggak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Nah, hal ini sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Setelah
keluarga, setiap individu membentuk kehidupan lebih besar dalam lingkup masyarakat.
Warga punya tanggung jawab untuk dijalankan demi keamanan.

Contoh Tanggung Jawab Kepada Masyarakat

a) Ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Contohnya


bersih desa, karang taruna, ikut kegiatan pos kamling. Kegiatan dalam lingkungan ini
untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban di masyarakat.
b) Tidak melakukan perbuatan yang melanggar peraturan dalam masyarakat. Contohnya
tidak mencuri dan main hakim sendiri.
c) Berani melaporkan kejadian mencurigakan dan merugikan masyarakat yang
berwenang. Contoh melapor pada polisi jika ada kejadian mencurigakan di
lingkungan.
d) Menghargai perbedaan masyarakat yang berbeda suku, agama, dan budaya.

D. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban pertanggungjawaban seseorang (pimpinan, pejabat


atau pelaksana) atau suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan
untuk meminta keterangan terkait kinerja atau tindakan dalam menjalankan misi dan tujuan
organisasi dalam bentuk pelaporan yang telah ditetapkan secara periodik.
Menurut UNDP (United Nations Development Program), akuntabilitas adalah evaluasi
terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan
serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja
organisasi pada masa yang akan datang. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran–sasaran yang telah ditetapkan, melalui
suatu media pertanggungjawaban secara periodik.

a) Berikut definisi dan pengertian akuntabilitas dari beberapa sumber buku:


Menurut Mursyidi (2013), akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b) Menurut Mardiasmo (2006), akuntabilitas adalah bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
c) Menurut Sedarmayanti (2003), akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang
atau suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
d) Menurut Sujarweni (2015), akuntabilitas adalah bentuk keharusan seorang
(pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang
diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
e) Menurut Halim (2012), akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban serta menerangkan kinerja dan tindakan seseorang, badan
hukum atau pimpinan organisasi kepada pihak yang lain yang memiliki hak dan
kewajiban untuk meminta kewajiban pertanggungjawaban dan keterangan.

2) Prinsip dan Dimensi Akuntabilitas

Menurut LAN dan BPKP (2000), prinsip-prinsip akuntabilitas adalah sebagai berikut:

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh.

5. Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan


manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Menurut Mahmudi (2013), terdapat lima dimensi akuntabilitas, yaitu:

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (accountability for probity and legality).


Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik
untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang berlaku.
Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah mendapatkan
otorisasi.

2. Akuntabilitas Manajerial (managerial accountability). Akuntabilitas manajerial


adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi
secara efektif dan efisien. Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas
kinerja (performance accountability). Inefisiensi organisasi publik adalah menjadi
tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada klien
atau costumernya.

3. Akuntabilitas Program (program accountability). Akuntabilitas program berkaitan


dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan
apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan
hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program. Dengan kata lain akuntabilitas program berarti bahwa program-program
organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu yang mendukung strategi
dan pencapaian misi, visi, dan tujuan organisasi.
4. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas kebijakan terkait
dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil.
Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan
yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak masa depan. Dalam
membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa
kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholders) mana
yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan
tersebut.

5. Akuntabilitas Finansial (financial accountability). Akuntabilitas finansial adalah


pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik
(money public) secara ekonomi, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan
kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekankan pada ukuran
anggaran dan finansial. Akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaan
keuangan publik akan menjadi perhatian utama publik.

6. Jenis-jenis Akuntabilitas

Menurut Mahmudi (2013), akuntabilias terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability). Akuntabilitas Vertikal adalah


akuntabilitas kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya akuntabilitas kepala dinas
kepada bupati atau walikota, menteri kepada presiden, kepala unit kepada kepala
cabang, kepala cabang kepada CEO, dan sebagainya.

2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability). Akuntabilitas Horisontal


adalah akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap sesama lembaga lainnya
yang tidak memiliki hubungan atasan bawahan.

Menurut Wasistiono (2007), berdasarkan perspektifnya akuntabilitas dibagi


menjadi lima jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas administratif/organisasi. Pertanggungjawaban antara pejabat yang


berwenang dengan unit bawahannya dalam hubungan hierarki yang jelas.

2. Akuntabilitas legal. Akuntabilitas jenis ini merujuk pada dominan publik dikaitkan
dengan proses legislatif dan yudikatif. Bentuknya dapat berupa peninjauan kembali
kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan suatu peraturan
oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3. Akuntabilitas politik. Dalam tipe ini terkait dengan adanya kewenangan pemegang
kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan pendistribusian sumber-
sumber dan menjamin adanya kepatuhan melaksanakan tanggung jawab administrasi
dan legal. Akuntabilitas ini memusatkan pada tekanan demokratik yang dinyatakan
oleh administrasi publik.

4. Akuntabilitas profesional. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan kinerja dan


tindakan berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis.
Akuntabilitas ini lebih menekankan pada aspek kualitas kinerja dan tindakan.

5. Akuntabilitas moral. Akuntabilitas ini berkaitan dengan tata nilai yang berlaku di
kalangan masyarakat. Hal ini lebih banyak berbicara tentang baik atau buruknya suatu
kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif
berdasarkan ukuran tata nilai yang berlaku setempat.

Menurut Raba (2006), akuntabilitas dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas hukum dan peraturan. Akuntabilitas yang terkait dengan jaminan


adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam
penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis akuntabilitas
ini perlu dilakukan audit kepatuhan.

2. Akuntabilitas proses. Akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan


dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat
diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan murah biaya.

3. Akuntabilitas program. Akuntabilitas yang terkait dengan perimbangan apakah


tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah daerah
telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil optimal
dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban


pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif dan masyarakat luas. Ini
artinya, perlu adanya transparansi kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan
penilaian dan pengawasan serta terlibat dalam pengambilan keputusan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan


mengenai Tanggung Jawab terhadap profesi,masyarakat dan Akuntabiltas dalam
Asuhan Kebidanan adalah, sebagai berikut:
Tanggung jawab profesional berarti tanggung jawab dari pemberi jasa atau
pengemban profesi tertentu atas jasa yang diberikannya, seorang profesional harus punya
rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan segala hal dalam perjalanan karier dan
pekerjaanya. Ia juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa orang-orang yang
dilayaninya dan profesinya tidak dirugikan atas sikap dan perbuatannya.

Tanggung jawab sebagai warga masyarakat merupakan bentuk kesadaran akan


perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Enggak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain, Berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan
masyarakat. - Melakukan perbuatan yang sesuai peraturan atau norma yang berlaku. -
Berani melaporkan kejadian yang merugikan masyarakat. - Menghargai perbedaan agama,
suku, dan budaya.
Akuntabilitas bidan adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability)
atas semua tindakan yang dilakukannya, akuntabilitas suatu bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/16/141921369/arti-tanggung-jawab-
dan-ciri-cirinya
 https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/16/141921369/arti-tanggung-jawab-
dan-ciri-cirinya
 https://www.ayoksinau.com/tanggung-jawab/
 https://www.kajianpustaka.com/2020/01/akuntabilitas-pengertian-prinsip-dimensi-
dan-jenis.html

Anda mungkin juga menyukai