Lk. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2 Putra Malawie, S.PD
Lk. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2 Putra Malawie, S.PD
1. Kajian Literatur
o Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
o Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan
dengan topik masalah.
o Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut
berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di
Sekolah:
o Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau
rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang
diidentifikasi.
o Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai
penyebab masalah tersebut.
o Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk
menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
o Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau
pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
o Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan
dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
o Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah
yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
o Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Hasil Wawancara :
Wawancara Pakar (Pengawas
Sekolah SMPN 1 Kamipang)
(Arbani, M.Pd.I 21/09/2023)
1. Peserta didik menyebutkan pelajaran
matematika menjadi mata pelajaran
yang tidak disukai/sulit.
2. Peserta didik kesulitan mengabstraksi,
mengeneralisasi, berpikir deduktif
dalam mengingat konsep – konsep
matematika.
3. Adanya pergaulan yang kurang baik di
luar lingkungan sekolah.
4. Akibat Perkembangan teknologi
dimana peserta didik laki – laki selalu
main game online dan peserta didik
perempuan selalu bermain media
sosial sehingga peserta didik kesulitan
dalam memahami pelajaran
Matematika.
5. Guru masih kurang memperhatikan
kemampuan awal matematika peserta
didik.
Wawancara Guru Matematika
(Abdur Rahman, S.Pd 20/09/2023)
1. Kelemahan peserta didik dalam
berhitung (penjumlahan,
pengurangan perkalian, pembagian).
2. Pemahaman bahasa matematika yang
kurang.
3 Relasi / hubungan guru Sumber Kajian Literatur Setelah dilakukan kajian melalui
dengan orang tua terkait Jurnal/Artikel : kajian literatur dan hasil
dengan pembelajaran 1. Menurut Natsir, N.F, dkk (2018) wawancara, relasi/ hubungan guru
matematika sangat Permasalahan yang besar yang dengan orang tua terkait
terbatas. dihadapi dunia pendidikan di zaman pembelajaran matematika sangat
sekarang, terjadinya kelonggaran terbatas disebabkan oleh :
kerjasama antara guru dan orang tua 1. Pihak sekolah jarang
yang menyebabkan menurunnya melakukan pertemuan rutin
mutu pendidikan anak, sehingga anak dengan orang tua peserta
menurun hasil belajar, prestasi, didik.
berkurangnya motivasi bahkan 2. Jarak rumah orang tua
merosotnya nilai moral dan akhlak dengan sekolah yang cukup
Peserta Didik disebabkan karena tidak jauh. Kendala transportasi
ada pengawasan dan bimbingan orang tua ke sekolah.
orang tua dan kurangnya partisipasi 3. Orang tua lebih fokus bekerja
guru dengan orang tua karena seolah- daripada memenuhi undangan
olah orang tua berperan hanya guru ke sekolah terkait
sebagai pencari nafkah sedangkan permasalahan dalam
tugas mendidik dan mengajar anak pembelajaran matematika.
adalah guru-guru di sekolah. 4. Guru dan sekolah belum
Perspektif pemikiran orang tua inilah maksimal mencari pendekatan
yang menyebabkan orang tua lebih komunikasi aktif dengan
fokus bekerja dibandingkan mendidik, orang tua sesuai dengan
membimbing dan mengajar anak. keadaan setempat.
Sehingga akhirnya orang tua melepas 5. Rendahnya kesadaran orang
tanggungjawab mendidik dan tua terhadap arti penting
diserahkan sepenuhnya kepada guru pengawasan perkembangan
di sekolah. belajar matematika anaknya.
Sumber : 6. Belum tersedianya jaringan
Natsir, N. F., Aisyah, A., Hasbiyallah, H., & seluler yang baik sehingga
Ihsan, M. N. (2018). Mutu pendidikan: menghambat hubungan
kerjasama guru dan orang tua. Jurnal komunikasi guru dan orang
MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan
Agama Islam, 8(2), 311-327.
tua dalam membahas
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarr pembelajaran matematika
isuna/article/view/3315 anaknya.
2. Menurut hasil Penelitian Pakiding, S
(2016) tua harus mampu menerapkan
pola asuh yang baik terhadap anak-
anaknya agar hasil belajar
matematika Peserta Didik dapat
meningkat sesuai dengan tujuan
kriteria ketuntasan minimal. Untuk
meningkatkan hasil belajar Peserta
Didik di sekolah tidak luput dari
pengaruh lingkungan sekolah dan
keadaan sekolah itu sendiri,
lingkungan sekolah yang baik adalah
lingkungan sekolah yang nyaman dan
kondusif, serta valsilitas gedung yang
memadai. Dalam melakukan aktivitas
belajar di sekolah motivasi Peserta
Didik kadang-kadang tinggi, juga
kadang-kadang menurun. Untuk itu
perlu diperhatikan komunikasi
harmonis antara Peserta Didik dengan
Peserta Didik, guru dengan Peserta
Didik, serta metode mengajar guru
dan memberikan penghargaan kepada
murid yang telah menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
Sumber :
Pakiding, S. (2016). Pengaruh pola asuh orang
tua dan lingkungan sekolah terhadap hasil
belajar matematika melalui motivasi belajar
Peserta Didik smk negeri kecamatan
samarinda utara. PENDAS MAHAKAM: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, 1(2), 237-249.
https://jurnal.fkip-uwgm.ac.id/index.php/pend
asmahakam/article/view/58
Hasil Wawancara :
Wawancara Pakar (Pengawas
Sekolah SMPN 1 Kamipang)
(Arbani, M.Pd.I 21/09/2023)
1. Pihak sekolah belum maksimal
menjalin komunikasi dengan orang
tua.
2. Guru kesulitan berkomunikasi aktif
terkait pembelajaran matematika
dikarenakan kesibukan orang tua
dalam bekerja.
3. Pihak sekolah belum maksimal
mensosialisasikan pentingnya
hubungan orang tua, guru, an sekolah
dalam pembelajaran matematika.
4. Orang tua masih beranggapan
melimpahakan sepenuhnya
pembelajaran matematika hanya pada
pihak sekolah.
5. Pihak sekolah sudah melibatkan orang
tua peserta didik dalam acara yang
dibuat sekolah, akan tetapi kendala
jarak tempuh ke sekolah yang cukup
jauh membuat hubungan orang tua
dan guru belum maksimal.
6. Orang tua peserta didik lebih
mementingkan pekerjaan dari pada
harus memenuhi undangan rapat ke
sekolah.
7. Guru kesulitan menjalin komunikasi
dengan orang tua peserta didik dalam
pembelajaran matematika
dikarenakan sebagian besar orang tua
belum memiliki HP.
8. Kurangnya dorongan orang tua dalam
proses pembelajaran matematika.
Wawancara Guru Matematika
(Abdur Rahman, S.Pd 20/09/2023)
1. Kurangnya kegiatan di sekolah yang
melibatkan orang tua peserta didik.
2. Karena kurang aktifnya orangtua di
dalam kegiatan sekolah.
3. Belum ada grup WA khusus orang tua
peserta didik karena sebagian besar
belum memiliki WA.
Hasil Wawancara :
Wawancara Pakar (Pengawas
Sekolah SMPN 1 Kamipang)
(Arbani, M.Pd.I 21/09/2023)
1. Guru belum menerapkan
pembelajaran matematika berbasis
masalah.
2. Kurangnya semangat guru dalam
membuat konsep pembelajaran
matemarika yang inovatif
3. Guru belum memahami karakteristik
peserta didik.
4. Tidak semua guru memiliki laptop,
dan belum adanya pelatihan –
pelatihan untuk guru dalam
mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika yang
inovatif
5. Terbatasnya pemahaman guru dalam
menerapkan pembelajaran
matematika yang inovatif.
6. Guru kurang refleksi. Guru
memaksakan peserta didik memahami
materi matematika dengan metode
yang sama.
Wawancara Guru Matematika
(Abdur Rahman, S.Pd 20/09/2023)
1. Guru kurang memahami model –
model pembelajaran matematika yang
inovatif.
2. Guru kurang memiliki waktu dalam
merancang pembelajaran matematika
yang inovatif.
3. Minimnya workshop secara berkala
dengan pengawasan kepala sekolah
agar guru rutin menggunakan model
pembelajaran matematika yang
inovatif.
5 Pembelajaran Matematika Sumber Kajian Literatur Setelah dilakukan kajian melalui
di kelas masih belum Jurnal/Artikel : kajian literatur dan hasil
berbasis HOTS 1. Hasil penelitian Bahar F (2021) salah wawancara, Pembelajaran
sautu konsep yang memungkinkan Matematika di kelas masih belum
para Peserta Didik terampil berbasis HOTS disebabkan oleh :
meningkatkan kemampuan belajarnya 1. Guru belum maksimal
adalah dengan membiasakan Peserta memahami soal matematika
Didik menyelesaikan soal – soal dalam dalam bentuk literasi,
bentuk Higher Order Thingking Skill numerasi, dan HOTS.
(HOTS). Jika kita lihat secara umum 2. Sekolah juga belum
pada tingkat SMP, bahwa tidak semua memberikan pemahaman
Peserta Didik pada tingkatan tersebut terhadap pembelajaran
memiliki kemampuan yang sama, matematika berbasis HOTS.
dalam satu kelas mungkin dapat kita 3. Guru jarang memberikan soal
hitung Peserta Didik yang memiliki matematika berbentuk HOTS
kemampuan di atas rata – rata. Oleh kepada peserta didik.
sebab itu, melalui pola pembelajaran 4. Peserta didik belum mampu
matematika berbasis HOTS akan memahami soal Matematika
dapat memberikan solusi yang baik. berbentuk LOTS dan HOTS.
Peserta Didik belum mampu 5. Peserta didik masih keliru
menerapkan pola pembelajaran dalam mendeskripsikan
matematika berbasis HOTS, hal ini pertanyaan dari soal yang
disebabkan antara lain adalah : (1) berbentuk LOTS dan HOTS.
Belum terbiasa dengan HOTS; (2)
Tidak memahami pertanyaan HOTS;
(3) Cara berpikir belum mampu
mengerjakan soal – soal tiingkat
tinggi. Untuk dapat meningkatkan
kemampuan Peserta Didik dalam
memahami HOTS perlu dibiasakan
para Peserta Didik untuk melatih dan
terus diperkenalkan HOTS dalam
proses pembelajarannya.
Sumber:
Bahar, F. (2021). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMP
Kelas VII dengan Pola Pembelajaran
Matematika Berbasis Hots pada Topik
Bilangan. Jupendik: Jurnal Pendidikan, 5(1), 6-
11.
http://jupendik.or.id/index.php/jupendik/
article/view/68
2. Menurut Indraswari, L (2019)
Berdasarkan penelitian, pengolahan
dan analisis data yang terkumpul
berkenaan dengan kesulitan Peserta
Didik dan faktor–faktor penyebab
dalam menyelesaikan soal–soal HOTS
ditinjau dari gender Peserta Didik SMP
Negeri 1 Pogalan, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1. Kesulitan dan
faktor–faktor penyebab yang dialami
subjek Peserta Didik laki–laki a. Tahap
analisis Peserta Didik tidak mampu
memperkirakan ukuran kain. Pada
tingkatan ini Peserta Didik cenderung
mengalami kesulitan dalam
mempelajari konsep. Adapun faktor
penyebabnya yaitu Peserta Didik tidak
mengikuti pembelajaran dengan baik.
b. Tahap evaluasi Peserta Didik tidak
mampu menentukan ukuran kain
dengan strategi yang urut dan benar.
Pada tingkatan ini Peserta Didik
cenderung mengalami kesulitan pada
indikator menerapkan prinsip. Adapun
faktor penyebabnya yaitu Peserta
Didik kurang teliti, kurang latihan. 2.
Kesulitan dan faktor–faktor penyebab
yang dialami subjek Peserta Didik
perempuan a. Tahap evaluasi Peserta
Didik tidak mampu menentukan
jumlah luas amplop dan kertas,
mensubstitusikan persoalan, dan
menentukan ukuran kain dengan
urutan strategi yang urut dan benar.
Pada tingkatan ini Peserta Didik
cenderung mengalami kesulitan pada
indikator menerapkan prinsip. Adapun
faktor penyebabnya yaitu Peserta
Didik kurang teliti, kurang fokus, dan
sering tertinggal saat penjelasan
materi. b. Tahap mencipta Peserta
Didik tidak mampu menentukan
banyak amplop yang terbentuk dan
ukuran kain. Pada tingkatan ini
Peserta Didik cenderung mengalami
kesulitan dalam indikator
menyelesaikan masalah verbal.
Adapun faktor penyebabnya yaitu
Peserta Didik kurang latihan.
Sumber :
Indraswari, L., Lestari, A. W., & Hastari, R. C.
(2019). Analisis Kesulitan Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Soal− Soal HOTS Materi
Segiempat dan Segitiga Ditinjau dari
Gender. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 7(2), 65-72.
https://www.academia.edu/download/
76122894/pdf_4.pdf
Hasil Wawancara :
Wawancara Pakar (Pengawas
Sekolah SMPN 1 Kamipang)
(Arbani, M.Pd.I 21/09/2023)
1. Kurangnya pemahaman guru dalam
pembelajaran matematika berbasis
HOTS.
2. Kurangnya pelatihan untuk guru
matematika dalam merancang
pembelajaran berbasis HOTS.
3. Guru jarang memberikan soal
matematika dalam bentuk Literasi,
Numerasi, dan HOTS di kelas.
4. Kemampuan matematika peserta didik
juga masih kurang maksimal.
Wawancara Guru Matematika
(Abdur Rahman, S.Pd 20/09/2023)
1. Peserta didik belum mampu
menyelesaikan soal berbasis LOTS
maupun yang HOTS.
2. Peserta didik belum terbiasa untuk
berpikir kritis dalam menyelelesaikan
soal matematika berbasis HOTS
3. Peserta didik kurang teliti dalam
menjawab soal matematika baik LOTS
maupun HOTS.
6 Guru masih belum Sumber Kajian Literatur Setelah dilakukan kajian melalui
mengoptimalkan Jurnal/Artikel : kajian literatur dan hasil
pemanfaatan teknologi 1. Menurut Zayyadi, M, dkk (2017) wawancara, Guru masih belum
informasi (TIK) dalam mengatakan bahwa banyak guru yang mengoptimalkan pemanfaatan
pembelajaran Matematika hanya menggunakan media secara teknologi informasi (TIK) dalam
manual saja dalam pembelajaran pembelajaran Matematika
matematika yang dilakukan. disebabkan oleh :
Alasannya adalah mengenai minimnya 1. Guru belum termotivasi untuk
pemanfaatan teknologi dalam proses mempelajari teknologi yang
pembelajaran diantaranya adalah berkembang dalam
kurangnya pengetahuan mereka menunjang pembelajaran
dalam penggunaan aplikasi komputer matematika.
untuk menciptakan suatu media 2. Sarana dan prasarana untuk
pembelajaran yang berbasis teknologi. membantu guru dalam
Dapat disimpulkan bahwa guru pembelajaran matematika
matematika masih memerlukan berbasis teknologi belum
pelatihan tentang media memadai.
pembelajaran dengan pemanfaatan 3. Guru kurang aktif
teknologi yang dapat memudahkan mengupgrade diri
Peserta Didik dalam memahami menyesuaikan perkembangan
konsep matematika yang bersifat teknologi dalam
abstrak sehingga dapat menjadi mengembangkan
konkrit. pembelajaran matemartika.
Sumber :. 4. Kendala Jaringan seluler dan
Zayyadi, M., Supardi, L., & Misriyana, S. internet yang tidak memadai
(2017). Pemanfaatan teknologi komputer di sekolah.
sebagai media pembelajaran pada guru
5. Pemahaman guru terhadap
matematika. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Borneo, 1(2), 25-30.
penerapan TIK di dalam
http://180.250.193.171/index.php/jpmb/articl pembelajaran matematika
e/view/298 masih terbatas.
2. Menurut penelitian Supianti, I. I 6. Beban Mengajar guru yang
(2018) Perkembangan Teknologi lintas bidang menghambat
Informasi dan Komunikasi juga guru dalam melakukan inovasi
berimbas pada tuntutan pengetahuan pembelajaran matematika
matematika. Di masa lalu , berbasis inovasi.
masyarakat perlu bisa berhitung
dengan efisien dan akurat. Namun ,
saat ini berhitung lebih efisien
dilakukan oleh mesin, karena mesin
hitung dapat melakukan perhitungan
dengan cepat dan akurat, serta dapat
melakukan perhitungan – perhitungan
pada konten – konten matematika
yang rumit seperti logaritma, statistik,
trigonometri, integral, turunan, dll.
Pada saat ini, yang diperlukan bukan
sekedar perhitungan matematis saja,
tetapi yang berhubungan dengan
penalaran, pengevaluasian,
penganalisisan, pengkomunikasian,
dan membuat keputusan – keputusan
yang akan sangat berguna dalam
mengatasi berbagai macam
permasalahan di dalam pembelajaran.
Sumber :
Supianti, I. I. (2018). Pemanfataan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dalam
pembelajaran matematika. MENDIDIK: Jurnal
Kajian Pendidikan dan Pengajaran, 4(1), 63-
70.
http://jm.ejournal.id/index.php/mendidik/articl
e/view/44
Hasil Wawancara :
Wawancara Pakar (Pengawas
Sekolah SMPN 1 Kamipang)
(Arbani, M.Pd.I 21/09/2023)
1. Sangat minimnya pelatihan
pembelajaran matematika dengan
media teknologi terhadap guru.
2. Kurang tersedanya fasilitas – fasilitas
pengembangan kemampuan guru
tentang teknologi.
3. Kurangnya semangat dan wawasan
guru untuk memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran matematika.
4. Sarana dan prasarana untuk
membantu guru dalam pembelajaran
matematika berbasis teknologi belum
memadai.
5. Guru belum berkolaborasi dan
berinovasi dengan teknologi.
6. Guru jarang menggunakan teknologi
informasi seperti PPT interaktif.