Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR KIMIA FARMASI II

PERCOBAAN 3
PENETAPAN KADAR KALIUM KLORIDA DALAM TABLET
DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI

Disusun oleh :

Semester 4_kelas 2C_kelompok 2A

Fathul Abdil Khobir 219793 Juwanti 219814


Ferry Herliwisandi 219796 Khaisya Sabila 219817

Fitroh Rezky Akbar M. 219799 Maratus Sholihah 219820

Gideon Zean Agasi 219802 Maya Sari 219823

Herlyana 219805 Moses Arnold A. 219826

Iqklima Syah Ada 219808 Muhammad Amin 219829

Jihan Khairunnisa 219811

Dosen pembimbing : Erwan Kurnianto, M. Farm., Apt

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

AKADEMI FARMASI YARSI


PONTIANAKTAHUN 2023
PERCOBAAN 3
PENETAPAN KADAR KALIUM KLORIDA DALAM TABLET
DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI

I. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui prinsip dan cara penentuan kadar tablet kalium klorida secara
argentometri.
2. Menentukan kadar senyawa obat (kalium klorida) dalam tablet
menggunakan metode titrasi argentometri.

II. Dasar Teori


Titrasi pengendapan (argentometri) merupakan titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrasi dan analit.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencampaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang menganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengedapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (CI-, I-, Br -) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart AgNO3.

Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan
tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan untuk menentukan ion halida akan
tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan )thioalkohol), asam lemak,
dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-. Dasar
titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan
NaCI dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion CI- dari analit membentuk
faram yang ridak mudah larut AgCI.

Ag(NO3)(aq) + NaCI(aq) AgCI(s) + NaNO3(aq)


Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelibahan ion perak akan
bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat Cr24-
dimana dengan idndikator ini ion perak akan membentuk endapan bewarna coklat
kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai
adalah tiosianida dan indikator adsorbsi. Berdasarkan jenis indikator dan teknik
titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas argentometri
dengan metode mohr, volhard, atau fajans.

Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH dari kira-kira 6- 10


(Sari, 2014). Perak tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan natrium
klorida (NaCl) sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida dan bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat (AgNO)
menggunakan indikator kalium kromat (KCrO). Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan perak
(Ag) berlebih membentuk endapan perak kromat (Ag:Cro) yang berwama
coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Kelebihan indikator yang berwama
kuning akan mengganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko
indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambahan kalsium karbonat sebagai
pengganti endapan perak klorida (AgCI) (Khopkhar, 2008).

Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam
nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih.
Metode ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dan perak, larutan
tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Indikator yang
dipakai adalah Fe dengan titran NH CNS, untuk menentralkan kadar garam perak
dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3
dititrasi dengan larutan KCNS, dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh
ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari Fe(SCN), (Khopkhar, 2014).

Titrasi Argentometri dengan metode Fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluorescein
menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga
suspensi violet menjadi merah. Indikator absorpsi adalah zat yang dapat diserap
oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada
dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3
menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada
lapisan sekunder (Khopkhar, 2008).

Titrasi Argentometri pada pengukuran klorida dapat dipengaruhi oleh ion-ion


pengganggu. Yurman (2009) berargumen dengan mengatakan ion-ion yang dapat
mengganggu dalam penetapan kadar klorida metode argentometri atau
pengendapan adalah bahan-bahan yang terdapat dalam air minum dalam jumlah
yang normal yang tidak mengganggu. lon pengganggu tersebut antara lain:

1. Bromida, iodida, dan sianida yang menyebabkan ekivalen dengan konsentrasi


klorida.
2. Ion sulfida, tiosulfat dan sulfit menggaggu.
3. Ortofosfat yang lebih dari 25 mg/L mengganggu dengan membentuk endapan
perak fosfat. (4). Besi yang lebih dari 10 mg/L. mengaburkan titik akhir

MONOGRAFI :
a. Tablet Kalium klorida (fi ed III Hal 329)

NATRII CHLORIDUM
Natrium Klorida
KCI BM 74,55

Pemberian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma; tidak berwarna


atau serbuk butir putih; tidak berbau; rasa asin, mantap di udara.
Kelarutan : larut dalam 3 bagian air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat dan penggunaan : sumber ion kalium.
- Sifat – sifat fisika kimia
Bentuk : padatan
Berat molekul : 75,55 g/mol
Ph : -
Bau : tidak berbau
Titik didih : 1430oC ( 2588 oF)
Titik leleh : 770oC (1418oF)
Berat jenis : 1.987 (air = 1)
Kelarutan : larut dalam air dingin, air panas, sangat sedikit larut dalam
methanol, n-oktanol.
- Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Pernafasan : jika terhirup, bawa ke udara terbuka, jika tidak bernafas,
beri nafas buatan, jika sulit bernafas berikan oksigen, berikan
penanganan medis.
Terkena kulit : cuci dengan sabun dan air, oleskan kulit yang teritasi
dengan emmolienr, lakukan penanganan medis jika iritasi berlanjut, air
dingin juga dapat digunakan.
Terkena mata : perhatikan dan lepaskan jika menggunakan lensakontak,
jika tersentuh, segera bilas dengan banyak air sekitar 15 menit, dapat
menggunakan air dingin. Dapatkan perawatan medis.
Pencernaan : jika memaksa untuk muntah kecuali dibantu pihak medis,
jangan memberikan apapun melalui mulut jika dalam keadaan tak
sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang mengikat seperti kerah baju,
dasi, sabuk dan ikat pinggang.
b. AgNO3 (fi ed III Hal 97)

ARGENTI NITRAS
Perak Nitrat
AgNO3 BM 169,87

Pemberian : hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih; tidak


berbau; menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : antisepktikum ekstern, kaostikum.
- Sifat – sifat fisika kimia
Kenampakan : transparan, kristal tak berwarna.
Bau : tidak berbau.
Kelarutan : air 219g/100g@ 20oC (68F).
Berat jenis : 4.352
Ph: 6 (netral untuk lakmus).
Titik didih : 444c (831F) terurai.
Titik leleh : 212 C (414 F).
Densitas uap (udara = 1): 4.4
Tekanan uap (mm Hg): sangat rendah.
Kecepatan evaporasi (BuAc = 1): informasi tidak ditemukan
- Tindakan pertolongan pertama kecelakaan (P3K)
Pernafasan : hilangkan dengan udara segar, jika tidak bernafas, berikan
pernafasan buatan, jika sulit bernafas, berikan oksigen, mendapatkan
perhatian medis segera.
Jika tertelan : jangan menyedot langsung dengan mulut. Berikan
minuman yang banyak, jangan pernah memberikan sesuatu melalui
mulut kepada orang yang tidak sadar, segera beri pertolongan medis.
Kontak kulit : segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit, sambil dikedip – kedipkan. Segera beri pertolongan medis.
c. NaCI (fi ed III Hal 403)
NATRII CHLORIDUM
Natrium klorida
NaCI
Pemberian :Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan Sumber ion klorida dan ion natrium.
- Sifat -sifat fisika kimia
Bentuk : padat
Warna : putih
Bau : tidak berwarna
Ambang bau : tidak berlaku
Ph : 4,5 – 7,0 pada 100 g/l 20o C
Titk lebur : 801 o C
Titk didih/ rentang didih : 1.461 o C 1.013 hPa
Titik nyala : tidak berlaku
Laju penguapan : tidak tersedia informasi
Densitas : 2,17 g/cm3 pada 20o C
Sifat oksidator : tidak ada.
- Tindaka pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Setelah terhirup : hirup udara segar Jika napas terhenti: berikan napas
buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen
jika mungkin. Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi
dokter.
setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang mata.Lepaskan lensa
kontak banyak.Segera hubungi dokter.
Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari
anjuran pengobatan Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan
tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika
korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada
dokter secepatnya.

d. K2CrO4 (Ditjen POM, 1995)


KALII CROMAT
Kalium kromat

K2CrO4 BM 194
Pemberian : hablir kuning
Kelarutan: sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : sebagai indikator.
- Sifat – sifat fisika kimia
Bentuk : padat
Warna : kuning
Bau : tidak berbau
Ambang bau : tidak berlaku
Ph : 9,0 – 9,8 pada 50 g/l 20oC
Titik lebur : 9850 C
Titik didi/ rentang didih : tidak tersedia informasi
Titik nyala :tidak berlaku
Densitas :2,73 g/cm3 pada 18oC
Sifat peledak :tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak
Sifat oksidator : potensi mengoksidasi.
e. Aquadest ( fi ed III hal 96)
AQUA DESTILLATA
Air Suling
Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa Penyimpanan : dalam wadah tertutup.

III. Metodelogi
a. Alat dan Bahan
1. Alat
- Mortir dan stamper - Buret, klem, dan statif
- Erlenmeyer 250 ml - Gelas ukur 10 ml
- Pipet volume 10 ml - Labu takar 500 ml
- Corong - Beaker glass 100 ml, 250 ml, 500 ml
- Neraca analitik

2. Bahan
- Tablet kalium klorida
- AgNO3
- NaCl
- K2CrO4
- Akuades bebas CO2

b. Prosedur kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Primer NaCl 0,1000 N sebanyak 500 ml (BM:
58,5 g/mol; valensi: 1)
Bahan
➢ Ditimbang dengan seksama sejumlah NaCl yang telah
dikeringkan dalam oven pada suhu 105-120oC selama 1 jam
➢ Dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml, tambahkan 100 ml
akuades bebas CO2, aduk hingga larut
➢ Ditambahkan akuades bebas CO2 hingga tepat 500 ml

Hasil
2. Pembuatan Larutan Baku Sekunder AgNO3 0,1 N sebanyak 500 ml
(BM: 169,87 g/mol; valensi: 1)
Bahan
➢ Ditimbang sejumlah AgNO3 yang diperlukan, masukkan ke
gelas beaker
➢ Ditambahkan akuades bebas CO2 hingga 500 ml, aduk
hingga larut
Hasil

3. Pembuatan Indikator K2CrO4 5% sebanyak 100 ml


Bahan
➢ Dimasukkan 5 gram K2CrO4 ke dalam gelas beaker
➢ Ditambahkan akuades bebas CO2, aduk hingga larut
➢ Ditambahkan akuades bebas CO2 hingga 100 ml

Hasil

4. Pembakuan Larutan AgNO3 dengan Larutan Baku Primer NaCl


Bahan
➢ Pipet 10,0 ml larutan NaCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer
➢ Ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4
➢ Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan
merah bata/merah kecoklatan
Reaksi:
Ag+ + Cl-→ AgCl
2Ag+ + CrO4-→Ag2CrO4
Hasil

5. Penetapan Kadar Tablet Kalium Klorida dalam Tablet


Bahan
➢ Dimasukkan 1 tablet Kalium klorida yang telah digerus halus
dan ditimbang ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan
aquadest 10 ml
➢ Ditambahkan 1 ml (20 tetes) larutan indikator K2CrO4
➢ Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan
merah bata/merah kecoklatan
1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 18,02 mg teofilin
% kadar = V AgNO3 x N AgNO3 x Mr KCl (74,5 g/ml) x 100
Massa KCl

Hasil
IV. Hasil
Sampel : KSR 600 Mg
Zat dalam sampel : kalium klorida
Bentuk sediaan : tablet
Pembakuan larutan : AgNO3
Volume NaCI Volume AgNO3
10,00 mL 9,8 mL
10,00 mL 11,00 mL
10,00 mL 9,10 mL
10,00 mL 9,70 mL
Rata-rata : 10,00 mL 9,9 mL

Perhitungan pembakuan : V NaCI = V AgNO3 x N AgNO3


10,00 mL x 0,1000 N = 9,9 ml x N AgNO3
10,00 𝑚𝐿 𝑋 0,1000 𝑁
N AgNO3 =
9,9 𝑚𝐿

1
N AgNO3 = 9,9 𝑚𝐿

= 0,10 N

Penetapan kadar teofilin


Kandungan KCI Volume AgNO3
100 mg 10,9 mL
100 mg 17,00 mL
100 mg 11,70 mL
100mg 13,00 mL
Rata-rata : 100 mg 13,15 mL

𝑔
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 𝑀𝑟𝐾𝐶𝐿 (74,5 ) 𝑥 100%
Perhitungan kadar : % kadar = 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝐶𝐿
𝑔
13,15 𝑚𝐿 𝑥 0,10 𝑁 𝑥 74,5 𝑥 100%
= 𝑚𝑜𝑙
100 𝑚𝑔

= 97,97%
Kesimpulan : berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan, persentase kadar
kalisum klorida (KCl) memenuhi syarat yaitu rentang 90,0% - 110,0%. Hasil yang
didapatkan adalah 97,97%.

V. pembahasan
Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dengan
menggunakan larutan standar. Larutan standar merupaan larutan yang telah
diketahui konsentrasinya baik berupa asam maupun basa. Larutan standar asam
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan basa dan larutan standar basa
digunakan untu menetapkan konsentrasi larutan asam. Titik ekivalen adalah
keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan basa, pH larutan mengalami
perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai
(Supardi & Luhbandjono, 2006).
Titrasi argentometri adalah titrasi metode pengendapan yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.
Hasil yang diperlukan dari titrasi argentometri adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit. Tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi dan titik akhir titrasi menjadikannya mudah
diamati (Day & Underwood. 2002). Prinsip titrasi ini adalah titrasi dengan AgNO3
sebagai titran dan terbentuk endapan stabil yang tidak larut hasil reaksi Ag+ (NST
Sumayyah. 2019). Titrasi argentometri menggunakan perak nitrat sebagai titran
yang akan membentuk garam perak yang suar larut. Argentometri merupakan
metode umum yang digunakan untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
(Noviana, dk.. 2014).
Percobaan pertama pada praktikum ini yaitu standarisasi AgNO3 dengan larutan
NaCl. Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui.
Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang
diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume
larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat
dilakukan. akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia yang diperoleh dalam
bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya.
Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. Suatu larutan
lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu dengan
sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001). Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi
diketahui dari massa-volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standarisasi (Day & Underwood, 1986). Titik dimana reaksi telah selesai disebut
titik akhir teoritis. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan
perubahan sifat fisisnya, misalnya warna campuran yang bereaksi. Perubahan
warna ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan
suatu zat yang disebut dengan indikator. Titik dimana terjadi perubahan warna
indicator ini disebut dengan titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi sama
dengan titik akhir teoritis (Suryani, 2011).
Standarisasi larutan AgNO3 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan
AgNO3 agar dapat dijadikan larutan baku sekunder. Percobaan dilakukan diawali
dengan memasukkan sebanyak 10 mL NaCl ke dalam labu erlenmeyer kemudian
ditambah indikator K2CrO4 sebanyak 1 mL. Larutan berubah menjadi berwarna
kuning. Adapun fungsi dari K2CrO4 yaitu untuk mendeteksi kelebihan ion Ag+.
Setelah itu dikocok dan dititrasi dengan AgNO3 hingga berubah warna menjadi
merah dan terdapat endapan merah bata. Hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu
larutan berubah warna merah dan terdapat endapan merah bata, hal ini sesuai
dengan referensi. Perubahan warna dan adanya endapan menandakan bahwa titik
akhir titrasi telah tercapai (Day & Underwood, 1986). Pada percobaan ini. NaCl
terionisasi Reaksi yang terjadi antara NaCl dan AgNO3 yaitu:
NaCl + AgNO3→ AgCl + AgNO3 (Day & Underwood, 1986).
Pada percobaan ini, NaCl terionisasi menjadi Na dan Cl+ dan AgNO3 terionisasi
menjadi Ag+ dan NO3−. Saat dicampurkan maka akan terbentuk endapan AgCl
sehingga larutan berubah menjadi keruh. Endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi
NaCl + AgNO3 memiliki warna yang putih, namun setelah ion C− dari NaCl telah
habis beraksi maka ion Ag− akan bereaksi dengan ion CrO4²− dari indikator
K2CrO4, sehingga terbentuk endapan Ag2CrO4, yang berwarna merah bata. Titik
dimana saat AgNO3 habis bereaksi dengan NaCl disebut dengan titik ekuivalen
(Harvey, 2000). Reaksi yang terjadi antara AgNO3 dengan K2CrO4 yaitu:
2AgNO3 + K2CrO4→ Ag2CrO4 + 2KNO3 (Day & Underwood, 1986).
Percobaan kedua yaitu penetapan kadar kalium klorida dalam tablet KSR. Mula-
mula langkah yang dilakukan yaitu masukkan serbuk KSR kemudian ditambahkan
aquadest sebanyak 10 mL lalu digoyang-goyangkan tujuannya agar serbuk KSR
larut dalam aquadest, kemudian ditambahkan 1 mL K2CrO4. Selanjutnya larutan
dititrasi dengan AgNO3 sehingga terjadi perubahan warna yang menandakan
tercapainya titik akhir titrasi. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, ketika larutan
ditambah indikator K2CrO4 larutan yang awalnya tidak berwarna berubah menjadi
kuning. Saat dititrasi, larutan berubah warna lagi menjadi merah dan terdapat
endapan merah bata. Hal ini menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai
(Khopkar, 1990).
Ketentuan berdasarkan literature % kadar KCl tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0%. Pada praktikum ini kadar KCl yang didapat memenuhi syarat
yaitu 97,97%

VI. Kesimpulan
Dari Praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Titrasi argentometri yaitu titrasi untuk menetapkan kadar helogenida dan
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu
2. Kadar KCl yang didapat memenuhi syarat yaitu 97,97%.
Daftar pustaka

Khopkhar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi ke 4. Universitas Indonesia


Press, Jakarta.
Yurman (2009). Pengaruh Kadar Klorida Pada Air Sumur Gali. Disertasi Pascasarjan
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Day. R.A. dan Underwood A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif (4th ed.).
Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Oxtoby, D.W. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Suryani. (2011). Standarisasi Larutan. Jakarta: Erlangga
Noviana, Eka, dkk. (2014). Titrasi Argentometri dengan Cara Mohr dan Khar.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Supardi, K.I. dan G. Luhbandjono. (2006). Kimia Dasar II. Semarang: UPT UNNES
Press.
LAMPIRAN LEMBAR PENGAMATAN

1. Fathul Abdil Khobir 2. Ferry Herliwisandi

3. Fitroh Rezky Akbar Maulana 4. Gideon Zean Agasi


5. Herlyana 6. Iqklima syah ada

7. Jihan Khairunnisa 8. Juwanti


9. Khaisya Shabila 10. Maratus sholihah

11. Maya Sari 12. Moses Arnold Alparandi


13. Muhammad Amin
LAMPIRAN DOKUMENTASI
kelompok Pembakuan Penetapan kadar
1. 10,00 mL NaCI 1 mL indikator Serbuk KRS + Aquades 1mL indicator

Dititrasi Volume AgNO3 Dititrasi Volume AgNO3

Hasil pembakuan larutan Hasil penetapan kadar

2. 10,00 mL NaCI 1 mL indikator Serbuk KRS + Aquades 1mL indicator


Dititrasi volume AgNO3 Ditirasi Volume AgNO3

Hasil pembakuan larutan Hasil penetapan kadar

3. 10,00 mL NaCI 1mL indikator Serbuk ksr + aquades 1 ml indikator

Titrasi volume AgNO3 Titrasi volume AgNO3

Hasil pembakuan larutan Hasil penetapan kadar


4. 10.00 mL NaCI 1 Ml indikator Serbuk ksr + aquadest 1 Ml indikator

Titrasi volume AgNO3 Titrasi volume AgNO3

Hasil pembakuan larutan Hasil penetapan kadar

Anda mungkin juga menyukai