Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PLP


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Proses pendidikan di perguruan tinggi menuntut pencapaian kompetensi
mahasiswa secara optimal, baik dalam hal sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan.

Fakultas Tarbiyah dan Tadris (FTT) UINFAS Bengkulu


merupakan salah satu LPTK yang bertujuan menghasilkan para calon
sarjana pendidikan. Untuk itu FTT bertanggung jawab untuk membekali
para lulusannya dengan berbagai kompetensi, dari penguasaan bidang
studi, landasan keilmuan kegiatan mendidik, hingga strategi
menerapkannya secara profesional di lapangan.

PLP adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan guru profesional


pada jenjang Program Sarjana Pendidikan, berupa penugasan kepada
mahasiswa untuk mengimplementasikan hasil belajar melalui pengamatan
proses pembelajaran di sekolah/ lembaga pendidikan, latihan
mengembangkan perangkat pembelajaran, dan belajar mengajar
terbimbing, serta disertai tindakan reflektif di bawah bimbingan dan
pengawasan dosen pembimbing dan guru pamong secara berjenjang.

Pengenalan Lapangan Persekolahan II (PLP II) adalah tahapan


kedua dalam Pengenalan Lapangan Persekolahan Program Sarjana
Pendidikan yang dilaksanakan pada semester keenam atau ketujuh.
Sebagai tahap lanjutan dari PLP I, PLP II dimaksudkan untuk

1
memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan bidang studi
melalui berbagai bentuk aktivitas di sekolah

B. Tujuan PLP

Setelah mengikuti kegiatan PLP II para mahasiswa diharapkan


dapat memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan bidang studi
yang disertai dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi melalui kegiatan sebagai berikut:
1. menelaah kurikulum dan perangkat pembelajaran yang digunakan guru;
2. menelaah strategi pembelajaran yang digunakan guru;
3. menelaah sistem evaluasi yang digunakan guru;
4. membantu guru dalam mengembangkan RPP, media pembelajaran,
bahan ajar, dan perangkat evaluasi;
5. menelaah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran;
6. latihan mengajar dengan bimbingan guru pamong dan dosen
pembimbing PLP II, dengan tujuan merasakan langsung proses
pembelajaran, serta pemantapan jati diri calon pendidik;
7. melaksanakan tugas-tugas pendampingan peserta didik dan kegiatan
ekstrakurikuler; dan
8. membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan administasi
guru.

C. Manfaat PLP II

1. Manfaat bagi mahasiswa:


a. Mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman di bidang
kultur SMP Negeri 14 Kota Bengkulu.
b. Mendapatkan pengalaman melalui pengamatan terhadap proses
membangun kompetensi pedagogik, kepribadian, dan sosial di SMP
Negeri 14 Kota Bengkulu.
c. Mendapatkan pengalaman dan penghayatan melalui pengamatan
terhadap proses pembelajaran di kelas.

2
d. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara
interdispliner, sehingga dapat memahami adanya keterkaitan ilmu
dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang ada di SMP Negeri
14 Kota Bengkulu.
e. Memperoleh daya penalaran dalam melakukan penelaahan,
perumusan, dan pemecahan masalah pendidikan yang ada di SMP
Negeri 14 Kota Bengkulu.
f. Memperoleh pengalaman dan keterampilan untuk melaksanakan
pembelajaran di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu.
2. Manfaat bagi SMP Negeri 14 Kota Bengkulu:
a. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan antara SMP
Negeri 14 Kota Bengkulu dengan FTT UINFAS Bengkulu.
b. Memperoleh kesempatan untuk ikut serta dalam menyiapkan calon
sarjana pendididkan yang berdidikasi dan profesional.
c. Mendapatkan bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan teknologi dalam
merencanakan serta melaksanakan pengembangan sekolah/ madrasah.
3. Manfaat bagi FTT UINFAS Bengkulu:
a. Mendapatkan masukan yang berguna untuk penyempurnaan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
b. Membangun sinegritas antara sekolah/madrasah dengan FTT UINFAS
Bengkulu dalam mempersiapkan lulusan yang bermutu.
c. Mendapatkan umpan-balik tentang kompetensi akademik mahasiswa
FTT UINFAS Bengkulu.
d. Membina jaringan kerjasama dengan sekolah tempat magang dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pengembangan pendidikan
masyarakat.

3
BAB II
LAPORAN PELAKSANAAN LATIHAN PEMBELAJARAN

A. Perangkat Pembelajaran di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu


1. Perangkat Pembelajaran
a) Kurikulum K-13 dan Merdeka
Kurikulum yang digunakan adalah K-13 dan Kurikulum Merdeka.
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Modul.
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan masih
menggunakan RPP berdasarkan Karakter Bangsa dan Modul.
2. Proses Pembelajaran
a) Membuka pelajaran
Guru memberikan salam kepada peserta didik, langsung dijawab
oleh peserta didik. Selanjutnya guru mengondisikan kelas agar
peserta didik siap untuk menerima materi yang akan diberikan.
Pembukaan pembelajaran diikuti dengan melakukan presensi siswa
lalu kemudian guru memotivasi siswa agar lebih semangat dalam
mengikuti pembelajaran.
b) Penyajian materi
Guru menyampaikan materi dengan cara menjelaskan materi,
mengaitkan materi pembelajaran Sensor dan Tranduser dengan hal-
hal yang terjadi disekitar kita yang berkaitan dengan materi hingga
peserta didik paham dengan materi yang diberikan.
c) Metode pembelajaran
Dalam menyampaikan materi, guru menggunakan metode
pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.
d) Penggunaan bahasa
Dalam penyampaian materi guru menggunakan bahasa Indonesia
yang cukup formal dan diselingi dengan bahasa daerah yaitu bahasa
Jawa. Dengan mayoritas siswa dari Bantul maka materi yang
disampaiakan cukup dimengerti oleh siswa.

4
e) Penggunaan waktu
Satu kali pertemuan dalam mengajar di kelas adalah 3 jam pelajaran
atau 120 menit. Dalam pelaksanaan magang 3 waktu yang digunakan
dalam mengajar dibagi menjadi 3 tahapan. 15 menit pertama
digunakan mahasiswa untuk memberikan motivasi kepada siswa dan
melakukan pembukaan. Bagian kedua yaitu 90 menit digunakan
untuk penyampaian materi . Jam terakhir yang digunakan yaitu
dialokasikan 15 menit untuk melakukan evaluasi dan penutup.
f) Gerak
Gerak guru saat di dalam kelas meliputi:
1) Guru berdiri di depan kelas memberikan materi kepada peserta
didik.
2) Guru berkeliling di dalam kelas dimaksudkan agar siswa merasa
diperhatikan dan mengontrol siswa agar tidak gaduh di dalam
kelas.
g) Cara memotivasi siswa
Cara memotivasi siswa disaat siswa sudah mulai jenuh dengan
keadaan kelas, guru mengalihkan perhatian siswa dengan cara
sejenak, atau memutar video pembelajaran sehingga diharapkan
setelah itu siswa tidak lagi merasa jenuh dalam menerima materi.
h) Teknik bertanya
Teknik bertanya yang dilakukan oleh guru yaitu menanyakan
kembali materi sebelumnya, guru juga menanyakan materi yang baru
diberikan dengan secara acak kepada siswa, dan guru juga
memberikan contoh dan jawaban guna mengarahkan jawaban siswa
sehingga jawaban dari siswa benar.
i) Teknik penguasaan kelas
Teknik penguasaan kelas dilakukan dengan cara mengkondisikan
siswa agar selalu semangat, selalu memperhatikan saat guru
menjelaskan materi, menjaga agar siswa tidak jenuh, tidak ribut,
serta guru mampu membangkitkan motivasi siswa dalam

5
menumbuhkan rasa ingin tahu untuk dapat menguasai materi yang
telah diberikan.
j) Penggunaan media
Media pembelajaran yang digunakan saat guru mengajar adalah
Buku Pegangan yang diunduh melalui situs di internet, dan
whiteboard.
k) Menutup pelajaran
Guru menutup pelajaran dengan cara menyampaikan ringkasan
materi yang telah diberikan pada hari ini, kemudian guru juga
memberikan informasi mengenai materi apa yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya.
3. Perilaku siswa di luar kelas
Siswa ada yang istirahat di dalam kelas dan ada yang di kantin.
Dari observasi di atas didapatkan suatu kesimpulan bahwa kegiatan belajar
mengajar sudah berlangsung baik. Sehingga peserta magang 3 hanya
tinggal melanjutkan saja, dengan membuat persiapan mengajar seperti :
a. Rencana pelaksanaan pembelajaran
b. Menyusun materi pelajaran
c. Media pembelajaran
d. Kisi-kisi soal
e. Rekapitulasi Nilai
f. Analisis hasil belajar
g. Alokasi waktu
h. Soal evaluasi
Dalam pelaksanaan KBM, terbagi atas dua bagian yaitu praktik
mengajar terbimbing dan praktik mengajar mandiri. Dalam praktik
mengajar terbimbing mahasiswa dibimbing dalam persiapan dan
pembuatan materi, sedangkan praktik mengajar mandiri mahasiswa diberi
kesempatan untuk mengelola proses belajar secara penuh, namun demikian
bimbingan dan pemantauan dari guru tetap dilakukan.

6
B. Proses Pembelajaran
1. Membuka pelajaran
Guru memberikan salam kepada peserta didik, langsung
dijawab oleh peserta didik. Selanjutnya guru mengondisikan kelas
agar peserta didik siap untuk menerima materi yang akan
diberikan. Pembukaan pembelajaran diikuti dengan melakukan
presensi siswa lalu kemudian guru memotivasi siswa agar lebih
semangat dalam mengikuti pembelajaran.
2. Penyajian materi
Guru menyampaikan materi dengan cara menjelaskan
materi, mengaitkan materi pembelajaran Sensor dan Tranduser
dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita yang berkaitan dengan
materi hingga peserta didik paham dengan materi yang diberikan.
3. Metode pembelajaran
Dalam menyampaikan materi, guru menggunakan metode
pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.
4. Penggunaan bahasa
Dalam penyampaian materi guru menggunakan bahasa
Indonesia yang cukup formal dan diselingi dengan bahasa daerah
yaitu bahasa Bengkulu. Dengan mayoritas siswa dari Bengkulu
maka materi yang disampaiakan cukup dimengerti oleh siswa.
5. Penggunaan waktu
Satu kali pertemuan dalam mengajar di kelas adalah 3 jam
pelajaran atau 120 menit. Dalam pelaksanaan PLP waktu yang
digunakan dalam mengajar dibagi menjadi 3 tahapan. 15 menit
pertama digunakan mahasiswa untuk memberikan motivasi kepada
siswa dan melakukan pembukaan. Bagian kedua yaitu 90 menit
digunakan untuk penyampaian materi . Jam terakhir yang
digunakan yaitu dialokasikan 15 menit untuk melakukan evaluasi
dan penutup.
6. Gerak

7
Gerak guru saat di dalam kelas meliputi:
a). Guru berdiri di depan kelas memberikan materi kepada peserta
didik.
b). Guru berkeliling dan melihat keadaan siswa di dalam kelas
dimaksudkan agar siswa merasa diperhatikan dan mengontrol siswa
agar tidak gaduh di dalam kelas.
7. Cara memotivasi siswa
Cara memotivasi siswa disaat siswa sudah mulai jenuh dengan
keadaan kelas, guru mengalihkan perhatian siswa dengan cara
sejenak, atau melakukan ice breaking sehingga diharapkan setelah
itu siswa tidak lagi merasa jenuh dalam menerima materi. Ice
breaking juga membangun kembali semangat siswa dalam
melaksanakan Pembelajaran.
8. Teknik bertanya
Teknik bertanya yang dilakukan oleh guru yaitu
menanyakan kembali materi sebelumnya, guru juga menanyakan
materi yang baru diberikan dengan secara acak kepada siswa, dan
guru juga memberikan contoh dan jawaban guna mengarahkan
jawaban siswa sehingga jawaban dari siswa benar.
9. Teknik penguasaan kelas
Teknik penguasaan kelas dilakukan dengan cara
mengkondisikan siswa agar selalu semangat, selalu memperhatikan
saat guru menjelaskan materi, menjaga agar siswa tidak jenuh,
tidak ribut, serta guru mampu membangkitkan motivasi siswa
dalam menumbuhkan rasa ingin tahu untuk dapat menguasai materi
yang telah diberikan.
10. Penggunaan media
Media pembelajaran yang digunakan saat guru mengajar adalah
Buku Pegangan dan whiteboard.
11. Menutup pelajaran
Guru menutup pelajaran dengan cara menyampaikan
ringkasan materi yang telah diberikan pada hari ini, kemudian guru

8
juga memberikan informasi mengenai materi apa yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
12. Perilaku siswa di luar kelas
Siswa ada yang istirahat di dalam kelas dan ada yang di kantin.
Dari observasi di atas didapatkan suatu kesimpulan bahwa kegiatan
belajar mengajar sudah berlangsung baik. Sehingga mahasiswa
PLP II hanya tinggal melanjutkan saja, dengan membuat persiapan
mengajar seperti :
a). Rencana pelaksanaan pembelajaran
b). Menyusun materi pelajara
c). Media pembelajaran
d). Kisi-kisi soal
e). Alokasi waktu
f). Soal evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar , terbagi atas
dua bagian yaitu praktik mengajar terbimbing dan praktik mengajar
mandiri. Dalam praktik mengajar terbimbing mahasiswa dibimbing
dalam persiapan dan pembuatan materi, sedangkan praktik
mengajar mandiri mahasiswa diberi kesempatan untuk mengelola
proses belajar secara penuh, namun demikian bimbingan dan
pemantauan dari guru tetap dilakukan. Pamong memberikan
bimbingan dalam merancang perangkat pembelajaran, tehnik
mengajar, media yang akan digunakan serta metode yang nantinya
cocok digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

C. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement)
dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya. Istilah
evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun sangat
berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna evaluasi

9
pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu jalan yang
dapat ditempuh untuk menjalankan proses evaluasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang menyatakan bahwa
“evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan
program pendidikan”. Sehingga kedudukan evaluasi pendidikan mencakup
semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara total,
dan di dalamnya setidaknya terakomodir tiga konsep, yakni: memberikan
pertimbangan (judgement), nilai (value), dan arti (worth).
Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan
dengan tujuan evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi
merupakan faktor penting yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar
mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam proses evaluasi
dapat terjadi. Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam
pembelajaran dapat dilihat dari fungsi atau kegunaan yang dimilikinya.
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement)
dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya.Definisi di
atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013,
hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan. Pengertian evaluasi pembelajaran
menurut para ahli
1. Arikunto : Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan dapat tercapai (Arikunto, 2016, hlm. 3).
2. Rina Febriana :Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan
tentang pengumpulan dan penafsiran informasi, dalam menilai

10
(assessment) keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem
pembelajaran (Febriana, 2019, hlm. 1).
3. Zainal Arifin, Menurut Arifin (2017, hlm. 2) evaluasi adalah suatu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran.
4. Ralph Tyler: Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendefinisikan bahwa
evaluasi pembelajaran merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menemukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai.
5. Norman E. Gronlund: Menurut Gronlund (1976) dalam (Purwanto, 2013,
hlm. 3) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran
telah dicapai oleh siswa.
6. Wringth: Wringht dkk berpendapat evaluasi pendidikan adalah penaksiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau
nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Wringth dkk dalam
Purwanto, 2013, hlm. 3).
Tujuan Penilaian Hasil Belajar. Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya
sama bersinggungan dengan tujuan evaluasi belajar dan pembelajaran yang
dilaksanakan. Evaluasi merupakan faktor penting yang menjadi salah satu
tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting
untuk benar-benar mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai
dalam proses evaluasi dapat terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut
Arifin (2017, hlm. 15) adalah sebagai berikut.
a) Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan.
b) Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran.
c) Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d) Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

11
e) Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan
jenis pendidikan tertentu.
f) Menentukan kenaikan kelas.
g) Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
1. Tujuan Evaluasi Pembelajaran.
Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut Nana
Sudjana adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi
atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para
siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran
serta strategi pelaksanaannya.
d. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran
dapat dilihat dari fungsi atau kegunaan yang dimilikinya. Menurut Arifin
fungsi atau kegunaan yang dimiliki oleh evaluasi pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi formatif yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan
program remedial jika diperlukan bagi peserta didik.
b. Fungsi sumatif yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk
memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas,
dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
c. Fungsi diagnosik yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar
psikologis, fisik, dan lingkungan peserta didik yang mengalami

12
kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
d. Fungsi penempatan yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi
pembelajaran yang tepat (misalnya dalam menentukan program
spesialisasi) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana dikelompokkan menjadi
tiga fungsi, yakni sebagai berikut Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya
tujuan instruksional. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya.
3. Prinsip Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan pasal 5, dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil
belajar antara lain adalah sebagai berikut.
a. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.

13
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.
4. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
a. Pendekatan Tradisional
Menurut Arif pendekatan evaluasi tradisional berorientasi pada
praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang
ditujukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-
aspek keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapatkan
perhatian yang serius.Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut
untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih
difokuskan pada komponen produk saja, sementara komponen proses
cenderung diabaikan. Hasil kajian Spencer cukup memberikan
gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.
b. Pendekatan Sistem
Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan
melalui sistem atau totalitas dari berbagai komponen yang saling
berhubungan dan ketergantungan. Komponen evaluasi yang dimaksud
meliputi komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input,
komponen proses, dan komponen produk. Komponen-komponen ini
harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran
secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang hanya
menyentuh komponen produk saja. Mudahnya pendekatan ini tidak
hanya mempertimbangkan penilaian kognitif atau penguasaan mata
pelajaran saja. Namun melibatkan seluruh komponen yang ada,
misalnya keaktifan, afeksi, karakter, atau berbagai komponen lain yang
dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.
5. Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran.
Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari
pembeda atau dikotomi apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya.
Namun, pada umumnya evaluasi dalam pembelajaran biasa dibagi dari

14
segi teknik terlebih dahulu. Kemudian, masing-masing teknik akan
memiliki penilaian dan alat penilaian yang berbeda pula. Menurut (Teknik
evaluasi dibagi menjadi dua, yakni teknik tes dan teknik non-tes. Berikut
adalah penjelasannya.
a. Evaluasi Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika
dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena
penuh dengan batasanbatasan. Tes mempunyai fungsi ganda, yaitu
untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Menurut Heaton membagi tes menjadi empat
bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes
diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown
menambahkan satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-
masing penjelasan mengenai jenis tes tersebut sama saja dengan
penjelasan fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.
Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua
jenis, yakni: tes uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah
pemaparannya.
1) Tes Bentuk Uraian (Esai)
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk
menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan
kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda
satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau sempitnya materi yang
dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni
sebagai berikut. Uraian Terbatas Dalam menjawab soal bentuk
uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal
tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta
didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang
terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas
yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya. Uraian Bebas
yakni peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat

15
sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru
tetap harus mempunyai acuan dan patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik nanti.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada
penilaian atas kemampuan siswa dengan soal menjelaskan jawaban
yang benar atau yang salah soal dengan bobot nilai yang tetap.
Dalam tes ini subjektivitas guru ketika melakukan pemberian nilai
tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh. Terdapat beragam
macam tes objektif meliputi beberapa jenis di bawah ini.
a) Tes pilihan alternatif bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh
butir soal yang diikuti oleh dua penilaian. Dari dua pilihan siswa
diminta memilih salah satu yang dianggap paling tepat.
b) Tes pilihan ganda tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes
dengan jawaban tersedia atas 3 atau 4 serta option pilihannya dan
hanya satu jawaban yang tepat.
c) Tes pilihan menjodohkan soal bentuk menjodohkan atau
memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan
jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing
premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama,
tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan
sejenisnya digunakan sebagai premis.
d) Tes bentuk benar atau salah benar tes benar salah ditekankan
mengandung atau tidaknya kebenaran dalam pernyataan yang
hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab dengan
menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau
benar dalam arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

16
b. Evaluasi Non Tes.
Menurut Hasyim evaluasi non test adalah penilaian yang
mengukur kemampuan peserta didik secara langsung dengan tugas-
tugas yang riil. Evaluasi non tes memiliki sifat yang lebih
komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek
dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran
berlangsung. Beberapa jenis evaluasi non tes menurut Arikunto adalah
sebagai berikut.
1. Sekala bertingkat . Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk
angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim
mengatakan “Rating gives a numerical value to some kind of
judgement” maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
2. Angket. Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Angket merupakan
instrumen evaluasi nontes yang berupaya mengukur diranah afektif
di dalam kelas maupun diluar kelas.
3. Daftar cocok. Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-
singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan
tanda cocok (√ ) ditempat yang sudah disediakan.
4. Wawancara. Merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab
sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden
tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Pengamatan atau observasi. Pengamatan atau observasi adalah teknik
penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indra secara
langsung. Pengamatan atau observasi merupaka suatu kegiatan yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan suatu tindakan telah
dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan yang dilakukan.
Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan instrumen (formulir)
yang sudah dirancang sebelumnya

17
C. Jurnal Reflektif
Jurnal Reflektif Guru merupakan kumpulan catatan perenungan dan
analisis guru tentang proses pembelajaran sehari-hari di kelas serta rencana
tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungannya. Jurnal
refleksi guru bukan buku agenda pembelajaran yang hanya mencatat
peristiwa dan proses pembelajaran dari waktu ke waktu, tapi guru merekam
refleksi dan pemikirannya. Yang dituliskan dalam jurnal refleksi biasanya
difokuskan pada tanggapan atau penilaian seorang guru tentang apa yang
dipelajari.
Untuk dapat menjadi seorang guru yang reflektif dan dapat
mengembangkan kompetensi pedagogik sebagaimana di uraikan di atas,
maka disarankan kepada setiap guru uuk menyiapkan jurnal refleksi guru.
Melalui jurnal refleksi guru ini, seorang guru dapat menuliskan proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan, menuliskan kekuatan dan
kelemahannya, mengevaluasi proses pembelajaran, merumuskan langkah-
langkah perbaikan dan merencanakan pelaksanaan perbaikan.
Berikut ini salah satu contoh jurnal refleksi guru setelah
melakukan proses pembelajaran di kelas:

JURNAL REFLEKSI IDENTITAS


Nama Mahasiswa : Imelia Dwita Anggraini
Nama Sekolah : SMP Negeri 14 Kota Bengkulu
Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya jawab dan make a match
Hari, Tanggal Pembelajaran : Kamis, 4 September 2023
DESKRIPSI
A. Kelebihan-kelebihan Pembelajaran
1. Siswa terlihat lebih aktif dan mengikuti pembelajaran
2. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran
3. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
menggunakan metode make a match

18
4. Dengan menggunakan metode make a match memudahkan
siswa memahami materi
B. Kekurangan-kekurangan pembelajaran
1. Kesulitan dalam menyesuaikan waktu pembelajaran
2. kesulitan untuk mementau pemahaman siswa yang tidak aktif
3. masih terdapat siswa yang kesulitan dalam memahami materi
C. Rencana tindakan untuk mempertahankan kelebihan
pembelajaran
1. Dapat meyesuaikan waktu yang sesuai pada rpp ajar
2. Bisa memantau siswa dengan baik serta melakukan pendekatan
dengan siswa dalam pembelajaran
3. Bisa membuat suasana kelas menjadi hidup dan menyenangkan
D. Rencana Tindakan untuk mengatasi kekurangan
pembelajaran.
1. Menyesuaikan waktu pada rpp dengan pelaksanaan
pembelajaran.
2. Memberikan pendampingan lebih pada siswa yang masih
kesulitan.
3. Menjelaskan dengan bahasa yang mudah di pahami peserta
didik.
4. Membuat media pembelajaran yang lebih menarik.
E. Kesesuaian metode pembelajaran dengan pencapaian
tujuan pembelajaran.
Model ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yang
sebelumnya siswa kurang aktif dalam pemeblajaran dengan model
pembelajaran ini siswa menjadi antusias dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
F. Praktek baik yang dapat direkomendasikan dari
pembelajaran.
Pembelajaran yang inovatif akan memberikan dampak positif
pada peserta didik dengan ditandai peserta didik menjadi lebih
aktif, kreatif dan temapil dalam mengikuti pembelajaran. Maka

19
dari itu pendidik harus berinisiatif untuk mendesain dan
melaksanakan pembelajaran dengan media yang menarik.
G. Catatan tambahan.
Pendidik harus dapat mendesain pembelajaran sesuai dengan
karakter peserta didik. Pembelaran yang baik adalah pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dan dapat membuat peserta didik
aman dan nyaman dalam belajar.

20
BAB III
ANALISIS HASIL LATIHAN PEMBELAJARAN

A. Perangkat Pembelajaran
1. Mengajar Mata Pelajaran
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Pembelajaran diselenggarakan untuk merealisasikan
apa yang tercantum dalam dokumen baik yang telah dikembangkan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan guru. Pada dasarnya, pembelajaran
adalah realisasi langsung dari rancangan guru yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yaitu:
a) berpusat pada peserta didik,
b) mengembangkan kreativitas peserta didik,
c) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,
d) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan
e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang
apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran. Secara garis
besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai sasaran. Materi pembelajaran dipilih

21
seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan,
urutan, dan perlakuan terhadap materi pembelajaran tersebut.
2. Mendiagnosis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan
dalam proses belajar siswa. Kesulitan belajar siswa bermacam-macam baik
dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran, atau keduanya. Setiap
siswa pada prinsipnya mempunyai hak untuk mencapai prestasi belajar yang
memuaskan. Namun kenyataannya, siswa memiliki perbedaan, baik dalam
hal kemampuan intelektual, maupun fisik, latar belakang keluarganya,
kebiasaan maupun pendekatan belajar yang digunakan. Perbedaan itulah
yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar setiap siswa sehingga
menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat
berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan
belajar. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajar ini
mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah,
rutinitas sehar-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam
hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita menyatakan
bahwa kesulitan ini berengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu,
bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka,
sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain
kehidupan mereka.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan
proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam
belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara
menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Kesulitan belajar yang kami temukan di SMPN 14 Kota Bengkulu :
a) Terdapat anak yang tidak memperhatikan guru saat pembelajaran
berlangsung.
b) Terdapat anak yang bermain saat belajar.

22
c) Terdapat anak yang sulit memahami pelajaran.
3. Analisis Soal
Analisis soal adalah pengujian terhadap mutu soal agar diperoleh
informasi tentang karakteristik soal tersebut. Analisis soal secara klasik
adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta
didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan
menggunakan teori tes klasik. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis
butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi tingkat
kemudahan butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban
(untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan
jawaban.

B.Proses Pembelajaran
Pengkondisian proses pembelajaran di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu
berjalan dengan baik. Pada saat masuk kelas guru menyapa siswa terlebih
dahulu, memberikan ice breaking agar para siswa semangat dan merasa
nyaman di kelas. Kemudian guru mengecek kehadiran para siswa dikelas dan
menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru mengulas
sedikit materi pada pertemuan sebelumnya dan masuk ke materi selanjutnya.
C.Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya melalui
cara yang sistematis . Evaluasi pembelajaran di SMP Negeri 14 Kota
Bengkulu menggunakan kegiatan pemberikan soal pilihan ganda atau esay
yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa PLP II sesuai dengan prodi
masing-masing dengan bimbingan guru pamong .

23
BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KEPENDIDIKAN LAINNYA

A. Kegiatan Tambahan

1. Upacara Bendera Merah Putih

Pada awal hingga akhir kami melaksanakan kegiatan PLP II di


SMP Negeri 14 Kota Bengkulu, kami melakukan kegiatan mingguan
yaitu upacara bendera merah putih setiap hari senin yang berlokasi di
lapangan SMP Negeri 14 Kota Bengkulu dari pukul 07:00 WIB
hingga pukul 07:50 WIB. Kegiatan upacara bendera merah putih
pagi ini di ikuti oleh seluruh siswa, serta guru dan staff TU Kegiatan
ini adalah salah satu tujuan untuk menghormati rasa nasionalisme
dan cinta tanah air.

2. Pembinaan Imtaq/Zikir Bersama

Pada minggu pertama hingga ke delapan kami melaksanakan


kegiatan PLP II di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu, kami melakukan
kegiatan mingguan yaitu Pembinaan Imtaq yang berlokasi di Masjid
Al-Munawarroh Kota Bengkulu pada hari jum’at dari pukul 07:00
WIB hingga pukul 07:50 WIB. Kegiatan Imtaq pagi ini di ikuti oleh
siswa yang bertugas dan seluruh kelas IX , serta guru dan staff TU
Kegiatan ini adalah salah satu tujuan untuk menciptakan Bengkulu
kota yang religius.

3. Senam Pagi Bersama-sama

Pada minggu pertama hingga minggu ke delapan kami


melaksanakan kegiatan PLP II di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu,
kami melakukan kegiatan senam pagi bersama-sama pada hari jum’at
dari pukul 07:00 WIB hingga pukul 07:50 WIB. Kegiatan senam
pagi ini di ikuti oleh seluruh siswa, serta guru dan staff TU. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan Bengkulu Sehat.

24
4. Upacara memperingati hari-hari besar

Bertepatan dengan pelaksanaan PLP II yang dilakukan di bulan


Agustus, kami ikut memperingati hari kemerdekaan yang ke-78
dengan ikut serta melaksanakan lomba, upacara bendera serta ikut
ambil menjadi petugas upacara bendera. Upacara bendera di
laksanakan di lapangan SD Negeri 60 Kota Bengkulu dari pukul
08:00 WIB – selesai.

5. Kegiatan Literasi( pembacaan kitab suci dan do’a)

Pada minggu pertama hingga ke delapan kami melaksanakan


kegiatan PLP II di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu, kami melakukan
kegiatan mingguan yaitu Kegiatan Literasi yang berlokasi di ruang
kelas (bagi muslim) dan ruang laboraturium ipa ( bagi non-muslim)
pada hari selasa-kamis dari pukul 07:15 WIB hingga pukul 07:30
WIB. Kegiatan literasi pagi ini di pandu oleh guru agama dan di
ikuti seluruh siswa, serta guru dan staff TU Kegiatan ini adalah salah
satu tujuan untuk menciptakan Bengkulu kota yang religius.

25
BAB V
PENUTUP
A. Refleksi
Berdasarkan pengamatan kami dalam Pengenalan lapangan
persekolahan (PLP) II dilaksanakan di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu
yang bertepatan pada Jl Mangga raya, Kota Bengkulu. SMP Negeri 14
Kota Bengkulu merupakan sekolah yang berdiri sejak tahun 1985. Sekolah
ini memiliki kelas 22 kelas. Sejalan dengan perkembangannya fasilitas di
sekolah ini secara perlahan di SD Negeri 60 Kota Bengkulu sudah
memadai, di sekolah sudah terdapat perpustakaan, UKS, Mushola dan
ruang guru.
Kegiatan telah dilaksanakan dengan baik meliputi observasi sekolah,
lingkungan sekolah, dan kegiatan pembelajaran di setiap kelas.
Berdasarkan kegiatan tersebut, khususnya observasi kelas, kami
memperoleh menyangkut hal – hal sebagai berikut :
Sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah maupun di kelas yang
berkaitan dengan proses pembelajaran secara umum sudah cukup baik.
Terlihat dari kondisi bangunan yang masih kokoh dan baik serta keadaan
bangku yang memadai. Selain itu terdapat buku mata pelajaran dari kelas
dengan jumlah cukup. Adanya sarana prasarana tersebut sangat membantu
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pada kegiatan observasi, guru pamong dan dosen pembimbing
mempunyai peran yang sangat penting. Kualitas guru pamong cukup baik.
Dalam proses pembelajaran, guru pamong dapat menyampaikan materi
dengan baik melalui berbagai model, dapat mengatasi siswa–siswa yang
membuat masalah di kelas, dan melakukan pendekatan dengan siswa.
terhadap praktikan, guru pamong senantiasa memberikan saran–saran dan
nasihat yang berguna untuk pelaksanaan mengajar nantinya. Begitu pula
dengan kualitas dosen pembimbing yaitu bapak Dayun Riadi, M.Ag Beliau
juga senantiasa memberikan petunjuk dan motivasi pada praktikan dalam
pelaksanaan PLP II.

26
Kualitas pembelajaran di SD Negeri 60 Kota Bengkulu secara umum
sudah cukup baik. Meskipun cara pembelajaran masih banyak yang
menggunakan metode konvensional namun materi dapat tersampaikan
dengan cukup baik pada siswa. Terdapat beberapa guru yang telah
menggunakan pembelajaran yang inovatif sehingga pembelajaran
berlangsung menyenangkan. Tersedianya buku pelajaran sangat membantu
proses pembelajaran sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik
meskipun media dan metode yang digunakan guru masih sederhana.
Sebelum melaksanakan PLP kami telah menempuh berbagai mata
kuliah umum dan keguruan serta beberapa simulasi dan micro teaching
sehingga bekal materi dirasa cukup. Namun masih sangat kurang dari segi
pengalaman. Melalui kegiatan inilah praktikan dapat mengamati cara guru
dalam mengajar sehingga praktikan mendapatkan pengalaman tentang cara
mengajar. Dengan bekal berupa materi, pembelajaran inovatif, dan
pengamatan, praktikan merasa mampu untuk melakukan pengajaran di SD
tentunya dengan senantiasa belajar dari waktu ke waktu.
Setelah melaksanakan PLP II kami mendapatkan beberapa nilai
tambah diantaranya kami dapat memahami membandingkan secara
langsung pembelajaran yang menyenangkan (inovatif) dan yang tidak
menyenangkan (konvensional), mengetahui cara menangani siswa yang
membuat masalah di kelas, serta dapat berlatih bersosialisasi dengan
lingkungan sekolah. Selama PLP kami mendapatkan banyak pengalaman
seperti bagaimana caranya berinteraksi dengan peserta didik, bagaimana
cara menjalin silahturahmi dengan para guru maupun peserta didik, cara
mengkondisikan kelas saat belajar, disini kami juga diajarkan bagaimana
cara membuat perangkat pembelajaran.
B. Rekomendasi
Secara umum SD Negeri 60 kota bengkulu sudah cukup baik. Saran
bagi sekolah yaitu sebaiknya dari lebih mengoptimalkan pembelajaran
inovatif.
Rekomendasi yang dapat diberikan selama melaksanakan PLP II
adalah sebagai berikut :

27
1. Kepada SD Negeri 60 Kota Bengkulu sudah cukup baik. Rekomendasi
bagi sekolah yaitu sebaiknya dari lebih mengoptimalkan pembelajaran
inovatif. Mengaktifkan kembali kegiatan ekstrakulikuler guna
mengembangan kemampuan siswa secara non formal.
2. Kepada seluruh mahasiswa PLP II hendaknya dapat senantiasa
menjaga hubungan baik dengan teman seperjuangan, senantiasa
menciptakan suasana kekeluargaan yang aman sehingga masing-
masing anggota merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya.
3. Kepada seluruh mahasiswa PLP II hendaknya juga senantiasa
menjaga hubungan baik dan keakraban dengan pihak sekolah, mulai
dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru dan staf TU, siswa serta
pihak-pihak lainnya yang ada disekitar lingkungan sekolah.
Kami menyadari bahwa pada laporan PLP II ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Kami menyarankan kepada teman-
teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai tambahan
dari apa yang telah kami uraikan di atas. Serta, kritik dan saran yang
membangun agar pada penulisan laporan magang selanjutnya akan lebih
baik lagi.

28

Anda mungkin juga menyukai