Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kerja sama (syirkah) dalam pemahaman Islam baik dari segi
defenisi, sumber hukum, rukun dan syarat, macam dan jenis serta berakhirnya suatu syirkah. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah murni tinjauan literatur yang ada. Adapun literatur yang digunakan
berasas dari Al-Quran, hadist dan pendapat dari para mazhab dan, para ahli hukuPm Islam.
Melihat dari makna dari syirkah itu sendiri bahwa ia adalah bentuk percampuran (perseroan)
dalam Islam yang pola operasionalnya melekat prinsip kemitraan usaha dan bagi hasil. Syirkah
merupakan sebuah konsep yang justru dapat menyelesaikan masalah permodalan. 1 Syirkah sendiri
memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat. Stagnasi ekonomi sering terjadi karena
ketidakmampuan pemilik modal untuk mengelola modalnya sendiri atau sebaliknya memiliki kapasitas
untuk mengelola modal tetapi tidak memiliki modal, hal tersebut dapat diselesaikan dalam syirkah yang
dapat dipertanggungjawabkan dalam syariah Islam. Tulisan ini berusaha mengungkap syirkah dari sudut
pandang dan praktis melalui studi literatur dan observasional dari beberapa lembaga keuangan syaria.
Kata kunci: Syirkah, Sumber hukum, Waktu berakhirnya Syirkah.
1
Saripudin, Udin. 2016. SYIRKAH DAN APLIKASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Jurnal, STAI Bhakti
Persada Bandung. Diakses dari http://123dok.com/document/ye3pkg4q-syirkah-dan-aplikasinya-dalam-lembaga-
keuangan-syariah.html
1|Hukum Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
Pendahuluan
Manusia sebagai obyek hukum tidak mungkin hidup di dunia ini sendiri tanpa hubungan sama
sekali dengan manusia lainnya ,guna memenuhi hajat dan kelangsungan hidupnya termasuk masalah
ekonomi. Kehidupan manusia merupakan satu kesatuan yang menciptakan hubungan timbal balik antara
manusia, sehingga menciptakan tatanan sosial yang kompleks, yang memerlukan peraturan hukum untuk
mengaturnya, Eksistensi manusia sebagai makhluk sosial sudah merupakan fitrah yang ditetapkan
ALLAH SWT kepada manusia .dalam kaitan ini islam datang dengan dasar-dasar dan prinsip yang
mengatur secara baik persoalan muamalah yang dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sosial
mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam bentuk pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan
pertukaran manfaat dalam segala aspek kehidupannya, indusri dan lain-lain. Kemudian salah satu hal
yang diharamkan dalam sistem ekonomi islam adalah riba. selain riba, islam juga suatu bentuk kerja sama
bisnis yang sifatnya menipu dan dilandasi dengan ketidakjujuran sehingga dapat merugikan orang
lain,oleh karna itu islam menghadirkan syirkah sebagai bentuk kerjasama yang adil dan saling
menguntungkan. Dan segala hal yang berkaitan dengan pengertian,syarat,rukun dan yang lainnya akan
dibahas dalam makalah yang saya susun
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas ,perlunya kita memahami akad syirkah wujuh, landasan
hukum yang mengatur tentang syrikah wujuh ,rukun dan syarat syirkah wujuh ,masalah yang terjadi
dalam syirkah wujuh .maka didapatkan rumusan masalah kerjasama akad syirkah wujuh sebagai berikut
“ Syirkah wujuh dalam konsep kerasama yang saling menguntungkan”
Tujuan
1.Dapat memehami pengertian dan masalah Syirkah wujuh
2.Mengetahui landasan hukum yang mengatur tentang Syirkah wujuh
3.Mengetahui rukun dan syarat Syirkah wujuh
Pembahasan
Pengertian dan Permasalahan Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh merupakan persekutuan dua orang atau lebih dengan modal harta dari pihak luar
untuk mengelola modal bersama-sama tersebut dengan membagi keuntungan sesuai dengan
kesepakatan ,Disebut syirkah wujuh karna didasarkan pada kedudukan ,ketokohan atau keahlian
seseorang ditengah masyarakat .
Dalil yang menjadi acuan diperbolehkanya akad syirkah ini adalah diasari kepada hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah S.A.W telah bersabda :
رواه ابو داود عن ابي هريرة قال رسول ا هلل صلى ا هلل عليه وسلم قال اهلل أنا ثالث الشركين ما لم يخن أحدهما صاحبه
Artinya : "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: Allah SWT berfirman:Aku adalah kongsi ketiga
dari dua orang yang berkongsi selama salah seorang kongsi tidak mengkhianati kongsinya, apabila ia
mengkhianati maka aku keluar dari pengkongsian itu ( HR.Abu Dawud)
2. Pendapat yang tidak membolehkan
Menurut Syafiiyah dan Malikiyah, syirkah ini termasuk dalam akad yang batal, karena menurut
mereka syirkah harus berkaitan dengan harta atau pekerjaan, dan tidak ada dalam akad syirkah ini. 5
Syirkah wujuh dalam konsep kerjasama yang saling menguntungkan dalam Islam
Salah satu yang dilarang dalam sistem ekonomi islam ialah riba. Selain riba, Islam juga
mengharamkan suatu bentuk kerjasama bisnis yang menipu berdasarkan ketidakjujuran untuk merugikan
orang lain. Oleh karena itu, Islam menghadirkan syirkah sebagai bentuk kerjasama yang adil dan saling
menguntungkan, dan keuntungan dalam musyarakah akan dibagi diantara mitra bisnis berdasarkan bagian
yang telah ditentukan sebelumnya. Bagi hasil masing masing pihak harus ditentukan berdasarkan bagian
atau presentase. Keempat ulama tersebut tidak menerima secara pati besaran pada akad mudharabah. 6 Ada
kesepakatan yang menyatakan bahwa baik dalam syirkan maupun mudharabah tidak ada jumlah yang
pasti yang dapat ditetapkan bagi salah satu pihak. Pendapat tersebut menunjukan bahwa dalam bagi hasil,
pelaku usaha dapat menetapkan besaran bagian tersebut melalui kesepakatan bersama, sebagaimana yang
telah disepakati dalam akad mudharabah, namun dalam syirkah pendapat ini hanya didukung oleh para
ahli fiqih penganut mazhab hambali dan Hanafi. Syirkah harus mencerminkan jumlah modal yang
ditanamkan. 7 Menurut para ahli fiqh pengikut Hanafi, dalam syirkah keuntungan yang dibagikan kepada
setiap rekanan harusditetapkan sesuai total keuntungan, bukan berdasarkan jumlah uang tertentu.
Keuntungan juga wajib dibagi kepada pihak yang memperoleh modal melalui mudharabah dan kepada
pemilik modal ditetapkan dengan suatu ukuran keuntungan yang sederhana, misalnya; seperdua,
sepertiga, atau seperempat. Sebagaimana dalam perjanjiandibagikan sesuai jumlah bagian atas jumlah-
jumlah modal yang diinvestasikan yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa suatu jumlah uang
tertentu sebagai keuntungan tidak dapat dibagi pada pihak manapun.Pendapat dari pengikut Hambali
sama dengan pengikut hanafi, yaitu bahwa keuntungan harus dibagikan diantara (para rekanan) sesuai
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sepanjang bentuk mudharabah atau musyarakah utu dianggap
sederhana, maka tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah tersebut. Dan tidak boleh ditetapkan untuk
menambah jumlah dirham lebih dari modal yang diinvestasikan kepada satu pihak tertentu. Jika ada salah
5
Erwan, Fadli. 2011. Syirkah Menurut Hukum Islam. Diakses dari
https://fadlierwan.blogspot.com/2011/12/syirkah-menurut-hukum-islam.html
6
Saripudin, Udin. 2016. SYIRKAH DAN APLIKASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Diakses dari
https://123dok.com/document/ye3pkg4q-syirkah-dan-aplikasinya-dalam-lembaga-keuangan-syariah.html
7
Ibid.
4|Hukum Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI 2021
satu dari kedua pihak menetapkan satu jumlah dirham tertentu dalam syirkah atau mudharabah, maka itu
tidak dapat disahkan (Siddiqie, 1996).
Syaratnya;
Terbagi menjadi dua tiga yaitu
a) Syarat lafadz ,kalimat akad hendaklah mengandung arti izin untuk menjalankan barang
perserikatan .misalnya,salasatu pihak diantara keduanya berkata”kita berserikat untuk barang yang
ini ,dan saya izinkan kau menjalankanya dengan jalan jual beli dan lain-lain” jawab pihak lainnya “Saya
seperti yang engkau katakan tersebut”
b) Syarat untuk menjadi anggota perserikatan adalah berakal,baligh dan merdeka.
c) Syarat dari modal perkongsian
- Modal hendaknya berupa uang (emas atau perak)ataupun barang yang dapat ditimbang atau
ditakar ,contohnya beras,gula dll.
- Kedua barang itu hendaknya dicampurkan sebelum akad sehingga kedua barang tidak bisa di di
bedakan lagi
Daftar pustaka
Mardani. 2012. Fiqih Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Pranademedia Group. hlm 26
Pengertian Syirkah : Jenis, Dalil, Rukun dan Syarat
dosenpintar.com
A. Masadi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
An-Nabahan, Faruq. 2000. Sistim Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistim Kapitalis
dan Sosialis, terjemahan. Yogyakarta: UII Press.
An-Nabhani, Taqiyyudin. 1996. Membangun Sistim Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,