Makalah Pengecoran Logam Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PENGERJAAN AKHIR DAN PERLAKUAN PANAS DARI CORAN

Dosen Pengampu Matakuliah :


Dr. Ir. Riski Elpari Siregar, M.T.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


NAMA NIM
Daffa dimas biantara 5223520014
Benni Ferianda saragih 5223520036
Noel a siallagan 5223520034
Brema Stepanus Tarigan 5223520022

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN D3 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan Kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah pengecoran logam
berjudul pengerjaan akhir dan perlakuan panas pada coran.

Kami sudah menyelesaikan makalah berjudul Pengerjaan akhir dan perlakuan panas dari
coran. Ini disusun guna memenuhi tugas pak Dr. Ir. Riski Elpari Siregar, M.T. pada
matakuliah Teknik pengecoran di Fakultas Teknik UNIMED. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pengerjaan akhir
dan perlakuan panas dari coran.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu matakuliah


pengecoran logam Pak Dr. Ir. Riski Elpari Siregar, M.T. Karna sudah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul pengerjaan akhir dan
perlakuan panas dari coran.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, oktober 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
2.1 Menyingkirkan pasir dari rangka cetak ......................................................................................... 5
2.1.1 Memisahkan coran dari cetakan ............................................................................................ 5
2.1.2 Alat alat penyingkir pasir dan pembersih permukaan coran ................................................. 5
2.1.3 Penemppatan pasir yang dikeringkan .................................................................................... 7
2.2 Penyelesaian ................................................................................................................................. 8
2.2.1 Penyingkiran saluran turun dan penambah ........................................................................... 8
2.2.2 Penyelesaian .......................................................................................................................... 8
2.3 Perbaikan pada pengecoran........................................................................................................ 10
2.3.1 Perbaikan dengan pengelasan ............................................................................................. 10
2.3.2 Perbaikan secara mekanik .................................................................................................... 14
2.3.3 Impregnasi............................................................................................................................ 14
2.3.4 Cara-cara lain untuk perbaikan ............................................................................................ 14
2.4 Perlakuan Panas dari Coran ........................................................................................................ 14
2.4.1 Perlakuan panas dari besi cor .............................................................................................. 15
2.4.2 Perlakuan panas untuk besi cor mampu tempa .................................................................. 16
2.4.3 Perlakuan panas dari besi cor liat ........................................................................................ 16
2.4.4 Perlakuan panas untuk baja cor ........................................................................................... 16
2.4.5 Perlakuan panas untuk coran paduan tembaga................................................................... 19
2.4.6 Perlakuan panas untuk coran paduan aluminium ............................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setelah proses pengecoran selesai, pasir harus disingkirkan dari rangka cetakan dan dari
coran, kemudian saluran turun, saluran masuk, penambah dipisahkan dari coran dan akhirnya
sirip-sirip dipangkas serta permukaan coran dibersihkan. Semua pekerjaan itu dilakukan secara
mekanik atau dengan tangan, tetapi dianjurkan agar sebanyak mungkin pekerjaan itu dilakukan
secara mekanik Proses pengerjaan akhir dibagi men- jadi dua macam, pertama penyingkiran
pasir cetak dan pasir inti sebanyak mungkin dari coran dan dari cetakan dan kedua adalah
proses pemahatan untuk menyingkirkan sirip-sinp dan pasir yang masih melekat pada coran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.Apa itu pengerjaan akhir dan perlakuan panas dari coran?
2. Bagaimana menyingkirkan pasir dari rangka cetak?
3. Apa itu perlakuan panas dari coran?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami system pengerjaan akhir dari erlakuan panas dari coran
2. Memahami bagaimana menyingkirkan pasir dari ranyka cetak
3. Untuk memahami perlakuan panas dari coran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menyingkirkan pasir dari rangka cetak
2.1.1 Memisahkan coran dari cetakan
Proses pengambilan coran dari cetakan adalah berbeda-beda tergantung padajenis dan cara
pembuatan cetakan. (1) KETIKA MENGGUNAKAN DRAG DENGAN RIBSDalam hal ini
sebelum dilakukan pemisahan coran dari drag, kup dan drag dipi- sahkan lebih dulu. Kup
diangkat dengan pengangkat, dalam hal ini ada dua kemung kinan yaitu apakah coran diangkat
bersama kup atau tetap tinggal dalam drag. Kalau kup diangkat bersama coran, maka harus
langsung dipisahkan ke mesin pembongkar di mana bagian terbanyak dari pasir yang melekat
pada coran dan kup akan terlepas dan kemudian coran dibawa ke proses berikutnya yaitu pada
konveyor getar, mesin pemukul atau sebangsanya, sedangkan kup dipindahkan kembali ke
bagian pembuatan cetakan, Demikian juga halnya dengan drag dikembalikan ke bagian
pembuatan cetakan, setelah pasir disingkirkan. Kalau coran ditinggal dalam drag, kup
kemudian diangkat, dan coran diangkat keluar. Setelah penyingkiran pasir dari kup, kup
dipindah untuk proses Berikutnya Cara lain untuk mengambil coran adalah dengan
membalikkan tarikan. (2) JIKA MENGGUNAKAN DRAG TANPA RIB .Dalam hal ini coran
langsung didorong dari atas bersama pasir di atas mesin pem- bongkar atau konveyor getar,
tanpa lebih dulu memisahkan kup dari drag. Kup dan drag diperlakukan sama seperti pada cara
yang disebut di atas, disamping itu saluran turun dan saluran masuk dapat disingkirkan pada
waktu mendorongnya ke bawah sehingga pekerjaan ini lebih mudah dilakukan dari pada
pekerjaan untuk rangka cetak yang berusuk, jadi pekerjaan ini mempunyai beberapa
keuntungan tambahan.(3) JIKA TIDAK MENGGUNAKAN BINGKAI CETAK Untuk
cetakan tanpa bingkai cetak, penghilangan pasir dilakukan dengan cara meletakkan caran
mengikuti cetakan pada mesin penghilang pasir atau pada vibrating conveyor sehingga cara ini
sangat mudah untuk dilakukan.
2.1.2 Alat alat penyingkir pasir dan pembersih permukaan coran
(1) MESIN PEMBONGKAR Mesin ini disebut mesin pembongkar, yaitu mesin untuk
menyingkirkan pcetakan dengan mempergunakan peralatan yang bergetar. Cetakan diletakkan
d meja getar yang mempunyai ayakan, getaran diteruskan ke pasir dan coran me rangka cetak
sehingga pasir pecah-pecah dan jatuh melalui ayakan. Pasir yang dikumpulkan oleh konveyor
ban dan alat lainnya, sehingga hanya coran saja ya gal di atas meja getar. Ditinjau dari cara
menggetarkan meja, mesin pembongkar menjadi dua jenis. Mesin pembongkar jenis pertama
mempergunakan spindel bany atau 3 spindel) dan mempunyai mekanisme yang menggerakkan
coran pada arah te Mesin ini menyingkirkan pasir dengan getaran naik turun dan memindahkan
cotas proses berikutnya secara otomatik,
Gambar 2.1 mesin pembongkar

(2) MESIN PEMUKUL INTI. Coran yang sebagian banyak dari pasir cetaknya telah
disingkirkan, kemudian didinginkan dan akhirnya pasir intinya disingkirkan. Untuk keperluan
itu dipaka mesin pemukul inti. Coran dipegang pada kedua sisinya dengan silinder udara
sebangsanya dan pasir inti digetarkan untuk bisa disingkirkan, lihat Gbr. 2.2. Me pemukul inti
ini dipakai dalam keadaan sebagai berikut: pertama kalau pasir sukar dipecahkan seperti pada
inti dengan minyak pengikat atau cetakan mengeras sendin kedua kalau menyingkirkannya
sukar seperti pasir inti dalam selubung silinder. Penyingkiran pasir pada coran biasa hanya
memerlukan waktu 20 sampai detik tapi dalam beberapa hal retak atau pecah pada coran dapat
terjadi karena pukul terlalu lama, sehingga perlu menentukan waktu operasi dan menentukan
kapasit mesin sesuai dengan: bentuk coran, macam inti, tekanan pengatur (3 sampai 10 kg/cm
dari silinder udara tekan, dan cara pemegangan yang kuat pada bagian coran.
(3) PENYEMPROTAN AIR ATAU PENYEMPROTAN HIDUNG Penghilangan pasir dan
pembersihan permukaan coran dilakukan dengan penyemprotan air dengan cara sebagai
berikut: pertama coran diletakkan di atas meja dalam ruangan atau lemari tertutup (Gbr. 9.3),
dan pengaturannya dilakukan dari tempat pengoperasian di luar kabinet sambil melihat melalui
lubang, pasir dikeluarkan dengan menggunakan semprotan air bertekanan tinggi sekitar 150
kgf/cm dengan pistol penyemprotan.

Gambar 2.2 menyingkirkan pasir Gambar 2.3 penyemprotan air


dari coran dengan menggunakan
mesin pemukul
Penyingkiran pasir dan pembersihan permukaan coran yang dilakukan dengan semprotan mimis (Gbr.
2.4), adalah sebagai berikut: coran diletakkan pada meja putar atau digantung pada gantungan yang
ditempatkan dalam kabinet dan kemudian pasir disingkirkan dengan menembakkan mimis baja, atau
potongan kawat dari atas dan dari samping kabinet, dengan mengatur penembakan yang lebih lama
maka p coran akan dibersihkan. Kapasitas pembersihan coran dari penyemprot mimis, dites tukan
oleh jenis penyemprot mimis, ukuran coran, dan sebagainya yang ditunjukkan dalam Daftar 9.1. Gbr.
2.5 menunjukkan coran yang baru dibongkar dari cetakan. Gbr. 2.6 menunjukkan coran setelah
penembakan. Menurut cara penyemprotan dan jenis kabinet, penyemprotan mimis dibagi menjadi
beberapa jenis:
1) Jenis penjungkir balik
2) Jenis barel kelompok
3) Jenis barel kontinu
4) Jenis meja

Gamabar 2.4 penyempprotan Gamabar 2.5 coran sebelum


Mimis gantungan penyemprotan mimis

Gamabar 2.6 coran setelah Gamabar 2.7 palu pemahat dan pahat-
Penyemprotan mimis pahat

2.1.3 Penemppatan pasir yang dikeringkan


Pasir yang disingkirkan dari coran, kup dan drag mempunyai temperatur tinggi. lagi pula pada
pasir itu terbawa, kisi inti, sirip coran, tumpahan logam cair yang telah membeku, kadang-
kadang saluran turun, saluran masuk dan penambah, sehingga pasir harus dibawa kembali ke
hoper pasir setelah campuran itu dikumpulkan semuanya. Logam yang tercampur dapat
dipisahkan dengan mempergunakan drum penarik kon- veyor sebagai pemisah secara magnitik,
Tetapi untuk bagian-bagian yang besar, lebih sukar terpisah dari pasir. Pasir cetak sangat
berbeda dengan pasir inti sehingga perla memisahkan kedua jenis pasir ini dengan
mempergunakan dua alat yang berbeda atau menyediakan dua konveyor pengumpul terpisah
menjadi dua jalur

2.2 Penyelesaian
2.2.1 Penyingkiran saluran turun dan penambah
Cara-cara tersebut di bawah ini dipergunakan untuk memisahkan saluran turun dan penambah,
sesuai dengan ukuran coran, kualitas bahan dan rencana pengecoran
1) Pematahan
2) Pemotongan dengan gas
3) Pemotongan dengan busur listrik
4) Pemotongan secara mekanik
Cara pematahan biasa dilakukan pada besi cor mampu tempa. Ada dua hal untuk cara ini, yaitu
pemecahan dilakukan oleh tenaga orang dan oleh tenaga mekanik seperti menggetarkan,
membentur dan mengepres. Dalam praktek selama penyingkiran pasir. kadang-kadang mereka
putus dengan sendirinya pada mesin pembongkar, dan dimana- mana dapat dilakukan
pemisahan; pada mesin pembongkar, pada konveyor penggantung untuk mendinginkan coran,
pada konveyor, di atas lantai dan juga dengan memper- gunakan presan dengan jig atau
penjungkir-balik, mereka disingkirkan dengan benturan bersamaan dengan penyingkiran
pasir.Pemotongan dengan gas dilaksanakan untuk memisahkan saluran turun dan penambah
dari coran baja. Kalau cara ini sukar dilakukan terutama untuk baja paduan anggi seperti baja
tahan karat, baja mangan tinggi dan seterusnya, atau seperti halnya jarang dilakukan pada besi
cor dan paduan bukan baja, maka dalam hal tersebut dipakai cara pemotongan dengan busur
listrik.Cara pemotongan secara mekanik terutama dipakai untuk coran paduan tembaga atau
coran paduan ringan. Pemotongan cara ini kurang baik dibandingkan dengan pemotogan
dengan gas mengingat kecepatan potongnya, tetapi permukaan bekas pemotongannya halus
dan teliti, sehingga proses penyelesaian dengan jalan ini menjadi lebih sedikit, dan selanjutnya
kalau permukaan harus dikerjakan dengan mesin maka hal ini mempunyai keuntungan dalam
menurunkan ukuran tambahan untuk pengerjaan mesin. Selanjutnya cara ini tidak
mengakibatkan terjadi panas yang mempengaruhi perubahan bentuk atau mengakibatkan retak,
dan memungkinkan lebar pemotongan yang sempit dan serpih dapat dikumpulkan, sehingga
untuk logam yang mahal keun- tungannya lebih diperbesar. Mesin-mesin yang dipakai untuk
pemotongan ialah mesin pemotong kecepatan tinggi atau mesin gergaji pitu.
2.2.2 Penyelesaian
Palu pemahat yang ditunjukkan pada Gbr. 9.7 banyak dipakai untuk keperluan memotong
bagian dari sirip, saluran turun dan penambah, Akan tetapi alat ini menim- bulkan bising dan
menyebabkan pekerja cepat letih, Maka dari itu alat ini kemudian diganti dengan alat lain
(1) PALU PEMAHAT
Pahat yang dipasang pada palu pneumatik dapat dipakai sebagai palu pemahat. yang biasanya
mempergunakan tekanan udara sekitar 5 sampai 7 kgf/cm. Perlu diusa-hakan untuk
mengurangi pemakaian alat tersebut, tetapi tidak ada cara lain untu menghilangkan sirip di
bagian dalam coran, sehingga dalam hal ini palu pemahat dipaka secara umum pada banyak
pabrik pengecoran

(2) PENGGERINDAAN Tanpa membedakan coran bagian dalam atau coran bagian luar, sirip-
sirip, bagian yang tak terpakai dan yang terbakar dibuang dengan mempergunakan gerinda.
Ada beberapa macam gerinda yang dipakai yaitu, gerinda tangan (Gbr. 2.8), gerinda ayun (Gbr.
2.9), gerinda bangku (Gbr. 2.10) dan mesin gerinda otomatik (Gbr. 2.11),

2.8 Penyelesaian dengan penggunaan 2.9 Penyelesaian dengan menggunakan


gerinda tangan gerinda ayun

2.10 Penyelesaian dengan menggunakan 2.11 Penyelesaian blok silinder dengan


Gerinda bangku Menggunakan gerinda otomatik

(3) PINCENGKILAN DENGAN GAS Pada pekerjaan penyelesaian baja cor dipergunakan
pencungkil busur listrik sta pencungkil nyala api. Pencungkil busur listrik adalah jenis yang
paling banyak dipakai Cara kerjanya ialah meniupkan udara pada logam, dengan tekanan 5
sampai 7kgf/cm sejajar dengan elektroda karbon. Selain udara tekan dipergunakan juga
oksigen untuk meniup, tetapi jenis ini memberikan pengaruh oksidasi yang kuat. Kedua cara
tersebut memungkinkan untuk membuang satu lapisan tipis yang tebalnya tetap, dan dekat
2.3 Perbaikan pada pengecoran
2.3.1 Perbaikan dengan pengelasan
(1) PERBAIKAN PENGELASAN UNTUK BESI COR BIASA Untuk memperbaiki besi cor
biasa dipergunakan pengelasan busur listrik terlindung atau pengelasan dengan gas, tetapi
sebagai akibat pemanasan mudah terjadi keropos, perubahan bentuk, retak dan mengeras
karena terjadi sementit pada bagian yang dilas Bagian yang dilas kemudian dipahat, digerinda
dan dibersihkan dari minyak dan oli dengan mempergunakan bensin atau tiner dan sebagainya
sampai permukaan logam yang bersih terlihat. Pengelasan busur listrik terlindung dibagi
menjadi pengelasan dingin dan pengelasan panas. Dalam pengelasan dingin logam induk tidak
dipanaskan mula Dengan mempergunakan batang las dari baja lunak atau paduan bukan baja,
dibuat lasan kurang dari 50 mm secara terputus-putus tanpa jalinan dan kemudian erak dibuang
dipukul-pukul oleh palu pemahat. Pelunakan lebih baik dilakukan setelah pengelasan. Dalam
pengelasan tersebut dipergunakan kemiringan dengan jenis-jenis sebagai berikut: jenis sumbat,
jenis V. jenis U. jenis X. Pada pengelasan panas, logam induk dipanaskan mula antara 500
sampai 600°C dan dilas dengan mempergunakan batang las dari besi cor atau dipanaskan mula
100 sampai 300°C dan dilas dengan mem- pergunakan batang las baja lunak atau paduan bukan
baja. Daftar 2.1 menunjukkan komposisi kimia batang las dan Gbr. 2.12 menunjukkan
hubungan antara temperator pemanasan mula dan arus pada batang las nikel.
Daftar 2.1 komposisi kimia dan batang las untuk pengelasan busur listrik bagi besi cor

Gambar 2.12 hubungan antara pemanasan


Mula logam induk dan arus
Listrik pada pengelasan besi
Cor
Dalam pengelasan gas, logam induk dipanaskan mula pada temperatur 400 sampai 600°C dan
kemudian dipanaskan dengan nyala netral. Setelah panasnya merata, bagian yang akan dilas
dipanaskan setempat menjadi setengah cair. Kemudian pasir dan oksida disingkirkan dari
bagian tersebut dan batang las bei cor dicairkan bersama fluks. Apabi- la telah terdapat 3 atau
4 tetes logam cair, bagian cair diaduk dengan ujung batang las tanpa menghentikan pemanasan.
Proses ini dilanjutkan sampai selesai. Selanjutnya logam induk seluruhnya dipanaskan akhir
dengan dilindungi oleh bahan penahan panas seperti pasir, abu jerami dan sebagainya, pada
temperatur antara 500 dan 600°C selama 30 sampai 60 menit untuk setiap ketebalan 25 mm.
Contoh komposisi batang las ditun- jukkan dalam Daftar 2.2 dan contoh fluks ditunjukkan
dalam Daftar 2.3
Daftar 2.2 Komposisi kimia dari batang las untuk cor

Daftar 2.3 komposisi kimia pengelasan gas

(2) PERBAIKAN DENGAN PENGELASAN UNTUK BESI COR BERGRAFIT BULAT


Dengan mempergunakan batang las berkualitas sama dengan besi cor dan fluksyang
mengandung campuran magnesium dan arsen, maka besi cor tersebut dilas dengan pengelasan
gas yang kemudian dilunakkan setelah pengelasan. Dalam proses lain, besi cor tersebut dilas
setelah pemanasan mula antara 70 dan 200°C, dengan memperguna kan batang las paduan besi
nikel yang kemudian dilunakkan selama 1 sampai 2 jam pada temperatur antara 700 dan 800°C.
(3) PERBAIKAN DENGAN PENGELASAN UNTUK BAJA COR Untuk perbaikan retakan
atau patahan dari baja cor dipakai kemiringan jenis U jenis V atau jenis X dan untuk cacat
macam lain dipakai jenis sumbat yang berdasar bulat dan sisinya bersudut 70 sampai 90°C.
Permukaan logam yang bersih diperlihatkan dengan mempergunakan sikat kawat, gerinda
tangan atau pencungkil udara-busur-listrik dan sebagainya. Temperatur pemanasan berbeda-
beda tergantung pada kadar karbon hal tersebut ditunjukkan dalam Gbr. 9.14. Pengelasannya
dilakukan dengan memper gunakan busur listrik terlindung dan cara berikut ini dipakai
tergantung pada keada- annya yaitu lasan anyam, lasan lurus, lasan jeram atau pengelasan blok
untuk membuat lapisan banyak pada kemiringan yang besar, dan pengelasan berlapis mendatar
atau pengelasan berlapis ulir untuk pemiringan berbentuk sumbat yang dalam. Pemukulan
perlu dilakukan untuk tiap lapisan lasan. Gbr. 9.15 menunjukkan proses pengelasan

n
Gambar 2.13 hubungan antara Gambar 2.14 pengelasan berlapis banyak
Kadar karbon dan temperatur
Pemanasan mula

berlapis banyak. Pemanasan akhir dilakukan dengan jalan memanaskan secara merata pada
temperatur antara 600 dan 650°C yang kemudian dilunakkan. Waktu standar untuk pemanasan
akhir adalah satu jam untuk setiap ketebalan 25 mm.
(4) LAS KUNINGAN
Las kuningan adalah proses pengelasan untuk menyambung logam dengan logam lain yang
mempunyai titik cair lebih rendah dari titik cair logam induk. Proses ini disebutjuga
penyolderan. Solder keras adalah solder kuningan dan solder perak. Daftar 2.4
Daftar 2.4 Komponen dan pemanasan solder
(5) PENGELASAN TUANG
Dalam pengelasan tuang, bagian cacat dari coran dicor lagi dengan jalan memasang cetakan di
bagian yang cacat kemudian logam cair yang sama kwalitasnya dengan logam induk
dituangkan ke dalam cetakan tersebut. Paduan tembaga sangat mudah dilas tuang dibanding
dengan besi cor. Untuk besi cor dipakai logam cair yang mempunyai kadar karbon dan silikon
tinggi dan logam induk harus dipanaskan mula, antara 400 dan 600°C.
(6) PENGELASAN TERMIT
Pengelasan termit dilakukan untuk memperbaiki rongga-rongga udara yang besar dan retakan-
retakan. Ruangan pencair dari bahan tahan api dipasang sekitar bagian cacat yang akan
diperbaiki. Campuran termit yang terdiri dari bubuk aluminium dan oksida besi dimasukkan
dan dibakar. Pengelasan termit berdasarkan panas reaksi 3.000°C disebabkan reaksi kimia yang
eksotermal dan secara bersamaan mereduksi logam cair Gbr. 2.15 menunjukkan contoh
pengelasan termit.

Gamabr 2.15 pengelasan termit

7) PENYEMPROTAN LOGAM
Dalam penyemprotan logam, butir-butir kecil dari logam setengah cair disemprot- kan pada
permukaan yang cacat dari logam induk untuk menutup cacat tersebut. Proses ini dipakai untuk
memperbaiki struktur yang kasar, ketebalan yang tidak cukup, cacat karena inklusi pasir atau
inklusi terak. Setelah pembersihan, logam induk dipanaskan mula antara 300 dan 350°C.
Logam yang disemprotkan adalah seng, paduan tembaga, baja nikel, paduan nikel-khrom dan
sebagainya.
2.3.2 Perbaikan secara mekanik
Dalam perbaikan mekanis ada beberapa cara seperti penyumbatan, penyesuaian pres dari
bumbung, penguncian logam dan sebagainya. Penyesuaian pres dari bumbung adalah cara
untuk mengepres bumbung ke dalam lubang yang dibuat lebih besar, cara ini dipergunakan
untuk perbaikan kebocoran air dari bagian dengan ketebalan yang cukup dari suatu silinder
setelah dikerjakan dengan mesin. Pengunci logam adalah macam jepitan dipergunakan untuk
memperbaiki retak.
2.3.3 Impregnasi
Kalau cacat-cacat kecil dalam struktur kristal yang kasar atau inklusi pasir meliputi luas yang
besar dari suatu bagian coran, dan ada kemungkinan bisa menyebabkan kebocoran air atau
minyak maka dipakai cara peresapan untuk memperbaiki coran besi cor, aluminium, paduan
magnesium atau paduan tembaga. Dalam proses ini bagian yang akan diperbaiki lebih dulu
dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam larutan impregnasi pada temperatur 50°C di
bawah tekanan yang dapat diatur tinggi rendahnya sehingga lubang-lubang tertutup karena
penyerapan cairan impregnasi natrium silikat atau resin sintetik ke dalamnya. Bagian tersebut
kemudian dicuci dalam air, dikeringkan, diadakan perlakuan anti korosi dan dikeringkan lagi.
2.3.4 Cara-cara lain untuk perbaikan
(1) PENGISIAN PLASTIK

Pengisian plastik adalah campuran bubuk logam dan resin sintetis yang diisikan ke dalam
rongga cacat pada coran. Kekuatannya kurang sekali dibandingkan dengan logam, sehingga
cara ini dipergunakan hanya untuk memperbaiki rupa (2) PENAMBALAN

Dalam penambalan, lubang-lubang yang pecah pada permukaan coran ditutup pelat baja lunak
yang dilas. Logam induk dipanaskan dulu sampai temperatur 160 sampai 190°C.

2.4 Perlakuan Panas dari Coran


Dalam pemakaian coran ada dua hal, pertama coran dipakai langsung, kedua dipakai setelah
perlakuan panas. Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas dilakukan
tergantung pada sifat coran, penggunaan coran Perlakuan panas adalah proses untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang
cocok dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur
yang lebih rendah dengan kecepa- tan yang sesuai. Perlakuan panas yang dilaksanakan pada
coran adalah: pelunakan temperatur rendah, pelunakan, penormalan, pengerasan dan
penemperan
2.4.1 Perlakuan panas dari besi cor
(1) PELUNAKAN
Besi cor sering dipakai begitu saja setelah dicor, tetapi kalau pada pemakaiannya perlu
menghindari deformasi yang kecil atau kalau terlalu keras, maka pelunakan perlu dilakukan.
Deformasi disebabkan oleh adanya tegangan sisa dalam besi cor, sehingga perlakuan panas
dapat menghilangkan tegangan sisa tersebut; yaitu dengan jalan memanaskan besi cor sampai
suatu temperatur di bawah garis A,, dan dibiarkan selama waktu tertentu, kemudian
didinginkan perlahan-lahan dalam tungku pelunakan. Proses ini adalah proses pelunakan
temperatur rendah yang dilakukan berdasarkan ketentuan- ketentuan berikut:
TTemperatur pelunakan : 450 sampai 550°C
Laju pemanasan : 90°C/jam
Waktu pelunakan : (1-2) × t/25 jam X t: adalah tebal dalam (mm) 40°C/jam
Laju pendinginan maksimm :40 c

Gambar 2.16 siklus pelunakan


Selain dari pada pelenakan tersebut di atas, untuk besi cor dilakukan juga petonakan untuk
membuat besi con menjadi tunak. Temperatur pemanasan dan waktu pelunakan dalam proses
ini sedikit berbeda tergantung pada macam, berat dan bentuk dari besi cor, umumnya pelunakan
dilakukan menurut siklus yang ditunjukkan dalam Obr. 2.16
(2) PENGERASAN DAN PENEMPERAN
Pengerasan dan penemperan besi cor terutama dilakukan pada besi cor kelas tinggi yang
mempunyai kekuatan tinggi. Perlakuan panas ini dapat memperbaiki ketahanan aus sehingga
biasa dilakukan untuk bagian-bagian yang permukaannya bergesekan Proses ini
mempergunakan temperatur pengerasan kira-kira 800°C dan mempergunakan minyak
pencelup untuk mencegah retakan. Apabila ada kemungkinan terak, maka lebih baik besi cor
dipanaskan mula sampai temperatur antara 400 dan 500°C sebelum di keraskan. Penemperan
dilakukan dengan jalan memanaskan kembali besi cor pada temperatur antara 400 dan 500°C
langsung setelah dikeraskan. Dengan proses ini dipe roleh kekerasan dan kekuatan yang lebih
rendah. Siklus pengerasan dan penemperan diranjukkan dalam Gbr. 2.17.
Gambar 2.17 sikklus pengerasan dan penerapan

2.4.2 Perlakuan panas untuk besi cor mampu tempa


(1) PELUNAKAN BESI COR MAMPU TEMPA PERAPIAN HITAM
siklus pelunakan untuk mendapatkan coran dari besi cor mampu tempa perapian hitam yang
berasal dari besi cor putih dengan jalan perlakuan panas. Kalau coran dari besi cor putih
dipanaskan sesuai dengan siklus peluna- kan, perlit mengalami transformasi menjadi austenit
pada garis A,. Sehingga struktur berubah menjadi austenit, dimana sementit yang terpisah
sebagian akan terpancang dan kalau dipanaskan di atas 900°C, sementit itu akan terurai
menjadi besi dan grafit menu- rut reaksi sebagai berikut
(2) PERLAKUAN PANAS DARI BESI MAMPU TEMPA PERLITIK
Contoh dari siklus perlakuan panas untuk besi mampu tempa perlitik adalah sama seperti untuk
besi cor mampu tempa perapian hitam. Kemudian dengan pengerasan yang dicelupkan dingin
ke dalam minyak, didapat struktur yang mempunyai grafit pelunakan terpancang dalam
martensit. Selanjutnya dengan penemperan dari struktur tersebut dalam beberapa jam pada satu
temperatur di bawah garis A,, maka perlit akan menjadi berbutir-butir dan hasilnya adalah besi
mampu tempa perlitik. Sifat mekanik berubah sesuai dengan besar butir dari perlit, sehingga
temperatur penemperan dan waktu harus ditentukan sesuai dengan tujuan dari penggunaan
bahan.
2.4.3 Perlakuan panas dari besi cor liat
(1) PELUNAKAN UNTUK MENGHILANGKAN CIL
Besi cor liat umumnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap ketebalan dan mudah terjadi
cil pada bagian tipis, maka pelunakan dilakukan untuk meniadakan cil tersebut. Dalam hal ini
kadar karbon dan silikon dalam besi cor liat adalah tinggi dibandingkan dalam besi cor mampu
tempa perapian hitam, sehingga sementit mudah terurai. Cil biasanya dihilangkan dengan
memanaskan besi cor liat sampai temperatur antera 850 dan 900°C untuk satu atau dua jam.
(2) PELUNAKAN UNTUK MENDAPAT KEULETAN Umumnya sukar untuk mendapat besi
cor liat dengan kekerasan yang cocok dalam satu daerah kekerasan yang diminta sesuai dengan:
komposisi kimia dari coran, kete- balan, bentuk dan syarat-syarat lain. Oleh karena itu
kekerasan diatur dengan pelunakan. Dalam beberapa hal keuletan yang memadai diperlukan
sesuai dengan tujuan peng- gunaan, oleh karena itu perlu penggrafitan sebagian atau seluruhnya
serta perubahan ke ferit.
2.4.4 Perlakuan panas untuk baja cor
(1) PERLAKUAN PANAS UNTUK BAJA COR KARBON Bagi coran baja karbon di atas
0.4% C yang berbentuk rumit perlu pelunakan tem- peratur rendah untuk menghilangkan
tegangan dalam. Pelunakan tersebut dilakukan dengan jalan memanaskan coran baja itu sampai
temperatur antara 550 dan 650°C dan ditahan pada temperatur tersebut selama satu jam untuk
tiap ketebalan 25 mm, kemu dian didinginkan ke temperatur kamar dengan laju pendinginan
30 sampai 60°C untuk tiap jamnya. Tegangan yang timbul pada waktu pengelasan dalam
perbaikan, perlu dihilangkan dengan cara pelunakan di atas. Proses pelunakan untuk membuat
baja karbon mempunyai struktur halus dan ulet, adalah sebagai berikut: dipanaskan sampai
temperatur 50-80°C di atas garis A,. Kemudian ditahan pada temperatur itu selama satu jam
untuk setiap ketebalan 25 mm, dan kemudian didinginkan pada laju pendinginan 30 sampai
40°C untuk setiap jamnya sampai ke temperatur kamar.
(2) PERLAKUAN PANAS UNTUK BAJA COR KHUSUS
(a) Pelunakan
Dalam baja cor khusus, seperti halnya dalam baja cor karbon, dendrit timbul dalam coran.
Dendrit menjadi besar terutama pada coran yang tebal yang menyebabkan turunnya sifat-sifat
mekanik setelah pengerasan dan penemperan. Oleh karena itu lebih baik sebelumnya
dilunakkan dulu pada temperatur tinggi antara 1.000 dan 1.050°C untuk menghomogenkan.
Pendinginan udara lebih baik dilakukan pada penghalusan butir kristal, tetapi karena ada
kemugkinan perubahan bentuk dan retak, maka baja cor khusus kebanyakan didinginkan di
dalam tungku. Kalau setelah penuangan baja cor khusus didinginkan di dalam cetakan pasir,
maka akan terjadi retakan dan tegangan yang besar, oleh karena itu lebih baik dilunakkan
segera setelah dibongkar tanpa lebih dulu memotong penambah, saluran dan sebagainya..
(b) Pengerasan
Adalah idial apabila dengan pengerasan mendapat sifat-sifat menanik yang sedang, tetapi
pengerasan dengan air dan minyak hanya dipakai untuk bentuk-bentuk coran yang sederhana
dan ukuran coran yang sedang atau kecil agar terhindar dari keretakan dan deformasi.
Pengerasan dengan udara lebih banyak dipakai karena cara ini merupakan cara yang lebih
aman, tetapi disamping itu pendinginannya perlu dilakukan dalam cairan, pendingin yang
khusus. Pengerasan dengan udara sering dilakukan dengan mem- pergunakan jet udara tekan
sehingga pendinginan lebih efektif. Setelah dikeraskan, coran harus segera dimasukkan ke
dalam tungku penemper tanpa membiarkannya lebih dulu. Temperatur pengerasan berbeda
menurut macam baja, yaitu kira-kira 870 sampai 930 C
(c) Penemperan
Untuk menentukan syarat-syarat penemperan, perlu membuat kurva penemperan dengan
mengingat syarat-syarat pengerasan untuk tiap macam baja. Makin kurang sempurna
pengerasan dilakukan makin rendah temperatur penemperannya agar didapat kekuatan yang
sama. Karena prosentase perpanjangan, pengecilan luas, dan harga bentur menjadi turun, maka
pengerasan udara umumnya kurang baik dibandingkan dengan pengerasan minyak. Perhatian
harus ditujukan pada kenyataan bahwa untuk beberapa macam baja timbul kegetasan
penemperan
3) PERLAKUAN PANAS DARI BAJA COR TAHAN KARAT a) Baju cor martensit
a).baja cor martensil
1. Pelunakan
Dalam pelunakan coran, disarankan untuk melakukan pelunakan lengkap untuk
menghilangkan dendrit dan mengatur butir-butir kristal. Kalau baja cor khrom (13% Cr)
didinginkan dengan laju pendinginan yang rendah dalam daerah transformasi, 800 sampai
900°C, maka akan timbul karbid pada batas butir kristal dan akibatnya baja menjadi sangat
getas; oleh karena itu baja cor khrom dinormalkan pada temperatur antara 950 dan 1.000°C,
dan kemudian dilakukan pelunakan temperatur rendah antara 700 dan 750°C. Kalau dalam
keadaan coran karbid belum timbul, pada batas butir kristal dari coran kecil atau sedang, maka
penormalan dapat ditiadakan.
2. Pengerasan dan penemperan Pengerasan atau penemperan biasanya dilakukan untuk
mendapat ketahanan korosi dan sifat-sifat mekanik. Seperti halnya dalam baja cor khusus,
pengerasan udara banyak dipakai untuk mencegah deformasi dan retakan. Penemperan
biasanya dilaku- kan dengan pendinginan udara pada temperatur antara 700 dan 750°C, untuk
menghin- dari daerah temperatur getas antara 450 dan 550°C.
b) Baja cor ferit
Kebanyakan baja yang termasuk baja cor ferit (23 sampai 28% Cr) tidak ber- transformasi dari
besi a menjadi besi y, karena sifat-sifat yang disebut di bawah ini, maka perlu perhatian yang
cukup pada perlakuan panasnya: 1) Besar butir diatur sesuai dengan syarat-syarat pengecoran,
sukar untuk menghaluskan besar butir dengan perlakuan panas setelah pengecoran.
2) Baja tersebut getas dan konduktivitas panasnya rendah. 3) Pada pemanasan ke daerah
temperatur, 400 sampai 600°C atau pendinginan perlahan-lahan di daerah temperatur tersebut,
baja akan menjadi getas seperti kegetasan penemperan pada baja cor martensit, oleh karena itu
tanpa mengingat komposisi kimia, maka pelunakan setelah pengecoran dilakukan dengan jalan
memanaskan pada tem- peratur antara 800 dan 850°C. Temperatur pelunakan ini dibuat tinggi
dan ditahan dalam waktu yang umumnya singkat, yaitu 20 sampai 40 menit untuk tiap
ketebalan 25 mm. Perlakuan panas ini dilakukan juga setelah perbaikan dengan pengelasan.
c) Baja cor austenit Baja cor austenit (18% Cr-8% Ni) mempunyai keuletan yang besar
walaupun dalam keadaan cor, sehingga kecil kemungkinannya untuk retak dibandingkan
dengan baja tahan karat lainnya, tetapi ada kemungkinan terjadi perubahan bentuk dengan
mudah. Kalau baja cor austenit dipanaskan sampai temperatur antara 500 dan 900°C, maka
karbid dan fasa lainnya timbul dan mengakibatkan ketahanan korosinya turun sekali. Tujuan
dari pelunakan adalah membuat fasa karbid dan lain-lainnya yang timbul dalam keadaan cor
dapat sebanyak mungkin larut menjadi larutan padat dan serentak pula menghilangkan
tegangan-tegangan, sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada penghilangan tegangan pada
pemotongan penambah, perbaikan coran dengan pengelasan dan sebagainya. Perlakuan panas
ini biasanya dilakukan dengan jalan memanaskan baja austenit sampai temperatur antara 1.000
dan 1.100°C dan kemudian didinginkan di udara, tetapi untuk coran kecil dan sedang perlakuan
panas ini biasanya ditiadakan. Pengerasan dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali
karbid atau lainnya dan untuk mendapat ketahanan korosi yang maksimum. Pengerasan air
adalah disukai, tetapi dalam hal ini untuk coran yang besar dan berbentuk sulit dimana mungkin
terjadi deformasi dan retak perlu dilakukan pengerasan minyak atau pengerasan udara. Tem-
peratur pengerasan biasanya dipilih antara 1.000 dan 1.100°C. Mengingat menjadi besarnya
butir-butir harus dicegah, maka waktu pemanasan yang pendek lebih baik, tetapi agar karbid
larut dalam keadaan padat, maka waktu pemanasan yang dipakai sebagai standar adalah satu
jam untuk tiap ketebalan 25 mm. Mengingat baja ini adalah baja khrom tinggi maka pengerasan
tidak dilakukan selama permintaan khusus tidak ada
2.4.5 Perlakuan panas untuk coran paduan tembaga
(1) KUNINGAN
Kuningan "cartridge" (70% Cu-30% Zn) selalu terdiri dari fasa a saja, bukan saja pada
temperatur biasa tetapi juga pada temperatur tinggi, sehingga pelunakan untuk menguraikan
struktur coran mempunyai pengaruh tertentu, tetapi pengerasan sukar mengubah sifat-sifatnya.
Kuningan Muntz" (60% Cu-40% Zn) terdiri dari fasa a dan ẞ yang tak tergantung pada
temperatur. Banyaknya ẞ dalam keadaan coran, lebih dari pada jumlahnya menu- rut teori
sehingga menurun jumlahnya dengan pelunakan, dengan demikian keule- tannya meningkat
2) BRONS
Pelunakan
1. Pelunakan untuk brons dengan Sn di bawah 5% sukar memberikan pe- ngaruh; tetapi kalau
tin lebih besar dari 5%, struktur coran berubah menjadi fasa a dan P, sehingga pelunakan dapat
menaikkan keuletan
2. Pengerasan dan penemperan Brons yang mengandung 12 sampai 32% Sn mempunyai
transformasi
eutektoid dimana fasa y/berubah menjadi a dan 8 pada 520°C, sehingga kalau pengera- san
dilakukan pada temperatur di atas 520°C, akan didapat struktur 7. y jauh lebih lunak dari pada
6, sehingga perpanjangan bertambah. Selanjutnya dengan penemperan, butir-butir & yang
halus terbentuk dari 7. Akibatnya kekuatan tarik dan kekerasannya meningkat, tetapi
perpanjangan menurun sedikit
2.4.6 Perlakuan panas untuk coran paduan aluminium
Paduan aluminium dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu paduan Al-Si di mana batas
larutan & berada lebih dekat ke pihak aluminium, dan golongan lain seperti paduan Al-Cu yang
jauh dari pihak aluminium. Paduan pertama tidak mempunyai pengaruh perlakuan panas, tetapi
mengeras pada temperatur di atas garis a-b, dan yang kedua menjadi lunak sebagai akibat
pencegahan terjadinya struktur 8. Selanjutnya dengan penemperan, butir-butir, halus timbul
dan pengerasan presipitasi terjadi, oleh karena itu kalau coran paduanAl-Cu mengandung 2
sampai 3% Cu dikeraskan dengan jalan memanaskan sampaikira-kira 500°C, setelah dibiarkan
pada temperatur itu untuk waktu yang lama kemudianditemper pada 150°C untuk waktu yang
lama pula maka kekuatan tariknya bertambah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasir cetak sangat berbeda dengan pasir inti sehingga perla memisahkan kedua jenis pasir ini
dengan mempergunakan dua alat yang berbeda atau menyediakan dua konveyor pengumpul
terpisah menjadi dua jalur 2.2 Penyelesaian 2.2.1 Penyingkiran saluran turun dan penambah
Cara-cara tersebut di bawah ini dipergunakan untuk memisahkan saluran turun dan penambah,
sesuai dengan ukuran coran, kualitas bahan dan rencana pengecoran 1) Pematahan 2)
Pemotongan dengan gas 3) Pemotongan dengan busur listrik 4) Pemotongan secara mekanik
Cara pematahan biasa dilakukan pada besi cor mampu tempa.
kadang-kadang mereka putus dengan sendirinya pada mesin pembongkar, dan dimana- mana
dapat dilakukan pemisahan; pada mesin pembongkar, pada konveyor penggantung untuk
mendinginkan coran, pada konveyor, di atas lantai dan juga dengan memper- gunakan presan
dengan jig atau penjungkir-balik, mereka disingkirkan dengan benturan bersamaan dengan
penyingkiran pasir.Pemotongan dengan gas dilaksanakan untuk memisahkan saluran turun dan
penambah dari coran baja.
Kalau cara ini sukar dilakukan terutama untuk baja paduan anggi seperti baja tahan karat, baja
mangan tinggi dan seterusnya, atau seperti halnya jarang dilakukan pada besi cor dan paduan
bukan baja, maka dalam hal tersebut dipakai cara pemotongan dengan busur listrik.Cara
pemotongan secara mekanik terutama dipakai untuk coran paduan tembaga atau coran paduan
ringan.
Perbaikan pada pengecoran, Perbaikan dengan pengelasan, PERBAIKAN PENGELASAN
UNTUK BESI COR BIASA Untuk memperbaiki besi cor biasa dipergunakan pengelasan busur
listrik terlindung atau pengelasan dengan gas, tetapi sebagai akibat pemanasan mudah terjadi
keropos, perubahan bentuk, retak dan mengeras karena terjadi sementit pada bagian yang dilas
Bagian yang dilas kemudian dipahat, digerinda dan dibersihkan dari minyak dan oli dengan
mempergunakan bensin atau tiner dan sebagainya sampai permukaan logam yang bersih
terlihat.
Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas dilakukan tergantung pada
sifat coran, penggunaan coran Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat
dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur itu, kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan
kecepa- tan yang sesuai.
Kalau setelah penuangan baja cor khusus didinginkan di dalam cetakan pasir, maka akan terjadi
retakan dan tegangan yang besar, oleh karena itu lebih baik dilunakkan segera setelah
dibongkar tanpa lebih dulu memotong penambah, saluran dan sebagainya.. Pengerasan Adalah
idial apabila dengan pengerasan mendapat sifat-sifat menanik yang sedang, tetapi pengerasan
dengan air dan minyak hanya dipakai untuk bentuk-bentuk coran yang sederhana dan ukuran
coran yang sedang atau kecil agar terhindar dari keretakan dan deformasi.
Kalau baja cor khrom (13% Cr) didinginkan dengan laju pendinginan yang rendah dalam
daerah transformasi, 800 sampai 900°C, maka akan timbul karbid pada batas butir kristal dan
akibatnya baja menjadi sangat getas; oleh karena itu baja cor khrom dinormalkan pada
temperatur antara 950 dan 1.000°C, dan kemudian dilakukan pelunakan temperatur rendah
antara 700 dan 750°C.

DAFTAR PUSTAKA
Tata Surdia, Kenji Chijiiwa. 2006. “Teknik pengecoran logam”. Jakarta: Pradnya Paramita

Anda mungkin juga menyukai