LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2 - Umum (1) Murdiana Matematika Bengkulu
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2 - Umum (1) Murdiana Matematika Bengkulu
Daftar Pustaka :
1. Hasriadi, H. (2022). Metode Pembelajaran Inovatif di Era Digitalisasi. Jurnal
Sinestesia, 12(1), 136-151.
2. Hayani, S. N., & Sutama, S. (2022). Pengembangan Perangkat dan Model
Pembelajaran Berbasis TPACK Terhadap Kualitas Pembelajaran Daring. Jurnal
Basicedu, 6(2), 2871-2882.
Daftar Pustaka :
1. Markhamah, N. (2021). Pengembangan soal berbasis HOTS (higher order thinking
skills) pada kurikulum 2013. Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(2), 385-
418.
2. Gustiningsi, T., & Utari, R. S. (2021). Pengembangan Soal Matematika Tipe
Higher Order Thinking Skill (Hots) Materi Persamaan Garis Lurus. PHI: Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(1), 79-86.
Daftar Pustaka :
1. Firdaus, C. B. (2019). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Minat Belajar Peserta
didik Terhadap Mata Pelajaran Matematika di MTs Ulul Albab. Journal On
Education, 2(1), 191-198.
2. Putri, B. B. A., Muslim, A., & Bintaro, T. Y. (2019). Analisis faktor rendahnya
minat belajar matematika peserta didik kelas V di SD Negeri 4 Gumiwang. Jurnal
Educatio Fkip UNMA, 5(2), 68-74.
3. Arifin, I. (2017). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dengan Metode
Brainstorming (Curah Pendapat) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan
Aktivitas Belajar Kimia PESERTA DIDIK (Doctoral dissertation, UNIMED).
4. Hazmi, N. (2019). Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran. Journal of Education
and Instruction (JOEAI), 2(1), 56-65.
9 Peserta didik memiliki 9.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
pemahaman yang hasil kajian literatur dan
salah tentang materi Peserta didik membangun pengetahuan baru di atas pemahaman yang salah yang wawancara dapat diketahui
pelajaran yang mereka miliki bahwa :
diajarkan di kelas Peserta didik masih ada yang
9.2 Hasil Kajian Literatur
kurang memahami suatu konsep
Menurut Fitri, S. (2018). Pemahaman matematika sangat penting dalam belajar matematika dalam materi
matematika karena itu akan memudahkan pemecahan masalah matematika, bahkan pembelajaran
akan mempertajam pemecahan masalah. Matematika telah diajarkan sehingga anak-
anak dapat memahami data numerik yang disajikan kepada mereka, dan mampu
melakukan perhitungan sederhana dan rumit dalam pertemuan sehari-hari.Ini juga
kepercayaan umum di kalangan peserta didik bahwa matematika adalah subjek yang
sulit dan sulit untuk dipelajari (Surya, Putri & Mukhtar, 2017). Matematika diajarkan
mulai dari tahap konkret, semi konkret, kemudian abstrak.Matematika juga diajarkan
dari konsep-konsep sederhana hingga konsep yang kompleks. Matematika yang bersifat
hirarkis dimana antara satu topik dengan topik lainnya saling terkait, mengharuskan
peserta didik memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep untuk belajar konsep
lainnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Skemp (Dzulfikar, 2017) bahwa
konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, satu konsep menjadi dasar bagi
konsep lainnya. Hal ini diartikan bahwa untuk mempelajari suatu konsep atau materi
baru dibutuhkan konsep atau materi lainnya. Konsep atau materi tersebut merupakan
perluasan atau pendalaman materi yang telah dipelajari. Menjadi sangat fatal apabila
peserta didik terlebih lagi guru memiliki pemahaman yang salah atau kurang tepat
terhadap suatu konsep matematika tertentu atau yang disebut miskonsepsi.
9.2 Sumber Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Kemampuan dasar Peserta didik dalam pelajaran matematika masih sangat rendah
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Miskonsepsi terjadi karena kurangnya minat peserta didik dalam belajar matematika,
kurangnya motivasi, peserta didik jarang belajar di rumah
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
penyebab miskonsepsi yaitu jarangnya konsep diajarkan di kelas, rendahnya
keinginan peserta didik untuk belajar konsep dan rumus, kurangnya pemanfatan alat
peraga, media pembelajaran dan buku-buku, serta sering berpacu hanya dari satu
sumber.
Daftar Pustaka :
Fitri, S. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Matematika Peserta didik Pada Materi
Operasi Aljabar. In Prosiding SiManTap: Seminar Nasional Matematika dan
Terapan (pp. 69-76).
Daftar Pustaka :
Rafi, I., & Sabrina, N. (2019). Pengintegrasian TPACK dalam pembelajaran
transformasi geometri SMA untuk mengembangkan profesionalitas guru
matematika. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 3(1), 47-56.
11 Guru kurang optimal 11.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
dalam mengetahui hasil kajian literatur dan
ketercapaian Peserta Guru kurang memaksimalkan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk wawancara dapat diketahui
didik terhadap mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar Peserta bahwa :
pembelajaran yang didik, yang hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk 1. Guru kurang mengembangkan
telah dilakukan meningkatkan mutu pembelajaran indikator pencapaian KD dan
memilih teknik penilaian yang
11.2 Hasil Kajian Literatur
sesuai pada saat menyusun
Menurut Puteri & Nawangsari (2023) Marhaeni (2015) menyebutkan bahwa silabus pembelajaran
asesmen disebut bermakna jika peserta didik memahami apa yang telah dicapainya 2. Guru Kurang mengembangkan
dan apa yang perlu ditingkatkan sehingga para peserta didik akan terpacu untuk terus instrumen dan pedoman
meningkatkan kemampuan serta keterampilannya. Asesmen bermakna tersebut berupa penilaian sesuai dengan bentuk
asesmen autentik yang dilaksanakan pada Kurikulum 2013 dan peneliti melakukan dan teknik yang dipilih
pengembangan instrumen asesmen autentik. Menurut Adhi (2015) menguatkan 3. Guru belum maksimal
dalam hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan asesmen perlu diubah dari yang melaksanakan tes, pengamatan,
awalnya konvensional menjadi asesmen yang lebih holistik dan lebih nyata. Asesmen penugasan, dan/atau bentuk lain
tersebut adalah asesmen autentik karena hasil asesmen autentik dapat memberi yang diperlukan
gambaran sesungguhnya terhadap kemampuan peserta didik . 4. Guru belum optimal mengolah
hasil penilaian untuk
Menurut Kusairi, S. (2012). Kualitas pembelajaran ditentukan salah satunya oleh mengetahui kemajuan hasil
kualitas asesmen yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar dan kesulitan peserta
asesmen dapat membantu guru memahami kekuatan dan kelemahan yang dialami oleh didik
peserta didik dalam belajar. Semakin berkualitas kegiatan asesmen pembelajaran, 5. Guru jarang mengembalikan
pemahaman guru akan kelemahan dan kekuatan peserta didik dalam mempelajari hasil pemeriksaan pekerjaan
materi tertentu semakin baik. Dengan melaksanakan asesmen yang berkualitas dan peserta didik disertai
menganalisisnya untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan belajar peserta balikan/komentar yang
didik , guru memiliki acuan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam proses mendidik
pembelajarannya. Asesmen juga dapat memberikan informasi pada peserta didik 6. Guru kurang memanfaatkan
tentang kemajuan belajarnya sehingga peserta didik dapat memperbaiki perilaku hasil penilaian untuk perbaikan
belajarnya. pembelajaran
11.3 Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
1. Guru jarang mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik
2. Guru kurang memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Guru harus mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian
yang sesuai pada saat menyusun silabus pembelajaran yang didalamnya sudah
termasuk assesmen pembelajaran secara lengkap
Daftar Pustaka :
1. Puteri, A. N., Yoenanto, N. H., & Nawangsari, N. A. F. (2023). Efektivitas
asesmen autentik dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 8(1), 77-87.
2. Kusairi, S. (2012). Analisis asesmen formatif fisika sma berbantuan
komputer. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16, 68-87.
Daftar Pustaka :
1. Muah, T. (2016). Penggunaan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik
kelas 9B semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 2 Tuntang-
Semarang. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(1), 41-53.
2. Rafi, I., & Sabrina, N. (2019). Pengintegrasian TPACK dalam pembelajaran
transformasi geometri SMA untuk mengembangkan profesionalitas guru
matematika. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 3(1), 47-56.
3. Arifin, I. (2017). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dengan Metode
Brainstorming (Curah Pendapat) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas
Belajar Kimia PESERTA DIDIK (Doctoral dissertation, UNIMED).
13 Guru kurang menjalin 13.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
komunikasi intensif Guru belum maksimal menjalin komunikasi dengan orang tua karena tempat hasil kajian literatur dan
dengan orang tua tinggal orang tua yang kebanyakan berkebun wawancara dapat diketahui
Guru belum mempunyai forum rutin pertemuan dengan orang tua bahwa :
Orang tua perserta didik sibuk dengan pekerjaan masing – masing sehingga anak 1. Belum terlibatnya orang tua
kurang perhatian dalam memudahkan proses
Orang tua memiliki pemikiran bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah, belajar melalui interaksi
bukan tanggung jawab bersama komunikasi diantara orang tua
dan anak.
13.2 Hasil KajianLiteratur 2. orang tua Peserta didik hanya
Menurut Triwardhani dkk (2020). Pendidikan di sekolah sangat membutuhkan datang pada saat menerima
keterlibatan orang tua untuk mewujudkan proses pendidikan yang lengkap. Tidak rapor atau ketika anaknya
terpisah antara program belajar dari sekolah dan pola asuh anak di rumah. Semuanya bermasalah di sekolah.
saling berkaitan dan akan memberikan hasil yang maksimal. Ketika di rumah, anak 3. Padatnya waktu aktivitas orang
akan melakukan aktivitas dan berkomunikasi dengan orang tua dimulai dari bermain tua menjadi sebuah salah satu
hingga belajar, namun ketika berada di sekolah, anak akan berinteraksi dengan guru. kendala
Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan karakter dari setiap peserta didik dari
adanya kesinambungan dan keselarasan antara kegiatan belajar di lingkungan sekolah
dengan pendidikan di rumah. Sebagaimana menurut Wisman (2017) bahwa guru akan
sukses dalam melakukan pengajaran terhadap peserta didik nya, dengan adanya
pemahaman karakteristik peserta didik nya. Bagi orang tua peserta didik membangun
keterlibatan di sekolah melalui komunikasi dengan guru sekaligus menyelaraskan pola
asuh di rumah dengan apa yang diperoleh anak di sekolah. Segala permasalahan
termasuk kendala anak maupun kelebihan anak bisa dikomunikasikan dengan guru.
Sehingga membangun tingkat kognisi dan kepribadian anak akan seiring dengan apa
yang dilakukan di rumah dan di sekolah. Ide-ide cemerlang orang tua juga akan dapat
mendorong programprogram di sekolah. Hal ini yang mendorong selalu terjadi
komunikasi antara guru dan orang tua dalam kegiatan belajar anak di sekolah. Melalui
komunikasi yang dijalin dengan baik, tentunya akan menumbuhkan rasa kepercayaan
yang penuh dari orang tua terhadap pihak sekolah, dan memberikan penilaian positif.
13.3 Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Kurangnya komunikasi dengan orang tua Peserta didik karena orang tua hanya datang
pada saat menerima rapor atau ketika anaknya bermasalah di sekolah saja
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Orang tua masih memiliki pemikiran bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
sekolah, bukan tanggung jawab bersama
Daftar Pustaka :
Triwardhani, I. J., Trigartanti, W., Rachmawati, I., & Putra, R. P. (2020). Strategi Guru
dalam membangun komunikasi dengan Orang Tua Peserta didik di Sekolah. Jurnal
Kajian Komunikasi, 8(1), 99-113.