Anda di halaman 1dari 21

LK 1.

2 EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH

Nama Guru : MURDIANA, S.Pd


Asal Institusi : SMPN 09 LEBONG BENGKULU

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah

1 Guru belum 1.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


memahami dalam Tiap Peserta didik bermasalah perlu pendekatan yang berbeda agar dapat mengikuti hasil kajian literatur dan
menangani Peserta proses pembelajaran melalui pendampingan dari guru bimbingan konseling (BK) wawancara dapat diketahui
didik yang bermasalah bahwa :
1.2 Sumber Kajian Literatur 1. Dalam penanganan peserta
Menurut Amaliyah, A., & Rahmat, A. (2021) Lembaga pendidikan adalah didik bermasalah perlu
merupakan suatu lembaga formal yang mempunyai tugas utama untuk mengungkap dilakukan pendekatan individu
dan mengembangkan potensi diri setiap peserta didik, karenanya dalam pembinaan seusai dengan karakter peserta
dan evaluasi peserta didik seharusnyalah menggunakan pendekatan individu, tidak didik yang bermasalah
general, (Masni, 2018:275-286). 2. Penangan peserta didik
Menurut Refni & Aliman (2017) Masalah ketidak disiplinan siswa ini, dilihat dari bermasalah harus
intensitas terjadinya, sulit untuk ditangani oleh guru secara sendiri-sendiri, hal ini dilakukan /ditangani secara
disebabkan kurangnya waktu, beban terlalu berat, kesulitan menemukan solusi, dan bersama dalam bentuk kerja
lain sebagainya. Sehingga perlu ditangani secara bersama dalam bentuk kerja tim, tim, agar masalah dapat
agar masalah dapat ditangani secara cepat efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan ditangani secara cepat efektif
pendapat West dalam Erlangga (2013), “telah banyak riset membuktikan bahwa dan efisien.
kerjasama secara berkelompok mengarah pada efesien dan efektivitas yang lebih baik”

1.3 Sumber Wawancara


Guru/ Teman Sejawat
Narsum : Monica Lestari, S.Pd (Guru BK)
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
1. Permasalahan peserta didik bermasalah adalah sering mengulangi
permasalahan yang sama
2. Penanganan permasalahan harus dilakukan secara bersama sama semua
komponen sekolah
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
1. Penanganan peserta didik bermasalah harus mengedepankan pendekatan
individu
2. Penanganan permasalahan harus dilakukan secara bersama sama semua
komponen sekolah
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
1. Karakter peserta didik yang bermasalah berbeda untuk tiap individunya
sehingga perlu dilakukan pendekatan individu untuk menyelesaikannya supaya
tidak berulang.
2. pendekatan persuasif harus jadi solusi yang utama untuk menghadapi Peserta
didik yang bermasalah
Daftar Pustaka :
1. Amaliyah, A., & Rahmat, A. (2021). Pengembangan Potensi Diri Peserta Didik
Melalui Proses Pendidikan. Attadib: Journal of Elementary Education, 5(1), 28-
45.
2. Refni, S., Rohiat, R., & Aliman, A. (2017). Menangani disiplin siswa
bermasalah. Manajer Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan Program
Pascasarjana, 11(4).

2 Belum terciptanya 2.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


relasi yang baik Guru kurang berupaya untuk mengenal Peserta didik secara pribadi, menghormati hasil kajian literatur dan
dengan sebagian keberagaman mereka, dan merespons dengan sensitivitas terhadap kebutuhan individu wawancara dapat diketahui
Peserta didik untuk sesuai karakteristiknya bahwa :
membantu 1. Relasi/hubungan guru dan
menciptakan 2.2 Sumber Kajian Literatur peserta didik belum dilakukan
lingkungan belajar Menurut Efendy dan Rahmawati (2021) Relasi guru-siswa juga mengandung dengan secara pribadi
yang kondusif bagi pesan sosial yang disampaikan guru pada siswanya baik dalam jangka pendek maupun menyesuaikan dengan karakter
perkembangan Peserta jangka panjang yang mempengaruhi motivasi berprestasi dan disposisi pendidikan peserta didik
didik (Roeser et al., 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa interaksi dari 2. Meningkatkan Relasi guru-
pengalaman sosial dan pribadi dapat mempengaruhi motivasi dan keterlibatan terkait peserta didik akan berdampak
prestasi (Wigfield et al., 1998; Wigfield et al., 2012; Ladd et al., 2008; Lyche, 2010; pada adaptasi dengan sekolah
Fan, 2011). Penjelasan tersebut menguatkan pentingnya relasi guru-siswa terhadap baik dari sisi akademik, sosial-
motivasi berprestasi siswa. emosional, dan perilaku di
Relasi guru-siswa ini berdampak pada adaptasi siswa dengan sekolah saat ini dan sekolah
masa depan serta fungsi akademik, sosial-emosional, dan perilaku di sekolah (Baker, 3. Relasi guru dan peserta didik
2006; Birch & Ladd, 1997; Hamre & Pianta, 2001; Murray & Greenberg, 2000; Rutter akan mempengaruhi motivasi
& Maughan, 2002). Selain itu relasi siswa yang positif dengan guru dapat menjadi perkembangan akademik,
motivator yang kuat dan sangat berarti bagi siswa, utamanya bagi anak sekolah yang sosial-emosional, dan perilaku
menghabiskan sebagian besar waktu mereka disekolah dan berinteraksi dengan satu peserta didik di sekolah
atau hanya beberapa guru. Relasi positif guru-siswa menyediakan sumber daya ataupun diluar sekolah
tambahan dan bantuan untuk siswa, sedangkan relasi negatif dapat menjadi hambatan
bagi keberhasilan akademis dan sosial (Davis, 2001). Relasi sosial guru-siswa akan
membentuk persepsi kemampuan siswa, penilaian subyektif atas peluang pendidikan
dan harapan untuk berhasil. Telah dilaporkan bahwa siswa yang memiliki harapan
rendah terhadap akademik karena melihat harapan dari guru yang negatif terhadap
mereka (Wentzel, 2009). Studi relasional telah menunjukkan bahwa guru hampir
merupakan agen sosial paling signifikan yang mempengaruhi motivasi dan bahkan
dapat berdampak pada komitmen atau pelepasan sekolah siswa (Goddard et al., 2001;
McDermott et al., 2001; Fallu & Janosz, 2003).

2.3 Sumber Wawancara


Guru/ Teman Sejawat
Narsum : Mediawati, S.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Belum terjalinnya hubungan guru dan peserta didik secara individu yang akan
menyebabkan terhambatnya tujuan pembelajaran
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Perlunya Meningkatkan Relasi guru dan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran di sekolah
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Relasi guru dan peserta didik akan mempengaruhi motivasi perkembangan belajar dan
perilaku peserta didik di sekolah ataupun diluar sekolah
Daftar Pustaka
Efendy, M., Murwani, D., Hitipeuw, I., & Rahmawati, H. (2021). Motivasi
Berprestasi Siswa Di Sekolah, Bagaimana Peran Relasi Guru Dan Siswa?. Jurnal
Psikologi Konseling Vol, 19(2).
3 Peserta didik belum 3.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
Mengimplementasikan Peserta didik masih mengulangi kesalahan/pelanggaran yang sama dalam pelaksanaan hasil kajian literatur dan
nilai disiplin positif aturan di lingkungan sekolah wawancara dapat diketahui
pada lingkungan bahwa :
sekolah 3.2 Sumber Kajian Literatur 1. Kurangnya Pembinaan karakter
Menurut Febriandari, E. I. (2018) Metode disiplin positif adalah suatu program disiplin Peserta didik dengan
yang didesain untuk mendidik anak muda agar menjadi anggota masyarakat yang menerapkan disiplin positif,
bertanggung jawab, santun, cerdas (Nelson, 2016). Disiplin positif diharapkapkan salah satunya dengan
dapat menjadi jembatan untuk anak menjadi manusia yang lebih baik, teguh dalam mendisiplinkan anak tanpa
jangka panjang serta membantu anak merasa diterima di komunitasnya. Disarankan, kekerasan
untuk menciptakan situasi kelas yang nyaman berdasarkan pada komunitas dan 2. Masih banyaknya perilaku tidak
kerjasama yang dapat meningkatkan kemampuan akademis, menggunakan dorongan disiplin di sekolah
positif untuk meningkatkan afisasi motivasi intrinsik, menciptakan keterampilan menunjukkan bahwa
hidup sosial dan emosional (socialand emotional life skills) dan perilaku positif dan pendidikan karakter disiplin dan
bukan mencari-cari kekurangan anak (Tumewu, 2017) metode yang digunakan masih
tidak sesuai.
3.3 Sumber Wawancara 3. Munculnya perilaku tidak
Guru/ Teman Sejawat disiplin menunjukkan bahwa
Narsum : Lidya Herawati, M.Pd pengetahuan yang terkait
Waktu : Jum’at, 27/10/2023 dengan karakter yang
Pemahaman tentang disiplin positif di sekolah masih sangat rendah didapatkan Peserta didik di
Kepala Sekolah sekolah tidak membawa
Narsum : Siswanti S.Pd.I dampak positif terhadap
Waktu : Jum’at, 27/10/2023 perubahan perilaku Peserta
Sistem pendidikan karakter disiplin dan metode yang digunakan disekolah belum didik sehari-hari
menemukan metode yang sesuai dengan karakter peserta didik secara umum.
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Pelaksanaan disiplin positif di sekolah berdampak positif terhadap prilaku peserta
didik sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.
Daftar Pustaka
Febriandari, E. I. (2018). Penerapan metode disiplin positif sebagai bentuk pembinaan
pendidikan karakter disiplin anak. Karya Ilmiah Dosen, 1(1).
4 Guru kurang 4.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
melakukan tanggapan Belum adanya aktivitas yang terintegrasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk hasil kajian literatur dan
terhadap kesalahan membantu Peserta didik memperbaiki kesalahan belajar wawancara dapat diketahui
kinerja Peserta didik bahwa :
atas tugas-tugas 4.2 Sumber Kajian Literatur 1. Guru belum secara teratur
belajarnya. Menurut Slamet (2020) Umpan balik pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk menarik perhatian siswa pada
verifikasi dan elaborasi. Umpan balik berbentuk verifikasi adalah berupa penilaian hasil belajar yang akan
sederhana tentang apakah sebuah jawaban benar atau tidak, dan umpan balik membantu mereka mengingat
berbentuk elaborasi adalah berupa petunjuk yang relevan untuk memandu siswa tujuan, mendorong mereka
memperoleh jawaban yang benar. Umpan balik yang efektif mencakup elemen-elemen untuk menilai hasil belajar
verifikasi dan elaborasi. Umpan balik berbentuk verifikasi atau koreksi dapat individu dibandingkan dengan
dikomunikasikan dengan beberapa cara untuk mengkonfirmasikan apakah sebuah tujuan pembelajaran
jawaban benar atau salah. Umpan balik verifikasi dapat dengan cara menyatakan 2. Guru belum optimal dalam
“benar” atau “salah”. Teknik umpan balik verifikasi dapat diberikan dengan penebalan melakukan Umpan balik
atau memberi nilai pada sebuah jawaban untuk menunjukkan kebenarannya (misalnya pembelajaran baik itu berupa
dengan tanda check) atau memberikan informasi tertentu pada siswa. Umpan balik penilaian sederhana tentang
berbentuk elaborasi memiliki variasi yang lebih banyak daripada umpan balik apakah sebuah jawaban benar
verifikasi. atau tidak, dan atau umpan
balik berupa petunjuk yang
4.3 Sumber wawancara relevan untuk memandu siswa
Guru/ Teman Sejawat memperoleh jawaban yang
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I benar.
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Guru kurang melakukan tanggapan terhadap nilai hasil belajar
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Assesmen, Penilaian dan evaluasi dari pembelajaran harus dilakukan guna perbaikan
tujuan pembelajaran
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Guru harus melakukan Umpan balik pembelajaran berupa penilaian sederhana tentang
apakah sebuah jawaban benar atau tidak, dan atau umpan balik berupa petunjuk yang
relevan untuk memandu Peserta didik memperoleh jawaban yang benar.
Daftar Pustaka :
Slamet, S. S. (2020). Hubungan strategi umpan balik (feedback), motivasi berprestasi
dan hasil belajar dalam pembelajaran PPKn di SMK. PINUS: Jurnal Penelitian
Inovasi Pembelajaran, 5(2).

5 Guru belum 5.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


mengoptimalkan  Metode pembelajaran yang digunakan guru masih monoton dan kegiatan belajar hasil kajian literatur dan
metode pembelajaran mengajar masih terpusat pada guru wawancara dapat diketahui
yang inovatif sesuai  Kegiatan pembelajaran belum menggunakan TPACK bahwa :
dengan karakteristik 1. Guru belum mengoptimalkan
materi 5.2 Sumber Kajian Literatur metode pembelajaran inovatif
Menurut Hasriadi, H. (2022) Sistem Pembelajaran yang digunakan oleh pendidik yang dapat merangsang peserta
di Indonesia pada dasarnya masih menggunakan metode konvesional. Hal ini karena didik untuk ikut aktif dan
belum adanya kreativitas yang dilakukan oleh guru dalam penggunaan metode berpartisipasi dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Biasanya guru masih dominan pembelajaran.
menggunakan metode ceramah dan hafalan sehingga membuat perta didik bosan 2. Guru belum mampu
mengikuti pembelajaran. Pada masa remaja peserta didik lebih suka mencoba suatu melaksanakan pendekatan
hal baru dan setiap siswa pasti memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, ada yang TPACK untuk menguasai dan
super aktif ada yang sedang ada juga siswa yang masih pasif. Apabila pembelajaran memadukan kompetensi
kurang menarik maka akan sangat berdampak dari hasil akhir pembelajaran. Sebuah pedagogik, pengetahuan, dan
fakta dilapangan menunjukkan bahwa masih adanya peserta didik yang belum ikut teknologi sehingga
serta berpartisipasi secara aktif ketika proses pembelajaran berlangsung karena mereka pembelajaran efektif, inovatif
merasa pembelajaran terkesan masih belum membangkitkan semangat mereka untuk dan dapat meningkatkan hasil
belajar. Pemilihan metode yang tepat dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga belajar siswa
pendidikan akan selalu mengalami peningkatan yang baik (Iriansyah, 2020)
Menurut Hayani & Sutama (2022) Perbaikan dan peningkatan kemampuan guru
merupakan usaha terintergrasi yaitu melalui pendekatan TPACK guru mampu
menguasai dan memadukan kompetensi pedagogik, pengetahuan, dan teknologi
sehingga pembelajaran efektif, inovatif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penciptaan sebuah pembelajaran bermakna dan mendidik dapat dicapai dengan
pengembangan kompetensi guru secara optimal. Menurut Hasanah ( 2012: 51) guru
dan kepala sekolah harus seirama dalam komitmen peningkatan mutu pendidikan di
sekolah. Komitmen guru merupakan jembatan untuk guru mau belajar memperdalam
kompetensi yang dimilikinya sedangkan kepala sekolah memiliki fungsi manajerial di
sekolah. Fungsi manajerial tersebut juga mencakup manajemen SDA dan SDM di
sekolah. Manajemen tersebut terkait dalam regulasi dan pembiayaan untuk dapat
mendukung pengembangan kompetensi guru.
5.3 Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
peserta didik kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran
dikarenakan metode mengajar guru yang masih konvensional
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Guru harus meningkatkan kemampuan diri dalam metode mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Guru harus mampu melaksanakan pendekatan TPACK membuat pembelajaran
efektif, inovatif dan dapat meningkatkan hasil belajar Peserta didik

Daftar Pustaka :
1. Hasriadi, H. (2022). Metode Pembelajaran Inovatif di Era Digitalisasi. Jurnal
Sinestesia, 12(1), 136-151.
2. Hayani, S. N., & Sutama, S. (2022). Pengembangan Perangkat dan Model
Pembelajaran Berbasis TPACK Terhadap Kualitas Pembelajaran Daring. Jurnal
Basicedu, 6(2), 2871-2882.

6 Kurangnya motivasi 6.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


belajar peseta didik  Rendahnya kemauan Peserta didik dalam proses pembelajaran hasil kajian literatur dan
 Peserta didik banyak yang cepat merasa bosan, bermalas-malasan di kelas, dan wawancara dapat diketahui
tidak mampu memahami pelajaran dengan baik bahwa :
1. Guru belum optimal dalam
6.2 Sumber Kajian Literatur menggunakan metode
Supriani & Arifudin. (2020) Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang pembelajaran yang menarik
turut menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar perhatian siswa.
dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik 2. Metode mengajar kurang
akan belajar dengan sungguh- sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. menarik karena guru kurang
Menurut (Uno, 2015) bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal persiapan, tidak menggunakan
pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada sarana inofatif dan kreatif dan
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator- kurang menguasai bahan
indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan pelajaran sehingga siswa
kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam kurang senang terhadap
belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu (Winkel, 2010) pelajaran dan akan berakibat
menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa malas untuk belajar
peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Sejalan dengan pendapat di atas, (Sardiman., 2011) menjelaskan motivasi belajar
adalah seluruh daya penggerak didalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
dicapai.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu peserta didik yang
dapat memberikan dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut

6.3 Sumber wawancara


Guru/Teman Sejawat
Narsum : Heni Saputri, S.Pd.
Waktu : Jum’at, 23/10/2023
Guru masih menggunakan metode mangajar yang konvensional sehingga kurang
menarik peserta didik
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 23/10/2023
Guru harus meningkatkan kemampuan diri dalam menggunakan metode mengajar
yang menarik sehingga memotivasi minat peserta didik untuk belajar
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 23/10/2023
Sebelum melakukan aktifitas mengajar guru harus melakukan persiapan,
menggunakan sarana inofatif dan kreatif untuk menarik perhatian peserta didik untuk
mengikuti pelajaran.
Daftar Pustaka :
Supriani, Y., Ulfah, U., & Arifudin, O. (2020). Upaya Meningkatkan Motivasi Peserta
Didik Dalam Pembelajaran. Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah,
Agama Islam, Manajemen Dan Pendidikan, 1(1), 1-10.
7 Perserta didik masih 7.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
belum memahami / hasil kajian literatur dan
terbiasa dengan soal  Peserta didik belum bisa menganalisis fungsi linear (sebagai persamaan garis wawancara dapat diketahui
HOTS lurus) dan menginterprestasikan grafiknya yang dihubungkan dengan masalah bahwa :
kontekstual 1. Peserta didik belum memahami
 Peserta didik belum bisa menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan soal HOTS dalam menganalisis
dengan linear sebagai persamaan garis lurus fungsi linear (sebagai
persamaan garis lurus) dan
menginterprestasikan grafiknya
7.2 Hasil Kajian Literatur yang dihubungkan dengan
Menurut Markhamah, N. (2021) Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher masalah kontekstual.
Order Thinking Skils menurut Resnick adalah proses berpikir kompleks dengan 2. Cara mengajar guru yang tidak
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar dalam menguraikan materi, membangun mudah siswa mengerti, karena
representasi, menganalisis, membuat kesimpulan, dan membangun hubungan. penggunaan istilah yang baru
Dijelaskan juga oleh Gunawan, bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah terkait HOTS yang masih sulit
proses berpikir yang menuntut peserta didik untuk memanipulasi ide-ide dan informasi bagi pemahaman peserta didik
yang ada dengan cara tertentu yang memberikan pengertian dan implikasi baru. 3. Penyebab lain peserta didik
Misalnya, ketika siswa menggabungkan ide dan fakta dalam proses sintesis, mengalami kesulitan dalam
generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesi serta analisis, sehingga siswa sampai menjawab soal HOTs adalah
pada suatu kesimpulan. Menurut Markhamah, N. (2021) HOTS merupakan karena mereka tidak mengerti
keterampilan berpikir secara mendalam terkait dengan mengolah informasi atau dan memahami perintah soal
membuat keputusan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi secara kritis dan
kreatif melalui kegiatan analisis dan sintesis serta dapat menginterpretasikannya.
Berdasarkan pengertian HOTS yang telah dikemukakan di atas, maka dari sini terlihat
bahwasannya tujuan utama dari High Order Thinking Skills adalah bagaimana
meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik pada tingkat yang lebih tinggi,
terutama yang berhubungan dengan kecakapan untuk berpikir secara kritis dan kreatif
dalam berbagai jenis informasi yang diterima, sehingga mampu diaplikasikan dalam
memecahkankan suatu permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
Menurut Gustiningsi dan Utari (2021) Persamaan garis lurus merupakan salah satu
materi matematika yang harus dikuasai dan dapat membantu dalam menyelesaikan
soal-soal aljabar, terutama persamaan linier (Isnaeni et al., 2018). Agar siswa dapat
memahami materi persamaan garis lurus, diperlukan soal tipe Higher Order Thinking
Skill (HOTS) agar menstimulasi keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, karena
dengan memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, siswa memahamkan konsep
siswa terhadap materi pelajaran, termasuk persamaan garis lurus.
7.3 Sumber wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Cinda Susila, M.Pd.
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Peserta didik belum memahami soal soal HOTS
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Peserta didik harus dibiasakan untuk diberikan soal atau materi HOTS
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 23/10/2023
Melalui penggunaan soal Hots akan mendorong peserta didik aktif mencari, aktif
berpikir dan mengkonstruksi pengetahuan sehingga terbiasa berpikir tingkat tinggi.
Apabila peserta didik sudah berpikir tingkat tinggi maka ia akan memiliki
kemampuan literasi yang baik

Daftar Pustaka :
1. Markhamah, N. (2021). Pengembangan soal berbasis HOTS (higher order thinking
skills) pada kurikulum 2013. Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(2), 385-
418.
2. Gustiningsi, T., & Utari, R. S. (2021). Pengembangan Soal Matematika Tipe
Higher Order Thinking Skill (Hots) Materi Persamaan Garis Lurus. PHI: Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(1), 79-86.

8 Rendahnya minat 8.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


Peserta didik terhadap  kemampuan Peserta didik dalam memahami masalah masih rendah hasil kajian literatur dan
pembelajaran yang  sistem pembelajaran yang masih bersifat dominan konvensional dan monoton wawancara dapat diketahui
berkaitan dengan  buku yang digunakan kurang bervasiarsi dan kurang menarik bahwa :
matematika.  keterampilan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran masih belum 1. Matematika masih dipandang
maksimal sebagai salah satu mata
pelajaran yang sulit bagi
8.2 Hasil Kajian Literatur peserta didik
2. Proses pembelajaran yang
Menurut Firdaus (2019) Permasalahannya saat ini matematika masih dipandang tidak sesuai dengan minat
sebagai salahsatu mata pelajaran yang sulit bagi siswa (Bernard, Sumarna, Rolina, & peserta didik akan
Akbar, 2019) sehingga minat siswa dalam belajar matematika rendah. Minat memungkinkan berpengaruh
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara tetap dalam melakukan negatif terhadap hasil belajar
proses belajar. Sesuai dengan pendapat Menurut Slameto (2003:180) minat adalah peserta didik
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 3. Guru masih menggunakan
Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang mertode pembelajaran yang
dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan berpusat pada guru (teacher
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang center), penggunaan metode
memiliki minat terhadap kegiatan tertentu cenderung memberikan perhatian yang didalam kelas lebih di dominasi
besar terhadap kegiatan tersebut. dengan metode konvensional
Menurut Putri & Bintaro (2019). Minat yang terdapat dalam diri siswa dapat yang sebagian besar ceramah
dilihat dari beberapa aspek. Menurut Dalyono (2010:235) ada tidaknya minat siswa dan kegiatan peserta didik
pada pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya lebih banyak diam, menyimak
catatan, memperhatikan tidaknya dalam pelajaran itu. Minat merupakan salah satu penjelasan guru, mencatat, dan
faktor yang dapat menunjang keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Melalui minat mengerjakan tugas yang
belajar yang tinggi siswa akan mengikuti dan memperhatikan materi pada proses diberikan guru sehingga
pembelajaran. Perhatian siswa saat melakukan proses pembelajaran menyebabkan membuat peserta didik tidak
siswa mudah dalam memahami konsep matematika. Oleh karena itu, apabila suatu aktif, tidak memiliki
proses pembelajaran tidak sesuai dengan minat siswa maka akan memungkinkan keberanian untuk mengajukan
berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa. Minat merupakan sesuatu yang pendapat dan kondisi belajar
diawali dengan perasaan senang dan sikap positif. Minat dapat dilakukan dengan yang membosankan
berupa bentuk perhatian yang dilakukan oleh seseorang karena ketertarikannya pada
objek tersebut. Minat dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang
disukainya. Menurut Djali (2011:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sukardi (Susanto, 2013:57) yang menyatakan bahwa minat dapat
diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Sementara
menurut Hadis dan Nurhayati (2008:44) menjelaskan bahwa arti minat secara umum
yaitu suatu ketertarikan yang diwujudkan oleh seseorang pada suatu objek yang
disenangi. Sedangkan menurut Sardiman dalam Susanto (2013:57) minat adalah suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan
suatu keadaan dimana seseorang merasa suka dan tertarik pada suatu objek berupa
benda maupun kegiatan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya. Apabila
peserta didik memiliki rasa minat terhadap pembelajaran maka akan ditunjukkan
melalui sikap dan perilaku yang baik pada saat proses pembelajaran. Hal ini karena
minat memiliki peranan penting dalam menentukan pola
Menurut Arifin, I. (2017). Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) deawasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta
didik. Hal ini Nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu 2
sendiri (Trianto, 2007). Guru masih menggunakan mertode pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher center), penggunaan metode didalam kelas lebih di
dominasi dengan metode konvensional yang sebagian besar ceramah dan kegiatan
siswa lebih banyak diam, menyimak penjelasan guru, mencatat, dan mengerjakan
tugas yang diberikan guru sehingga membuat siswa tidak aktif, tidak memiliki
keberanian untuk mengajukan pendapat dan kondisi belajar yang membosankan.
Hazmi, N. (2019). Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati
profesi yang penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah ada di tangan guru. Guru mempunyai
peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, keterampilan,
kecerdasan dan sikap serta pandangan hidup siswa. Oleh karenanya masalah sosok
guru yang bagaimana yang dibutuhkan agar guru dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
8.3 Sumber wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Sri Gustini, S.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
 Peserta didik kurang memahami masalah matematika dasar
 sistem pembelajaran yang dilakukan masih bersifat dominan konvensional dan
monoton
 kurangnya buku yang digunakan dalam proses pembelajaran
Kepala Sekolah
Narsum : Siswanti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
keterampilan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran masih belum
maksimal sehingga peserta didik kurang berminat mengikuti pelajaran matematika
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Penggunaan metode di dalam kelas lebih di dominasi dengan metode konvensional
yang sebagian besar ceramah dan kegiatan siswa lebih banyak diam, menyimak
penjelasan guru, mencatat, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga
membuat peserta didik tidak aktif, tidak memiliki keberanian untuk mengajukan
pendapat dan kondisi belajar yang membosankan

Daftar Pustaka :
1. Firdaus, C. B. (2019). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Minat Belajar Peserta
didik Terhadap Mata Pelajaran Matematika di MTs Ulul Albab. Journal On
Education, 2(1), 191-198.
2. Putri, B. B. A., Muslim, A., & Bintaro, T. Y. (2019). Analisis faktor rendahnya
minat belajar matematika peserta didik kelas V di SD Negeri 4 Gumiwang. Jurnal
Educatio Fkip UNMA, 5(2), 68-74.
3. Arifin, I. (2017). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dengan Metode
Brainstorming (Curah Pendapat) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan
Aktivitas Belajar Kimia PESERTA DIDIK (Doctoral dissertation, UNIMED).
4. Hazmi, N. (2019). Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran. Journal of Education
and Instruction (JOEAI), 2(1), 56-65.

9 Peserta didik memiliki 9.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
pemahaman yang hasil kajian literatur dan
salah tentang materi Peserta didik membangun pengetahuan baru di atas pemahaman yang salah yang wawancara dapat diketahui
pelajaran yang mereka miliki bahwa :
diajarkan di kelas Peserta didik masih ada yang
9.2 Hasil Kajian Literatur
kurang memahami suatu konsep
Menurut Fitri, S. (2018). Pemahaman matematika sangat penting dalam belajar matematika dalam materi
matematika karena itu akan memudahkan pemecahan masalah matematika, bahkan pembelajaran
akan mempertajam pemecahan masalah. Matematika telah diajarkan sehingga anak-
anak dapat memahami data numerik yang disajikan kepada mereka, dan mampu
melakukan perhitungan sederhana dan rumit dalam pertemuan sehari-hari.Ini juga
kepercayaan umum di kalangan peserta didik bahwa matematika adalah subjek yang
sulit dan sulit untuk dipelajari (Surya, Putri & Mukhtar, 2017). Matematika diajarkan
mulai dari tahap konkret, semi konkret, kemudian abstrak.Matematika juga diajarkan
dari konsep-konsep sederhana hingga konsep yang kompleks. Matematika yang bersifat
hirarkis dimana antara satu topik dengan topik lainnya saling terkait, mengharuskan
peserta didik memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep untuk belajar konsep
lainnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Skemp (Dzulfikar, 2017) bahwa
konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, satu konsep menjadi dasar bagi
konsep lainnya. Hal ini diartikan bahwa untuk mempelajari suatu konsep atau materi
baru dibutuhkan konsep atau materi lainnya. Konsep atau materi tersebut merupakan
perluasan atau pendalaman materi yang telah dipelajari. Menjadi sangat fatal apabila
peserta didik terlebih lagi guru memiliki pemahaman yang salah atau kurang tepat
terhadap suatu konsep matematika tertentu atau yang disebut miskonsepsi.
9.2 Sumber Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Kemampuan dasar Peserta didik dalam pelajaran matematika masih sangat rendah
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Miskonsepsi terjadi karena kurangnya minat peserta didik dalam belajar matematika,
kurangnya motivasi, peserta didik jarang belajar di rumah
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
penyebab miskonsepsi yaitu jarangnya konsep diajarkan di kelas, rendahnya
keinginan peserta didik untuk belajar konsep dan rumus, kurangnya pemanfatan alat
peraga, media pembelajaran dan buku-buku, serta sering berpacu hanya dari satu
sumber.

Daftar Pustaka :
Fitri, S. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Matematika Peserta didik Pada Materi
Operasi Aljabar. In Prosiding SiManTap: Seminar Nasional Matematika dan
Terapan (pp. 69-76).

10 Guru kurang 10.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


memanfaatkan hasil kajian literatur dan
teknolgi/inovasi Sekolah masih terbatas dalam menyediakan fasilitas teknologi/inovasi di sekolah wawancara dapat diketahui
(TPACK) dalam bahwa :
pembelajaran termasuk belum tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti Lab dan lain lain Guru belum maksimal dalam
mengintegrasikan teknologi
10.2 Hasil Kajian Literatur (TPACK) dalam pembelajaran
pada pembelajaran matematika
Menurut Rafi dan Sabrina (2019). Dengan adanya kerangka berpikir TPACK ini,
guru diharapkan dapat memanfaatkan teknologi sebagai media pembantu dalam
memfasilitas peserta didik untuk memahami suatu konten pembelajaran—terutama
untuk konten matematika yang bersifat abstrak—dan tentunya tetap
mempertimbangkan aspek pedagogis. Doering, Veletsianos, Scharber, & Miller
(2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penginterasian TPACK mampu
meningkatkan kepercayaan diri serta peningkatan kompetensi konten, pedagogis dan
teknologi guru dalam mendesain pembelajaran. Selanjutnya, Listiawan & Baskoro
(2015) melakukan analisis terhadap kemampuan guru yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana guru dapat mempresentasikan materi matematika khususnya
geometri sesuai dengan kerangka TPACK. Hal tersebut dilatarbelakangi dari
penggunaan perangkat lunak (software) dalam pembelajaran geometri berdampak
positif terhadap prestasi peserta didik dikarenakan titik, garis, dan bidang dapat
direpresentasikan dengan mudah. Dari uraian sebelunya dapat disimpulkan bahwa
pengintegrasian TPACK memberikan dampak yang positif untuk guru dan peserta
didik. Makalah ini akan mengkaji tentang peng-integrasian TPACK untuk
mengembangkan profesionalitas guru dalam pembelajaran matematika.
10.3 Sumber Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Belum lengkapnya sarana dan prasarana pendukung penerapan TPACK di sekolah
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
1. Guru kurang menguasai penerapan TPACK dalam proses pembelajaran
2. Belum tersedianya sarana pendukung pembelajaran berbasis TPACK
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Melalui TPACK dan dukungan dari sekolah guru matematika diharapkan dapat
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran pada materi matematika

Daftar Pustaka :
Rafi, I., & Sabrina, N. (2019). Pengintegrasian TPACK dalam pembelajaran
transformasi geometri SMA untuk mengembangkan profesionalitas guru
matematika. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 3(1), 47-56.

11 Guru kurang optimal 11.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
dalam mengetahui hasil kajian literatur dan
ketercapaian Peserta Guru kurang memaksimalkan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk wawancara dapat diketahui
didik terhadap mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar Peserta bahwa :
pembelajaran yang didik, yang hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan refleksi serta landasan untuk 1. Guru kurang mengembangkan
telah dilakukan meningkatkan mutu pembelajaran indikator pencapaian KD dan
memilih teknik penilaian yang
11.2 Hasil Kajian Literatur
sesuai pada saat menyusun
Menurut Puteri & Nawangsari (2023) Marhaeni (2015) menyebutkan bahwa silabus pembelajaran
asesmen disebut bermakna jika peserta didik memahami apa yang telah dicapainya 2. Guru Kurang mengembangkan
dan apa yang perlu ditingkatkan sehingga para peserta didik akan terpacu untuk terus instrumen dan pedoman
meningkatkan kemampuan serta keterampilannya. Asesmen bermakna tersebut berupa penilaian sesuai dengan bentuk
asesmen autentik yang dilaksanakan pada Kurikulum 2013 dan peneliti melakukan dan teknik yang dipilih
pengembangan instrumen asesmen autentik. Menurut Adhi (2015) menguatkan 3. Guru belum maksimal
dalam hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan asesmen perlu diubah dari yang melaksanakan tes, pengamatan,
awalnya konvensional menjadi asesmen yang lebih holistik dan lebih nyata. Asesmen penugasan, dan/atau bentuk lain
tersebut adalah asesmen autentik karena hasil asesmen autentik dapat memberi yang diperlukan
gambaran sesungguhnya terhadap kemampuan peserta didik . 4. Guru belum optimal mengolah
hasil penilaian untuk
Menurut Kusairi, S. (2012). Kualitas pembelajaran ditentukan salah satunya oleh mengetahui kemajuan hasil
kualitas asesmen yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar dan kesulitan peserta
asesmen dapat membantu guru memahami kekuatan dan kelemahan yang dialami oleh didik
peserta didik dalam belajar. Semakin berkualitas kegiatan asesmen pembelajaran, 5. Guru jarang mengembalikan
pemahaman guru akan kelemahan dan kekuatan peserta didik dalam mempelajari hasil pemeriksaan pekerjaan
materi tertentu semakin baik. Dengan melaksanakan asesmen yang berkualitas dan peserta didik disertai
menganalisisnya untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan belajar peserta balikan/komentar yang
didik , guru memiliki acuan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam proses mendidik
pembelajarannya. Asesmen juga dapat memberikan informasi pada peserta didik 6. Guru kurang memanfaatkan
tentang kemajuan belajarnya sehingga peserta didik dapat memperbaiki perilaku hasil penilaian untuk perbaikan
belajarnya. pembelajaran
11.3 Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
1. Guru jarang mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai
balikan/komentar yang mendidik
2. Guru kurang memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 22 September 2023
Guru harus mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian
yang sesuai pada saat menyusun silabus pembelajaran yang didalamnya sudah
termasuk assesmen pembelajaran secara lengkap

Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)


Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
asesmen harus dirancang dengan adil, proporsional, valid, dan dapat
dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan
tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang
sesuai selanjutnya.

Daftar Pustaka :
1. Puteri, A. N., Yoenanto, N. H., & Nawangsari, N. A. F. (2023). Efektivitas
asesmen autentik dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 8(1), 77-87.
2. Kusairi, S. (2012). Analisis asesmen formatif fisika sma berbantuan
komputer. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16, 68-87.

12 Guru belum 12.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap


mengoptimalkan  Model pembelajaran yang digunakan guru masih di dominasi secara hasil kajian literatur dan
model pembelajaran konvensional. wawancara dapat diketahui
yang inovatif sesuai  Kegiatan belajar mengajar masih terpusat pada guru sehingga Peserta didik tidak bahwa :
dengan karakteristik aktif dalam pembelajaran 1. Peserta didik tidak aktif dalam
materi  Penggunaan TPACK pada proses pembelajaran belum optimal dilaksanakan proses pembelajaran
dikarenakan metode didalam
kelas lebih di dominasi
12.2 Hasil KajianLiteratur dengan metode konvensional
Menurut Arifin, I. (2017). Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada yang sebagian besar ceramah
pendidikan formal (sekolah) deawasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta 2. Kegiatan peserta didik lebih
didik. Hal ini Nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat banyak diam, menyimak
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang penjelasan guru, mencatat, dan
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu mengerjakan tugas yang
sendiri (Trianto, 2007). Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang berpusat diberikan guru sehingga
pada guru (teacher center), penggunaan metode didalam kelas lebih di dominasi membuat peserta didik tidak
dengan metode konvensional yang sebagian besar ceramah dan kegiatan peserta didik aktif, tidak memiliki
lebih banyak diam, menyimak penjelasan guru, mencatat, dan mengerjakan tugas yang keberanian untuk mengajukan
diberikan guru sehingga membuat peserta didik tidak aktif, tidak memiliki keberanian pendapat dan kondisi belajar
untuk mengajukan pendapat dan kondisi belajar yang membosankan. yang membosankan
Menurut Muah, T. (2016) keaktifan belajar adalah peserta didik melakukan 3. Kurangnya dukungan dari
kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri, sekolah untuk
membaca sumber belajar yang diberikan oleh guru, bisa belajar secara individu mengintegrasikan teknologi
ataupun kelompok, ada timbal balik antara guru dan peserta didik baik itu menjawab dalam pembelajaran pada
pertanyaan ataupun memberikan komentar, dan peserta didik selalu termotivasi untuk materi matematika
berpendapat. Sriyono (1992) mengatakan bahwa keaktifan belajar peserta didik adalah
usaha yang dilakukan oleh guru pada waktu mengajar, sehingga peserta didik dapat
terlibat aktif baik jasmani maupun rohani dalam mengikuti pelajaran. Keaktifan belajar
peserta didik dianggap begitu penting dalam kegiatan pembelajaran, dan keaktifan
belajar peserta didik tersebut muncul karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu
stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan, pemakaian
dan pemindahan, dan pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi
yang tidak terbatas jumlahnya (Sudjana, 2009). Berdasarkan pengertian diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah usaha yang dilakukan oleh guru
pada waktu mengajar, agar peserta didik melakukan kegiatan secara bebas baik secara
jasmani maupun rohani, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri, dan
peserta didik selalu termotivasi untuk berpendapat dalam mengikuti pelajaran
Menurut Rafi dan Sabrina (2019). Dengan adanya kerangka berpikir TPACK ini,
guru diharapkan dapat memanfaatkan teknologi sebagai media pembantu dalam
memfasilitas peserta didik untuk memahami suatu konten pembelajaran—terutama
untuk konten matematika yang bersifat abstrak—dan tentunya tetap
mempertimbangkan aspek pedagogis. Doering, Veletsianos, Scharber, & Miller (2009)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa penginterasian TPACK mampu meningkatkan
kepercayaan diri serta peningkatan kompetensi konten, pedagogis dan teknologi guru
dalam mendesain pembelajaran. Selanjutnya, Listiawan & Baskoro (2015) melakukan
analisis terhadap kemampuan guru yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana guru
dapat mempresentasikan materi matematika khususnya geometri sesuai dengan
kerangka TPACK. Hal tersebut dilatarbelakangi dari penggunaan perangkat lunak
(software) dalam pembelajaran geometri berdampak positif terhadap prestasi peserta
didik dikarenakan titik, garis, dan bidang dapat direpresentasikan dengan mudah. Dari
uraian sebelunya dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian TPACK memberikan
dampak yang positif untuk guru dan peserta didik. Makalah ini akan mengkaji tentang
peng-integrasian TPACK untuk mengembangkan profesionalitas guru dalam
pembelajaran matematika.
12.3 Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Model pembelajaran yang digunakan guru masih di dominasi secara konvensional
sehingga kegiatan belajar mengajar masih terpusat pada guru sehingga Peserta didik
tidak aktif dalam pembelajaran
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Guru belum mengoptimalkan model pembelajaran yang inovatif sesuai dengan
karakteristik materi dan peserta didik
Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)
Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/2023
Guru harus memilih model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah

Daftar Pustaka :
1. Muah, T. (2016). Penggunaan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik
kelas 9B semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 2 Tuntang-
Semarang. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(1), 41-53.
2. Rafi, I., & Sabrina, N. (2019). Pengintegrasian TPACK dalam pembelajaran
transformasi geometri SMA untuk mengembangkan profesionalitas guru
matematika. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 3(1), 47-56.
3. Arifin, I. (2017). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dengan Metode
Brainstorming (Curah Pendapat) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas
Belajar Kimia PESERTA DIDIK (Doctoral dissertation, UNIMED).

13 Guru kurang menjalin 13.1 Hasil Observasi Setelah dilakukan analisis terhadap
komunikasi intensif  Guru belum maksimal menjalin komunikasi dengan orang tua karena tempat hasil kajian literatur dan
dengan orang tua tinggal orang tua yang kebanyakan berkebun wawancara dapat diketahui
 Guru belum mempunyai forum rutin pertemuan dengan orang tua bahwa :
 Orang tua perserta didik sibuk dengan pekerjaan masing – masing sehingga anak 1. Belum terlibatnya orang tua
kurang perhatian dalam memudahkan proses
Orang tua memiliki pemikiran bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah, belajar melalui interaksi
bukan tanggung jawab bersama komunikasi diantara orang tua
dan anak.
13.2 Hasil KajianLiteratur 2. orang tua Peserta didik hanya
Menurut Triwardhani dkk (2020). Pendidikan di sekolah sangat membutuhkan datang pada saat menerima
keterlibatan orang tua untuk mewujudkan proses pendidikan yang lengkap. Tidak rapor atau ketika anaknya
terpisah antara program belajar dari sekolah dan pola asuh anak di rumah. Semuanya bermasalah di sekolah.
saling berkaitan dan akan memberikan hasil yang maksimal. Ketika di rumah, anak 3. Padatnya waktu aktivitas orang
akan melakukan aktivitas dan berkomunikasi dengan orang tua dimulai dari bermain tua menjadi sebuah salah satu
hingga belajar, namun ketika berada di sekolah, anak akan berinteraksi dengan guru. kendala
Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan karakter dari setiap peserta didik dari
adanya kesinambungan dan keselarasan antara kegiatan belajar di lingkungan sekolah
dengan pendidikan di rumah. Sebagaimana menurut Wisman (2017) bahwa guru akan
sukses dalam melakukan pengajaran terhadap peserta didik nya, dengan adanya
pemahaman karakteristik peserta didik nya. Bagi orang tua peserta didik membangun
keterlibatan di sekolah melalui komunikasi dengan guru sekaligus menyelaraskan pola
asuh di rumah dengan apa yang diperoleh anak di sekolah. Segala permasalahan
termasuk kendala anak maupun kelebihan anak bisa dikomunikasikan dengan guru.
Sehingga membangun tingkat kognisi dan kepribadian anak akan seiring dengan apa
yang dilakukan di rumah dan di sekolah. Ide-ide cemerlang orang tua juga akan dapat
mendorong programprogram di sekolah. Hal ini yang mendorong selalu terjadi
komunikasi antara guru dan orang tua dalam kegiatan belajar anak di sekolah. Melalui
komunikasi yang dijalin dengan baik, tentunya akan menumbuhkan rasa kepercayaan
yang penuh dari orang tua terhadap pihak sekolah, dan memberikan penilaian positif.
13.3 Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
Narsum : Maradona Kardeko, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Kurangnya komunikasi dengan orang tua Peserta didik karena orang tua hanya datang
pada saat menerima rapor atau ketika anaknya bermasalah di sekolah saja
Kepala Sekolah
Narsum : Peserta didik nti, S.Pd.I
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Orang tua masih memiliki pemikiran bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
sekolah, bukan tanggung jawab bersama

Pakar (Ketua Prodi Matematika Univ. Muhamadyah Bengkulu)


Narsum : Rahmat Jumri, M.Pd
Waktu : Jum’at, 27/10/ 2023
Kerjasama guru dan orangtua penting dilakukan agar terbangun persepsi yang sama
antara sekolah dan orangtua dalam mendukung proses pembelajaran yang akan
diberikan.

Daftar Pustaka :
Triwardhani, I. J., Trigartanti, W., Rachmawati, I., & Putra, R. P. (2020). Strategi Guru
dalam membangun komunikasi dengan Orang Tua Peserta didik di Sekolah. Jurnal
Kajian Komunikasi, 8(1), 99-113.

Anda mungkin juga menyukai