Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.

Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Masih kurangnya A. Literatur Pembelajaran Abad 21 Berdasarkan literatur dan hasil
interaksi antara guru dan Modul 2 Pedagogig wawancara guru mata pelajran
siswa dalam Reigeluth dalam Pujiriyanto Bahasa Indonesia, ditemukan
pembelajran teks (2019:4) telah meletakkan beberapa masalah yang
editorial secara lisan. karakteristik peserta didik, menyebabkan Masih kurangnya
karakteristik bidang studi dan tujuan interaksi antara guru dan siswa
pembelajaran sebagai pijakan utama dalam pembelajran teks editorial
dalam memanipulasi pembelajaran. secara lisan., ditemukan dua faktor
Artinya dilihat dari sisi peserta didik yakni dari siswa dan guru. Adapun
saat ini karakteristiknya berbeda faktor dari siswa:
dengan karakteristik generasi 1. Penunjang keaktifan
milenial. Dilihat dari tujuan berbicara siswa masih
pembelajaran tentu memiliki kurang, misalnya pilihan
orientasi-orientasi baru akibat kata, dan ketepatan sasaran
perkembangan ilmu pengetahuan. kebahasaan.
Dilihat dari aspek karakteristik 2. Kurangnya pembendaharaan
bidang studi tentu dipengaruhi pula kata siswa, sehingga siswa
oleh penemuan-penemuan baru. cendrung susah untuk
Perubahan-perubahan tersebut merangkai kalimat utuh, dan
membawa konsekwensi adanya menyampaikan informasi
penyesuaian peran guru. secara luas.
B. Literatur interaksi siswa dan
guru. Selain faktor yang timbul dari siswa,
Modul 1 Pedagogig tentunya peran guru juga sangat
Teori Belajar Behavioristik berpengaruh, faktor yang
Robert dalam Isniatun ditimbulkan dari guru adalah:
Munawaroh (2019:86) 1. Pembelajaran yang
Behavioristik memandang bahwa cenderung didominasi oleh
belajar merupakan perubahan guru, sehingga proses
tingkah laku sebagai akibat dari pembelajaran hanya berjalan
adanya interaksi antar stimulus dan satu arah saja
respon. 2. Kurangnya stimulus dari
guru untuk memancing anak
Isniatun Munawaroh (2019:86) berbicara.
Belajar merupakan bentuk dari suatu 3. Model pembelajran guru
perubahan yang dialami peserta masih belum inovatif, guru
didik dalam hal kemampuannya masih mengunakan model
untuk bertingkah laku dengan cara pembelajran satu arah. guru
yang baru sebagai hasil interaksi juga jarang mengikuti
antara stimulus dan respon. Peserta pelatihan, IHT, dan seminar
didik dianggap telah melakukan yang membahas model
belajar jika dapat menunjukkan pembelajran inovatif.
perubahan tingkah lakunya. 4. Guru dalam mengajar belum
Contohnya, peserta didik dapat mengunakan TIK secara
dikatakan bisa membaca jika ia maksimal.
mampu menunjukkan kemampuan
membacanya dengan baik.

Thorndike (Isniatun Munawaroh,


1
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
2019:95) Peran yang harus
dilakukan guru dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan peserta
didik. Jangan berharap kebiasaan itu
akan terbentuk dengan sendirinya.
2. Berhati-hati jangan sampai
membentuk kebiasaan yang nantinya
harus diubah, karena mengubah
kebiasaan yang telah terbentuk
adalah hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk kebiasaan
dengan cara yang sesuai dengan
bagaimana kebiasaan itu akan
digunakan.
4. Bentuklah kebiasaan dengan
cara yang sesuai dengan bagaimana
kebiasaan itu akan digunakan.

Isniatun Munawaroh, (2019:108-


109) pembentukan pengetahuan
adalah peserta didik itu sendiri,
peserta didik harus aktif selama
kegiatan pembelajaran, aktif
berpikir, menyusun kosep, dan
memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari, tetapi yang
paling menentukan terwujudnya
gejala belajar adalah niat belajar
peserta didik itu sendiri. Sementara
peranan guru dalam belajar
konstruktivistik adalah membantu
agar proses pengkonstruksian
pengetahuan oleh peserta didik
berjalan lancar.

Driver dan Oldhan (Isniatun


Munawaroh, 2019:109) Ciri-ciri
belajar konstruktivisme adalah
sebagai berikut:
a) Orientasi, yaitu peserta didik
diberik kesempatan untuk
mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu topik dengan
memberi kesempatan melakukan
observasi.
b) Elitasi, yaitu peserta didik
mengungkapkan idenya denegan
jalan berdiskusi, menulis, membuat
poster, dan lain-lain.
c) Restrukturisasi ide, yaitu
klarifikasi ide dengan ide orang lain,
membangun ide baru, mengevaluasi
ide baru.
d) Penggunaan ide baru dalam
setiap situasi, yaitu ide atau
pengetahuan yang telah terbentuk

2
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi.
e) Review, yaitu dalam
mengapliasikan pengetahuan,
gagasan yang ada perlu direvisi
dengan menambahkan atau
mengubah
Paradigma konstruktivistik
memandang peserta didik sebagai
pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu.

C. Literatur berbicara
Modul 5 Profesional
Setyawan Pujiono (2019:2)
menyatakan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia secara umum bertujuan
agar peserta didik mampu
menyimak, mewicara, membaca,
dan menulis. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut di dalam
Kurikulum 2013 diimplementasikan
dalam berbagai genre teks dalam
rangka mencapai kompetensi
pengetahuan dan keterampilan
berbahasa.

Setyawan Pujiono (2019:4)


Berbicara merupakan keterampilan
berbahasa yang bertujuan untuk
mengungkapkan ide, gagasan, serta
perasaan secara lisan sebagai proses
komunikasi kepada orang lain.
Dalam proses berbicara, seseorang
akan mengalami proses berpikir
untuk mengungkapkan ide dan
gagasannya secara luas (divergent
thinking). Proses berbicara sangat
terkait hubungannya dengan faktor
pengembangan berpikir berdasarkan
pengalaman yang mendasarinya.
Pengalaman tersebut dapat diperoleh
melalui membaca, menyimak,
pengamatan dan diskusi.

Setyawan Pujiono (2019:6)


 Keefektifan berbicara seseorang
sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor kebahasaan yang
dikuasainya. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah: ketepatan
ucapan (tata bunyi), penempatan

3
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
tekanan, nada, sendi, dan durasi
yang sesuai, pilihan kata (diksi),
dan kalimat efektif.
 Faktor-faktor yang termasuk faktor
nonkebahasaan adalah (1) sikap
yang wajar, tenang, dan tidak kaku,
(2) kontak mata atau pandangan
harus diarahkan kepada audien atau
khalayak pendengar, (3) gerak-
gerik dan mimik yang tepat, (4)
kenyaringan suara, (5) kelancaran,
dan (6) relevansi atau penalaran.
D. Literatur materi Teks editorial
Modul 6 Profesional
Beniati Lestyarini (2022:90) Teks
editorial adalah sebuah artikel
dalam surat kabar yang merupakan
pendapat atau pandangan redaksi
terhadap suatu peristiwa yang
aktual atau sedang menjadi
perbincangan hangat pada saat surat
kabar itu diterbitkan.

Struktur Teks Editorial


Beniati Lestyarini (2022:90) Ada
tiga struktur utama yang menyusun
teks editorial/opini, yaitu:
a) Pernyataan pendapat (tesis),
bagian yang berisi sudut pandang
penulis tentang masalah yang
dibahas, berisi sebuah teori yang
akan diperkuat oleh argumen.
b) Argumentasi, merupakan alasan
atau bukti yang digunakan guna
memperkuat pernyataan dalam
tesis. Argumentasi yang diberikan
dapat berupa pertanyaan
umum/data hasil penelitian,
pernyataan para ahli, maupun fakta-
fakta.
c) Pernyataan/Penegasan ulang
pendapat (Reiteration), merupakan
bagian yang berisi penegasan ulang
pendapat yang didukung oleh fakta
yang biasanya berada di bagian
akhir teks.
E. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara, faktor
yang mempengaruhi kurangnya
intraksi guru dan siswa dalam
keterampilan berbicara adalah:
1. Kurangnya stimulus dari guru
untuk memancing anak
berbicara.
2. Kurangnya kosa kata bahasa,
4
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
sehingga siswa cendrung susah
untuk merangkai kalimat utuh.
3. Kurangnya pengetahuan anak
terhadap materi yang diajarkan.
4. Model pembelajran guru masih
monoton, satu arah guru masih
dijadikan sumber belajar yang
utama.
5. Kurangnya dorongan guru
kepada siswa untuk berlatih
berbicara.
6. Fasilatas TIK sekolah masih
minim, menyesuaikan kebutuhan
sekolah.

2 Kemapuan menganalisis A. Literatur kemampuan Berdasarkan literatur dan hasil


ciri kebahasaan teks menganalisis wawancara guru bahasa indonesia,
editorial secara kritis Jurnal penelitian faktor penyebab Kemapuan
dalam bentuk tulisan Conney (dikutip Hudoyo, 1988) menganalisis ciri kebahasaan teks
masih rendah. menyatakan bahwa mengajarkan editorial secara kritis dalam bentuk
penyelesaian masalah kepada tulisan masih rendah adalah:
peserta didik, memungkinkan 1. Guru kurang melatih siswa
peserta didik itu menjadi lebih untuk menyelesaikan maslah,
analitis di dalam mengambil sehingga anak tidak terbiasa
keputusan di dalam hidupnya. dalam mengalisis.
Dengan perkataan lain, bila 2. Guru kurang melatih siswa
peserta didik dilatih untuk berfikir kritis, masih
menyelesaikan masalah, maka menerapkan pembelajran
peserta didik itu akan mampu kontekstual.
mengambil keputusan, sebab 3. Guru belum mengunakan
peserta didik itu telah menjadi model pembelajran inovatif
trampil tentang bagaimana yang mampu melatih tingkat
mengumpulkan informasi yang analisis anak secara kritis.
relevan, menganalisis informasi, 6. Model pembelajran guru
dan menyadari betapa perlunya masih belum inovatif, guru
meneliti kembali hasil yang telah masih mengunakan model
diperolehnya. pembelajran satu arah. guru
B. Pembelajaran HOTS (Rancangan juga jarang mengikuti
Pembelajaran Inovatif Abad 21) pelatihan, IHT, dan seminar
Modul 4 Pedagogik yang membahas model
Tuntutan Kompetensi Abad 21 atau pembelajran inovatif.
4C (Comunication, Collaboration, 4. Guru dalam mengajar belum
Critical Thinking, Creativity), mengunakan TIK secara
kemampuan literasi, dan unsur- maksimal
unsur lain yang terintegrasi dalam
komponen maupun tahapan rencana
pembelajarannya.

Resnick dalam (Estu Miyarso,


2022:11) HOTS (Higher Order
5
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
Thinking Skill) atau keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah proses
berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat
kesimpulan, membangun
representasi, menganalisis, dan
membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang
paling dasar.
C. Literatur Berfikir Kritis
Modul 5 Profesional
Styawan Pujiono (2019:51) Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia secara
umum bertujuan agar peserta didik
mampu menyimak, mewicara,
membaca, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut di
dalam Kurikulum 2013
diimplementasikan dalam berbagai
genre teks dalam rangka mencapai
kompetensi pengetahuan dan
keterampilan berbahasa.

Ariadinata dalam Styawan


Pujiono (2019:53) Menyatakan
bahwa menulis merupakan sarana
paling ampuh untuk menyampaikan
gagasan.

Styawan Pujiono (2019:53)


Penulis yang baik perlu
memperhatikan beberapa syarat
mutlak yang harus dikuasai di
antaranya: (a) kemampuan
menggali masalah, (b) kemampuan
menuangkan gagasan ke dalam
kalimat dan paragraf, (c) menguasai
teknik penulisan seperti penerapan
tanda baca (pungtuasi), dan (d)
memiliki sejumlah kata yang
diperlukan. Menulis digunakan oleh
pelajar untuk mencatat atau
merekam, meyakinkan, melaporkan
atau memberitahukan, dan
mempengaruhi. Maksud dan tujuan
menulis dapat dicapai dengan baik
oleh seseorang yang dapat
menyusun gagasan, pikiran,
argumen, dan menuangkannya
dengan jelas.

Styawan Pujiono (2019:54)


Faktor-faktor pendukung seseorang
untuk mampu menulis dengan baik
perlu memperhatikan tiga aspek
yaitu isi, bahasa dan penyajian.
Aspek isi erat kaitannya dengan
ide, gagasan, atau temuan yang
ingin disampaikan dalam
6
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
tulisannya. Untuk aspek bahasa
seorang penulis harus menguasai
diksi, penulisan kalimat, paragraf,
ejaan serta tanda baca. Aspek
penyajian terkait dengan
kemampuan seseorang menguasai
sistematika dan ketentuan penulisan
yang disyaratkan.

Jurnal Lingua Volume 1 Nomor 2


Tahun (2015), Kegiatan menulis
lebih banyak menuntut kemampuan
atau pengetahuan termasuk kualitas
dan kuantitas kosa kata yang
dimiliki si penulis. Penguasaan
kosa kata yang semakin kaya akan
besar kemungkinan terampil dalam
menulis.

Jurnal Penelitian
Menurut (Budden, 2007) ada tiga
ciri seseorang telah mampu
menggunakan penalaranya dengan
baik, yaitu (1) memiliki alasan yang
kuat, (2) mengevaluasi keyakinan
dan tindakan diri sendiri, (3)
mengungkapkan alasan-alasan
kepada orang lain atas tindakan
yang dilakukan. Dengan demikian,
penting untuk memeriksa dasar
keyakinan dan penalaran diri
sendiri karena hal ini akan menjadi
sudut pandang utama seseorang
mulai untuk
berpikir kritis.

Menurut (Elder & Paul, 2012)


berpikir kritis adalah cara berpikir
untuk meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan
terampil menganalisis, menilai, dan
merekonstruksi sebuah persoalan.
Disebut berpikir kritis jika
seseorang memiliki sikap
mandiri, disiplin diri, memonitor
diri sendiri, dan melakukan
penilaian dari setiap hal yang
ditemui berdasarkan skemata yang
telah dimiliki.

D. Literatur materi
Teks editorial
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), teks editorial merupakan
7
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
suatu gagasan, ide ataupun
pendirian seseorang yang ditulis
melalui kaidah kebahasaan teks
opini, sehingga apa yang
dikemukakan akan mampu
memberikan wawasan dan bisa
memberikan dampak bagi
seseorang yang membacanya.

Modul 6 Profesinal
Kaidah kebahasaan Teks
Editorial
Beniati Lestyarini (2022:90-91)
Kaidah kebahasaan yang digunakan
dalam tek editorial tidak berbeda
jauh dengan teks prosedur
kompleks yaitu menggunakan
verba material. Adverbia,
bertujuan agar pembaca meyakini
teks yang dibahas dengan
menggunakan kata keterangan
seperti selalu, sering, biasanya,
kadang-kadang, jarang dan lain
sebagainya. Konjungsi yaitu kata
penghubung pada teks, seperti
bahkan dan lain sebagainya. Verba
material yaitu verba yang
menunjukan perbuatan fisik atau
peristiwa. Verba rasional yaitu
verba yang menunjukan hubungan
intensitas(Pengertian B adalah C)
dan milik (Mengandung pengertian
B memiliki C). Verba mental yaitu
verba yang menunjukan persepsi
(melihat, dan lainnya), afeksi
(khawatir dan lainnya), dan kognisi
(mengerti dan lainnya). Pada verba
mental ada partisipan pengindera
dan fenomena.

E. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara,
faktor yang mempengaruhi
kurangnya Kemapuan menagnalisis
struktur teks editorial secara kritis
adalah:
1. Kurangnya stimulus dari guru
untuk memancing anak berfikir
kritis.
2. Kurangnya pengetahuan siswa
dalam berfikir kritis , sehingga
siswa cendrung sulit untuk
menentukan bagian dari
8
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
struktur.
3. Kurangnya pengetahuan anak
terhadap materi yang diajarkan.
4. Model pembelajran guru tidak
inovatif, hanya menerapkan
pembelajran diskusi dan
presentasi, guru juga jarang
mengikuti pelatihan, IHT, dan
seminar yang membahas model
pembelajran inovatif.
5. Fasilitas literatur materi yang
tersedia di sekolah masih
minim.

3 Kurangnya rasa percaya A. Literatur rasa percaya diri Berdasarkan litelatur dan hasil
diri siswa ketika Jurnal Penelitian wawancara faktor penyebab
menafsirkan pandangan Mokhammad Ridwan Kurangnya rasa percaya diri siswa
pengarang terhadap Yudhanegara (2015:59) ketika menafsirkan pandangan
kehidupan dalam novel menyatakan bahwa Percaya diri pengarang terhadap kehidupan
secara lisan. adalah suatu sikap yakin akan dalam novel secara lisan ditemukan
kemampuan diri sendiri dan dua faktor yakni dari siswa dan
memandang diri sendiri sebagai guru.
pribadi yang utuh dengan Faktor siswa
mengacu pada konsep diri. 1. Siswa belum yakin dengan
Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan sendiri dan
indikator percaya diri yaitu 1) belum berani
percaya pada kemampuan sendiri mengemukakan pendapat.
2) bertindak mandiri dalam 2. Siswa masih belum banyak
mengambil keputusan 3) memiliki berlatih berbicara secara baik
konsep diri yang positif 4) berani di kelas maupun diluar kelas,
mengemukakan pendapat. yang mendasar belum
memiliki konsep diri yang
Menurut Tandiling (2012) positif dan belum memiliki
belajar dengan kepercayaan diri keberanian mengemukakan
yang dimiliki dapat digunakan pendapat.
untuk berpikir agar siswa berani 3. Pembendaharaan kata siswa
mengemukakan gagasan baru. yang masih rendah, sehingga
ketika diminta menuangkan
Widyaningrum (2015) pendapat secara lisan, hal
menyimpulkan bahwa subjek yang ingin siswa sampaikan
yang mempunyai kepercayaan terputus dan tidak
diri sedang maupun tinggi dapat tersampaikan dengan baik.
mengungkapkan pendapatnya
dalam diskusi kelas. Selain faktor yang timbul dari siswa,
tentunya peran guru juga sangat
B. Literatur berbicara berpengaruh, faktor yang
Modul 6 Profesional ditimbulkan dari guru adalah:
Styawan Pujiono (2019:4) 1. Pembelajaran yang dilakukan
Berbicara merupakan keterampilan guru tidak menarik.
berbahasa yang bertujuan untuk 2. Bahan ajar guru yang tidak
mengungkapkan ide, gagasan, serta memicu keaktifan siswa.
perasaan secara lisan sebagai proses 3. Kurangnya stimulus dari
komunikasi kepada orang lain. guru untuk memancing anak
9
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
Dalam proses berbicara, seseorang untuk aktif berbicara dengan
akan mengalami proses berpikir percaya diri.
untuk mengungkapkan ide dan 4. Model pembelajran guru
gagasannya secara luas (divergent masih belum inovatif, guru
thinking). masih mengunakan model
pembelajran satu arah, guru
Eliyasun, Rosnija, and Salam juga jarang mengikuti
dalam (Styawan Pujiono 2019:4), pelatihan, IHT, dan seminar
Berbicara merupakan kegiatan yang membahas model
komunikasi lisan yang pembelajran inovatif.
mengikutsertakan sebagian besar 5. Kurangnya dorongan guru
dari anggota tubuh kita. Berbicara kepada siswa untuk berlatih
adalah proses menyampaikan atau berbicara.
berbagi ide secara lisan. 6. Guru dalam mengajar belum
mengunakan TIK secara
Menurut Khoiroes dalam maksimal.
(Syawan Pujiono, 2019:5), tujuan 7. Fasilitas TIK sekolah yang
utama berbicara adalah untuk dapat masih minim, menyesuaikan
berkomunikasi dengan baik. kondisi sekolah.
Komunikasi merupakan pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.

Syawan Pujiono, (2019:20)


Seseorang mempunyai kemampuan
berbicara dengan baik, tidak begitu
saja diperoleh dengan sendirinya.
Akan tetapi, orang tersebut akan
mengalami proses pengkayaan
(berlatih, diskusi, membaca, dan
pengalaman) untuk bahan referensi.
Jika seseorang semakin banyak
pengalaman dan referensi
membaca, maka akan semakin
menarik pula informasi yang
disajikannya saat berbicara. Selain
itu, latihan, praktik dan kebiasaan
dalam keseharian akan berpengaruh
ketika tampil sebagai seorang
public speaking.

Syawan Pujiono, (2019:20) Faktor


kebahasaan tersebut antara lain
adalah: ketepatan ucapan (tata
bunyi), penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai,
pilihan kata (diksi), dan kalimat
efektif. Sedangkan faktor
nonkebahasaan tersebut adalah:
(1) sikap yang wajar, tenang, dan
tidak kaku, (2) kontak mata atau
10
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
pandangan harus diarahkan kepada
audien atau khalayak pendengar,
(3) gerak-gerik dan mimik yang
tepat, (4) kenyaringan suara, (5)
kelancaran, (6) relevansi atau
penalaran.

Syawan Pujiono, (2019:20)


Berbagai persiapan yang perlu
dilakukan oleh seseorang sebelum
berbicara antara lain sebagai
berikut: 1) menganalisis tujuan, 2)
menemukan kata kunci, 3)
memahami suasana teks, 4)
penggunaan bahasa tubuh, dan 5)
pemilihan metode. Sementara itu,
pemilihan strategi yang perlu
dilakukan oleh pembicara adalah:
1) impromptu (spontan), 2) hafalan,
3) naskah, 4) ekstemporan (tanpa
teks).

C. Literatur materi
Menikmati Novel
Modul 3 Profesional
Sumardjo dalam Kusmarwati
(2022:35), Novel adalah cerita
fiktif yang panjang, dalam arti fisik
(yang kelihatan) dan isi. Novel
terdiri dari satu cerita yang pokok,
dijalani dengan beberapa cerita
sampingan yang lain, beberapa
kejadian, dan kadang beberapa
masalah juga, yang harus terjalin
sebagai suatu kesatuan yang bulat.

Jurnal Penelitian
Nurgiyantoro, (2017), Novel
sebagai sebuah karya fiksi
menawarkan sebuah dunia, dunia
yang berisi
model kehidupan yang diidealkan,
dunia imajinatif, yang dibangun
melalui berbagai
unsur intrinsiknya seperti peristiwa,
plot, tokoh (dan penokohan), latar,
sudut
pandang, dan lain-lain yang
keseluruhan juga bersifat
imajinatif.”

Virginia Wolf (2016:54), Novel

11
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
adalah sebuah eksplorasi
atau syatu kronik kehidupan,
merenungkan dan melukiskannya
dalam bentuk tertentu
yang juga meliputi pengaruh,
ikatan, hasil, kehancuran atau
tercapainya gerak-gerik
manusia.

D. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara,
faktor yang mempengaruhi
kurangnya rasa percaya diri ketika
menafsirkan pandangan pengarang
terhadap kehidupan dalam novel
secara lisan adalah:
1. Pembeljaran yang dilakukan
guru tidak menarik.
2. Bahan ajar guru yang tidak
memicu ke aktifan siswa.
3. Kurangnya stimulus dari guru
untuk memancing anak
berbicara.
4. Kurangnya diksi yang dikuasi
siswa, sehingga siswa cendrung
susah untuk merangkai kalimat
utuh.
5. Kurangnya pengetahuan anak
terhadap materi yang diajarkan.
6. Model pembelajran guru masih
belum inovatif (PBL)
7. Kurangnya dorongan guru
kepada siswa untuk berlatih
berbicara.

4 Kemampuan interpretasi A. Literatur Interpretasi Berdasarkan literatur dan hasil


terhadap pandangan Jurnal Penelitian wawancara guru Bahasa Indonesia
pengarang dalam bentuk Menurut Hamid (1996), ditemukan beberapa faktor yang
tulis yang baik dan Interpretasi adalah terdiri dari mempengaruhi Kemampuan
benar masih rendah. informasi. Interpretasi adalah bukan interpretasi terhadap pandangan
apa yang anda sampaikan pada pengarang dalam bentuk tulis yang
kelompok sasaran akan tetapi baik dan benar masih rendah. Faktor
bagaimana cara anda penyebab terdapat pada siswa dan
menyampaikan informasi tersebut guru, faktor dari siswa adalah:
kepada kelompok sasaran. 1. Siswa masih belum
memahami secara
Menurut Kaelan (1998), arti dari mendalam makna
interpretasi adalah seni interpretasi.
mendeskripsikan komunikasi secara 2. kemampuan atau
tidak langsung, tetapi komunikasi pengetahuan termasuk
mudah dipahami. kualitas dan kuantitas kosa
kata yang dimiliki siswa

12
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
B. Literatur keterampilan Menulis masih kurang.
Modul 5 Profesional Selain faktor yang timbul dari siswa,
Styawan Pujiono (2019:51) Mata tentunya peran guru juga sangat
Pelajaran Bahasa Indonesia secara berpengaruh, faktor yang
umum bertujuan agar peserta didik ditimbulkan dari guru adalah:
mampu menyimak, mewicara, 1. Pembeljaran yang
membaca, dan menulis. Keempat dilakukan guru tidak
keterampilan berbahasa tersebut di menarik.
dalam Kurikulum 2013 2. Kurangnya stimulus dari
diimplementasikan dalam berbagai guru untuk memancing
genre teks dalam rangka mencapai siswa agar mampu
kompetensi pengetahuan dan mengintepretasi dengan
keterampilan berbahasa. baik.
Ariadinata dalam Styawan 3. Model pembelajran guru
Pujiono (2019:53) Menyatakan masih belum inovatif,
bahwa menulis merupakan sarana guru masih mengunakan
paling ampuh untuk menyampaikan model pembelajran satu
gagasan. arah, guru juga jarang
mengikuti pelatihan, IHT,
Styawan Pujiono (2019:53) dan seminar yang
Penulis yang baik perlu membahas model
memperhatikan beberapa syarat pembelajran inovatif.
mutlak yang harus dikuasai di 4. Kurangnya dorongan guru
antaranya: (a) kemampuan kepada siswa untuk
menggali masalah, (b) kemampuan berlatih menulis dengan
menuangkan gagasan ke dalam baik dan benar.
kalimat dan paragraf, (c) menguasai 5. Guru dalam mengajar
teknik penulisan seperti penerapan belum mengunakan TIK
tanda baca (pungtuasi), dan (d) secara maksimal.
memiliki sejumlah kata yang
diperlukan. Menulis digunakan oleh
pelajar untuk mencatat atau
merekam, meyakinkan, melaporkan
atau memberitahukan, dan
mempengaruhi. Maksud dan tujuan
menulis dapat dicapai dengan baik
oleh seseorang yang dapat
menyusun gagasan, pikiran,
argumen, dan menuangkannya
dengan jelas.

Styawan Pujiono (2019:54)


Faktor-faktor pendukung seseorang
untuk mampu menulis dengan baik
perlu memperhatikan tiga aspek
yaitu isi, bahasa dan penyajian.
Aspek isi erat kaitannya dengan
ide, gagasan, atau temuan yang
ingin disampaikan dalam
tulisannya. Untuk aspek bahasa
seorang penulis harus menguasai
diksi, penulisan kalimat, paragraf,
ejaan serta tanda baca. Aspek
13
Nama : Rumia Diniati Sunglan,S.Pd
Kelas : 01 Bahasa Indonesia

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 2022


Universitas Bengkulu
penyajian terkait dengan
kemampuan seseorang menguasai
sistematika dan ketentuan penulisan
yang disyaratkan.

Jurnal Lingua Volume 1 Nomor 2


Tahun (2015), Kegiatan menulis
lebih banyak menuntut kemampuan
atau pengetahuan termasuk kualitas
dan kuantitas kosa kata yang
dimiliki si penulis. Penguasaan
kosa kata yang semakin kaya akan
besar kemungkinan terampil dalam
menulis.

C. Literatur Pandnagan Pengarang


Jurnal Penelitian
Goldman (1981: 41)
membicarakan karya sastra tidak
dapat dilepaskan dari
pengarangnya, karena sebagai
sebuah hasil karya, sastra
dipengaruhi oleh latar belakang
filsafat, agama, pandangan hidup,
dan lingkungan sosial
pengarangnya. Berikut akan
dikemukakan biografi singkat
pengarang dan karyakaryanya.

Hasil Wawancara
1. Pembeljaran yang dilakukan
guru tidak menarik.
2. Kurangnya stimulus dari guru
untuk memancing siswa agar
mampu mengintepretasi dengan
baik.
3. Kurangnya kosa kata yang
dikuasi siswa, sehingga siswa
cendrung susah untuk
merangkai kalimat utuh.
4. Kurangnya pengetahuan anak
terhadap materi yang diajarkan.
5. Model pembelajran guru masih
belum inovatif (PJBL)
6. Kurangnya dorongan guru
kepada siswa untuk berlatih
menulis dengan baik dan benar.

14

Anda mungkin juga menyukai