Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI MAMLUK”


Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

kelompok 6

Destia Fitri 22329054

Dilla Irvianza 22329055

Lili Jumita 22329069

Dosen Pembimbing :

Dr. Rini Rahman, S.Ag., M.Ag

DEPARTEMEN ILMU AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam, adalah ilmu yang membahas tentang berbagai
aspek atau komponen pendidikan yang pernah terjadi dan dilakukan oleh umat
Islam dengan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-
Qur'an dan Al- Sunnah, serta sumber-sumber lainnya yang tidak bertentangan
dengan Al-Qur'an dan Al-Sunnah tersebut. Berbagai komponen dan aspek
pendidikan yang dikaji dalam sejarah pendidikan ini selain dilihat dari segi waktu
dan tempatnya berbagai komponen pendidikan tersebut dirumuskan dan
dilaksanakan, juga dilihat dari orang atau pelaku yang mengadakan atau
merumuskannya, latar belakang, maksud, dan tujuannya.
Dalam sejarah pendidikan Islam setelah masa pemerintahan khulafour-
rasidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti yang terus berkembang pesat dan
membawa pengaruh kepada peradapan dunia. Di antara dinasti-dinasti tersebut
salah-satunya adalah yang dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk
sendiri merupakan dinasti pada masa keemasan Islam yang mampu
mempengaruhi peradaban dunia.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tentang Dinasti Mamluk ini sangatlah
penting karena sejarahnya bermula di abad pertengahan. Kepentingan pembahasan
mengenai abad pertengahan ini (abad ke 7 hingga ke 11H / abad ke 13 hingga ke
17 M ) adalah karena era ini merupakan masa pembentukan salah satu sistem
politik dalam Islam.Berangkat dari hal tersebut penulis mencoba menguraikan
hal-hal yang berkaitan dengan Dinasti Mamluk sehingga menjadi pengetahuan
bagi kita semua guna mengambil pelajaran sejarah pada masa itu.

1
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah berdirinya dinasti mamluk (648 H/1250 M – 923 H/1517 M)
Dinasti Mamluk didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya
adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayubi‟yah sebagai
budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat, oleh penguasa Ayubi‟yah
yang terakhir, Al-Malik Al-Shaleh, mereka dijadikan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa, mereka
mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan-
imbalan materiil. Di Mesir, mereka di tempatkan di pulai Raudhah di sungai
Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan, karena itulah mereka
dikenal dengan Mamluk Bahri (laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada
masa itu adalah tentara yang berasal dari suku kurdi. Sebagian mamluk berasal
dari mesir, dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir pada
kesultanan bani ayub. Para mamluk dinasti Ayubi‟yah berasal dari Asia Kecil,
Persia (Iran), Turkistan dan Asia Tengah (Transoksiana), mereka terdiri atas
suku-suku bangsa Turki, Syracuse, Sum, Rusia, Kurdi, dan bagian kecil dari
bangsa Eropa.
Terjadi perebutan kekuasaan antara Malik Al-Shaleh dan Malik al-
Kamil. Dinasti Ayyubiyah terpecah menjadi dua kubu antara pendukung Malik
Al-Sahleh dan Malik Al-Kamil. Para tentara yang berasal dari Suku Kurdi
memihak kepada Malik Al-Kamil sementara para budak-budak mendukung
Malik Al-Shaleh. Kemenangan berpihak pada Malik Al-Shaleh yang berkuasa
dari tahun 1240-1249. Prestasi para budak-budak ini, kemudian mereka
dijadikan pengawal dan bahkan kemudian mereka diberikan hak-hak istimewa
dalam karir ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan materil. Malik Al-
Shaleh pun memberikan perhatian ekstra kepada kaum Mamluk Bahriyah
sehingga banyak diantara mereka di tempatkan pada kelompok-kelompok elit
yang terpisah dari masyarakat atau kelompok militer lainnya.
Pada pemerintahan Qutus, tepatnya di awal tahun 1260 M, Mesir
terancam serangan Mongol yang sudah menduduki Baghdad dan sebagian

2
wilayah Islam kurang lebih dua tahun. Pada tanggal 13 September kedua
tentara bertemu di Aynt Jalut Tentara Mamluk dibawah pimpinan dua tokoh
Mamluk yaitu Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol.
Pertempuran ini sangat menentukan prestasi pasukan Mongol sebagai bangsa
Penakluk, karena untuk pertama kalinya pasukan Mongol dan Panglimanya
menderita kekalahan sepanjang karirnya sebagai bangsa penakluk. Dinasti
Mamluk di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penulis
sendiri menganggap kemenangan Dinasti Mamluk atas Bangsa Mongol ini
merupakan sejarah gemilang bagi Dunia Islam secara umum, di tengah
kemunduran peradaban Islam akibat menghadapi Perang Salib dan Serangan
Bangsa Mongol ke dunia Islam.
Tidak lama setelah kemenangan Pasukan Mamluk atas pasukan
Mongol, Qutuz meninggal dunia kemudian digantikan oleh Baybars (1260-
1277). Selanjutnya di tahun 1280- 1290 Dinasti Mamluk dipimpin oleh Sultan
Mansur Qalawun yang banyak memberi sumbangsih dalam pengembangan
administrasi pemerintahan, strateginya dalam memperkuat posisi Mesir dan
Syam di jalur perdagangan international, Qalawun memperkuat hubungan luar
negeri. Kebijakannya ini didukung oleh keberadaan 12.000 tentara Mamluk
Burji. Sultan lain yang turut membawa kejayaan bagi Dinasti mamluk adalah
pengganti Qalawun, yaitu putranya yang bernama Nasir Mahammad (1296)-
yang memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua kali
turun tahta. Selanjutnya, Dinasti Mamluk dipimpin oleh keturunan Nasir
Muhamad hingga Sembilan sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah nama dan
tidak memiliki prestasi. Hingga sultan terakhir digulingkan Sultan Barquq yang
menjadi cikal bakal Sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji.
2. Raja-Raja Dinasti Mamluk
a. Dinasti Bahri
 Syajaratud-Dur 648 H-648 H/ 1250 M-1250 M
 Mu‟iz „Izzuddin Aybak 48 H-655 H/ 1250 M-1257 M
 Manshur Nuruddin „Ali 655 H-657 H/ 1257 M-1259 M
 Mudhaffar Saifuddin Qutuz 657 H-658 H/ 1259 M-1260 M

3
 Dhahir Ruknuddin Baybars I Al-Bunduqdari 658 H-676 H/ 1260 M-
1277 M
 Sa‟id Nashiruddin Barakah (atau Berke) 676 H-678 H/ 1277 M-1280
M
 Khan„Adil Badruddin Salamisy 678 H-678 H/ 1280 M-1280 M
 Manshur Saifuddin Qalawun 678 H-689 H/ 1280 M-1290 M
 Al-Alfi Asyraf Shalahuddin Khalil 689 H-693H/ 1290 M-1294 M
 Nashir Nashiruddin Muhammad 693 H-694 H/ 1294 M-1295 M
 „Adil Zaynuddin Kitbugha 694 H-696 H/ 1295 M-1297 M
 Manshur Husamuddin Lajin 696 H-698 H/ 1297 M-1299 M
 Nashir Nashiruddin Muhammad 698 H-708 H/ 1299 M-1309 M
(memerintah kedua kali)
 Mudhaffar Ruknuddin Baybars II 708 H-709 H/ 1309 M-1309 M
 Al-JasyankirNashir Nashiruddin Muhammad 709 H-741 H/ 1309 M-
1340 M (memerintah ketiga kali)
 Manshur Sayfuddin Abu Bakar 741 H-742 H/ 1340 M-1341 M
 Asyraf „Ala‟uddin Kujuk 742 H-743 H/ 1341 M-1342 M
 Nashir Syihabuddin Ahmad 743 H-743 H/ 1342 M-1342 M
 Shalih „Imaduddin Isma‟il 743 H-746 H/ 1342 M-1345 M
 Kamil Sayfuddin Sya‟ban I 746 H-747 H/ 1345 M-1346 M
 Mudhaffar Sayfuddin Hajj I 747 H-748 H/ 1346 M-1347 M
 Nashir Nashiruddin Al-Hasan 748 H-752 H/ 1347 M-1351 M
(memerintah pertama kali)
 Shalih Shalahuddin Shalih 752 H-755 H/ 1351 M-1354 M
 Nashir Nashiruddin Al-Hasan 755 H-762 H/ 1354 M-1361 M
(memerintah kedua kali)
 Manshur Shalahuddin Muhammad 762 H-764 H/1361 M-1363 M
 Asyraf Nashiruddin Sya‟ban II 764 H-778 H/ 1363 M-1376 M
 Manshur „Ala‟uddin „Ali 778 H-783 H/ 1376 M-1382 M

4
 Shalih Shalahuddin Hajji II 783 H-784 H/ 1382 M-1382 M
(memerintah pertama kali)
 Dhahir Sayfuddin Barquq (Burji) 784 H-791 H/1382 M-1389M
 Hajji II ( memerintah kedua kali) 791 H/ 1389 M dengan gelar
kehormatan Mudhaffar/Manshur
b. Dinasti Burji
 Dhahir Sayfuddin Barquq 784 H-791 H/1382 M-1389 M
 Hajji II (memerintah ketiga kali) 791 H-792 H/ 1389 M-1390 M
 Dhahir Sayfuddin Barquq 792 H-801 H/1390 M-1399 M (memerintah
kedua kali)
 Nashir Nashiruddin Faraj 801 H-808 H/ 1399 M-1405 M
 Manshur „Izzuddin „Abdul „Aziz 808 H-808 H/ 1405 M-1405 M
 Nashir Nashiruddin Faraj 808 H-815 H/ 1405 M-1412 M (memerintah
kedua kali)
 „Adil Al-Musta‟in (khalifah „Abbasiyyah, menyatakan sebagai sultan)
815 H-815H/ 1412 M-1412 M
 Mu‟ayyad Sayfuddin Syaikh 815 H-824 H/ 1412 M-1421 M
 Muzhaffar Ahmad 824 H-824 H/ 1421 M-1421 M
 Dhahir Sayfuddin Thathar 824 H-824 H/ 1421 M-1421 M
 Shalih Nashiruddin Muhammad 824 H-825 H/ 1421 M-1422 M
 Asyraf Saifuddin Barsbay 825 H-841 H/ 1422 M-1437 M
 Aziz Jamaluddin Yusuf 841 H-842 H/ 1437 M-1438 M
 Dhahir Sayfuddin Jaqmaq 842 H-857 H/ 1438 M-1453 M
 Manshur Fakhruddin „Utsman 857 H-857 H/ 1453 M-1453 M
 Asyraf Sayfuddin Inal 857 H-865 H/ 1453 M-1461 M
 Mu‟ayyad Syihabuddin Ahmad 865 H-865 H/ 1461 M-1461 M
 Dhahir Sayfuddin Khushqadam 865 H-872 H/ 1461 M-1467 M
 Azh-Zhahir Sayfuddin Bilbay 872 H-872 H/ 1467 M-1467 M
 Dhahir Timurbugha 872 H-872 H/ 1467 M-1468 M
 Asyraf Sayfuddin Qa‟it Bay 872 H-901 H/ 1468 M-1496 M

5
 Nashir Muhammad 901 H-903 H/ 1496 M-1498 M
 Dhahir Qanshuh 903 H-905 H/ 1498 M-1500 M
 Asyraf Janbalat 905 H-906 H/ 1500 M-1501 M
 „Adil Syaifuddin Tuman Bay 906 H-906 H/ 1501 M-1501 M
 Asyraf Qanshuh Al-Ghawri 906 H-922 H/ 1501 M-1516 M
 Asyraf Tuman Bay 922 H/1516 M
3. Pendidikan Masa Dinasti Mamluk
a. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Dinasti Mamluk yaitu:
1) Kuttab atau maktub berasal dari kata kataba yang berarti menulis
atau tempat menulis. Namun akhirnya memiliki pengertian sebagai
lembaga pendidikan dasar.
2) Pendidikan rendah di istana, lembaga pendidikan ini diperuntukkan
bagi anak-anak pejabat istana. Para pejabat tersebut memanggil
guru-guru khusus untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak
mereka.
3) Masjid, di antaranya adalah masjid yang besar di Husainiyah
bernama Jami‟ Az-Zahir.
4) Madrasah, dalam madrasah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat
madzhab.
5) Perpustakaan, berisi berbagai macam kitab dalam berbagai ilmu
pengetahuan.
6) Rumah sakit, dibangun oleh Qallawun yang terdapat bilik untuk
tempat praktikum kimia dan alat-alat kedokteran.
7) Observatorium, sebagai pusat penelitian.
8) Jami‟ Al-Azhar, sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam,
memelihara dan mengembangkan syariat Islam dan Bahasa Arab
selama zaman pertengahan. Adapun kitab- kitab yang dipelajari di
al- azhar pada masa dinasti mamluk antara lain adalah sebagai
berikut: Kitab Hadits yang enam (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud,
At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dan Musnad Ahmad dan
Syafi‟i. Umdatul Ahkam (Hafiz Abdul Ghani). Syuzur az-Zahab

6
(Ibnu Hisyam), Jam‟ul Jawami‟, Al-Badrul Munir, As-Syarhul Kabir
(ar-Rafi‟i), Al-Minhaj (An-Nawawi), Hadits Arbain, Al-Waraqat
(Ushul), Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu).
Salah satu anak Sultan an-Nashir bernama Sultan Hasan,
mendirikan madrasah yang besar yang termasyhur sampai sekarang,
yaitu Jami‟ Sultan Hasan. Selain itu, banyak juga sultan-sultan Mamluk
yang mendirikan bangunan-bangunan besar, masjid-masjid dan
madrasah-madrasah seperti:
1) Barquq, ia mendirikan gedung-gedung besar yang termasyhur
sampai sekarang dengan nama Jami‟ Barquq.
2) Al-Muaiyad Syekh, ia mendirikan masjid yang besar bernama Jami
al-Mua‟ayyad.
3) Qayutbai, ia telah membangun masjid-masjid dan madrasah-
madrasah, benteng-benteng jalan raya yang termasyhur bernama
Jami‟ Qayutbai.
4) Al-Ghuri, ia juga telah membangun gedung-gedung, diantaranya
Jami al-Ghuri dan Madrasahal-Ghuriyah.
b. Sistem pengajaran atau metode pengajaran
Sistem pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal
matan-matan, meskipun murid murid tidak mengerti maksudnya, seperti
menghafal matan Ajrumiyah, matan Taqrib, matan Alfiyah, matan
Sullan dan lain-lain. Setelah muridmurid menghafal matan-matan itu
barulah mereka mempelajari syarahnya, kadang-kadang serta
hasyiahnya. Dengan demikian pelajaran bertambah berat dan bertambah
sulit untuk menghafalnya. Selain itu, juga diterapkan sistem praktikum
untuk praktikum kimia dan kedokteran.
c. Ilmu ilmu yang berkembang dan tokoh tokoh pada masa dinasti mamluk
1) Ilmu-ilmu keislaman dengan beberapa tokohnya sebagai berikut:
a) Ibnu Taymiyah (1263- 1328) yang dikenal sebagai reformer
pemikiran Islam yang bermadzhab Hambali.

7
b) Jalaluddin As-Suyuthi lahir 1445 (849H), wafat 1505 (911H)
adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada
abad ke-15 di Kairo, Mesir. dengan karya monumentalnya di
bidang ulumul Qur‟an yaitu al-Itqan fi Ulum al-Qur„an.
c) Ibnu Hajar al-Asqalani (1372-1449) yang termasyhur dalam
bidang penulisan ilmu fiqih dan hadis
2) Ilmu Ilmu Semesta Ilmuan-ilmuan besar semesta yang lahir pada
masa dinasti mamluk di antaranya adalah :
a) Ibn Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna
(Ibn Sina kedua ) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang
terkemuka dan seorang penulis yang serba bisa pada abad ke-7
H/13 M. Ia belajar ilmu kedokteran di tempat kelahirannya yang
mana gurunya berasal dari perguruan “Ibn at-Tilmidz”. selain itu
ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu keislaman
lainnya. Salah satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at
Thibb sebuah ensiklopedia kedokteran yang lengkap, terdiri
kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam 8 jilid dan dia juga
penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia.
b) Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah terkenal.
Abu al Fida merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu
Shalahuddin al Ayyubi. Karyanya yang terkenal Al-Nujum al
Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang terang raja-raja
Mesir dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode
penaklukan bangsa arab sampai 1453.
d) Ibn Khaldun, dia adalah seorang ilmuwan islam yang sangat
cemerlang dan paling di hargai oleh dunia intelektual modern
karena karyakaryanya yg sangat monumental, salah satu karyanya
adalah Philosophi of history yaitu filsafat sejarah terbesar yang
pernah diciptakan manusia dari Negara dan bangsa manapun.
e) Dibidang Matematika Abu Al-Faraj Al-„Ibry,
f) Dibidang Astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-Tusi.

8
C. KESIMPULAN
Pendidikan islam adalah pendidikan yang didalamnya mengajarkan tentang
keislaman dan juga mengajarkan ilmu secara umum. Sejarah pendidikan islam
memiliki banyak dinasti, yang salah satunya yang kami bahas yaitu dinasti
mamluk. Pendidikan pada dinasti mamluk ini mengalami kejayaan pada masa
Qutuz, dan Nasir Muhammad.
Pendidikan pada dinasti mamluk membahas banyak ilmu diantaranya yaitu
ilmu agama,ilmu astronomi,ilmu matematika,ilmu geografi,ilmu kedokteran, ilmu
filsafat dan ilmu lainnya. Pada dinasti mamluk ini menggunakan metode
pembelajaran yaitu dengan cara menghafal matan matan dan ilmu lainnya serta
melakukan praktikum pada ilmu kedokteran. Selain itu,Pada masa ini terdapat
beberapa tempat pembelajaran yang digunakan seperti di kuttab, masjid-masjid,
sekolahsekolah, universitas dan lainnya.

9
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim, M. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarata:
Pustaka Book Publiser, 2012)
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014.
Farida, N, Dinasti Mamluk: Sumbangannya Terhadap Islam,Jurnal Tribakti,
Volume 19 No. 2. 1 Juli 2008.
Syukur, S. (2018). Peran Dinasti Mamluk dalam Membendung Ekspansi
Bangsa Mongol ke Dunia Islam. Rihlah: Jurnal Sejarah dan
Kebudayaan, 6(1)
Yunus, M. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hirda karya Agung, 1992.
Yusuf,M. Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, Jurnal Thaqafiyyat Vol. 16,
No. 2, Desember 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai