NIM : 218114046
3. Jenis penyakit/keluhan apa saja yang diobati dengan tumbuhan obat tsb?
Jawab:
Jenis-jenis penyakit/keluhan yang diobati dengan tumbuhan obat/ramuan antara lain
demam, sakit perut, saki kulit, luka, diare, batuk, pasca persalinan, tumor kanker, perawatan
bayi/anak, dan darah tinggi. Penyakit/keluhan yang paling banyak diobati adalah yang
berkaitan dengan perilaku hidup sehat (higiene) seperti sakit perut, sakit kulit, dan diare.
Adapun tumbuhan obat/ramuan yang digunakan untuk kebugaran dan vitalitas (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
4. Berapa banyak jumlah ramuan tumbuhan obat yang dilaporkan?
Jawab:
Total ramuan yang dilaporkan pada Ristoja (2012) adalah sebanyak 15.773 ramuan.
6. Apakah ada tumbuhan langka yang digunakan dalam praktik pengobatan tsb?
Jawab:
Berdasarkan Ristoja (2012), diketahui bahwa terdapat tumbuhan obat langka yang sulit
diperoleh oleh battra karena jumlah tumbuhan tersebut yang semakin berkurang/sedikit.
Contoh spesies yang critically endangered yaitu (Sonneratia griffithii Kurz) di mana
tercatat tidak dibudidayakan, sedangkan untuk dua spesies Endangered (Swietenia
mahagoni (L.) Jacq., Virola surinamensis (Rol. ex Rottb.) Warb.) tidak diketahui catatan
lokasi panen dan budidaya. Upaya pelestarian tumbuhan obat yang langka turut dilakukan
oleh sebagian battra antara lain dengan menanam sendiri dan mengambil selektif, maupun
menyimpan bagian utama dari tumbuhan tersebut untuk sesekali dipakai untuk mengobati
penyakit yang sudah parah.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kelangkaan
tersebut adalah dengan konservasi in situ dan ex situ. Konservasi ex situ yang dapat
dilakukan adalah membangun sarana koleksi tumbuhan obat seperti kebun tanaman obat
yang dikelola oleh Kebun Raya Pemda atau UPT di bawah instansi terkait. Namun, perlu
juga di bangun integrasi antara sarana ex situ dengan konsep in situ karena terkait dengan
kesesuaian iklim dan habitat dari spesies tumbuhan yang dikoleksi di kawasan ex situ,
sehingga dalam jangka panjang tidak dapat dipertahankan keberadaan spesies tersebut.
Dengan demikian, kebun dapat berfungsi sebagai sumber plasma nutfah dan bibit bagi
penduduk asli yang membutuhkan dan sebagai salah satu media penyuluhan akan
pentingnya melakukan budidaya tanaman obat dan manfaatannya secara ekonomi (Maruzy
dan Mujahid, 2019).
Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan., 2013. Ristoja 2012: Laporan Nasional
Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di Indonesia Berbasis
Komunitas. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Maruzy, A., Mujahid, R., 2019. Conservation Status of Medicinal Plants from Papua and West
Papua Province (Indonesia). Media Konservasi, 24: 114-123