Anda di halaman 1dari 3

Nama : Felix Marvel Sibarani

NIM : 218114046

Kelas : Herbal Medicine A

Mencermati Laporan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu

1. Berapa banyak spesies tumbuhan obat?


Jawab:
Berdasarkan Ristoja (2012), total tumbuhan obat yang diketahui adalah sebanyak
19.378, dan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies adalah sebanyak 13.576
(68,8%).

2. Bagian organ tumbuhan yang mana saja yang digunakan?


Jawab:
Bagian-bagian organ tumbuhan obat yang digunakan antara lain daun, batang/kulit
batang, buah/biji, akar, rimpang/umbi, bunga, dan lainnya. Daun menjadi organ terbanyak
digunakan karena ketersediaannya yang jauh lebih banyak jumlahnya dibanding organ lain,
serta mudah dijumpai dan diambil. Pengambilan daun tidak akan terlalu mengganggu
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan. Sedangkan, bagian batang/kulit batang,
bahkan akar juga digunakan hal ini semestinya mendapat perhatian khusus, karena jika
menggunakan bagian-bagian tersebut terus berlanjut maka ketersediaan tumbuhan tersebut
dapat terancam, dikarenakan untuk penggunaanya harus memotong bahkan mencabutnya
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

3. Jenis penyakit/keluhan apa saja yang diobati dengan tumbuhan obat tsb?
Jawab:
Jenis-jenis penyakit/keluhan yang diobati dengan tumbuhan obat/ramuan antara lain
demam, sakit perut, saki kulit, luka, diare, batuk, pasca persalinan, tumor kanker, perawatan
bayi/anak, dan darah tinggi. Penyakit/keluhan yang paling banyak diobati adalah yang
berkaitan dengan perilaku hidup sehat (higiene) seperti sakit perut, sakit kulit, dan diare.
Adapun tumbuhan obat/ramuan yang digunakan untuk kebugaran dan vitalitas (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
4. Berapa banyak jumlah ramuan tumbuhan obat yang dilaporkan?
Jawab:
Total ramuan yang dilaporkan pada Ristoja (2012) adalah sebanyak 15.773 ramuan.

5. Apa saja 10 besar nama spesies tumbuhan obat yang digunakan?


Jawab:
Berikut 10 besar spesies tumbuhan obat yang paling banyak digunakan berdasarkan
Ristoja (2012).
1) Curcuma domestica Val. (Kunyit) 7) Psidium guajava L. (Jambu)
2) Piper betle L. (Daun sirih) 8) Carica papaya L. (Pepaya)
3) Cocos nucifera L. (Kelapa) 9) Areca catechu L. (Pinang)
4) Zingiber officinale Roscoe (Jahe) 10) Orthosiphon aristatus M. (Kumis
5) Jatropha curcas L. (Jarak pagar) kucing)
6) Imperata cylindrica L. (Alang-
alang)

6. Apakah ada tumbuhan langka yang digunakan dalam praktik pengobatan tsb?
Jawab:
Berdasarkan Ristoja (2012), diketahui bahwa terdapat tumbuhan obat langka yang sulit
diperoleh oleh battra karena jumlah tumbuhan tersebut yang semakin berkurang/sedikit.
Contoh spesies yang critically endangered yaitu (Sonneratia griffithii Kurz) di mana
tercatat tidak dibudidayakan, sedangkan untuk dua spesies Endangered (Swietenia
mahagoni (L.) Jacq., Virola surinamensis (Rol. ex Rottb.) Warb.) tidak diketahui catatan
lokasi panen dan budidaya. Upaya pelestarian tumbuhan obat yang langka turut dilakukan
oleh sebagian battra antara lain dengan menanam sendiri dan mengambil selektif, maupun
menyimpan bagian utama dari tumbuhan tersebut untuk sesekali dipakai untuk mengobati
penyakit yang sudah parah.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kelangkaan
tersebut adalah dengan konservasi in situ dan ex situ. Konservasi ex situ yang dapat
dilakukan adalah membangun sarana koleksi tumbuhan obat seperti kebun tanaman obat
yang dikelola oleh Kebun Raya Pemda atau UPT di bawah instansi terkait. Namun, perlu
juga di bangun integrasi antara sarana ex situ dengan konsep in situ karena terkait dengan
kesesuaian iklim dan habitat dari spesies tumbuhan yang dikoleksi di kawasan ex situ,
sehingga dalam jangka panjang tidak dapat dipertahankan keberadaan spesies tersebut.
Dengan demikian, kebun dapat berfungsi sebagai sumber plasma nutfah dan bibit bagi
penduduk asli yang membutuhkan dan sebagai salah satu media penyuluhan akan
pentingnya melakukan budidaya tanaman obat dan manfaatannya secara ekonomi (Maruzy
dan Mujahid, 2019).

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan., 2013. Ristoja 2012: Laporan Nasional
Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di Indonesia Berbasis
Komunitas. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Maruzy, A., Mujahid, R., 2019. Conservation Status of Medicinal Plants from Papua and West
Papua Province (Indonesia). Media Konservasi, 24: 114-123

Anda mungkin juga menyukai