Anda di halaman 1dari 49

DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA


DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

PENDEKATAN METODOLOGI

F.1. PENDEKATAN
Perencanaan struktur jembatan harus menghasilkan struktur yang memenuhi pokok-pokok perencanaan
sebagai berikut (SE Menteri PUPR No. 7/SE/M/2017):
1) Kekuatan dan stabilitas struktur (structural safety),
2) Keawetan dan kelayakan jangka panjang (durability),
3) Kemudahan pemeriksaan (inspectability),
4) Kemudahan pemeliharaan (maintainability),
5) Kenyamanan bagi pengguna jembatan (rideability),
6) Ekonomis,
7) Kemudahan pelaksanaan (constructability),
8) Estetika,
9) Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal.

Pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kementerian PUPR telah menerbitkan
berbagai dokumen Norma, Standar, Pedoman, Manual dan Kriteria (NSPMK) sebagai acuan pekerjaan
perencanaan struktur jembatan yang diharapkan memenuhi pokok- pokok perencanaan di atas. Tahapan
perencanaan teknis jembatan dapat dilihat pada Gambar F.1. Faktor utama dalam tahapan tersebut
adalah:
1) Pengumpulan data,
2) Filosofi perencanaan,
3) Beban rencana,
4) Metode analisis struktur,
5) Metode perhitungan kekuatan elemen struktur,
6) Penyajian hasil perencanaan.

F-1
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Gambar F.1. Tahapan Perencanaan Teknis Jembatan

F-2
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F.2. METODOLOGI
F.2.1. STUDI PENDAHULUAN (RECONNAISSANCE SURVEY)
Untuk pelaksanaan studi ini konsultan diwajibkan untuk mengamati kondisi lapangan dan permasalahan
desain yang mungkin timbul. Personil yang akan ditugaskan diharuskan berkonsultansi dengan pejabat
pemerintah setempat untuk mendiskusikan segala hal bersangkutan dengan jembatan yang akan
ditangani.

Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey detail
lanjutan. Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah disetujui
sebagai panduan pelaksanaan survey di lapangan yang meliputi kegiatan :
1) Koordinasi dengan instansi terkait. Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan
instansi/ unsur-unsur terkait di daerah dengan dilaksanakannya survey pendahulan.
2) Survey pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan. Tim melaksanakan pengumpulan data
upah, harga satuan, dan data peralatan yag akan digunakan dalam perhitungan kuantitas biaya.
3) Studi Geometrik :
 Mengidentifikasi/ memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik (alinyemen
horisontal dan vertikal) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai
sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan
pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar (jarak, azimut, kemiringan denan
helling meter) dan membuat sketsa desain alinyemen horisontal maupun vertikal secara
khusus untuk lokasi-lokasi yang dianggap sulit untuk memastikan trase yang dipilih akan
dapat memenuhi persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal dan
penampang memanjang rencana trase jalan.
 Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi
galian dan timbunan.
 Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam
pemilihan lokasi jembatan dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.
 Dilapangan harus diberi/ dibuat tanda-tanda berupa patok dan tanda banjir dengan diberi
tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam
melakukan survey detail selanjutnya.

F-3
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkiraan volume
pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana
dan diharapkan dapat mendekati final desain.
4) Studi Rencana Jembatan :
 Menentukan dan memperkirakan total panjang, lebar, kelas pembebanan jembatan, tipe
konstruksi, dengan pertimbangan terkait dengan LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman
dasar sungai, profil sungai/ ada tidaknya palung, kodisi arus dan arah aliran, sifat-sifat
sungai, scouring vertikal/ horizontal, jenis material bangunan atas yang terdedia dan paling
efesien.
 Menentukan dan memperkirakan ukuran dan bahan tipe abutment, pilar, fondasi, bangunan
pengaman (bila diperlukan) dengan mempertimbangkan lebar dan kedalaman sungai, sifat
tebing, sifat aliran, endapan/ sedimentasi material, benda hanutan , scouring yang pernah
terjadi.
 Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan mempertimbangkan MAB (banjir), MAN
(normal), MAR (rendah) dan banjir terbesar yang pernah terjadi.
 Menentukan dan memperkirakan lokasi jembatan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi sekitar lokasi, profil sungai, arah arus/ aliran sungai, scouring, segi ekonomi, sosial,
estetika yang terkait dengan alinyemen jalan, kecepatan lalu lintas rencana, jembatan
darurat, pembebanan tanah timbunan dan quarry.

Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan
- Diskusi dengan Pimpro
Laporan Survey
- Menyiapkan kelengkapan Pendahuluan

administrasi untuk
Diskusi dan
mengumpulkan
informasi dari
instansi-instansi
terkait

Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai PPK Jasa Konsultan
arahan pekerjaan
selanjutnya

Gambar F.2 Rencana Kerja Survey Pendahuluan

F-4
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F.2..2. STUDI TOPOGRAFI


1) Lingkup kegiatan pengukuran :
 Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang baik yang sesuai
dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat tersebut.
 Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat titik tetap (BM)
yang diambil dari titik;
 Koridor adalah 300meter, 150 m kiri dan 150 m kanan dari as jembatan
2) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Skala 1 : 1000
3) Pengukuran Titik Kontrol Vertikal Skala 1 : 100
4) Pengukuran Situasi Skala 1 : 1000
5) Pengukuran Penampang Memanjang
6) Pengukuran Penampang Melintang
7) Pengukuran Khusus Jembatan
8) Pemasangan patok-patok
9) Perhitungan dan penggambaran peta

F.2.2.1. Survey Topografi Daratan

A. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik
jalan, serta 1 : 500 untuk perencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.
B. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa pralon ukuran
4 inci yang di isi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada
tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi
rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang, di setiap sisi sungai/alur
dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai.

Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas tanah setinggi 20 cm,
dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna
hitam.

F-5
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus,
dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diben' paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat wama kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambalikan patok
bantu. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-
tanda khusus.

Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya di atas permukaan
jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai
dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

b. Pengukuran titik kontrol horizontal (apabila menggunakan alat konvensional).


 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dari semua titik ikat
(BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan meteran
atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.
Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhlr pengukuran dan untuk
setiap interval  5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila pengamatan matahari
tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning
System). Setiap pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa)
c. Pengukuran titik kontrol vertikal (apabila menggunakan alat konvensional)
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan pergi-
pulang.
 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sifat datar,
dan potongan melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas
dan sama.
 Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya,
yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam
satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2 BT = BA + BB.

F-6
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan)
yang, genap.

d. Pengukuran situasi (apabila menggunakan alat konvensional)


 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup semua
obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur
pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jenbatan, rumah, gedung dan sebagainya.
 Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan
titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi
khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran
harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
e. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut:

Interval (m)
Interval (m)
Kondisi Lebar Koridor (m) Jembatan /
Jalan baru
Longsoran
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
50 (luar) + 100
- Tikungan 25 25
(dalam)

Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit (apabila


menggunakan alat konvensional).
f. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau jalan :
 Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 m dari
perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu/hilir) yang masih
berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
 Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing minimum 100
in dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada garis pertemuan antara oprit
jembatan dengan jalan dengan interval pengukuran penampang melintang rencana
trase jalan sebesar 25 meter.

F-7
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang melintang dan


memanjang baik terhadap sungai mauqun jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam maupun
manusia disekitar persilangan tersebut.
C. Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila menggunakan alat Konvensional)
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan alat konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 n ; (n adalah jumlah titik poligon dari
pengamatan matahari pertama ke pengamatan matahari selanjutnya atau dari
pengukuran GPS pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan' 5".
3. Penggambaran
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala I : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk
jembatan.
 Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
 Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
 Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.

F-8
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) untuk yang tebing aman sedangkan untuk daerah datar 0,25 meter. Semua
gambar topograpi harus disajikan dengan menggunakan software komputer.

F.2.2.2. Survey Topografi Bawah Air Bathymetri


Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti “kedalaman”, dan μετρον, berarti “ukuran”) adalah ilmu yang
mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah
peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines)
yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan
berupa informasi navigasi permukaan.

Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri
menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini
adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik
tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus.
1. Metode Akustik
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan
proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas); faktor lingkungan /
medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan
sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk
penentuan batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang diemisikan
dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut. Bila
gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk
mengukur kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur,
salinitas dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-
kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi
untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut dasar laut) lebar sinar
yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh

F-9
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

temperatur, salinitas dan tekanan pada laju bunyi dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit
perubahan pada c dapat menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan
menambah keburukan resolusi.

Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut bertambah maju
dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan Hydrosweep yang merupakan sistem
echo-sounding multi-beam yang menentukan kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah
kapal penarik, menghasilkan peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti
GLORIA (Geological Long Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom
Instrument) menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan bunyi atau
microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan
kawanan ikan atau hewan lain dapat dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air
(Supangat, 2003).
2. Satelit Altimetri
Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro yang dapat digunakan untuk
mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan wahana antariksa (satelit atau pesawat
terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan topografi permukaan laut sehingga dapat menduga
geoid laut, arus permukaan dan ketinggian gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan
laut pertama kali dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang
disebut S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir yang sangat
terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi bersama antara Amerika
Serikat (NASA) dengan Perancis (Susilo, 2000).

Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana bentuk tersebut menyerupai
bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang mempengaruhi paras laut dan hubungan antara
gravitasi dan topografi dasar laut yang bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga
memberikan bentuk gambaran paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif
terhadap pusat massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit di
atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada koordinat geosentris.
Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang
sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit
memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi utama yang ingin

F - 10
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur
ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang
dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke satelit.

Kedalaman diukur dari BM (control point) dengan menggunakan Total Station dan GPSSounder
secara bersamaan, sehingga elevasi (Depth) yang diperoleh sudah terikat ke BM (di darat). Obyek
yang dibidik Total Station adalah receiver GPS yang posisinya tepat di atas Sounder, dengan
mengetahui tinggi tiang penghubung antara Receiver dan Sounder maka koordinat Sounder bisa
dihitung. Sounder mengukur jarak antara alat sampai tanah di bawah air, sehingga kedalaman yang
diukur dari posisi Sounder bisa ditentukan.

Gambar F.3. Penentuan Topografi Bawah Air

Berikut adalah perhitungannya :


c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D
dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman

F.2.2.3. Survey Gelombang Pasang Arus Dan Sedimen


Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
a. Tide Staff

F - 11
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada
pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling
sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air
laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti
karat. (Yogi,2010).
b. Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini
memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui
pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini
banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-
turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah
permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut (Sahala
dan Steward, 2008)
c. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada
saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu
mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati
perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri
dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta
jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-
pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh
permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit
altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat
pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut

F - 12
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis
deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi
temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008).

Metode pengukuran data pasang surut dengan menggunakan metode perekaman pencatat pasang
surut atau recording tide gauges (Emery & Thomson, 1998). Pengukuran pasang surut dilakukan dengan
menggunakan Richard Branch Tide Gauge yang menggunakan prinsip tekanan air dalam merekam data
pasang surut. Pengambilan data pasang surut dilakukan selama 15 hari dengan interval waktu
perakaman data setiap 10 menit. Data yang diperoleh meliputi tekanan dan kedalaman perairan yang
nantinya akan di konversi menjadi fluktuasi muka air laut. Metode pengambilan data arus dengan
menggunakan metode Euler (Emery & Thomson, 1998). Pengukuran arus dilakukan dengan
menggunakan Sontek Argonaut XR yang menggunakan prinsip ADCP (Acoustic Doppler Current Profile).
Pengambilan data arus dilakukan selama 3 x 24 jam dengan interval waktu perakaman data setiap 10
menit. Data yang diperoleh meliputi kecapatan dan arah arus. Pengukuran (perekaman) kecepatan dan
arah arus di perairan Grati dilakukan pada kedalaman 16,5 meter dengan menggunakan metode
mooring, dimana alat diletakkan di dasar perairan. Kemudian dibagi menjadi beberapa layer cell (10 cell),
dimana tiap cell mewakili kolom air sekitar 1,5 meter (Gambar 1) Metode pengambilan data gelombang
dengan menggunakan metode perekaman pencatat gelombang atau recording waverider (Emery &
Thomson, 1998). Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Sontek Argonaut XR yang
menggunakan prinsip Acoustic Doppler Current Profiler with a vertical pointing transducer and pressure,
dalam merekam data gelombang. Pengambilan data gelombang dilakukan selama 3 x 24 jam dengan
interval waktu perakaman data setiap 10 menit. Data yang diperoleh meliputi tinggi dan periode
gelombang.

Gambar 3 3
Ilustrasi Pengukuran (Perekaman Data) Kecepatan dan Arah Arus menggunakan Sontek Argonaut XR

F - 13
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Arus Laut A.Kecepatan arus perata-rataan terhadap kedalaman (Average Speed) Data kecepatan
arus perata-ratan terhadap kedalaman merupakan arus rata-rata yang terjadi pada seluruh kolom
air kedalaman perairan tersebut. Komponen kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam
koordinat x dan y:

Dengan
H = kedalaman perairan
u = kecepatan horizontal arah x
zb = elevasi dasar perairan
v = kecepatan horizontal arah y
zb+ H = elevasi muka air

F.2.3. PENGINDERAAN JAUH


Penginderaan jauh merupakan ilmu teknik dan seni untuk memperoleh informasi suatu objek, wilayah
atau gejala yang berada dipermukaan bumi dengan cara menganalisa data-data yang diperoleh dari
suatu alat (wahana, sensor danl lain-lain) anpa dilakukan kontak langsung dengan objek tersebut.

Penginderaan jauh untuk survey detail jembatan memanfaatkan pesawat tanpa awak atau drone yang
dilengkapi dengan sensor (kamera) guna merrekam informasi proyek. Penginderaan jauh menggunakan
pesawat ini memiliki keunggulan memberikan informasi resolusi spasial yang lebih detail. Selain itu
penginderaan jauh jenis ini juga memiliki resolusi temporal yang fleksibel, artinya kapan saja ingin
mengambil data selama cuaca mendukung maka kita dapat mengambilnya, Data yag diperoleh dari
pengolahan foto udara secara fotogrametri dan Geographic Information System (GS) yang dapat
dihasilkan drone tersebut yaitu :
1) Peta foto
2) Visualisasi 3 dimensi
3) Digital surface model
4) Digital terrain model
5) Peta kontur

F.2.4. STUDI GEOTEKNIK


1) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik tanah
2) Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan

F - 14
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

3) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusu (rawan longsor, dll)


4) Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi untuk test pit
5) Membuat rencana kerja untuk tim survey

Kegiatan penyelidikan geoteknik dalam pekerjaan ini antara lain meliputi antara lain namun tidak terbatas
pada :
1) Melakukan Pengeboran Mesin /SPT yaitu 1 (satu) titik boring
2) Melakukan Uji Sondir yaitu 1 (satu) titik di darat
3) Pemetaan penyebaran tanah/ batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah palepukan
4) Memberikan informasi mengenai stabilitas tanah.

Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut :
1) Pada sarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2) Pemboran mesin dilakukan pada rencana abutment jembatan.
3) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotarry drilling) dengan diameter
mata bor minimum 75 mm.
4) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 putaran per detik
5) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
6) Pengeboran dilakukan dengan cara Core Drilling
7) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan dengan
menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter minimum 100 mm
8) Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak terjadi tekanan yang
berlebih pada tanah
9) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar
casing minimal berjarak 50 cm dari poisi pengambilan sampel berikut .
10) Pada setiap interval kedalaman 2,0 meter harus dilakukan Standard Penetration Test (SPT)
dan harus diambil contoh tanahnya.
11) Pembroran berhenti pada kedalaman ketika sudah terdapat tanah keras (N-spt > 60) hingga
kedalaman 10 m (5x test N-spt) atau dihentikan setelah konfirmasi dengan pemberi tugas.
12) Pada setiap kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain maka rata-rata kedalaman
diambil kurang lebih 3,00 m) pada tanah lunak harus diambil undisturbed sample untuk test
laboratorium.

F - 15
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

13) Sebagai hasil bor, harus dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan lhitologi
(geological description), harga SPT, letak muka air tanah dan data yang mendukung lainnya
beserta kedalaman lapiran tanah yang bersangkutan dan dibuat.
14) Terhadap undisturbed sample harus dikerjakan di laboratory test untuk menentukan index
dan structural properties tanah. Besaran index meliputi Specific gravity, Bulk density.
Moisture content, Attenberg limit, Grain size analysis. Besaran-besaran structural tanah
meliputi : Trixial compression test (inconsolidated undrained), unconfined comppresive
strength, direct shear test, consolidation test.
15) Batuan penyusun (stratigrafi) pada lokasi jembatan. Untuk peta penyebaran batuan
disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan
geologi dan diberi notasi
16) Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil deskripsi secara
visual.

Sondir (Pneutrometer Static)


Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras. Uji sondir akan memberikan
hasil tahanan ujung konus / conus resistance (NHK), dan daya lekat tanah setiap kedalaman yag
diselidiki dalam bentuk jumlah hambatan pelekat/ total friction resistance (JHP). Alat ini hanya
dapat diguakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang
mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu gamping yang berongga, karena
hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah. Uji sondir menggunakan
standar SNI-2827-2008.

Alat sondir yang digunakan dengan kapasitas 2,5 ton.


Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan
apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukan harga > 250 kg/cm2, alat sondir
terangkat keatas, apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka yang maksimum
maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada baja kanai jangkar.

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah
hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap
kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP) secara kumulatif.

F - 16
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan
penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan informasi
mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan
struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya. Sangat
disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi tanah dasar yang lunak
(Soft Soil)
B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar topografi skala
1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik disepanjang rencana trase jalan
untuk setiap jarak 500 - 1000 meter dan pada lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, Jenis tanah, warna, perkiraan prosentase
butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.
b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-batasnya ditetapkan dengan
jelas sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan
skala 1:2000 ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain :
sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya
diplot di atas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan tentang : gerakan tanah,
tebal pelapukan tanan dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi
muka air tanah, tata guna lahan, kedalaman (apabila rencana trase jalan tersebut harus
melewati (daerah rawa).
2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap
contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).
Penggalian sumuran uji dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda atau
maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang

F - 17
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

digali dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi yang lengkap dan 1 kolom untuk
unit satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan
tabung contoh tanah ("split tube" untuk tanah keras atau "piston tube" untuk tanah lunak).
Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman).
Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk
perhitungan penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi
yang diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian
lebih dari 6 meter; dengan interval sekurang - kurangnya 100 meter dan/atau setiap
perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran
tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor bor tangan, dan lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama
penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary drilling) dengan
diameter mata bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 putaran per
detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan dengan
menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak terjadi tekanan
yang berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi
dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment sedang untuk bentang
jamak minimal 2 pien satu titik bor

F - 18
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau pelebaran jalan  1 lajur).


Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719, untuk jalan baru atau
pelebaran jalan lebih dari satu lajur maka dilakukan pengeboran setiap interval 1 Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping sebagai bahan timbunan dilakukan dengan
memperhatikan :
 Perilaku pemadatan laboratorium.
 Persyaratan material untuk timbunan termasuk yang berkaitan dengan kekuatan dan
konsistensi material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan dan air terhadap durabilitas kinerja
timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras, menentukan lapisan-
lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang
diselidiki, alat ini hanya dapat digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan
pada daerah aluvium yang mengandung komponen berangkal dan kerakal serta batu
gamping yang berongga, karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang
salah.

Ada dua macam alat sondir yang digunakan


1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukan harga >150
kg/cm2, alat sondir terangkat keatas, apabila pembacaan manometer belum menunjukan
angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada baja
kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah
hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada
tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP) secarakumulatif.
Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment sedang untuk bentang jamak
minimal 2 pien satu titik bor

F - 19
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

3. Lokasi Quarry
 Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan
timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
 Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak
ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.
C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti yang dijelaskan
pada tabel pengujian lapangan pada berikut :

Tabel F.2.
Jenis Pengujian Lapangan
No. Pengujian Acuan Keterangan
1. Resistivyti ASTM G57 – 78
2. Standard Penetration ASTM D1586 – 94 Pada daerah rencana
Test termasuk Split jembatan, harus
Spoon Sampling mencapai kedalaman
lapisan keras
3. Stand Pipe AASHTO T252 – 84

b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada tabel
berikut:
Tabel F.3
Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium

No. Pengujian Acuan Keterangan


SIFAT INDEKS
1. Kadar air ASTM D 2216 – 92
2. Batas susut ASTM D 427 – 93
3. Batas plastik ASTM D 4318 – 93 - Fresh Condition
4. Batas cair SK-SNI M–07–1989–F - oven dried 1000C
5. Analisa saringan SNI–03–3423– 1994
6. Berat jenis ASTM D 854 – 92 Gunakan Wet method

F - 20
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

No. Pengujian Acuan Keterangan


7. Berat isi SNI–1742–1989
SIFAT KUAT GESER TANAH
8. Direct Shear SNI–03–2813– 1992 - Fresh sample dengan penjenuhan
ASTM D 3080 – 90 - Fresh sample tanpa penjenuhan
- Fresh sample dioven 700C selama
satu hari
SIFAT PEMAMPATAN TANAH
- Fresh Condition
10. Swelling ASTM D 4546 – 90 - Dioven 400C dan 700C selama
satu hari
KEPADATAN
11. Pemadatan
SIFAT KELULUSAN
Manual of Soil Laboratory Testing.
12. Permeabilitas K.H. Head, Vol. 2, 1984
Gunakan metode Falling Head

F.2.5. STUDI HIDROLOGI DAN HIDROLIKA


1) Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan bentuk dan
kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran
2) Mengamati tata guna lahan
3) Menginventarisasi bangunan drainase eksisting
4) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting
5) Membuat rencana kerja untuk survey detail
6) Mengamati karakteristik aliran sungai/ morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap
konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam
perencanaan.
7) Penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir)
8) Perencanaan drainase
9) Bangunan pengaman terhadap gerusan

A. Tujuan
Tujuan survey drainase yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data
hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun

F - 21
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan teknis drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, river training (pengarah
arus) yang diperlukan.
B. Lingkup
Survey hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter – parameter desain jembatan yang
dalam hal ini jembatan yang dimaksud adalah jembatan di atas lalu lintas sungai atau saluran air.
Untuk itu pengumpulan data untuk analisa hidrologi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Kareakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari setiap gejala aliran yang harus dipelajari
dengan cermat dari peta topografi maupun pemeriksaan langsung ditempat meliputi data curah
hujan, tata guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan dan lain – lain
b. Karakteristik sungai yang meliputi :
 Kecepatan aliran dan segala arah
 Debit dan daerah pengaruh banjir
 Tinggi air banjir, air rendah dan air normal
 Lokasi penggerusan (Scouring) serta jenis/sifat erosi maupun pengendapan
 Kondisi aliran permukiman pada saat banjir
c. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang melintas sungai, sebelum tahap
perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai, adalah untuk menentukan :
 Debit Banjir adalam alur sungai jembatan atau debit maksimum sungai selama periode ulang
banjir rencana yang sesuai.
 Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang mungkin terjadi dan semua karakteristiknya
 Kedalaman air: air banjir, air rendah dan air normal.
d. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu perkiraan tinggi maksimum
banjir yang mungkin terjadi, ditetapkan dan diperhitungkan dengan periode ulang banjir rencana
atau dalam kurun waktu rencana sebagai berikut:
 Untuk Jembatan Panjang/ ( kontruksi khusus) diperhitungkan dengan periode ulang 100
tahunan.
 Untuk Jembatan biasa/tetap termasuk gorong-gorong diperhitungkan dengan periode ulang
50 tahunan.
 Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air jembatan yang melintas diatasnya
diperhitungkan dengan peride ulang 25 tahunan.
 Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan dengan perode ulang 50 tahunan.

F - 22
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis tanah dasar sungai dan debit serta kecepatan
aliran arus sungai.
 Dalam menentukan debit banjir maksimum dalam kurun waktu recana tersebut, dipakai
pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari suatu data curah hujan lebat. Disini perlu
ditinjau hubungan/korelasi antara curah hujan dan aliran sungai.
 Metode untuk menentukan debit banjir tersebut diklasifisikan menjadi 3 cara yaitu :
- Cara statistic/ kemungkinan – kemungkinan
- Cara hidrograf/sentetik
- Rumus empiris/metode rasional
e. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (retumperiod) 25 tahun dan 50 tahun yang
pemelihannya terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pihak Pemberi Tugas.
Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan elevasi jembatan dan
bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.

C. Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-3424-1994
atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1724-1989 SKBI -1.3.10.1987 (tata cara perencanaan
hidrologi dan hidrolika untuk bangunan di sungai), Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd. T.02-2006-
B Manual Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan No. 01/BM/05 serta pedoman lain yang dipersyaratkan.
D. Keluaran survey drainase
Keluaran yang dihasilkan dari survey hidrologi berupa laporan hidrologi yang di dalamnya memuat:
 Data identifikasi semua aliran air yang ada dan lintasan – lintasan drainase;
 Daerah – daerah tangkapan berdasarkan peta – peta;
 Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan tanggal kejadian);
 Lokasi – lokasi drainase yang ada meliputi permasalahan banjir, dan
 Acuan banjir/sumber informasi drainase;
 Kapasitas aliran air (run off) dan debit aliran air permukaan yang akan diterima oleh drainase
yang akan direncanakan;
 Data curah hujan yang digunakan dalam desain drainase;
 Dimensi saluran dan gorong – gorong ;
 Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar sungai/saluran baik erosi umum maupun lokal.

F - 23
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F.2.6. SURVEY LALU LINTAS


A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kecepatan kendaraan rata-rata,
serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam
satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan
selanjutnya. Untuk proyek ini survey lalu lintas dapat didasarkan data-data primer dan data
sekunder.

F.2.7. SURVEY PERKERASAN JALAN


A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui data struktural perkerasan yang ada, dengan
meliputi lendutan suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya dukung tanah dasar dan susunan/lapisan
perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya berdasarkan data data sekunder saja.

F.2.8. SURVEY INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN


A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi perkerasan
maupun kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
B. Lingkup Pekerjaan
1) Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m yang tercatat selama
berkendaraan. Untuk kondisi tertentu yang memerlukan data yang lebih rapat, interval jarak dapat
diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi Macadam dan lain -
lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-
gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak pagar/bangunan pendukung/tebing
kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk
jenis pemeriksaan lainnya.

F - 24
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

2) Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai existing jembatan yang
terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang bebas dan jenis lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari arah
memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format yang standar.
3) Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
4) Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan datang.
5) Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.

F - 25
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

6) Perencanaan Struktur Bawah Jembatan


Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan
stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun horisontal dan
harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur atas melalui
komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas,
beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya
akibat aliran air, tekanan air, gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang
dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara perencanaan
kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan material yang
digunakan.
c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil didalam modelisasi
struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen perletakan
seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet
untuk perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan didalam perencanaan
struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara analisis yang benar
berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan diferensial
dari struktur bawah, bila ada harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di samping
suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa tanah harus
diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang
material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada dibawah air yang diaplikasikan pada
rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau tebal
elemen baja terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
Bangunan bawah jembatan terdiri dari :
 Kepala jembatan (Abutment)
 Pilar (Pier)
 Pondasi

F - 26
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

7) Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan. Fungsi abutment adalah :
 Mentransfer beban dari struktur atas ke fondasi.
 Sebagai dinding penahan tanah.
 Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak pada sungai.

Bagian – bagian dari abutment adalah sebagai berikut :


BACK/PARAPET WALL
BEARING PAD

WING TIMBUNAN
WALL

DINDING
ABUTMENT

FOOTINGS

Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli struktur jembatan lebih cenderung
dengan pertimbangan fungsional, estetika bentuk pier dilakukan hanya berdasarkan intuisi. Namun
dewasa ini, estetika dari sebuah jembatan seharusnya melibatkan tenaga ahli yang berkompeten,
misalnya arsitektur. Pemilihan bentuk, warna, pencahayaan dan proporsional.

Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang indah dan selaras dengan
lingkungan. Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat pada lembar berikut ini
:

8-10 M
1M

SLOPE
1:6
0.75 M

F - 27
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

8-10 M
1M

SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M

PIER BENTUK HAMMER


H
0.3H 0.4H 0.3H

0.7 M
0.15H

SLOPE V
1:12

H
Untuk ratio  2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H

0.7 M 0.1H

H
Untuk 2,25   3 max H = 12 m
V
8) Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan
stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur atas dan harus mengikuti aturan-
aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92,
faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:

F - 28
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur jembatan.
Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih dahulu dengan
menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan tanah dan
kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan pondasi. Secara umum
kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan adalah:
 Pembebanan dari struktur jembatan
 Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
 Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan
 Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan
 Tersedianya alat berat dan material pondasi
 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
 Kedalaman permukaan air tanah
 Perilaku aliran air tanah
 Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi
 Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus dilakukan
berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya kondisi planimetri serta
berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang tersedia,
perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral, dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman
sebelumnya.
Hasil dari analisis mendalam dengan pertimbangan di atas akan menghasilkan tipe fondasi yang
stabil, tidak membahayakan bangunan sekitar dan ekonomis.
Dewasa ini material fondasi terbatas pada beton atau baja, sementara tipe fondasi sangat bervariasi
terutama pada fondasi dalam.

F - 29
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Fondasi Telapak

Fondasi Dangkal

Fondasi Lajur Tiang Pra-cetak/

Tiang Pancang

Fondasi Tiang

Tiang Bor

Fondasi Dalam

Open Caisson

Fondasi Caisson

Pneumatic Caisson

Gambar F-5. Tipe-tipe Pondasi yang Lazim Dilaksanakan.

9) Perencanaan Struktur Atas Jembatan


Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturanaturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 atau peraturan
lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas. Bangunan atas terdiri dari :
 Lantai kendaraan
 Sistem yang menopang lantai tersebut, misal : Girder, Rangka, Kabel, dan sebagainya.

Elemen-elemen bangunan atas antara lain terdiri :


1. Elemen yang mentransfer beben lalu lintas ke bangunan bawah, umumnya paralel / sejajar
dengan sumbu longitudinal jembatan. Elemen ini disebut struktur utama jembatan.
2. Elemen yang mentransfer tekanan / gaya dari beban lalu lintas ke elemen struktur utama
jembatan. Elemen ini terletak tegak lurus terhadap sumbu jembatan dan menghubungkan
struktur utama jembatan dalam arah transversal.
3. Elemen yang mentransfer beban-beban horizontal akibat gaya angin dan gaya centrifugal.
Elemen ini terletak pada bidang horizontal, biasanya pada bidang sayap dari struktur utama
jembatan. Elemen ini disebut ikatan angin

F - 30
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana
Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi dari semua
jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada komponen struktur jembatan.
b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur dan cara
perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/ peraturan yang disebut diatas
dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan
cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang
diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan.
d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang material dan
kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana komponen struktur
jembatan terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.

Pada dasarnya jenis bangunan atas dapat diklasifikasikan menjadi jenis-jenis sebagai berikut :
1. Slab
2. Girder : balok atau box
3. Arch
4. Cable Stayed
5. Suspension

Masing-masing jenis jembatan diatas mempunyai varian-varian tersendiri, sesuai dengan material
(baja, beton, composit), metode erection dan lain sebagainya. Tabel dibawah ini menunjukan range
bentang dengan berbagai jenis jembatan.

Tabel F.4.
Hubungan Bentang Jembatan dengan Tipe dan Material Jembatan
Type Material Range Bentang (m)
Slab Beton 0 – 12
Beton 12 – 210
Girder
Baja 30 – 300
Truss Baja 90 – 550
Beton 90 – 130
Arch Rib
Baja 120 – 370
Arch Truss Baja 240 – 520

F - 31
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Type Material Range Bentang (m)


Beton 90 – 450
Cable Stayed
Baja 90 – 600
Suspension Baja 300 – 1400

Pemilihan Jenis Bangunan Atas harus mempertimbangkan faktor-faktor:


 Bentuk serta sifat dari sungai
 Karakteristik tanah / geologi
 Volume lalu lintas
 Keperluan navigasi
 Kondisi iklim
 Data-data hidrologi
 Bahan konstruksi yang tersedia
 Kemampuan sumber daya manusia
 Akses ke site dan ruang kerja yang tersedia untuk pelaksanaan
 Maintenance
 Aspek Finansial
 Jangka waktu pelaksanaan
 Aspek Estetika

Untung rugi masing-masing tipe jembatan terkait dengan berbagai faktor diatas harus dianalisis secara
teliti sehingga akan menghasilkan bangunan atas yang paling tepat untuk dilaksanakan.
Secara lebih terinci, pada lembar berikut disajikan sketsa berbagai varian dari jenis jembatan serta tabel
yang menunjukan panjang bentang untuk masing-masing jenis jembatan. Sketsa dan tabel yang
dimaksud diatas berbagi atas baja dan beton.

10) Perencanaan Jalan Pendekat


a. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak harus memperhatikan
kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan. Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan
maka harus diperhatikan potensi penurunan jangka panjang dari lapisan tanah pendukung/atau
urugan tanah yang menjadi tumpuan perkerasan jalan pendekat.
b. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan tanah.
c. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang berlaku.

F - 32
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

11) Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman


a. Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan perencanaan
jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan di dalam acuan:
- Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B
b. Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi:
- Rambu dan marka pada jembatan
- Pagar pengaman jembatan
- Lampu penerangan pada jembatan
- Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk menghindaritumbukan langsung
dengan pilar jembatan (seperti fender pengaman atau sejenisnya
12) Preliminary Design
Sebagai acuan di dalam menghitung kebutuhan biaya konstruksi untuk alternatif jenis bangunan atas,
maka pada tabel di bawah ini dapat di lihat prakiraan dimensi untuk masing-masing jenis jembatan.
Tabel F.6
Prakiraan Dimensi Untuk Masing-Masing Jenis Jembatan
No. System Struktur Prakiraan Dimensi
A. Concrete
1. Simple Span Reinforced Concrete Beam 1 1
H =    L
 11 15 
2. Simple Span Prestressed Concrete Beam
H =    L
1 1
 15 20 
3. Cantilever and continuous, prestressed concrete  1 1 
h =    L
beam, erected by the cantilever method  40 70 

H =    L
1 1
 12 17 
4. Statically determined and statically in determined  1 1 
h =    L
prestressed bridges, erected by cantilever method  40 60 

H =    L
1 1
 15 20 
5. Three hinged arches
f =    L
1 1
6 8
1
d = L
50
6. Bridge with the traffic in the middle of arches
f =    L
1 1
4 5
1
d = L
60

F - 33
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


7. Arches with rigid tie 1
f = L
5
1
d = L
35
8. Arch – Cantilever bridge deck type 1
f = L
10
1
d = L
50
B. Composite Deck
1. Simple beams
h =    L
1 1
 15 20 
2. Continuous beams two spans  1 1 
h =    L
 20 25 
3. Three and multiple spans
h =    L
1 1
 35 50 
C. Steel Trusses
1. Simple span deck at the top chord system  1 1
h =    L
 8 12 
2. Continuous deck system 1 1
h =    L
 10 14 
3. Simple span, deck at the bottom chord 1 1
h =    L
6 7
D. Combined Bridge System
1. Beams reinforced by arches
f =    L
1 1
3 5

h =    L
1 1
 50 60 
H= 5h
2. Arch with tie beam 1
f = L
5
1
h = L
20
Note : H : Tinggi
h : Tinggi pada tengah bentang
f : Tinggi parabolic
d : Tebal arch

F - 34
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F.3. ANALISA PEKERJAAN


F.3.1. ANALISA DESAIN JEMBATAN
a. Parameter Perencanaan
Dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk dapat menentukan tipe bangunan atas,
bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, material

Gambar F-7 Potongan Memanjang Jembatan

1) Umur Rencana Jembatan


Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100 tahun.
Umur rencana untuk jembatan permanen minimal 50 tahun. Umur rencana dipengaruhi
oleh material/bahan jembatan dan aksi lingkungan yang mempengaruhi jembatan.
Jembatan dengan umur rencana lebih panjang harus direncanakan untuk aksi yang
mempunyai periode ulang lebih panjang, dengan rumus sebagai berikut :

Pr = Kemungkinan bahwa aksi tertentu akan terlampaui paling sedikit selama umur
rencana jembatan
D = Umur rencana ( tahun. )
R = Periode ulang dari aksi ( tahun )

Tabel F.7 Hubungan antara periode ulang dengan umur rencana

F - 35
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

2) Pembebanan jembatan
Pembebanan jembatan sesuai SK.SNI T-02-2005 menggunakan BM 100.

3) Geometrik
Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat setiap jam,
makin ramai kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan lebih besar.

Tabel F.8 Penentuan Lebar Jembatan

Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan, maka lebar lantai
jembatan ditentukan sebagai berikut:
 Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah l+7+ I meter
 Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
 Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan.
 Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar n (2,75 - 3,50 ) m, dimana n =
jumlah lajur lalu lintas.
4) Superelevasi/Kemiringan Lantai Jembatan
Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang jembatan adalah
tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan. Perbandingan kemiringan dari tanjakan
serta turunan tersebut disyaratkan sebagai berikut:
 Perbandingan l: 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
 Perbandingan l: 20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam
 Perbandingan l: 10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan maksimum
adalah l : 20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa semakin besar
kecepatan kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yang diberikan
pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan agar pada saat kendaraan akan
masuk ke badan Jembatan kendaraan tersebut tidak "jumping", yang secara otomatis akan
memberikan beban kejut tumbukan vertical pada struktur jembatan. Struktur Jembatan

F - 36
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

tidak diperhitungkan terhadap beban tumbukan akibat jumping kendaraan. Jembatan


hanya diperhitungkan menahan beban kejut kendaraan yang melaju
5) Ruang Bebas Vertikal dan Horizontal
Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya struktur atas
jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau benda yang lewat di
bawah jembatan. Clearance (ruang bebas) vertikal diukur dari permukaan air banjir sampai
batas paling bawah struktur atas jembatan. Besamya clearance bervariasi, tergantung dari
jenis sungai dan benda yang ada di bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah jembatan
ditentukan sebagai berikut :
 C = 0,5 m ; untuk jembatan di atas sungai pengairan
 C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan .
 C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
 C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya.
 C = 5,1 m ; untuk jembatan jalan layang.
 C ≥ 15 m; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan untuk alur
pelayaran. jenis sungainya, jalan : 5 m, laut 15 m
Horizontol clearance ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal ditentukan US
Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah :
 3 kali panjang kapal rencana, atau
 2 kali lebih besar dari lebar channel

Gambar F.8
Clearance pada jembatan diatas sungai/selat yang dilewati kapal

F - 37
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Gambar F.9. Clearance pada jembatan layang


6) Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan
Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan antara jalan
dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan dari kendaraan yang
akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan,dikhawatirkan akan berakibat pada
rusaknya struktur secara perlahan – lahan akibat dari tumbukan kendaraan - kendaraan
terutama kendaraan berat seperti truk atau kendaraan berat lainnya.

Energi kejut yang diberikan pada strukur akan meruntuhkan struktur atas, seperti gelagar
dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan jarak berupa
jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh minimum 5 meter ke arah jalan yang di
beri struktur pelat injak untuk pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan.

Gambar F.10 Potongan melintang jembatan

Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan aman, baik bagian
kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang kendaraan ditenrukan sebesar
minimum 5 m yang diukur dari lantai jembatan sampai bagian bawah balok pengaku rangka
bagian atas (Top lateral bracing)

F - 38
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

b. Perencanaan Bangunan Atas


Sebelum pembuatan jembatan perlu dilakukan perencanaan dengan tujuan agar jembatan
yang dibangun dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, tidak boros dan mampu menahan
beban sesuai dengan umur rencana. Perencanaan jembatan perlu mempertimbangkan faktor
ekonomis. Bentang ekonomis jembatan ditentukan oleh penggunaan/pemilihan tipe struktur
utama dan jenis material yang optimum.

Gambar F.11 Penentuan type jembatan berdasarkan bentang jembatan


Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan bangunan atas jembatan
standar Bina Marga seperti :
 Box culvert (single, double, triple) bentangl s/d l0 m
 Voided Slab (Plank),bentang 6 s/d l6m.
 Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 s/d 25 m
 Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan box, bentang 16 s/d 40 m
 Gelagar Komposit Tipe I dan Box Bentang 20 s/d 40m.
 Rangka Baja Bentang 40 s.d 60m.
Acuan Perencanaan Teknis
1. Perencanaan struktur atas menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas
berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS)
2) Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan dihitung dengan tidak melampaui
batas yang diizinkan yaitu simple beam < L/800 dan kantilever L/400.
Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan jembatan berada
khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja dan galvanis terhadap
resiko korosi ataupun potensi degradasi material.

F - 39
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

c. Perencanaan Bangunan Bawah


Struktur bawah terbagi menjadi dua bagian yaitu abutment (kepala jembatan) dan pilar.
Pemilihan bangunan bawah dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
 Memiliki dimensi yang ekonomis
 Terletak pada posisi yang aman, terhindar dari kerusakan akibat :gerusan arus air,
penurunan tanah,longsoran lokal dan global.
 Kuat menahan beban berat struktur atas , beban lalu lintas ,beban angin dan beban
gempa.
 Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan, tumbukan kapal,
dan tumbukan kendaraan
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar tipe-tipe bangunan bawah
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar F.12 Tipikal jenis kepala jembatan

F - 40
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Gambar F.13 Tipikal jenis pilar jembatan

Acuan Perencanaan Teknis


 Perencanaan bangunan bawah menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas
berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS)
 Struktur bangunan bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang
material dan kondisi lingkungan antara lain: selimut beton yang digunakan minimal 30 mm
(daerah normal) dan minimal 50 mm (daerah agresif)
d. Perencanaan Pondasi
Bentuk pondasi yang tepat untuk mendukung struktur bawah jembatan harus dipilih
berdasarkan besarnya beban struktur bawah dan atas jembatan yang ditahan oleh pondasi,
jenis dan karakter tanah, serta kedalaman tanah kerasnya.
Pemilihan pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
 Disarankan tidak menggunakan pondasi langsung pada daerah dengan gerusan yang
besar, jika terpaksa berikan perlindungan pondasi terhadap gerusan.
 Hindari peletakkan pondasi pada daerah gelincir local dan gelincir global,
 jika kepala jembatan atau pilar jembatan harus diletakkan pada lereng sungai.
 Hindari penyebaran gaya dari pondasi kepala jembatan jatuh ke lereng/tebing sungai.
 Gunakan pondasi sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala atau pilar jembatan.

F - 41
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar tipe-tipe pondasi yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel F.10 Pemilihan bentuk pondasi

Acuan Perencanaan Teknis


 Perencanaan pondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)
 Faktor keamanan (SF) untuk tiang pancang, SF Point bearing : 2,5 - 3 dan SF Friction
=3- 5
 Faktor keamanan (Safety Factor) (SF) untuk pondasi Sumuran dangkal dan pondasi
dangkal SF Daya dukung = 1,5-3, SF Geser = 1,5-2 dan SF Guling = 1,5-2
e. Perencanaan Jalan Pendekat
1) Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut:
o H kritis :(c.Nc+y.D.Nq)/y
o H izin : H kritis/ SF, di mana SF = 3.
2) Bila tinggi timbunan melebihi H izin, harus direncanakan dengan system perkuatan tanah
dasar yang ada.
f. Analisa Struktur
Analisis struktur dilakukan untuk mendapatkan Eaya-gaya dalam dengan pembebanan yang
direncanakan. Analisis ini dapat diselesaikan dengan menggunakan software.
1) Analisis statik
 Dilakukan untuk dua kondisi, yaitu kondisi batas layan dan kondisi batas ultimate
(dengan faktor-faktor beban yang disesuaikan)

F - 42
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

 Model dibuat untuk keseluruhan stnrktur dengan berbagai kondisi pembebanan,


termasuk beban angin yang dianggap pendekatan angin statik dan gempa static
ekivalen jembatan.
2) Analisis dinamik
Dilakukan untuk jembatan khusus dengan :
 Gempa dinamis, menggunakan simulasi pada komputer.
 Angin dinamis, menggunakan simulasi pada komputer dan analisa model pada wind
tunnel test di laboratorium uji
3) Analisis pada masa konstruksi
 Dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pengerjaan struktur sehingga setiap elemen
struktur terjamin kekuatan maupun kekakuannya selama masa konstruksi.

F.3.2. ANALISA BIAYA PROYEK


a. Penyusunan Kuantitas dan Harga
Daftar Kuantitas dan Harga dipergunakan sebagai acuan dalam tender dan nantinya setelah ditentukan
pemenangnya, maka kontrak kemudian dibuat. Adapun kontrak yang biasanya dipakai dalam
pekerjaan jembatan, ada dua jenis.
1. Kontrak Harga Satuan
Pemberi kerja mempersiapkan jadwal, perkiraan jumlah untuk komponen pekerjaan yang
berbeda, berdasarkan gambar kontrak. Kontraktor memberikan penawaran, dalam
penawarannya untuk jenis kontrak ini, harga satuan yang menentukan, bukan jumlah dan harga
akhir yang didapat dari perhitungan jumlah sebenarnya dari tiap “item” pekerjaan yang dilakukan
dan ditetapkan dalam Harga Penawaran.
2. Kontrak Borongan (LumpSum)
Dengan jenis kontrak borongan, kontraktor menawarkan satuan harga borongan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Rencana.

Kontrak Harga Satuan memberi kemungkinan lebih banyak untuk perubahan yang mungkin dirasa
perlu pada waktu pelaksanaan. Perubahan-perubahan demikian diperlukan, karena seringkali sulit
untuk mencakup semua item secara memadai pada tahap penawaran. Dalam kontrak borongan
daftar kuantitas (Bill of Quantities) dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai perubahan.
Jika perubahan diperlukan dalam Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Borongan dan Kontraktor serta
Engineer tidak dapat menyepakati nilai perubahan sebelum pekerjaan dilaksanakan, maka pekerjaan

F - 43
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

harus dilakukan atas dasar pekerjaan harian, dalam hal ini, harus ada catatan yang teliti mengenai
semua pekerjaan alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tambahan. Ini akan
memungkinkan pemberian harga pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap lain, bila diperlukan.
Catatan tersebut harus meliputi jumlah orang yang diperkerjakan, penggolongan jenis pekerjaan,
peralatan yang dipakai dan waktu yang dipakai dalam pekerjaan serta waktu “standby (tidak
dipergunakan) dan bahan yang dipergunakan.
b. Daftar Harga Satuan
Daftar harga satuan meliputi :
 Daftar harga satuan upah
 Daftar harga satuan bahan
 Daftar harga satuan alat
Biaya untuk masing-masing item tergantung pada lokasi proyek.
c. Analisa Harga Satuan
Setelah daftar harga satuan upah, harga satuan bahan dan harga satuan alat diperoleh, maka
sebagai tindak lanjut dibuatlah Analisa Harga Satuan.
Analisa Harga Satuan yang dibahas meliputi :
1) Alat
2) Mobilisasi dan Demobilisasi
3) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu lintas
4) Urugan :
 Urugan Biasa
 Urugan Pilihan
5) Pemadatan Tanah Dasar Pada Galian
6) Agregat
 Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas B
 Agregat Lapis Pondasi Bawah Kelas B
7) Beton
 Beton Struktural Kelas I K 300 – K 400
 Beton Struktural Kelas K 225
 Beton Struktural Kelas K 175
 Beton Tak Bertulang Kelas K 125
8) Baja Tulangan

F - 44
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

9) Pipa Sandaran Jembatan2,5 inci


10) Perletakan Elastomer
11) Tiang Pancang
 Penyediaan Tiang Pancang Beton, Pre Cast
 Pemancangan Tiang Pancang Beton 35 x 35 cm2
12) Galian
 Galian Struktur Kedalaman 0 s/d 2 m
 Galian Struktur Kedalaman 2 s/d 4 m
13) Lapis Permukaan
 Lapis Penetrasi Macadam (5 cm) Untuk Pekerjaan Minor
 Lapis Tipis Aspal Pasir / “Sand Sheet”
14) Rambu Jalan
15) Patok Penuntun Tipe Beton Bertulang

F.3.3. DESAIN ARSITEKTUR PADA JEMBATAN


Arsitektur merupakan seni dan ilmu dalam merancang suatu bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
yaitu perencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
bangunan, desain parabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut.

Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik
bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan
perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki
hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan di lapangan,
arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi
persyaratan yang disepakati. Namun dalam penerapan pekerjaan arsitektur jarang yang memperhatikan
dampak lingkungan binaan sekitar. Adapun pengaruh positif pekerjaan arsitek terhadap lingkungan
adalah :
 Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu menunjang kehidupan
dalam lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua pihak
(ekologi dan arsitektur). Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak-

F - 45
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar. Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
 Memberikan dampak pada estetika bangunan
 Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
 Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan
pada lahan yang memiliki kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya
seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan
yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.

Dalam mendesain atau membangun suatu proyek, seorang arsitek diwajibkan mampu menganalisa
suatu kondisi lingkungan sekitar proyek yang sedang dilaksanakannya. Perlunya memperhatikan
lingkungan dalam segi lahan dan aspek sosial serta pertimbangan pengaruh pembangunan terhadap
lingkungannya menjadi perhatian utama untuk mencari solusi dari semua keadaan untuk mencapai hasil
desain yang dapat diterima dari berbagai pihak tanpa mengurangi resiko desain terhadap bangunan
lingkup sekitarnya. Karena itulah arsitek diharuskan untuk tidak hanya belajar dan memahami, tapi
merancang dengan menerapkan seluruh apa yang sudah dipelajari dan ketahui, tidak egois dan
mencintai lingkungan sekitarnya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Arsitek juga dituntut untuk mengerti
akan segala seluk beluk bangunan, site dan lingkungan karena dampak positif dan dampak negatif dari
pembangunan tersebut menjadi salah satu tanggung jawab arsitek.

F - 46
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

Gambar F-14
Peran arsitektur pada Jembatan Gateshead Millennium (Inggris) dan Jembatan Chuncheon Grand
(Korea Selatan)

F.3.4. ALBUM GAMBAR


Jumlah buku adalah sebanyak 3 (tiga) buku. Format buku adalah A4 serta softcopy yang disimpan dalam
bentuk media penyimpanan digital (SSD eksternal 1 Tb), yang berisi gambar-gambar :
a. Peta Lokasi
b. Gambar Denah dan Situasi Seluruh Kawasan
c. Gambar Desain Jembatan
d. Gambar Potongan Jembatan
e. Gambar Detail Potongan Jembatan
Tabel F-11
Daftar Gambar Desain

F - 47
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F - 48
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS PT. ………………………….
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN TELUK SINGA NALA
DUSUN KUYUNG DESA SEBEMBAN
Tahun Anggaran 2023

F.3.5. SPESIFIKASI TEKNIS


Dalam membuat perencanaan detail desain jembatan berpedoman pada ketentuan dan peraturan
pemerintah yang berlaku serta standar yang biasa digunakan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten
Kutai Kartanegara. Ketentuan dan peraturan yang digunakan tersebut, antara lain:
1) Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992)
2) Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota edisi No.038/T/BM/1997 September 1997
3) Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Pt.T-01-2002-B
4) Pedoman Pencacahan Lalu lintas Pd.T-19-2004-B
5) Pembebanan untuk jembatan SNI-1725:2016
6) Perancangan jembatan terhadap beban gempa SNI-2833:2016
7) Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan SNI T-12-2004
8) AASHTO LRFD Bridge Design Specifications, 8th Ed, 2017
9) AASHTO LRFD Guide Specifications for LFRD Seismic Bridge Design, 2nd Ed, 2017
10) AASHTO Guide Specifications for Seismic Isolation Design, 4th Ed, 2014
11) Building code Requirements for Structural Concrete, ACI 318M-14
12) CEB-FIP Model Code for Creep and Shrinkage, 1990
13) Pedoman No. 004/BM/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan, Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum
14) Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan dan Jembatan, Direktur Jenderal Bina Marga No.
UM 0103 –Db/242, Maret 2008
15) Surat Edaran Nomor 04/SE/Db/2017 tentang Manual Desain Perkerasan (Revisi Juni 2017),
Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum
16) Surat Edaran Dirjem Bina Marga Nomor 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi Umum 2018 untuk
pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan

F - 49

Anda mungkin juga menyukai