Anda di halaman 1dari 3

SIXTY SELAMANYA

Suasana kelas cukup ramai oleh guru kami tidak masuk untuk mengajar di kelas. Saat itu,
aku memasuki tahun ketiga di seminari, kelas 2 SMA tepatnya. Beberapa temanku menikmati jam
kosong dengan berbincang membahas skor pertandingan sepak bola semalam. Mereka berdebat
cukup sengit tidak terima tim kesayangannya kalah. Beberapa dari mereka pergi ke luar kelas.
"Mungkin mereka ada di asrama", pikirku saat melihat banyak bangku yang kosong di kelas. Aku
pun membaca buku untuk menikmati jam kosong, seperti beberapa temanku yang lainnya. Jendela
yang terbuka lebar mengizinkan angin yang sejuk untuk masuk dan membelai wajah kami di kelas.
aku pun merasakan kantuk oleh belaian angin sepoi-sepoi. aku tetap melanjutkan untuk membaca
buku, sambil melihat dua temanku yang yang sedang bermain basket dengan bola dari kumpulan
kertas yang diremas-remas. Mereka bermain dengan penuh semangat dan penuh akan tingkah yang
lucu. sambil membayangkan menjadi pemain hebat, mereka seolah-olah memantulkan bola kertas
tersebut seperti bola basket, padahal bola tersebut kecil dan tidak bisa dipantulkan. Aku pun
teralihkan oleh permainan lucu mereka yang bermain basket "abal-abal". Mereka terus berusaha
melakukan dribble dan dunk.

Aku mulai membaca buku kembali, tiba-tiba terdengar suara teriakan kaget dari arah pintu
kelas. Teman-temanku dan aku juga ikut kaget dan mata kami langsung tertuju ke arah pintu kelas.
Aku melihat kedua temanku sudah tertunduk malu, oleh frater yang berdiri di depan kelas dengan
wajah yang geram. Sebelumnya, salah satu dari mereka berusaha melakukan "dunk" pada celah
sirkulasi atas pintu kelas. ia dengan penuh semangat melompat untuk dapat memasukkan bola pada
celah sirkulasi atas pintu. Saat ia hendak mendaratkan badannya yang condong ke luar kelas,
ternyata frater lewat di depan kelas kami. Tak sempat untuk menghindar, temanku pun akhirnya
pasrah menabrakkan badannya ke frater dan sama-sama terjatuh di lantai.

Aku ingin tertawa melihat peristiwa tersebut. Tawa itu sirna saat frater memarahi kami
juga yang tidak ikut bermain basket "abal-abal". Frater menyuruh kami untuk di kelas. Sebagian
dari kami memanggil teman-teman yang pergi ke luar kelas tadi. kami semua sudah berada di kelas
dan melihat frater dengan wajah yang geram. Ia meluapkan kekesalannya, karena tidak bisa
memanfaatkan jam kosong untuk belajar atau mengerjakan tugas. Kami, tanpa terkecuali,
mendapatkan jurus mematikan dari frater yaitu "elbow punch". Kami mendapatkan sikutan maut
satu per satu. Kami mengira bahwa kami "hanya" mendapatkan hukuman itu saja. Ternyata setelah
itu, kami semua disuruh oleh frater untuk berlutut di depan gua Maria. Kami tidak terima akan
hukuman tersebut, karena beberapa temanku dan aku tidak membuat kegaduhan di kelas. Hanya
dua temanku saja yang membuat keributan, karena bermain basket "abal-abal". Protes kami tidak
dihiraukan oleh frater dan kami semua tetap berlutut di depan gua Maria.
Di bawah sinar matahari yang sangat terik, kami semua berlutut di depan gua Maria. Kami
berlutut pada cetakan salib yang berbatu. sambil menahan sakit, kami menyalahkan kedua teman
kami yang bermain basket tersebut. Kami menggerutu bahwa seharusnya mereka berdua saja yang
menjalankan hukuman tersebut. Lutut yang semakin sakit dan sinar mentari yang semakin panas
membuat kami semakin tidak terima dalam menjalankan hukuman ini. Sambil kami masih marah
kepada dua teman kami, tiba-tiba salah satu teman kami berdiri dan bernyanyi-nyanyi dengan gaya
rap. Ia bernyanyi tentang ketidakterimaan kami bahwa kami semua dihukum dan entah sampai
kapan hukuman ini dijalankan. Seketika amarah yang meluap dari kami berubah menjadi tawa.
Kami tertawa bersama dan ikut bernyanyi bersamanya. Amarah dari kami pun sirna dan mulai
menerima keadaan ini. Kami pun sadar bahwa kesalahan mereka juga merupakan kesalahan kami,
oleh kerena kami lupa untuk saling mengingatkan satu sama lain. Kami saling mengingatkan untuk
memanfaatkan waktu dengan baik dan menjalankan hobby pada saat yang tepat. Kami pun malah
menjalani hukuman dengan penuh tawa dan canda hingga lupa berapa lama kami sudah berlutut.
Syukurnya, kami hanya berlutut sampai jam kosong itu selesai. Setelah itu kami meminta maaf
untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Pengalaman ini merupakan titik acuan kami untuk
semakin solid dan bersama untuk berubah menjadi angkatan yang lebih baik. Tentunya ini
merupakan salah satu pengalaman yang semakin memperkuat persaudaraan angkatan kami untuk
dapat terus berjuang menjalani panggilan di Seminari hingga lulus.

Banyak hal yang telah kulalui di Seminari Menengah Roh Kudus Tuka. Banyak
pengalaman yang menyenangkan dan tidak sedikit juga pengalaman yang berusaha menggoyahkan
ku untuk menjalani panggilan di seminari. Semua itu kujalani dengan sepenuh hati di seminari.
Salah satu cara agar aku bisa menjalani panggilan di seminari dengan penuh semangat, yaitu
berusaha belajar dan menikmati dari setiap kegiatan yang kulakukan. Kegiatan di seminari sangat
banyak dan hampir sama setiap harinya. Namun, aku hampir tidak merasa bosan dengan kegiatan
tersebut, oleh berusaha melihat hal yang dapat kupelajari pada kegiatan tersebut. Pembelajaran itu
dapat meningkatkan kualitas hidup dan panggilan ku di seminari. Seperti saat kegiatan jam belajar,
aku sudah menyelesaikan tugasku, setelah itu aku juga langsung mempelajari pelajaran yang
kusuka, yaitu bahasa latin. Aku pun dapat meningkatkan skill bahasa latin dan menguasainya.
Dengan begitu, aku dapat menikmati waktu belajar dengan baik. Saat bacaan rohani, aku berusaha
menulis dan merefleksikan pengalamanku dengan baik. dengan begitu, aku dapat menemukan
pembelajaran dari setiap pengalamanku dan dapat meningkatkan skill menulis ku. Banyak waktu
yang disediakan oleh seminari, dan waktu itu belum tentu kita dapatkan di luar seminari. Jadi, aku
berusaha untuk menikmati setiap waktu dengan terus mengasah skill dan menjadi pribadi yang
lebih baik. Kalian juga bisa melakukannya agar kalian dapat menjadi pribadi yang berkualitas, dan
dapat mengembangkan skill dan hobby mu melalui pemanfaatan waktu dengan baik. Aku yakin
kalian para seminaris yang membaca ini bisa menikmati waktu dengan baik di seminari. Aku tahu
kalian pasti sering menunggu kapan waktu untuk bebas keluar dan bermain gadget. Sembari
menunggu saat itu terjadi, kalian harus mulai untuk menikmati dan memanfaatkan waktu sebelum
waktu bebas itu terjadi, seperti meningkatkan skill bermain musik, olah raga, pelajaran, dan
tentunya dalam hal rohani juga. Niscaya, kalian akan menjadi pribadi yang sangat berkualitas dan
dapat menjalani panggilan dengan sepenuh hati. Aku yakin kalian pasti akan sangat bangga karena
telah memiliki skill yang telah kalian kembangkan, melalui pemanfaatan waktu di seminari dengan
baik. So, Enjoy ya!

Anda mungkin juga menyukai