Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI WAKAF

A. Pengertian & Tujuan Wakaf

Wakaf adalah salah satu bentuk filantropi dalam islam. Ia merupakan salah satu sara penggunaan
harta yang dianjurkan oleh Allah SWT. Dan Nabi Muhammad SAW. Wakaf telah dilaksanakan sejak
zaman rasul hingga saat ini. Wakaf dengan bentuk yang lebih luas yaitu tidak hanya dalam bentuk
asset nonkas tetapi juga wakaf dalam bentuk uang tunai yang biasa dikenal dengan wakaf tunai. PSAK
112 mendefinisikan Wakaf sebagai perbuatan hokum wakif (pemberi wakaf) untuk memisahkan dana
atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.

Wakaf bertujuan untuk kemaslahatan manusia dengan mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk
memperoleh pahala yang berkesinambungan dari pemanfaatan harta yang diwakafkan, yang akan
terus mengalir walaupun pemberi wakaf sudah meninggal dunia.

B. Sumber Hukum Wakaf


1. Alqur’an
a. Al-Hajj ayat 77
b. Ali Imran Ayat 92
c. Al-baqoroh ayat 262
2. Sunnah
Dari Abu hurairah R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda : “apabila anak adam
(Manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya, kecuali 3 perkara : Shodaqoh Jariyah,
Ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mednoakan orang tuanya” (HR. Muslim)

Berdasarkan ayat alquran dan hadist tersebut , dapat disimpulkan bahwa Allah dan Nabi
SAW. Menganjurkan agar manusia memberikan wakaf untuk keaslahatan umat manusia.
Pahala atas wakaf tersebut akan tetap mengalir pada pemberi wakaf, sekalipun ia telah
meninggal dunia. Selama harta yang diwakafkan masih memberikan manfaat.
C. ENTITAS Pelaporan (PSAK 112 par. 17-18)
Entitas wakaf merupakan entitas pelaporan atas asset wakaf dan kegiatan ekonomi terkait.
Entitas wakaf menyajikan laporan keuangan sendiri yang tidak dikonsolidasikan kedalam laporan
keuangan organisasi atau badan hokum dari nazir. Entitas pelaporan terdiri atas :
1. Nazir, baik perorangan , organisasi atau badan hokum
2. Pemberi wakaf organisasi & baadan hokum.

Entitas wakaf ini lebih mengacu kepada entitas akuntansi, bukan entitas hokum, sebagaimana
dijelaskan dalam dasar kesimpulan PSAK 112. Kondisi ini ditegaskan dengan adanya pemisahan
antara entitas akuntansi dan entitas hokum yang merujuk kepada Conceptual Framework IASB
(international Accounting Standard Board) Bab 3 tentang laporan keuangan dan entitas
pelaporan. Rujukan ini digunakan karena KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah) belum mengatur hal ini. Rujukan lainnya yang digunakan adalah
peraturan pemerintah No. 42/2006 tentang pelaksanaan Undang-Undang Wakaf No. 41/2004
pada pasal 7, menyatakan bahwa daftar kekayaan yang berasal dari harta wakaf yang terpisah
dari kekayaan lain atau yang merupakan kekayaan organisasi dan bersedia diaudit. Hal ini
berimplikasi bahwa entitas wakaf lebih ditekankan pada asset wakaf yang ada serta kegiatan
dari asset wakaf terkait.

Jika entitas wakafa memiliki investasi pada entitas lain maka seluruh investasi tersebut diukur
pada biaya perolehan, nilai wajar atau metode ekuitas, namun laporan keuangan entitas lain itu
tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan entitas wakaf. Hal ini dilakukan agar asset wakaf
tetap tercermin dalam laporan keuangan entitas pelaporan, sekaligus melindungi asset wakaf.
Mengingat jika dikonsolidasikan, maka rincian asset wakaf berupa saham tidak akan tercermin
dalam laporan konsolidasi. Begitu pula pelaporan entitas wakaf tidak perlu dikonsolidasikan
kepada laporan keuangan nazir organisasi atau badan hokum, mengingat asset wakaf terikat
dengan ikrar wakaf untuk pemanfaatannya sehingga tidaka da pengendalian nazir atas asset
wakaf (nazir wakaf dapat diganti).

D. Laporan keuangan entitas wakaf (PSAK 112)


Laporan keuangan entitas wakaf, utamanya mengacu pada penyajian laporan keuangan nirlaba
yang disesuaikan dengan karakteristik wakaf yang khusus,. Oleh sebab itu laporan keuangan
entitas wakaf yang lengkap terdiri dari :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode, merupakan laporan yang menjelaskan asset,
liabilitas, dan asset neto. Seluruh perlakuan akuntansi yang tidak diatur dalam PSAK ini akan
mengacu pada PSAK terkait, seperti PSAK 16 untuk asset tetap, PSAK 13 untuk proverti
investasi, PSAK 19 untuk asset tidak berwujud, PSAK 110 untuk Sukuk dan PSAK 71 untuk
instrument keuangan lain selain sukuk.
2. Laporan rincian asset wakaf pada akhir periode.
3. Laporan aktivitas selama periode, merupakan laporan yang menjelaskan terkait
operasionalisasi asset wakaf, sehingga untuk penghasilan akan dibagi menjadi :
a. Penerimaan wakaf permanen dari pemberi wakaf
b. Penerimaan wakaf temporer dari pemberi wakaf
c. Dampak pengukuran ulang atas aet wakaf yang ada
d. Hasil pengelolaan dan pengembangan asset wakaf termasuk hasil pengelolaan dan
pengembangan asset wakaf (Aset reinvestasi) dan imbalan nazir.
4. Laporan arus kas selama periode, merupakan laporan yang menjelaskan kas masuk dan
keluar dalam satu periode tertentu, mengacu pada PSAK 2 tentang laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

E. Akuntansi Entitas Wakaf


1. Penerimaan asset wakaf diakui pada saat entitas wakaf memiliki kendali secara hukum dan
fisik atas asset tersebut. Jika yang diterima adalah wasiat wakaf maupun wa’d wakaf, maka
tidak boleh diakui dalam periode berjalan. Asset yang diterima dalam bentuk kas akan diakui
sebesar nilai kas yang diteriman dan jika dalam bentuk nonkas akan diakui sebesar nilai
wajar, termasuk emas. Jika suatu kondisi nilai wajar tidak dapat ditentukan, maka akan
dijelaskan dalam catatan laporan keuangan saja. Untuk wakaf permanen akan diakui dan
disajikan sebagai asset neto, sedangkan untuk wakaf temporer, akan diakui dan disajikan
sebagai liabilitas.
Contoh :
Tanggal 2 januari 2018, entitas wakaf menerima janji wakaf berupa uang tunai sebesar
2.000.000.000 sebagai bentuk CSR PT BERKAH. Dana tersebut di terima pada rekening
entitas wakaf tanggal 30 juni 2018. Jurnalnya adalah
2 jan 18 tidak Dijurnal
30 Juni 18 kas rp. 2.0000.0000.000
Penerimaan Wakaf Permanen-Kas Rp. 2.000.000.000
Jika wakaf yang diterima adalah wakaf temporer, maka yang dijurnal bagian kredit menjadi
penerimaan Wakaf temporer- tunai dengan jumlah yang sama. Dan jika wakaf yang diterima
bukan kas maka yang dijurnal di debet berupa asset nya seperti mobil atau yang lain sesuai
dengan nilai wajarnya.
2. Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf merupakan tambahan asset yang bersumber
dari asset wakaf, akan diakui sebagai penghasilan. Penghasilan yang berasal dari wakaf
dapat berupa pendapatan bagi hasil, pendapatan sewa, dividen, dan sebagainya.
Contoh :
Asset wakaf berupa tanah dan bangunan disewakan sehingga menghasilkan pendapatan
sewa sebesar Rp. 24.000.000 untuk 1 tahun. Yang diterima dimuka pada 1 maret 2018.
Jurnal nya adalah :
1 maret 18 Kas Rp. 24.000.000
Pendapatan diterima dimuka Rp. 24.000.000
1 April 18 Pendapatan Diterima Dimuka Rp. 2.000.000
Pendapatan Jasa Rp. 2.000.000
Hasil pengelolaan tidak termasuk :
1. Hasil pengukuran ulang atas asset wakaf. Yang dimaksud pengukuran ulang adalah
bahwa asset wakaf dinilai kembali dengan menggunakan nilai sekarang. Hal ini
mengikuti ketentuan PSAK 16 (Aset Tetap).
a. Jika terdapat hasil pengukuran ulang dimana nilai wajar lebiih tinggi dari nilai
perolehan, maka surplus tersebut diakui pada asset neto bagian dari penghasilan
komprehensif lain. Selanjutnya apabila pada tahun berikutnya terjadi penurunan
nilai, maka penurunan nilai tersebut mengurangi penghasilan komprehensif lain
terkait maksimal sejumlah saldo akun tersebut. Apabila penurunan lebih besar dari
saldo akun penghasilan komprehensif lain, maka akan diakui sebagai kerugian dan
disajikan dalam laporan laba rugi.
b. Jika terdapat hasil pengukuran ulang dimana nilai wajar lebih rendah dari nilai
perolehan. Maka penurunan diakui sebagai kerugian pada laporan labarugi.
Contoh :

Entitas wakaf menerima tanah senilai Rp. 10.000.000 dan tanah tersebut diukur ulang
dengan nilai wajar dan ternyata mengalami peningkatan menjadi Rp. 14.000.000,
dijurnal :

1 maret 18 Tanah Rp. 4.000.000

Selisih penilaian kembali-tanah Rp. 4.000.000

Akun selisih penilaian kembali – tanah akan disajikan sebagai asset neto sebagai
penghasilan komprehensif lain.

2. Selisih dari pelepasan asset wakaf diperoleh ketika asset wakaf dilepaskan dengan
harga jual lebih tinggi dari harga perolehan awal. Untuk kondisi ini tidak boleh dianggap
sebagai penghasilan wakaf, tetapi akan diakui sebagao penambahan asset wakaf.
Contoh :
Entitas wakaf menerima wakaf berupa emas senilai Rp. 25.000.000. ketika akan
disalurkan menjdai bangunan rumah sakit, emas tersebut dijual dengan nilai RP.
27.000.000 dijurnal :
Kas Rp. 27.000.000
Emas Rp. 25.000.000
Penerimaan Wakaf Permanen-Emas Rp. 2.000.000
3. Beban terkait pengelolaan dan pengembangan sebagai pengurang hasil pengelolaan. Hasil
pengelolaan dikurangi beban menjadi hasil neto pengelolaan. Komponen yang termasuk
dalam beban adalah penyaluran manfaat wakaf, beban operasional, mupun beban imbalan
nazir, beban manfaat wakaf diakui sebagai penyaluran pada saat manfaat tersebut diterima
secara langsung oleh penerima wakaf. Apabila penyaluran tidak dilakukan secara langsung
missal melalui lembaga wakaf lain maka, belum diakui sebagai penyaluran tetapi sebagai
piutang kepada lembaga penyalur tersebut.
Contoh :
Entitas melakukan penyaluran atas manfaat wakaf berupa beasiswa pendidikan kepada
anak-anak tidak mampu di desa binaan sebesar Rp. 10.000.000 dijurnal :
Beban penyaluran beasiswa pendidikan Rp. 10.000.000
Kas Rp.10.000.000
Jika penyaluranna melalui lembaga wakaf lain maka dijurnal
Piutang Penyaluran Beasiswa pendidikan – Wakaf Rp. 10.000.000
Kas Rp. 10.000.000
Saat menerima laporan dari wakaf bahwa dana sudah diterima oleh penerima manfaat,
maka dijurnal:
Beban Penyaluran Pendidikan Rp. 10.000.000
Piutang Penyaluran Beasiswa pendidikan – Wakaf Rp. 10.000.000
4. Imbalan nazir didasarkan atas hasil neto pengelolaan dan pengembangan asset wakaf yang
telah direalisasikan dalam bentuk kas atau setara kas pada periode berjalan. Secara
langsung perhitungan imbalan nazir secara basis kas.
Contoh :
Entitas wakaf menetapkan imbalan nazir sebesar 10% dari hasil neto pengelolaan sesuai
ketentuan. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan dari periode berjalan adalah Rp.
100.000.000. meski demikian dari jumlah tersebut sebanyak Rp. 15.000.000 belum diterima
dananya. Sedangkan dari bulan desember telah diterima sebesar Rp. 5.000.000 . dasar
imbalan untuk nazir adalah Rp. 80.000.000 (Rp. 100.000.000-Rp. 15.000.000.-Rp. 5.000.000).
jumlah yang harus diterima nazir adalah Rp. 8.000.000 (Rp. 80.000.000 x 10%). Dijurnal :
Beban imbalan Nazir Rp. 8.000.000
Kas Rp. 8.000.000

5. Pengungkapan yang harus dilakukan terkait tentang :


1. Kebijakan akuntansi untuk penerimaan, pengelolaan, dan penyaluran wakaf.
2. Penjelasan tentang nazir, pemberi wakaf yang signifikan secara individual, peruntukan
asset wakaf
3. Strategi pengelolaan dan pengembangan asset wakaf
4. Jumlah imblan nazir dan persentasenya dari hasil neto, serta rekonsiliasi dasar
perhitungan imbalan
5. Penjelasan mengenai fakta, jumlah, dan pemberi wakaf dari wakaf temporer
6. Rincian asset yang telah diterima dari pemberi wakaf tapi belum ada akta ikrar wakaf
atau asset wakaf yang belum terealiasasi, atau pertukatran asset wakaf termasuk dasr
hukum, jenis dan alasannyai
7. Hubungan dengan pihak berelasi

6. Terkait dengan asset wakaf, maka perlakuan akuntansi tentang asset wakaf mengikuti PSAK
terkait yang relevan. PSAK yang terkait tersebut antara lain : PASK 16 untuk asset wakaf
berwujud, PSAK 13 terkait asset investasi, PSAK 19 untuk asset wakaf tidak berwujud. PSAK
111 tentang sukuk, dan PSAK 71 tentang iinstrumen keuangan.

F. Akuntansi Pemberi Wakaf


1. Asset yang diserahkan pemberi wakaf sebagai wakaf akan dicatat sebagai beban pada saat
diserahkan dengan jumlah sebesar nilai tercatat. Sementara, jika penyerahannya secara
temporer akan diakui sebagai asset yang dibatasi penggunaannya. Untuk itu pemberi wakaf
tidak berhenti untuk mengakui asset tersebut, termasuk jika dalam bentuk kas.
Contoh :
Pemberi wakaf menyerahkan aset wakaf senilai Rp. 200.000.000 , maka dijurnal :
Beban Wakaf Rp. 200.000.000
Kas Rp. 200.000.000
Jika wakaf tersebut diserahkan secara temporer maka jurnalnya :
Kas – Dibatasi Penggunanannya Rp. 200.000.000
Kas Rp. 200.000.000
Klasifikasi asset wakaf yang dibatasi penggunaannya akan diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
2. Pengungkapan yang dilakukan pemberi wakaf antara lain:
a. Rincian asset wakaf yang diserahkan dan peruntukan asset wakaf pada periode berjalan
untuk wakaf permanen
b. Rincian asset wakaf yang diserahkan, peruntukan dan jangka waktu asset wakaf pada
periode berjalan untuk wakaf temporer.
c. Hubungan pihak berelasi antar pemberi wakaf, nazir dan/atau penerima wakaf.

Sumber : wasilah, dan Sri Nurhayati. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

tt

PSAK 112: AKUNTANSI WAKAF TELAH DISAHKAN


Pada tanggal 7 November 2018 f telah mengesahkan PSAK 112: Akuntansi Wakaf. PSAK 112 berlaku efektif
pada 1 Januari 2021 dengan opsi untuk penerapan dini.

Secara umum PSAK 112 mengatur tentang perlakuan akuntansi atas transaksi wakaf yang dilakukan baik oleh
nazhir maupun wakif yang berbentuk organisasi dan badan hukum. PSAK 112 dapat juga diterapkan oleh
nazhir perorangan.

Pengelolaan dan pengembangan wakaf merupakan suatu entitas pelaporan (digunakan istilah ‘entitas wakaf’)
yang menyusun laporan keuangan tersendiri dan tidak dikonsolidasikan ke laporan keuangan organisasi atau
badan hukum dari nazhir. Laporan keuangan entitas wakaf tidak mengkonsolidasi laporan keuangan entitas
anaknya. Laporan keuangan entitas wakaf yang lengkap meliputi laporan posisi keuangan, laporan rincian aset
wakaf, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Dasar pengakuan aset wakaf adalah akta ikrar wakaf, dimana wasiat wakaf dan janji (wa’d) wakaf belum
memenuhi kriteria pengakuan aset wakaf. Wakaf temporer merupakan liabilitas yang wajib dikembalikan ke
wakif di masa mendatang. Dasar pengakuan atas penyaluran manfaat wakaf adalah diterimanya manfaat wakaf
tersebut oleh mauquf alaih. Sementara dasar imbalan nazhir adalah hasil neto pengelolaan dan pengembangan
aset wakaf yang telah direalisasi dalam bentuk kas (cash basis). Pengukuran aset wakaf yang diterima dari
wakif adalah nilai nominal untuk kas dan nilai wajar untuk aset nonkas.

Wakif mengakui penyerahan aset wakaf sebagai beban dalam laba rugi, kecuali wakaf temporer yang tetap
dicatat sebagai aset wakif dan disajikan sebagai aset yang dibatasi penggunaannya.

Ketentuan transisi PSAK 112 ini adalah prospektif catch-up sejak awal periode sajian.
Sumber : http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1113=psak-112-akuntansi-
wakaf-telah-disahkan

Anda mungkin juga menyukai