Anda di halaman 1dari 8

BIDAT (Ajaran Sesat)

I. Pengertian Bidat

Apa yang dimaksud dengan bidat? Bidat (Bhs Inggris: Heresy, Yunani: hairesis) muncul
9 kali dalam Perjanjian Baru. Menurut kamus Yunani karya monumental W.F Arndt dan F.W.
Gingrich yg diterjemahkan oleh W. Bawer's, semula kata ini bersifat netral, tanpa konotasi
negatif, yaitu dimengerti sebagai kelompok/sekte, opini, dogma (BAG 23-24).

Dengan demikian, dalam Perjanjian Baru (PB) dikenal sekte orang Saduki (Kis. 5:17) dan
sekte orang Farisi (Kis. 15: 5; 26:5) yang dibentuk dari kelompok Judaisme. Sekte orang Saduki
adalah kelompok yang menolak hal-hal yang bersifat supernatural, seperti ajaran tentang
kebangkitan, hidup kekal, juga adanya malaikat. Sedangkan sekte orang Farisi adalah mereka
yang percaya kepada hal-hal tersebut di atas, dan digambarkan di dalam PB sebagai kelompok
yang sangat memegang tradisi nenek moyang, mengerti dan memelihara Kitab Taurat secara
kaku. Karena itu, kelompok ini sering bertentangan dengan Tuhan Yesus, serta memusuhiNya.

Perlu diperhatikan bahwa kata yang sama, yaitu sekte, juga digunakan oleh non Kristen
terhadap kekristenan. Sebagai contoh, kita dapat membaca tuduhan yang diberikan kepada R.
Paulus: "Telah nyata kepada kami bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang
menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan
bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani (Kis. 24: 5, lihat juga 14; 28: 22).

Jadi jika pada mulanya pengertian "hairesis" adalah aliran, opini atau dogma, kemudian
aliran atau sekte ini diindikasi sebagai aliran yang menyesatkan( I Eph 6:2; I Tr 6:1; Epil Mosq
1, hal ini bisa juga dibaca dalam tulisan Justin). Dalam tulisan rasul Paulus, aliran ini disebut
menimbulkan perpecahan yang perlu diwaspadai. Karena itu, bidat dapat juga dimengerti sebagai
kelompok dalam gereja yang memecahkan diri karena alasan-alasan tertentu (band. 1Kor.11: 19;
Gal.5: 20). Dalam Tit.3: 10 kata ini digunakan untuk orang tertentu. Rasul Paulus menulis:
"Seorang bidat yang sudah satu dua kali kau nasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu
bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya
sendiri" (Tit.3: 10-11).
II. Bidat dalam PB dan sesudah zaman PB

Dalam tulisan ini, kita mendefenisikan bidat sebagai sekte, kelompok atau gerakan
dengan ajaran yang menyimpang dari ajaran utama, sebagaimana diajarkan oleh Alkitab dan
tradisi Gereja mula-mula. Yang kita maksud dengan ajaran utama di sini adalah seperti ajaran
tentang Allah, Kristus, Roh Kudus serta Keselamatan. Tentu saja, dengan defenisi ini, sebelum
kita membahas terlalu jauh, kita perlu mengingat penegasan ahli sejarah Gereja, Williston
Walker:

Dalam PB, penggunaan kata bidat dalam arti penyimpangan terhadap ajaran sebagaimana
kita sebut di atas, pertama kali dapat ditemukan dalam 2Pet.2: 1, di mana di sini rasul Petrus
menegaskan adanya guru-guru palsu. Petrus menulis: "Mereka akan memasukkan pengajaran-
pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah
menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka
sendiri" (2Pet.2: 1).

Sebernarnya, kita melihat bahwa ada dua kelompok bidat yang paling menonjol dalam
PB. Pertama, kelompok Gnostik Yahudi (Kol.2: 8-23) dan Dosetisme (1Yoh.4: 2,3 dan 2 Yoh.7).
Kita sebut Gnostik Yahudi, karena sekalipun faham Gnostik baru muncul pada abad kedua,
namun benih ajaran tersebut telah ditemukan pada masa PB. Ajaran Gnostik sulit dirumuskan
secara tepat. Hal ini disebabkan adanya berbagai variasi dan keragaman pengajaran mereka.
Yang jelas, mereka tidak menerima otoritas Alkitab Perjanjian Lama (PL), tidak mengakui
bahwa keselamatan adalah melalui Kristus. Umumnya mereka menolak ajaran tentang Kristus
yang datang menjadi manusia serta menderita di kayu salib.

Bagi kelompok ini, keselamatan adalah melalui kemampuan untuk mencapai satu tingkat
pengetahuan tertentu yang disebut the secret gnosis. Sedangkan ajaran dosetisme adalah
pengajaran yang menolak kesejatian tubuh Kristus. Bagi kelompok ini, tubuh Kristus hanya
bersifat maya. Kata "dokew" dalam bahasa Yunani berarti kelihatannya (it seems), jadi
kelihatannya Kristus memiliki tubuh manusia, padahal sebenarnya tidak demikian. Pengajaran
ini tentu dipengaruhi oleh pemahaman bahwa semua yang bersifat materi (termasuk tubuh)
adalah hina serta penyebab dosa. Tubuh dianggap penjara jiwa. Karena itu, manusia harus
melepaskan diri dari tubuh jasmaninya.

Alkitab menegaskan bahwa pemahaman tersebut tidak benar. Karena itulah, rasul-rasul,
khususnya Paulus dan Yohanes banyak melawan ajaran tersebut dalam surat-suratnya.
Lalu apa yang terjadi sesudah zaman rasul-rasul? Kita juga melihat munculnya bidat-bidat baru.
Itulah sebabnya, sebenarnya dapat dikatakan bahwa sejarah Gereja adalah juga sejarah bidat-
bidat. Karena itu, tema di atas sesungguhnya merupakan sesuatu hal yg sangat sulit untuk
dibahas, karena itu sering dihindari. Kita dapat maklum, karena kalau kita membaca kitab
Sejarah Gereja yg begitu tebal yang ditulis oleh Williston Walker, atau yang ditulis berjilid-jilid
serta tebal-tebal (hampir selusin) oleh Philip Schaff, kita akan melihat bahwa kehadiran bidat
dalam sejarah Gereja begitu rumit.

Karena itu, hanya beberapa dari bidat tsb kita sebutkan di bawah ini.

Pertama, bidat di sekitar ajaran Kristus (Kristologi). Kita memassukkan ke dalam


kelompok ini aliran Apollinarisme yang mengajarkan bahwa Kristus tidak memiliki roh manusia,
tetapi Logos menggantikannya.

Kedua, kita juga melihat adanya bidat di sekitar ajaran Tritunggal.

Salah satu bidat yang cukup banyak mempengaruhi ajaran Tritunggal jemaat di Indonesia adalah
Sabellianisme atau Modalisme. Kelompok ini menerima ajaran Tritunggal tetapi tidak sesuai
dengan pengajaran Alkitab.

Kelompok ini mengajarkan bahwa yang dimaksud dengan ajaran Tritunggal adalah Allah
yang menyatakan diri dalam tiga cara, yaitu Allah Bapa yang berubah menjadi Allah Anak, serta
Allah Anak yang berubah menjadi Allah Roh. Pengertian seperti inilah yang biasa digambarkan
de gan air-es-uap.

Jadi, ajaran ini menyangkali adanya tiga oknum yang berbeda dalam Allah Tritunggal,
yang dapat dibedakan sekalipun tidak dapat dipisahkan. Aliran lain yang juga termasuk di sini
adalah Monarchianisme atau adoptianisme, Arianisme serta Macedonianisme. Monarchianisme
menolak Tritunggal karena mereka ini mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah sejati, tetapi
Yesus menjadi Kristus pada saat Yesus dibaptis oleh Yohanes, dan kemudian Allah mengadopsi
Yesus setelah kematianNya.

Demikian juga dengan Arianisme, menolak ajaran Tritunggal karena kelompok ini berpendapat
bahwa Yesus bukan Allah melainkan ciptaan Allah yang pertama. Sedangkan Macedonianisme
menolak ajaranAllah Tritunggal dengan alasan bahwa Roh Kudus merupakan ciptaan Allah juga.

Selanjutnya kita juga mengenal bidat di sekitar kanon Alkitab. Hal ini telah dimulai oleh
Marcion di mana dia menolak seluruh kitab yang berbau Yahudi, seperti Injil Matius.
Sebenarnya kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepanjang sejarah Gereja, baik di abad
permulaan hingga saat ini, kita terus melihat adanya kelompok yang menolak otoritas Alkitab,
termasuk di sini adalah Neo Protestanisme serta liberalisme yang menolak pengilhaman dan
Otoritas Alkitab.
III. Sikap Terhadap Bidat

Seringkali anggota jemaat bingung dan ragu dalam menyikapi hadirnya bidat atau aliran
yang mengarah kepada bidat di Indonesia. Bahkan ada semacam pengertian bahwa setiap
kelompok adalah benar, karena itu adalah salah dan berdosa bila meragukan atau menentang
aliran tersebut.

Padahal, kita dapat menyaksikan bahwa rasul-rasul seperti Paulus dan Yohanes
memberikan sikap yang sangat jelas dan tegas terhadap segala penyelewengan dan
penyimpangan ajaran yang benar. Itulah sebabnya kita dapat membaca tulisan mereka serta
tulisan dari Bapak2 Gereja cukup banyak berisi peringatan terhadap ajaran2 bidat ini. Sebagai
contoh adalah Ignatius yang menganggap pengajar2 sesat ini sebagai pemabuk (Trall.6: 1-2) dan
beruang ganas (Eph.7:1). Sedangkan Ireneus menulis "Against Heresies" untuk melawan
berbagai pengajaran Gnostik di abad kedua. Karena itu, Ireneus memperingatkan orang2 Kristen
untuk menghindari setiap pengajaran yang tidak murni dan menyesatkan.

Selanjutnya, Clement dari Alexandria melihat adanya sifat kedagingan yang berdosa
sebagai penyebab munculnya bidat. Dia menegaskan bahwa ajaran bidat memancar dari
keserakahan pribadi, keinginan yang sia-sia serta kesalahan menafsir Alkitab (Strom. VII. 15).
Cyprian bahkan memberikan pandangan yang lebih tajam dan keras dengan mengatakan bahwa
Setan menanamkan ajaran sesat dan perpecahan dalam Gereja untuk menghancurkan iman orang
percaya, mencemarkan kebenaran serta memecah kesatuan (Unity of the Church 3).

Bagaimanakah Gereja mencegah dirinya dari ajaran sesat tersebut? Berbagai upaya dilakukan
oleh Gereja mula-mula untuk menangkal pengajaran-pengajaran sesat.

Pertama, semua jemaat didorong untuk mengikuti pemimpin masing2. Maka di sini
terlihat peran pemimpin Gereja, seperti Penilik untuk memelihara jemaat masing-masing. Hal ini
sebenarnya sudah terlihat dari tulisan rasul Paulus di mana Paulus misalnya mengirim Timotius
untuk menggembalakan jemaat di Efesus. Dengan demikian slogan: "Follow your
pastors/leaders" menjadi sangat terkenal pada Gereja mula-mula. Tetapi bagaimana kalau ada
kelompok atau jemaat yang belum memiliki Penilik atau semacam pendeta jemaat? Karena itu
sangat dirasakan pentingnya kehadiran Kitab Suci sebagai buku pegangan umat. Inilah cara
kedua untuk menangkal bidat: mengupayakan proses kanonisasi Alkitab. Sekalipun proses
kanonisasi ini berlangsung sangat sulit dan memakan waktu yang sangat lama, namun usaha itu
tetap dilakukan. Kita tahu bahwa seluruh kitab-kitab dalam Perjanjian Baru sebenarnya telah
selesai ditulis pada abad pertama. Meskipun demikian, barulah abad keempat proses
pengkanonan dianggap selesai, di mana Gereja mula-mula akhirnya menerima Alkitab PL
sebanyak 39 kitab, dan PB sebanyak 27 kitab. Sejak saat itu, sekalipun masih ada upaya-upaya
untuk untuk merekanonisasi Alkitab, usaha tersebut tidak pernah diterima oleh seluruh Gereja
Tuhan. Hal ini terbukti hingga saat ini kita tetap menerima kanon tersebut di atas. Jadi, dari sini
kita dapat melihat bahwa sesungguhnya Alkitab yang terdiri dari 66 kitab merupakan harta
Gereja yang sangat berharga. Kita dapat meyakini bahwa itu sesungguhnya merupakan karya
besar Roh Kudus melalui GerejaNya.

Karena itu, adalah merupakan suatu keharusan yang wajar bagi setiap anak-anak Tuhan
untuk sungguh-sungguh menghargai serta mempelajari harta yang sangat indah dan berharga
tersebut.

Selanjutnya, sekalipun Kanon Alkitab tersebut telah diterima, namun masih dianggap
kurang untuk menangkal bidat-bidat yang muncul. Mengapa? Karena Alkitab yang terdiri dari 66
buku tersebut dianggap terlalu luas

dan tidak mengajarkan inti sari iman yang cukup jelas. Karena itu, muncullah cara ketiga yaitu
merumuskan "the rule of faith" di mana disini ditegaskan ajaran-ajaran yang dianggap sangat
penting. Gereja mula-mula mempertahankan dirinya dengan berpegang kepada pengakuan-
pengakuan iman. Karena itu Ireneus menyerukan bahwa bidat-bidat tidak mengikuti baik Kitab
Suci, maupun pengajaran Gereja mula-mula yang bersumber dari pengajaran rasul-rasul, yang
dipelihara dalam Gereja secara turun temurun (Against Heresies III.2). Demikian juga, Tertullian
menegaskan bahwa tidak mengetahui apapun dari ajaran bidat yang bertentangan dengan
pengakuan iman sebenarnya sama dengan mengetahui semuanya (Prescription of Heretics 7).

IV. Ciri-ciri bidat atau ajaran yang mengarah kepada bidat

Setelah membahas hal tersebut di atas, maka kita perlu menyimpulkan beberapa hal
penting dan praktis tentang ciri-ciri bidat, atau ajaran yang mengarah kepada bidat. Dengan
demikian diharapkan bahwa kita dapat mencegah diri dari bidat, atau kemungkinan menjadi
bidat.
1. Memiliki Injil atau 'kabar baik' yang berbeda.

Dalam Galatia 1: 8-9 ditulis mereka mengikuti Injil lain (heteron euanggelion) yang
sebenarnya bukan Injil (ouk allo). Jadi menarik sekali memperhatikan ayat tersebut di atas, di
mana rasul Paulus tetap menggunakan istilah kabar baik (Injil lain) terhadap pengajaran sesat
tersebut. Dengan demikian kita melihat bahwa ajaran sesat pun tetap memiliki sesuatu 'kabar
baik'. Sebenarnya hal itulah yang membuat jemaat tetap tertarik, bahkan karena 'kabar baik' itu
begitu diiklankan serta dipromosikan, maka jemaat biasa atau awam pun datang berbondong-
bondong.

Tidak heran, Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa penyesat itu akan datang seperti
serigala berbulu domba. Kelihatannya tulus, lugu serta tidak menakutkan; tetapi begitu kita
menyerahkan diri, kita habis ditelannya.

2. Injil plus; artinya, memiliki Kitab Suci yang sama, tetapi ditambah dengan kitab-kitab lain
yang memiliki kuasa atau otoritas yang sama dengan Alkitab. Bandingkan dengan kitab Mormon
dengan ajaran Joseph Smith, demikian juga dengan aliran saksi Jehova dengan Watch Towernya.

Pengajar-pengajar saksi Jehovah tersebut memang membawa Alkitab juga ke rumah-rumah yang
didatanginya. Namun, kemudian, mereka akan mempengaruhi jemaat dengan segala tipuan licik
mereka yang mereka tuliskan pada majalah tersebut di atas.

3. Injil minus, artinya ,memiliki Kitab Suci yang sama tetapi sebagian dari Alkitab tersebut
dikeluarkan karena tidak sesuai dengan ajaran yang mereka anut. Bandingkan Marcionisme yang
mengeluarkan kitab2 yang berbau Yahudi seperti Injil Matius. Saat ini cukup banyak mahasiswa
dan persekutuan jemaat yang dibingungkan oleh ajaran PSTMRG yang menyerang adat istiadat
serta menganggapnya berhala. Ketika saya berdialog dengan orang ini, saya menantangnya
dengan menunjukkan sikap Paulus. Tetapi dengan tegas dia mengatakan: "Saya tidak menerima
Paulus, saya adalah pengikut Tuhan Yesus". Kemudian dia menjelaskan tulisan-tulisan rasul

Paulus yang menurut dia menyesatkan. Ada lagi issu belakangan ini yang dimunculkan, yaitu
masalah nama Yesus yang tidak boleh disebut Allah, karena menurut dia Allah berasal dari ilah.
Karena itu, kelompok ini mengusulkan menyebut Allah sebagai Jehova saja.
4. Penekanan pada formalitas ibadah, seperti menciptakan aturan2 baru yang bersifat kaku,
membuat larangan2 baru, di mana ini dianggap sebagai Injil (Bandingkan Kol.2: 16, 21-23).
Saya teringat adanya kelompok yang mewajibakan jemaat mereka memakai kerudung, tidak
boleh pakai cincin.

Ada juga jemaat yang memberi nama-nama baru kepada anggotanya, ada lagi yang
memberi pangkat-pangkat baru yang sebenarnya tidak ada dalam Alkitab. Sehingga tepatlah apa
yang dikatakan oleh rasul Paulus bahwa mereka ini mengejar bayangan Kristus, tetapi bukan
Kristusnya. Paulus menulis: "Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat
dengan ibadah buatan sendiri seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain
untuk memuaskan hidup duniawi" (Kol.2: 23) Mengapa? Karena mereka ini sesungguhnya tidak
berpegang teguh kepada Kepala, yaitu Kristus" (ayat 19).

Jadi, penekanan dan kecenderungan kelompok ini adalah pada kulit, bukan kepada isi.
Sedangkan ajaran yang benar akan memusatkan diri kepada Kristus dan ajaranNya (Kol.2:
17,19).. Jika hal ini terjadi, maka marilah kita lihat tahapan kejatuhan mereka sebagaimana
dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma: "Sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran
Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka
mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

5. Kecenderungan kepada ibadah yang bersifat supranatural. Rasul Paulus menulis ciri mereka
ini: beribadah kepada malaikat, berkanjang kepada penglihatan2, dll. Bandingkan dengan
Mat.24: 24 Di sini Tuhan Yesus menjelaskan kesesatan yang disertai dengan tanda-tanda dan
mukjizat-mukjizat. Rasul Paulus menulis dalam 2Tes.2: 2 adanya ilham roh (lihat juga ayat 9).
Mungkin sebagian dari kita mengetahui dan mengingat apa yang dituliskan oleh sebuah koran
beberapa tahun lalu, yaitu adanya kelompok di salah satu wilayah Jakarta Selatan. Mereka ini
katanya beribadah kepada malaikat dan dalam ibadah penyembahan, mereka memadamkan
semua lampu. Dalam ibadah ini akan diberikan nubuatan nubuatan baru, serta penglihatan-
penglihatan baru. Mereka ini tetap tinggal di sebuah rumah, mengisolasi diri dari masyarakat
sambil menanti kedatangan Kristus. Tetapi apa yang terjadi? Bukan Kristus yang datang, yang
datang adalah polisi dan membubarkan kelompok tersebut!
6. Pelayanan yang membesarkan diri sendiri (Kol.2: 18b). Kita ha rus sungguh-sungguh
mewaspadai type pengkhotah yang cenderung berfokus pada diri sendiri: banyak menceritakan
diri sendiri seperti adanya penglihatan, pengangkatan ke sorga. Kita juga harus mewaspadai gaya
berkhotbah yang banyak menggunakan kalimat "Tetapi saya berkata kepada saudara…tetapi
saya berkata kepada saudara… tetapi saya berkata kepada saudara". Pengkhotbah seperti ini
sadar atau tidak telah menciptakan kultus individu, telah membuat otoritas khotbah berada pada
"sang aku", bukan pada Allah dan firmanNya. Padahal, nabi-nabi dalam PL sekalipun -yang
sebenarnya sedemikian dipimpin Roh dan sedemikian berkuasa dalam khotbah mereka- tidak
menggunakan gaya seotoritatif itu. Sebagai contoh; kita membaca dalam kitab Yeremia,
"Beginilah firman Tuhan…" (Yer. 17: 5). Sebenarnya, bila kita memperhatikan khotbah
Penginjil Billy Graham yang sangat terkenal itu, kita akan menemukan model yang sama
mengikuti nabi Yeremia tersebut. Kita dapat mendengar khotbahnya, atau membaca tulisannya
dengan kalimat "The Bible says… the Bible says…the Bible says". Sebenarnya, khotbah yang
berpusat kepada Tuhan dan FirmanNya tersebut di atas bukan hanya pola PL, tetapi juga pola
PB. Itulah sebabnya pengkultusan individu tersebut di atas sangat kontras dengan pernyataan
Yohanes, "Dia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil" (Yoh 3: 30,). Demikian juga
Tuhan Yesus menegaskan bahwa "Roh Kudus pun tidak berkata-kata tentang diriNya sendiri…
Ia akan memuliakan Aku" (Yoh.16: 13c-14a).

TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai