Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizky Hadi Suryanto

NIM/No. absen : 04.03.23.1645/21

Kelas : PPKH 1C

1). Ekosistem adalah sistem kompleks yang terdiri dari komunitas organisme hidup dan
lingkungan fisik tempat organisme tersebut berinteraksi. Untuk memahami konsep ekosistem,
ada dua komponen utama yaitu:
- Lingkungan biotik
yaitu kumpulan komponen kehidupan suatu ekosistem. Ini termasuk organisme seperti
tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur. Organisme ini berinteraksi satu sama lain dalam
ekosistem.
- Lingkungan abiotik
Yaitu seluruh komponen tak hidup dalam suatu ekosistem. Ini mencakup faktor fisik
dan kimia yang mempengaruhi organisme dalam ekosistem.

2). Siklus ekologi lingkungan peternakan meliputi interaksi antara manusia, ternak dan
lingkungan. Manusia bertanggung jawab atas pengelolaan hewan, termasuk pemilihan
makanan, pemeliharaan kesehatan hewan, dan pengelolaan lingkungan kandang. Lingkungan
kandang yang segar dan bersih sangat penting bagi kesehatan hewan dan kualitas produk
ternak. Faktor lingkungan seperti iklim, kelembaban dan suhu juga mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan ternak. Pengelolaan pakan juga penting dalam pengelolaan ternak. Faktor
lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban kandang mempengaruhi respon
termoregulasi hewan ruminansia. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan peternakan yang
baik sangat penting untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan ternak serta mutu produk
peternakan yang dihasilkan.

3). Berikut adalah tujuh faktor lingkungan utama yang dapat mempengaruhi produktivitas
ternak:
1. Iklim:
Iklim yang ekstrim, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, dapat
mengganggu kesehatan dan pertumbuhan ternak. Beberapa spesies hewan mungkin
lebih tahan terhadap kondisi iklim tertentu, namun pengelolaan iklim yang tepat,
seperti perluasan tutupan lahan atau pendinginan, dapat membantu mengurangi
dampak buruk iklim terhadap produktivitas ternak.
2. Kualitas udara:
Kualitas udara di dalam kandang ternak (misalnya kandang atau peternakan) dapat
mempengaruhi kesehatan pernapasan hewan ternak. Kelembapan yang tinggi atau
adanya gas beracun seperti amonia dapat berbahaya bagi hewan. Ventilasi dan
pengelolaan limbah yang baik dapat membantu menjaga kualitas udara yang baik.
3. Kualitas air:
Air bersih dan berkualitas merupakan faktor penting bagi produktivitas ternak. Air
yang terkontaminasi atau ketersediaan air yang berkurang dapat menghambat
konsumsi air ternak, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhannya.
4. Ketersediaan pakan:
Ketersediaan dan kualitas pakan merupakan faktor kunci yang mempengaruhi
produktivitas ternak. Pakan yang tidak mencukupi atau berkualitas buruk dapat
menghambat pertumbuhan dan produksi ternak. Manajemen yang baik dalam
pemilihan, penyimpanan, dan distribusi makanan sangat penting.
5. Ketersediaan Ruang:
Padatnya populasinya dalam lingkungan peternakan dapat mengurangi kenyamanan
hewan ternak dan menyebabkan stres. Ketersediaan ruang yang memadai dalam
kandang atau peternakan dapat memengaruhi kesejahteraan hewan dan produksinya.
6. Manajemen Kesehatan:
Program manajemen kesehatan yang baik, termasuk vaksinasi, pencegahan penyakit,
dan penanganan penyakit yang efisien, adalah faktor penting dalam produktivitas
ternak. Penyakit yang menyebar di antara hewan dapat menyebabkan kerugian yang
signifikan.
7. Manajemen Limbah:
Limbah yang dihasilkan oleh hewan ternak, seperti kotoran dan urine, harus dikelola
dengan baik untuk mencegah pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan. Praktik
pengelolaan sampah yang buruk dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan
bahkan kesehatan hewan.

4). Berikut adalah dua kategori lingkungan dan penjelasannya:


1. Lingkungan yang Dapat Dikendalikan:
Lingkungan yang dapat dikendalikan adalah lingkungan dimana manusia memiliki tingkat
kendali yang signifikan terhadap kondisinya. Hal ini umumnya ditemukan dalam konteks
pertanian, peternakan, manufaktur, dan lingkungan binaan lainnya. Berikut beberapa contoh
lingkungan yang dapat diatur:
➢ Ruang pertanian dalam ruangan:
Dalam menanam tanaman atau hidroponik, lingkungan tumbuh dapat diatur dengan
mengontrol suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan nutrisi tanaman. Hal ini memungkinkan
tanaman tumbuh lebih konsisten dan optimal sepanjang tahun.
➢ Pabrik manufaktur:
Pabrik manufaktur merupakan lingkungan dengan regulasi yang ketat. Manusia dapat
mengontrol mesin, suhu, kelembapan dan keseluruhan proses produksi untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
➢ Kandang ternak:
Peternakan modern sering kali dilengkapi dengan AC, sistem pemberian pakan otomatis, dan
manajemen kesehatan hewan untuk menjamin kesejahteraan dan produktivitas hewan ternak.
➢ Rumah dan bangunan:
Lingkungan dalam rumah dan bangunan dapat diatur dengan mengendalikan suhu,
pencahayaan, kelembaban dan keamanan.
➢ Laboratorium:
Lingkungan laboratorium adalah contoh sempurna dari lingkungan yang dapat dikelola..
Semua variabel dapat dikontrol untuk eksperimen atau penelitian ilmiah. Lingkungan yang
dapat dikelola memungkinkan orang mencapai tujuan tertentu, mengoptimalkan hasil, dan
meningkatkan efisiensi.

2. Lingkungan Tak Terkendali:


Lingkungan tak terkendali adalah lingkungan dimana manusia sedikit atau tidak punya
kendali atas kondisinya. Berikut beberapa contoh lingkungan yang tidak dapat dikelola:
➢ Lingkungan liar:
Lingkungan liar seperti hutan, lautan, dan gurun merupakan lingkungan yang tidak dapat
dikelola. Manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuannya dalam mengendalikan kondisi
seperti cuaca, iklim, dan lingkungan alam lainnya.
➢ Lingkungan Hidup Global:
Manusia mempunyai sedikit kendali atas faktor-faktor global seperti perubahan iklim,
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, dan kerusakan lapisan ozon. Faktor-faktor ini
mempengaruhi seluruh planet dan menyulitkan individu atau bahkan negara untuk
mengelolanya.
➢ Gejala alam:
Gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir dan badai merupakan contoh gejala alam yang
tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Meskipun teknologi dapat membantu pemantauan dan
peringatan dini, manusia tidak dapat mengendalikan atau mencegah gejala-gejala tersebut.
➢ Satwa liar:
Satwa liar tumbuh subur di lingkungannya sendiri dan sulit dikendalikan oleh manusia.
Konservasi dan perlindungan satwa liar merupakan upaya menjaga keseimbangan lingkungan
yang tidak terkendali ini.

5). Lingkungan berpengaruh langsung terhadap ternak:


Lingkungan berdampak langsung terhadap kesehatan, pertumbuhan dan produktivitas ternak.
Berikut beberapa contoh lingkungan yang berdampak langsung terhadap ternak:
• Kualitas udara di kandang:
Kualitas udara di kandang atau peternakan, seperti kelembapan, kadar air, amonia, debu, dan
gas beracun dapat mempengaruhi kesehatan pernapasan hewan peliharaan.
• Kualitas air minum:
Kualitas air yang digunakan untuk minum ternak harus bersih dan aman. Air yang
terkontaminasi atau tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan
peliharaan.
• Kualitas pakan:
Ketersediaan dan kualitas pakan merupakan faktor kunci dalam kesehatan dan produktivitas
hewan. Jenis makanan, nilai gizi dan kualitasnya harus diperhatikan.
• Iklim dan Suhu:
Suhu dan kelembapan ekstrem, terutama di lingkungan luar ruangan, dapat mempengaruhi
kesehatan hewan dan menyebabkan stres panas atau stres dingin..
• Kebersihan dan kondisi kandang:
Kondisi kandang, termasuk kebersihan dan keamanannya, mempengaruhi kesejahteraan dan
kenyamanan ternak.
• Pengelolaan kesehatan dan vaksinasi:
Program pengelolaan kesehatan yang baik, termasuk pencegahan penyakit dan vaksinasi,
merupakan faktor langsung terhadap kesehatan dan produktivitas hewan.

Lingkungan yang mempengaruhi ternak secara tidak langsung:


Lingkungan tersebut mungkin tidak mempengaruhi ternak secara langsung namun dapat
berdampak melalui faktor lain. Berikut beberapa contoh lingkungan yang berdampak tidak
langsung terhadap peternakan:
• Kualitas tanah:
Kualitas tanah dalam konteks pertanian atau peternakan dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman pangan yang digunakan untuk peternakan. Tanah yang subur dan mineral yang
melimpah penting untuk pertumbuhan tanaman.
• Ketersediaan air:
Kemampuan menyediakan air yang cukup untuk irigasi atau mengairi ternak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan alam, seperti curah hujan atau air tanah.
• Perubahan iklim:
Perubahan iklim global dapat mempengaruhi ketersediaan pangan, suhu ekstrim dan
gangguan cuaca secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi ternak.
• Pengelolaan lingkungan:
Praktik pengelolaan limbah dan penggunaan pupuk di bidang pertanian atau peternakan dapat
berdampak jangka panjang terhadap kualitas tanah dan air di lingkungan..
• Keberadaan predator:
Predator liar seperti serigala atau burung pemangsa dapat mempengaruhi kesejahteraan
ternak di lingkungan yang tidak dikelola.
• Konservasi dan perlindungan lingkungan:
Upaya pelestarian alam dan perlindungan lingkungan dapat menciptakan lingkungan alam
yang lebih sehat yang secara tidak langsung juga dapat memberikan manfaat bagi produksi
peternakan.

6). Adaptasi merupakan hal yang penting dalam dunia peternakan karena ternak sama seperti
hewan lainnya harus dapat berfungsi dengan baik dan bertahan dalam berbagai lingkungan
yang dapat menimbulkan perubahan atau tantangan. Berikut beberapa alasan mengapa
adaptasi penting dalam industri peternakan:

Kesejahteraan hewan:
Adaptasi membantu menjaga kesejahteraan hewan. Hewan yang beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungannya akan mengalami lebih sedikit stres, kesehatan yang lebih baik, dan
produktivitas yang lebih tinggi.

Tingkat Kelangsungan Hidup:


Hewan peliharaan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya mungkin memiliki
tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Adaptasi memungkinkan mereka mencari makanan,
mencari perlindungan, dan menghindari bahaya dengan lebih efektif..

Reproduksi:
Adaptasi juga dapat memengaruhi reproduksi ternak. Ternak yang tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungan mereka mungkin memiliki masalah reproduksi, seperti kesulitan beranak
atau mengasuh keturunan.

Efisiensi dan Produktivitas:


Ternak yang dapat beradaptasi dengan baik akan lebih efisien dalam memanfaatkan sumber
daya yang tersedia, seperti pakan, air, dan lingkungan yang diberikan.. Ini akan berdampak
pada produktivitas dan profitabilitas peternakan.
Bentuk-bentuk adaptasi ternak terhadap lingkungannya dapat sangat bervariasi tergantung
pada spesies, jenis peternakan, dan lingkungan geografisnya..

-Beberapa bentuk adaptasi yang umum termasuk:


Toleransi Terhadap Suhu:
Ternak dapat mengembangkan toleransi terhadap suhu yang ekstrem, baik panas maupun
dingin. Ini bisa melibatkan pertumbuhan bulu yang lebih tebal atau perilaku seperti mencari
tempat berlindung.

Perilaku Pencarian Makanan:


Ternak dapat belajar mencari sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan mereka. Ini
bisa termasuk pemanfaatan pakan alami atau pola makan yang beradaptasi dengan musim.

Kemampuan Berjalan atau Berlari:


Hewan ternak seperti kuda dan sapi telah mengembangkan kemampuan berlari atau berjalan
dalam jarak yang cukup jauh untuk mencari makanan atau mencari tempat berlindung.

Perilaku Kelompok:
Banyak hewan ternak, seperti ruminansia (seperti sapi dan domba), berkumpul dalam
kelompok untuk melindungi diri dari predator dan perubahan iklim.

Perilaku reproduksi:
Beberapa hewan peliharaan mempunyai perilaku reproduksi yang terkoordinasi dengan
musim tertentu yang sesuai dengan reproduksi dan perkembangan keturunannya.

Menggunakan naluri dan rasa:


Hewan ternak seperti anjing dan babi telah mengembangkan naluri dan rasa untuk mencari
makanan atau mendeteksi bahaya.

7). Di bawah ini adalah komponen penyusun dan keterkaitannya dalam sistem pencernaan hewan
ruminansia kecil:
Rumen:
-Komponen :
Rumen merupakan rongga utama pada sistem pencernaan hewan ruminansia. Ini adalah tas besar yang
digunakan sebagai tempat memfermentasi makanan. Rumen diisi dengan bakteri, archaea, dan
protozoa yang membantu mencerna serat tumbuhan kompleks yang masuk ke dalamnya.

Jaring :
-Bahan :
Jaring adalah suatu ruang kecil yang terletak di dekat rumen dan berfungsi sebagai tempat menyaring
dan merendam makanan sebelum dikembalikan ke dalam rumen.

Omasum:
-Bahan:
Omasum adalah ruang kecil lainnya yang menyerap air dan nutrisi dari makanan fermentasi di dalam
rumen.

Perut:
-Bahan:
Perut adalah organ yang mirip dengan perut satu arah (seperti pada manusia) dan berfungsi sebagai
tempat akhir pencernaan. Di sini, enzim pencernaan dan asam lambung membantu mencerna
makanan.

Hubungan antara komponen-komponen tersebut dalam sistem pencernaan hewan ruminansia kecil
adalah sebagai berikut:
-Fermentasi:
Rumen merupakan pusat utama fermentasi, tempat bakteri dan mikroorganisme lainnya mencerna
serat tumbuhan yang kompleks. Proses fermentasi ini menghasilkan asam lemak rantai pendek yang
digunakan ternak sebagai sumber energi.
-Perendaman dan penyaringan:
Jaring berfungsi merendam makanan dan memisahkan partikel yang terlalu besar atau kasar untuk
dicerna lebih lanjut. Makanan yang telah membusuk dan terfermentasi sepenuhnya akan dikembalikan
ke rumen untuk dicerna lebih lanjut.
-Penyerapan nutrisi:
Fungsi omasum adalah menyerap air dan nutrisi dari makanan yang difermentasi di dalam rumen. Ini
merupakan langkah penting dalam mengekstraksi nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.
-Pencernaan akhir:
Lambung adalah organ yang paling mirip dengan lambung pada hewan monogastrik, dan di sini
makanan dipecah lebih lanjut menggunakan enzim pencernaan dan asam lambung sebelum dicerna.
Nutrisi dicerna dan diserap.

8). Iklim adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada keadaan cuaca rata-rata dalam
jangka waktu yang lama di suatu daerah. Iklim mencakup banyak faktor iklim berbeda yang
mempengaruhi produksi ternak, khususnya ternak. Berikut beberapa faktor iklim utama dan
pengaruhnya terhadap ternak:
Suhu:
Suhu merupakan faktor iklim yang penting. Sapi memiliki kisaran suhu tubuh yang optimal,
dan suhu lingkungan yang ekstrim, baik panas maupun dingin, dapat mempengaruhi
kesehatannya. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stress, sedangkan suhu yang
terlalu rendah dapat menyebabkan cold stress. Hal ini dapat mempengaruhi konsumsi pakan
sapi, produksi susu dan kesuburan.

Curah hujan:
Curah hujan atau kelembaban lingkungan dapat mempengaruhi ketersediaan hijauan alami
dan kualitas padang rumput. Perubahan curah hujan musiman juga dapat mempengaruhi
ketersediaan air minum, yang penting bagi sapi.

Intensitas sinar matahari:


Intensitas sinar matahari mempengaruhi pertumbuhan tanaman pakan ternak yang digunakan
untuk ternak. Ketersediaan sinar matahari mempengaruhi fotosintesis tanaman dan kualitas
rumput atau hijauan yang tersedia.

Kecepatan angin:
Kecepatan angin dapat membantu mengurangi tekanan panas pada ternak dengan
memberikan pendinginan alami. Namun angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan stres pada hewan.

Siklus cuaca ekstrim:


Siklus cuaca ekstrim, seperti badai, banjir atau kekeringan, dapat mengganggu persediaan
makanan dan air serta menyebabkan kerusakan pada fasilitas berkembang biak.

Perubahan iklim:
Perubahan iklim global dapat mempunyai dampak jangka panjang terhadap pola cuaca dan
lingkungan alam. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan pangan alami dan mempengaruhi
keberlanjutan usahatani.

Anda mungkin juga menyukai