KRITERIA
8.1.8
ELEMEN
DOKUMEN TERKAIT KETERANGAN
PENILAIAN
- Kerangka acuan /rencana program
EP. 1 keselamatan/keamanan laboratorium
- Bukti pelaksanaan program
- Panduan program keselamatan pasen
dipuskesmas
EP. 2
- Kerangka acuan program
keselamatan/keamanan lab
- Laporan kegiatan program keselamatan
lab dan laporan insiden
EP. 3
- SOP pelaporan program keselamatan dan
pelaporan insiden
- SK pelayanan lab yang memuat
penangan dan pembuangan bahan
EP. 4 berbahaya
- SOP tentang penangan dan pembuangan
bahan berbahaya
- SOP penerapan managemen resiko lab
- Melaksanakan manajemen
EP.5
resiko,identifikasi resiko, analisa dan
tindak lanjut resiko jika terjadi insiden
- SOP orientasi prosedur dan praktik
keselamatan kerja
EP. 6
- Melaksanakan orientasi prosedur
keselamatan kerja
- SOP pelatihan dan pendidikan untuk
prosedur baru,bahan berbahaya,peralatan
baru
EP.7
- Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan
untuk prosedur baru,bahan berbahaya dan
peralatan baru(jika ada)
KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2018
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN
TINGKAT
RESIKO UPAYA
PELAYA RESIKO PELAPORAN
GAWATAN PENANGANA PENANGGU
NAN YANG ( SANGAT PENYEBAB PENCEGAHA BILA
NO PROBILITAS AKIBAT N JIKA NG JAWAB (
UNIT / MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADINYA N RESIKO TERJADI
TERKENA PIC )
KERJA TERJADI TINGGI, PAPARAN
RESIKO
SEDANG )
1 Laboratori Salah indentitas Moderat Mungkin Sedang - Lingkungan Identifik - Memperbaiki Menanyakan Pelaksana Membuat
um pasien terjadi tidak nyaman asi yang sistim pelaporan tentang Laboratoriu resum
( sedang )
salah identitas pasien m identifikasi
- Tulisan tidak - Minta bantuan
klien
jelas tim
- berkurangnya
penglihatan
( petugas )
2 Laboratori Hasil Lab tidak Moderat Mungkin Sedang - kelalaian Penegaka - Pemenuhan Semua hasil Pelaksana Melengkapi
um ditulis di rekam teradi petugas n sarana ( Format didokumentasi Laboratoriu hasil laporan
( Sedang )
medis atau diagnosa lab ) kan rekam m
- sarana tidak
blangko tidak medis atau
lengkap - Crosschek
akurat blangko
tim
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM
TAHUN 2017
TINGKAT PELAPO
RESIKO RESIKO UPAYA RAN
PELAYAN GAWATAN PENANGGU
YANG ( SANGAT PENYEBAB PENCEGAHA PENANGANAN BILA
NO AN UNIT / PROBILITAS AKIBAT NG JAWAB (
MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADINYA N RESIKO JIKA TERKENA TERJADI
KERJA PIC )
TERJADI TINGGI, RESIKO PAPARA
SEDANG ) N
1 Laboratoriu Petugas Mayor Jarang Berat - Pasien tidak Terinfeksi - APD yang Menggunakan Pelaksana Membuat
m tertusuk jarum terjadi koperatif lengkap APD Laboratoriu pelaporan
( berat )
atau terkena m tentang
- kelalaian - pelatihan
percikan kejadian
spesimen - tidak resiko
menggunakan
APD
- kurang paham
teknis
- lingkungan
tidak nyaman
2 Laboratoriu Kesalahan Mayor Mungkin Berat - Human eror Penegaka - Pelatihan Cek ulang Pelaksana Membuat
m dalan terjadi n terhadap jenis Laboratoriu laporan
( berat ) - kwalitas alat - tes Kwalitas
pemeriksaan diagnosa pemeriksaan yang m tentang
alat
dalam tidak diminta kejadian
laboraturium akurat - Cek ulang resiko
dengan merk
yang berbeda
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM
TAHUN 2018
TINGKAT
RESIKO UPAYA
RESIKO PENYEBA PELAPORA
PELAYANA GAWATAN PENANGA PENANGGU
YANG ( SANGAT B PENCEGAH N BILA
NO N UNIT / PROBILITAS AKIBAT NAN JIKA NG JAWAB
MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADIN AN RESIKO TERJADI
KERJA TERKENA ( PIC )
TERJADI TINGGI, YA PAPARAN
RESIKO
SEDANG )
- tidak - pelatihan
1 Laboratorium Kesalahan Mayor Jarang Berat Terinfeksi Menggunaka Pelaksana Membuat
dalam terjadi menggu n APD Laboratoriu pelaporan
( berat ) nakan
pemeriksaan m tentang
mikroskopis APD kejadian
BTA - kurang resiko
paham
teknis
- lingkung
an tidak
nyaman
- Human - Pelatihan
2 Laboratorium Kesalahan Mayor Mungkin Berat Penegakan Cek ulang Pelaksana Membuat
dalam terjadi eror diagnosa - tes terhadap Laboratoriu laporan
( berat ) - kwalitas Kwalitas
pemeriksaan tidak jenis m tentang
urinalisa alat akurat alat pemeriksaan kejadian
- Cek yang diminta resiko
ulang
dengan
merk
yang
berbeda
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.
Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien oleh
karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan
pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primun, non nocere (first, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan – KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
Puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien 24 jam. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan
yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu. Maka petugas tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.30) distribusi ketenagaan adalah sbb :
Pendaftaran : 3 petugas RM
BP Umum : 2 dokter dan 26 perawat
BP Gigi : 2 perawat gigi
KIA : 25 bidan
Laboratorium : 1 petugas laboratorium
Farmasi : 1 apoteker
Kesling : 1 sanitarian
Gizi :1 Nutrisionis
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan di
pertanggung jawabkan oleh Koordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator
Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu tahun dan didistribusikan pada masing-masing
unit.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
E. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assestment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah gedung
puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses. Bagian pendaftaran
terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga
mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja kerja, lemari
status, perangkat komputer.
Sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.
Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai salah satu client
dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan
data pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki satu unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja periksa
dokter, 1 lemari peralatan dan westafel di depan ruangan. Ruangan ini juga dilengkapi
komputer sebagai sarana sistem informasi puskesmas.
Ruang KIA terletak di sebelah ruang imunisasi dan bersebrangan dengan ruang
KB, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantian serta pemberian imunisasi pada balita.
Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, lemari peralatan dan
perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas. Ruang tindakan
merupakan ruang bersama dengan ruangan KB. Di dalamnya terdapat bed ginekologi,
westafel, stelisator, dan lemari peralatan.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi sekaligus meja kerja, meja dan
lemari peralatan dan reagen, kulkas, tempat cuci peralatan dan seperangkat komputer.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapka resep, lemari obat
dan kulkas.
C. Peralatan
Laboratoriu Pendatara
BP Umum BP Gigi KIA Farmasi
m n
Tensimeter Tensimete Tensimeter Centrifudge Kalkulato Alat tulis
Stetoskop r Stetoskop darah r Buku
Termomete Stetoskop Stetoskop Urine stik Plastik register
r Tang laennec Box fiksasi obat Rak status
Hammer rahang Termomete Lampu Kertas Komputer
refleks dewasa r spritus puyer Nomor
Senter Tang Doppler Objek glass Label antrian
Diagnostik rahang KB set Deck glass obat
set anak Partus set Tabung Sendok
Timbangan Bor gigi Kulkas Mikroskop obat
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
BAB V
LOGISTIK
Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan
logistik, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk
pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu
mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC, KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.
Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di Puskesmas.
Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik Puskesma dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3 (Keselamatan Kesehatan
Kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan
adalah :
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasein
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada
formulir yang sudah disediakan oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien pada formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang
dilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikan
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan
puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan
Pasien setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yang bersifat
rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di
Puskesmas, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
BAB IX
PENUTUP
Bulan :
Tahun :
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kalibalangan,
6. Unit Laboratorium
Terkait
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN
BERBAHAYA
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit :15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah serta mengurangi volume
limbah. Klinis sebagai syarat keamanan yang penting untuk petugas
pembuangan sampah, petugas emergensi dan masyarakat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah Untu penanganan dan
pembuangan bahan berbahaya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory Practikal
5. Prosedur 1. Petugas melakukan pemisahan limbah B3 dan non B3.
TENTANG
PELAYANAN LABORATORIUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kalibalangan Tentang Pelayanan
Laboratorium
KEDUA : Petugas laboratorium harus melaksanakan jenis- jenis pelayanan
laboratorium yang tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan;
KETIGA : Jenis-jenis pelayanan laboratorium di UPTD Puskesmas Kalibalangan;
1. Permintaan pemeriksaan laboratorium oleh petugas pelayanan
klinis
2. Pemeriksaan laboratorium yang beresiko tinggi
3. Kesehatan dan keselamatan kerja petugas laboratorium
4. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium
pasien umum dan pasien urgent(cito)
5. Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis
6. Jenis reagensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia
7. Batas bufferstock reagen untuk pemesanan
8. Rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan
laboratorium
9. Pengendalian mutu laboratorium
10. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya, sebagaimana
terlampir dalam keputusan ini
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Kalibalangan
Pada tanggal 03 Januari 2018
SRI HARYATI
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS KALIBALANGAN
Nomor : 445/ /P.50201/SK-UKP/2018
PELAYANAN LABORATORIUM
Eritrosit : 0 – 1/ LPB
Kristal : Negatif
c. Pemeriksaan Sputum / BTA : Negatif
d. Kimia Darah
- Glukosa Puasa : 70 – 104 md/ dL
- Glukosa 2 jam PP : 70 – 140 mg/ dL
- Glukosa Sewaktu : 80 – 200 mg/ dL
- Cholesterol total : < 200 mg/ dL
- Asam Urat : L : 3 – 7 mg/dl, P : 3 – 5 mg/dL
e. Immunoserologi
- HBsAgRDT : Non Reaktif
- HIV RDT : Non Reaktif
- Siphylis RDT : Non Reaktif
7. Dalam melaksanakan pemeriksaan laboratorium dan menjamin dapat berlangsungnya
pemeriksaan secara berkesinambungan, maka perlu reagen esensial yang harus
tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan, Adapun daftar reagen esensial yang
tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan yaitu;
10. Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume, jenis limbah
harus diidentifikasikan dan dipilih serta mengurangi volume limbah. Klinis sebagai
syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas emergensi
dan masyarakat.
Mengetahui
KEPALA UPTD PUSKESMAS
KALIBALANGAN,
SRI HARYATI
ORIENTASI PROSEDUR & PRAKTIK
KESELAMATAN/KEAMANAN KERJA
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Kecelakaan kerja sering terjadi di laboratorium untuk mencegah timbulnya
bahaya yang lebih luas maka dibutuhkan orientasi dan praktik keamanan
kerja.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk orientasi prosedur dan
praktik keselamatan/keamanan kerja.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory practikal
5. Prosedur 1. Kepala puskesmas membentuk Tim Pelaksana K3 di puskesmas.
Bulan :September
Tahun :2019
No Nama petugas Jenis pelatihan yang Waktu Bukti
. di ikuti pelaksanaan pelatihan(sertifikat)
1 Tera tirani,Amd. AK
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kalibalangan