Anda di halaman 1dari 43

BAB VIII

MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS

KRITERIA
8.1.8
ELEMEN
DOKUMEN TERKAIT KETERANGAN
PENILAIAN
- Kerangka acuan /rencana program
EP. 1 keselamatan/keamanan laboratorium
- Bukti pelaksanaan program
- Panduan program keselamatan pasen
dipuskesmas
EP. 2
- Kerangka acuan program
keselamatan/keamanan lab
- Laporan kegiatan program keselamatan
lab dan laporan insiden
EP. 3
- SOP pelaporan program keselamatan dan
pelaporan insiden
- SK pelayanan lab yang memuat
penangan dan pembuangan bahan
EP. 4 berbahaya
- SOP tentang penangan dan pembuangan
bahan berbahaya
- SOP penerapan managemen resiko lab
- Melaksanakan manajemen
EP.5
resiko,identifikasi resiko, analisa dan
tindak lanjut resiko jika terjadi insiden
- SOP orientasi prosedur dan praktik
keselamatan kerja
EP. 6
- Melaksanakan orientasi prosedur
keselamatan kerja
- SOP pelatihan dan pendidikan untuk
prosedur baru,bahan berbahaya,peralatan
baru
EP.7
- Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan
untuk prosedur baru,bahan berbahaya dan
peralatan baru(jika ada)
KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2018

I. PENDAHULUAN

Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium merupakan bagian dari pengelolaan


laboratorium secara keseluruhan. Keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat
penting, mengingat resiko bahayanya. Keselamatan kerja menjadi tugas setiap tenaga
kerja dan masyarakat pada umumnya.

II. LATAR BELAKANG

Laboratorium merupakan berbagai tindakan dan kegiatan yang terutama


berhubungan dengan specimen yang berasal dari manusia maupun bukan manusia. Bagi
petugas laboratorium yang selalu kontak dengan specimen, maka berpotensi terinfeksi
kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas yang satu ke petugas yang
lainnya, atau ke keluarga atau masyarakat. Untuk mengurangi bahaya perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan mempunyai
sikap serta kemampuan melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai
SOP serta mengontrol bahan ataupun specimen menurut praktik laboratorium yang benar.

III. TUJUAN

Sebagai pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja bagi petugas.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja

V. CARA MELAKUKAN KEGIATAN


A. Perencanaan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium
B. Pengorganisasian kegiatan keselamatan kerja laboratorium
C. Penyusunan garis besar pedoman keamanan kerja di laboratorium
D. Pelaksanan orientasi bimbingan dan penyuluhan
E. Pelatihan praktek keamanan kerja laboratorium
F. Pencegahan meluasnya bahaya yang ditimbulkan
G. Penanggulangannya resiko kerja di laboratorium
H. Pengawasan pelaksanaan kegiatan keselamatan kerja lab
VI. SASARAN

Pelaksanaan laboratorium dan tim pengelola kesehatan dan keselamatan kerja di


laboratorium

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Setiap tiga bulan sekali

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan dilakukan minimal enam bulan sekali

IX. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Bukti hasil pelaksanaan kesehatan dan keamanan kerja di laboratorium


PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN
DAN KEAMANAN LABORATORIUM
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Suatu kegiatan pelaporan kegiatan pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium kepada pengelola program keselamatan
kerja.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk pelaporan program
keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory Practikal
5. Prosedur 1. Petugas membuat format pencatatan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.

2. Petugas melakukan pencatatan tanda terima bahan berbahaya dan


beracun di laboratorium.

3. Petugas melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis.

4. Petugas melakukan pencatatan pembuangan limbah medis dan limbah


berbahaya.

5. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di


laboratorium.

6. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada Tim


pengelola K3 di puskesmas.

7. Petugas melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di Puskesmas secara rutin

8. Petugas melaporkan secara khusus pelaksanaan program keselamatan


kepada tim K3 di puskesmas apabila terjadi kecelakaan kerja di laborat.

9. Petugas mencatat hasil verifikasi Tim K3 pada saat pelaporan


pelaksanaan K3 di laboratorium.
10.Petugas menyimpan semua berkas dokumen yang telah diverifikasi oleh
pengelola K3.

6. Unit Terkait Laboratorium

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM
TAHUN 2016

TINGKAT
RESIKO UPAYA
PELAYA RESIKO PELAPORAN
GAWATAN PENANGANA PENANGGU
NAN YANG ( SANGAT PENYEBAB PENCEGAHA BILA
NO PROBILITAS AKIBAT N JIKA NG JAWAB (
UNIT / MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADINYA N RESIKO TERJADI
TERKENA PIC )
KERJA TERJADI TINGGI, PAPARAN
RESIKO
SEDANG )
1 Laboratori Salah indentitas Moderat Mungkin Sedang - Lingkungan Identifik - Memperbaiki Menanyakan Pelaksana Membuat
um pasien terjadi tidak nyaman asi yang sistim pelaporan tentang Laboratoriu resum
( sedang )
salah identitas pasien m identifikasi
- Tulisan tidak - Minta bantuan
klien
jelas tim
- berkurangnya
penglihatan
( petugas )
2 Laboratori Hasil Lab tidak Moderat Mungkin Sedang - kelalaian Penegaka - Pemenuhan Semua hasil Pelaksana Melengkapi
um ditulis di rekam teradi petugas n sarana ( Format didokumentasi Laboratoriu hasil laporan
( Sedang )
medis atau diagnosa lab ) kan rekam m
- sarana tidak
blangko tidak medis atau
lengkap - Crosschek
akurat blangko
tim
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM
TAHUN 2017

TINGKAT PELAPO
RESIKO RESIKO UPAYA RAN
PELAYAN GAWATAN PENANGGU
YANG ( SANGAT PENYEBAB PENCEGAHA PENANGANAN BILA
NO AN UNIT / PROBILITAS AKIBAT NG JAWAB (
MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADINYA N RESIKO JIKA TERKENA TERJADI
KERJA PIC )
TERJADI TINGGI, RESIKO PAPARA
SEDANG ) N

1 Laboratoriu Petugas Mayor Jarang Berat - Pasien tidak Terinfeksi - APD yang Menggunakan Pelaksana Membuat
m tertusuk jarum terjadi koperatif lengkap APD Laboratoriu pelaporan
( berat )
atau terkena m tentang
- kelalaian - pelatihan
percikan kejadian
spesimen - tidak resiko
menggunakan
APD
- kurang paham
teknis
- lingkungan
tidak nyaman
2 Laboratoriu Kesalahan Mayor Mungkin Berat - Human eror Penegaka - Pelatihan Cek ulang Pelaksana Membuat
m dalan terjadi n terhadap jenis Laboratoriu laporan
( berat ) - kwalitas alat - tes Kwalitas
pemeriksaan diagnosa pemeriksaan yang m tentang
alat
dalam tidak diminta kejadian
laboraturium akurat - Cek ulang resiko
dengan merk
yang berbeda
PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM
TAHUN 2018
TINGKAT
RESIKO UPAYA
RESIKO PENYEBA PELAPORA
PELAYANA GAWATAN PENANGA PENANGGU
YANG ( SANGAT B PENCEGAH N BILA
NO N UNIT / PROBILITAS AKIBAT NAN JIKA NG JAWAB
MUNGKIN ( EVERITY ) TINGGI, TERJADIN AN RESIKO TERJADI
KERJA TERKENA ( PIC )
TERJADI TINGGI, YA PAPARAN
RESIKO
SEDANG )
- tidak - pelatihan
1 Laboratorium Kesalahan Mayor Jarang Berat Terinfeksi Menggunaka Pelaksana Membuat
dalam terjadi menggu n APD Laboratoriu pelaporan
( berat ) nakan
pemeriksaan m tentang
mikroskopis APD kejadian
BTA - kurang resiko
paham
teknis
- lingkung
an tidak
nyaman
- Human - Pelatihan
2 Laboratorium Kesalahan Mayor Mungkin Berat Penegakan Cek ulang Pelaksana Membuat
dalam terjadi eror diagnosa - tes terhadap Laboratoriu laporan
( berat ) - kwalitas Kwalitas
pemeriksaan tidak jenis m tentang
urinalisa alat akurat alat pemeriksaan kejadian
- Cek yang diminta resiko
ulang
dengan
merk
yang
berbeda
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN

NO. DOKUMEN 445/ /P.50201/UKP/ 2018


TANGGAL TERBIT 15 januari 2018
NO. REVISI 0
HALAMAN 1/16
Ditetapkan,
Kepala UPTD Puskesmas Kalibalangan

Dr. Hj. Sri Haryati, M.Kes


NIP. 19730419 200501 2 006

UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN


TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.
Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien oleh
karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan
pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primun, non nocere (first, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan – KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
Puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien 24 jam. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan
yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu. Maka petugas tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim keselamatan pasien puskesmas terdiri dari :
1. Kepala Puskesmas
2. Ketua Tim
3. Anggota Tim :
 Dokter Umum
 Dokter Gigi
 Petugas Pendaftaran
 Bidan
 Perawat Umum dan Perawat Gigi
 Asisten Apoteker
 Petugas Laboratorium
 Petugas Sanitarian
 Nutrisionis

B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (7.30 – 14.30) distribusi ketenagaan adalah sbb :
 Pendaftaran : 3 petugas RM
 BP Umum : 2 dokter dan 26 perawat
 BP Gigi : 2 perawat gigi
 KIA : 25 bidan
 Laboratorium : 1 petugas laboratorium
 Farmasi : 1 apoteker
 Kesling : 1 sanitarian
 Gizi :1 Nutrisionis

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan di
pertanggung jawabkan oleh Koordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator
Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu tahun dan didistribusikan pada masing-masing
unit.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan di pendaftaran,
pelayanan umum, pelayanan gigi, KIA, laboratorium, farmasi, ruang tindakan, ruang
konsultasi.

E. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assestment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah gedung
puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses. Bagian pendaftaran
terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga
mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja kerja, lemari
status, perangkat komputer.
Sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.
Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai salah satu client
dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan
data pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang BP gigi memiliki satu unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja periksa
dokter, 1 lemari peralatan dan westafel di depan ruangan. Ruangan ini juga dilengkapi
komputer sebagai sarana sistem informasi puskesmas.
Ruang KIA terletak di sebelah ruang imunisasi dan bersebrangan dengan ruang
KB, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantian serta pemberian imunisasi pada balita.
Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed pemeriksaan, lemari peralatan dan
perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas. Ruang tindakan
merupakan ruang bersama dengan ruangan KB. Di dalamnya terdapat bed ginekologi,
westafel, stelisator, dan lemari peralatan.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi sekaligus meja kerja, meja dan
lemari peralatan dan reagen, kulkas, tempat cuci peralatan dan seperangkat komputer.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapka resep, lemari obat
dan kulkas.

C. Peralatan

Laboratoriu Pendatara
BP Umum BP Gigi KIA Farmasi
m n
 Tensimeter  Tensimete  Tensimeter  Centrifudge  Kalkulato  Alat tulis
 Stetoskop r  Stetoskop darah r  Buku
 Termomete  Stetoskop  Stetoskop  Urine stik  Plastik register
r  Tang laennec  Box fiksasi obat  Rak status
 Hammer rahang  Termomete  Lampu  Kertas  Komputer
refleks dewasa r spritus puyer  Nomor
 Senter  Tang  Doppler  Objek glass  Label antrian
 Diagnostik rahang  KB set  Deck glass obat
set anak  Partus set  Tabung  Sendok
 Timbangan  Bor gigi  Kulkas  Mikroskop obat

 Pengukur  Scaller vaksin  Human Hb  Mortir

tinggi  Sterilisato  Pita  Hb sahli


badan r pengukur  Rak
 Kompreso  Timbingan pengering
r bayi  Rak
 Alat dasar  Timbangan pewarna
 Alat dewasa  Lampu
tambal Bunsen
 Ose
 Easy touch
stik
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian Tujuh Standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak Pasien


Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapakan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
unit pelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari Puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antarunit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan dan mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu
pada visi, misi dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas.”
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, ultilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian
Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien


Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Puskesmas”
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan perhatian,
mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak
Diharapkan” (Adverse event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA)
“Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel” pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentimel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk mempekecil risiko,
termasuk mekanisme mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
1. Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2. Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservise training dan memberi pedoman yang jelas tentang laporan insiden.
3. Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan
logistik, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk
pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu
mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC, KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut :


1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan organisasi sebagai
berikut : Ketua Dokter, Anggota : dokter, dokter gigi, perawat tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya.
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang
insiden.
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota secara rahasia.
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien.
Tujuan langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap puskesmas.
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.
Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di Puskesmas.
Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik Puskesma dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3 (Keselamatan Kesehatan
Kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan
adalah :
1. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasein
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada
formulir yang sudah disediakan oleh puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien pada formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang
dilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikan
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan
puskesmas.
5. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan
Pasien setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yang bersifat
rahasia.
6. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di
Puskesmas, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas


maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting. Melalui
kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia. Program
Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan budaya termasuk
motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN
Jalan Pura Utama – Kalibalangan, 34581

PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN DI LABORATORIUM

Bulan :
Tahun :

no Tanggal Kegiatan Pelaksana hasil

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kalibalangan,

Dr. Hj. Sri Haryati, M. Kes


NIP. 19730419 200501 2 006
PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN
DAN PELAPORAN INSIDEN
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Pelaporan program keselamatan kerja di laboratorium adalah pelaporan
hasil pelaksanaan kegiatan pelaksanaan program keselamatan dan
keamanan kerja dilaboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan langkah langkah untuk pelaporan program keselamatan
dan pelaporan insiden
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good laboratory practikal
5. Prosedur 1. petugas membuat format pencatatan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium

2. petugas melakukan pencatatan penggunaan Alat Pelindung Diri di


Laboratorium .

3. Petugas melakukan pencatatan penerimaan bahan beracun dan


berbahaya di laboratorium.

4. Petugas melakukan pencatatan penggelolaan limbah medis.

5. Petugas melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis dan limbah


berbahaya.

6. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di


laboratorium .

7. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada tim


pengelola K3 dipuskesmas.

8. Petugas melaporkan kegiatan K3 dipuskesmas secara rutin

9. Petugas mencatat hasil verifikasi tim K3 pada saat pelaporan


pelaksanaan K3 dilaboratorium.
10.Petugas menyimpan semua dokumen yang telah di verifikasi yang
meminta.

6. Unit Laboratorium
Terkait
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN
BERBAHAYA
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit :15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah serta mengurangi volume
limbah. Klinis sebagai syarat keamanan yang penting untuk petugas
pembuangan sampah, petugas emergensi dan masyarakat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah Untu penanganan dan
pembuangan bahan berbahaya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory Practikal
5. Prosedur 1. Petugas melakukan pemisahan limbah B3 dan non B3.

2. Petugas mengusahakan menggunakan bahan kimia non B3.

3. Petugas menggunakan kantong plastik hitam untuk limbah non B3.

4. Petugas menggunakan kantong plastik kuning untuk jenis limbah B3.

5. Petugas menempatkan limbah B3 jarum, pada safety bok

6. Petugas menempatkan tempat penampungan pada tempa yang aman.

7. Petugas membakar semua limbah B3 dan non B3 menggunakan


insenerator.

8. Petugas melakukan sterilisasi alat-alat medis yang telah terkontaminasi


limbah B3 menggunakan sterilisator.

9. Petugas melakukan dekontaminasi pada limbah sisa pemeriksaan yang


mengandung bahan B3 kemudian menaruhnya pada tempat sampah
dengan plastik berwarna kuning.

10.Petugas melakukan desinfeksi meja kerja sebelum dan sesudah


pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi bahan berbahaya.
6. Unit Terkait Kebijakan Kepala Puskemas

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
LABORATORIUM
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Penerapan mengenai tata cara penanganan resiko kerja yang bisa terjadi di
laboratorium.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk penerapan manajemen
resiko laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory practikal
5. Prosedur 1. Petugas menggunakan alat suntik sekali pakai.

2. Petugas mematikan sentrifuse dengan dibuka selama 30 menit, jika


diduga ada tabung yang pecah saat sentrifugali.

4. Petugas menggunakan sarung tangan yang tebal untuk mengambil


forsep/ pecahan untuk mencegah penularan spesimen yang infeksius.

5. Petugas menggunakan pipet otomatis dan tidak menggunakan


pemepetan mulut karena dapat menyebabkan tertelannya organisme
patogen.

6. Petugas menggunakan alat masker guna melindungi terhirupnya partikel


mikroorganisme patogen.

7. Petugas menggunakan jas laborat yang telah terstandar.

8. Petugas menggunakan insenerator untuk penanganan limbah hasil


pemeriksaan laborat.

9.Petugas melakukan desinfektan di sebelum dan sesudah pemeriksaan


laboratorium.
6. Unit Terkait Laboratorium

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN
Jalan Pura Utama – Kalibalangan, 34581

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN


NOMOR :445/ /P.50201//SK-UKP/2018

TENTANG

PELAYANAN LABORATORIUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang diagnosa penyakit dan meningkatkan


pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kalibalangan, maka perlu
dilakukan pengembangan pelayanan klinis yaitu melalui permintaan,
pemeriksaan, dan pelayanan laboratorium puskesmas;
b. bahwa dalam melaksanakan pelayanan laboratorium dan menjamin
mutu pemeriksaan laboratorium di UPTD Puskesmas Kalibalangan
maka perlu reagen esensial yang harus tersedia, penetapan rentang
nilai rujukan hasil pemeriksaan laboratorium, waktu penyampaian
hasil pemeriksaan laboratorium, penandaan hasil laboratorium yang
kritis dan kasus kegawatdaruratan, agar memberi kejelasan kepada unit
pelayanan klinis untuk segera menindaklanjuti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu
menetapkan keputusan Kepala UPTD PuskesmasKalibalangan tentang
pelayanan laboratorium;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri kesehatan No. 657/MENKES/PER/VIII/2009
tentang Pengiriman Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan
Muatan Informasinya;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan Upaya
Penanggulangannya;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 364/MENKES/SK/III/2003 Tentang
Laboratorium Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
KESATU : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kalibalangan Tentang Pelayanan
Laboratorium
KEDUA : Petugas laboratorium harus melaksanakan jenis- jenis pelayanan
laboratorium yang tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan;
KETIGA : Jenis-jenis pelayanan laboratorium di UPTD Puskesmas Kalibalangan;
1. Permintaan pemeriksaan laboratorium oleh petugas pelayanan
klinis
2. Pemeriksaan laboratorium yang beresiko tinggi
3. Kesehatan dan keselamatan kerja petugas laboratorium
4. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium
pasien umum dan pasien urgent(cito)
5. Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis
6. Jenis reagensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia
7. Batas bufferstock reagen untuk pemesanan
8. Rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan
laboratorium
9. Pengendalian mutu laboratorium
10. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya, sebagaimana
terlampir dalam keputusan ini
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Kalibalangan
Pada tanggal 03 Januari 2018

KEPALA UPTD PUSKESMAS


KALIBALANGAN,

SRI HARYATI
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS KALIBALANGAN
Nomor : 445/ /P.50201/SK-UKP/2018

TENTANG PELAYANAN LABORATORIUM UPTD


PUSKESMAS KALIBALANGAN

PELAYANAN LABORATORIUM

1. Permintaan pemeriksaan adalah tujuan utama untuk menentukan pemeriksaan, untuk


mengetahui jenis pemeriksaan laboratorium dan untuk menentukan diagnosa penyakit.
Dengan menggunakan blanko permintaan pemeriksaan lab, sebelumnya pasien
mendaftar di loket pendaftaran, pasien diperiksa terlebih dahulu di PU/ Gigi / KIA/ KB
sebelum ke laboratorium. Pasien ke laborat sambil membawa blanko permintaan
pemeriksaan laborat.
2. Pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi bertujuan untuk menunjang diagnosis
penyakit, ditetapkan penandaan hasil laboratorium yang kritis, agar memberi kejelasan
kepada unit pelayanan klinis untuk segera menindaklanjuti. Guna meningkatkan mutu
dan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kalibalangan.
3. Keselamatan dan Kesehatan kerja petugas laboratorium (K3) merupakan bagian dari
pengelolaan laborat, pemahaman keamanan laboratorium dengan melakukan tindakan
pengelolaan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan manusia, mencegah
potensi infeksi dari petugas ke petugas lain untuk keluarga dan ke masyarakat. Petugas
laboratorium wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam setiap tindakan.
4. Pelaporan hasil pemeriksaan laborat yang kritis adalah pelaporan hasil laboratorium
yang menggambarkan kondisi patofisiologi pasien yang nilainya diluar batas normal
yang telah disepakati bersama, baik dibawah / diatas nilai normal, dimana pasien
memerlukan intervensi tindakan medis segera karena dapat membahayakan
keselamatan pasien. Petugas memberi tanda dengan warna hijau pada hasil
laboratorium yang kritis. Selanjutnya waktu penyampaian hasil pemeriksaan laborat
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan lab yang dilakukan, khusus pasien urgent / cito
maka waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium harus didahulukan dari
pasien lainnya.
5. Jenis reagen dan esensial yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan
untuk tiap pemeriksaan di laboratorium Puskesmas. Penanganan dan penyimpanan
reagen harus sesuai persyaratan.
6. Rentang Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan Laboratorium yaitu
a. Hematologi
- Hemoglobin: L : 14 -18 g/dl, P : 12-16 g/dl
- Hematokrit : L : 40-50 %, P : 45-55 %
- Eritrosit : L : 4,5 – 5,5 juta, P : 4 – 5 juta
- Leukosit : 5 – 10. 10³/ mm
- Trombosit : 150 – 400 10³/ µl
- Laju Endap darah : L : 0 – 10 mm/jam P : 0 - 20 mm/jam
b. Urinalisis
- Makroskopis : Kuning, Jernih
- PH :5–7
- Berat Jenis : 1,005 – 1,030
- Leukosit : < 20 / µl
- Nitrit : Negatif
- Protein :Negatif
- Glukosa : Negatif
- Keton : Negatif
- Urobilinogen : ≤ 1 mg/dl
- Bilirubin : Negatif
- Darah Samar : Negatif
- Sedimen : Leukosit : 0 – 3/ LPB

Eritrosit : 0 – 1/ LPB

Epitel : < 10 / LPK

Kristal : Negatif
c. Pemeriksaan Sputum / BTA : Negatif
d. Kimia Darah
- Glukosa Puasa : 70 – 104 md/ dL
- Glukosa 2 jam PP : 70 – 140 mg/ dL
- Glukosa Sewaktu : 80 – 200 mg/ dL
- Cholesterol total : < 200 mg/ dL
- Asam Urat : L : 3 – 7 mg/dl, P : 3 – 5 mg/dL
e. Immunoserologi
- HBsAgRDT : Non Reaktif
- HIV RDT : Non Reaktif
- Siphylis RDT : Non Reaktif
7. Dalam melaksanakan pemeriksaan laboratorium dan menjamin dapat berlangsungnya
pemeriksaan secara berkesinambungan, maka perlu reagen esensial yang harus
tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan, Adapun daftar reagen esensial yang
tersedia di UPTD Puskesmas Kalibalangan yaitu;

a). Alkohol 70 % h). Oil Immersi


b). Larutan truk i). Glucosure stik
c). Larutan reesecker j). UA sure stik
d). Na Citrat 3,8% k). PP Tes
e). Cholesterol stik l). HBsAg RDT
f). HCL 0,1 N m).HIV RDT
g). Reagen n) Sipilis RDT
Golongan Darah

8. Batas bufferstock reagensia untuk pemesanan dalam pengadaan ketersediaan reagen


disesuaikan dengan kebutuhan reagen dalam batas tertentu dengan dilakukan
penambahan 20% dari kebutuhan reagen sebagai bufferstock/ persediaan.

9. Pengendalian Mutu laboratorium adalah serangkaian kegiatan laboratorium dari


penerimaan pasien hingga penyerahan hasil kepada pasien. Dengan tujuan untuk
menjamin bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar
pula.

10. Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume, jenis limbah
harus diidentifikasikan dan dipilih serta mengurangi volume limbah. Klinis sebagai
syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas emergensi
dan masyarakat.

Mengetahui
KEPALA UPTD PUSKESMAS
KALIBALANGAN,

SRI HARYATI
ORIENTASI PROSEDUR & PRAKTIK
KESELAMATAN/KEAMANAN KERJA
:445/
No. Dokumen
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. Pengertian Kecelakaan kerja sering terjadi di laboratorium untuk mencegah timbulnya
bahaya yang lebih luas maka dibutuhkan orientasi dan praktik keamanan
kerja.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk orientasi prosedur dan
praktik keselamatan/keamanan kerja.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
4. Referensi Good Laboratory practikal
5. Prosedur 1. Kepala puskesmas membentuk Tim Pelaksana K3 di puskesmas.

2. Tim K3 laboratorium membuat rencana orientasi prosedur/praktek


keselamatan kerja.

3. Tim K3 melaporkan kepada kepala puskesmas pelaksanaan pelatihan


K3 laboratorium.

4. Tim K3 laboratorium memberikan orientasi prosedur keselamatan


kepada petugas laboratorium.

5. Tim K3 laboratorium memberikan orientasi praktik keselamatan kerja


kepada petugas laboratorium.

6. Tim K3 laborat membuat laporan bukti pelaksanaan orientasi.

7. Tim K3 laborat melaporkan kepada kepala puskesmas hasil pelaksanaan


orientasi pelatihan prosedur dan praktek keselamatan kerja.

8. Tim K3 laborat memantau pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja


di laboratorium.

9. Tim K3 melakukan evaluasi secara berkala pelaksanaan keselamatan


dan kesehatan kerja di laborat secara berkala melalui daftar tilik.

10.Tim K3 menyusun jadwal kegiatan orientasi secara berkala.

6. Unit Terkait Laboratorium

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2

PELATIHAN DAN PENDIDIKAN UNTUK
PROSEDUR BARU, BAHAN BERBAHAYA
DAN PERALATAN YANG BARU
No. Dokumen :445/
/P.50201/SOP-UKP/2018
SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 15 januari 2018
Halaman :½
UPTD
Puskesmas dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes
NIP. 19730419 200501 2 006
Kalibalangan
1. 2. Pengertian Suatu kegiatan yang bertujuan menginformasikan kepada petugas laborat
guna penggunaan prosedur baru, bahan berbahaya atau alat baru.
3. 4. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkkah untuk pelatihan dan
pendidikan untuk prosedur baru,bahan berbahaya dan peralatan yang baru
5. 6. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kalibalangan No.445/ /P.50201/SK-UKP/2018
tentang pelayanan laboratorium
7. 8. Referensi Good laboratory practikal
9. 10. Prosed 1. Ka. TU melaporkan kepada Kepala Puskesmas bahwa akan ada
ur pelatihan dan pendidikan untuk prosedur, bahan yang berbahaya
ataupun alat yang baru bagi petugas laboratorium.

2. Kepala puskesmas menginstruksikan kepada petugas laboratorium


untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan untuk prosedur yang baru,
bahan berbahaya atau alat yang baru.

3. Petugas melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa pendidikan


pelatihan dan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya
dan alat yang baru telah dilaksanakan.

4. Petugas membuat laporan hasil pelatihan pendidikan untuk prosedur


yang baru, bahan berbahaya dan alat yang baru.

5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan pendidikan melalui rapat


lokmin puskemas.

6. Petugas membuat SOP penggunaan prosedur yang baru, bahan


berbahaya atau alat yang baru.

7. Petugas menerapkan pelatihan pendidikan untuk prosedur yang baru,


bahan berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di
laboratorium.

8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laborat di puskesmas


sesuai SOP.

9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan


penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya yang baru
menggunakan daftar tilik.

10.Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas


bahwa telah dilakukannya evaluasi.

11.12. Unit Laboratorium


Terkait

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
1
2
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA
PUSKESMAS KALIBALANGAN
KECAMATAN ABUNG SELATAN
Jl. Pura Utama - Kalibalangan, 34581 Telp. (0724) 26075

BUKTI PELAKSANAAN PELATIHAN DAN PENDIDIKAN UNTUK


PROSEDUR BARU, BAHAN BERBAHAYA, PERALATAN BARU

Bulan :September
Tahun :2019
No Nama petugas Jenis pelatihan yang Waktu Bukti
. di ikuti pelaksanaan pelatihan(sertifikat)
1 Tera tirani,Amd. AK

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kalibalangan

Dr. Hj. Sri Haryati, M. Kes


19730419 200501 2 006

Anda mungkin juga menyukai