Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA
ACARA II
PENENTUAN MASSA RUMUS ZAT

DISUSUN OLEH :
MOHAMAD ADITYA TSANI
A
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
ACARA II
PENENTUAN MASSA RUMUS ZAT

A.TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara II “Penentuan Massa Rumus Zat” adalah

1.Menentukan massa rumus hidrat-kupri sulfat.

B.TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa kimia adalah zat yang tersusun oleh dua atau lebih unsur-unsur,
sehingga merupakan kombinasi lambang yang disebut rumus kimia (Petrucci,
1987).

Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom dari setiap unsur
dalam satu molekul zat itu Rumus empiris suatu senyawa ialah rumus paling
sederhanayang memberikan jumlah atom relative yang betul untuk seiap jenis atom
yang ada di dalam senyawa itu. Rumus molekul merupakan kelipatan bilangan bulat
dari rumus empiris. Untuk menentukan rumus molekul, diperlukan pengetahuan
mengenai massa molar perkiraan dari senyawa yang ingin diketahui. Reaksi kimia
menghubungkan unsur-unsur menjadi senyawa, penguraian senyawa menghasilkan
unsur- unsurnya, dan transformasi mengubah senyawa yang ada menjadi senyawa
baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, maka jumlah
atom (atau mol atom) dari setiap unsur sebelum atau sesudah reaksi haruslah selalu
sama. Kekekalan ateri dalam perubahan kimia ini terlihat dari persamaan kimia
yang balans untuk proses tersebut (Oxtoby, 2001)

Rumus empiris (empirical formula) menunjukkan perbandingan jumlah


atom unsur-unsur yang terdapat dalam satu senyawa, dimana perbandingan itu
dinyatakan dalam bilangan bulat terkecil. Bilangan bulat ini bisa didapatkan dari
analisis terhadap senyawa itu, yaitu dengan mengkonversikan hasil analisis menjadi
kuantitas masing-masing unsur yang terdapat dalam suatu bobot tertentu senyawa
itu, yang dinyatakan dalam mol-mol atom itu. Adanya suatu rumus untuk setiap
senyawa menunjukkan adanya hubungan tetap yang terdapat anatar bobot setiap
dua unsur di dalam senyawa itu atau, antara bobot setiap unsur manapun juga
dengan senyawa itu secara keseluruhan. Angka-angka itu sebetulnya tak berdimensi
(g/g) dan mempunyai nilai sama, dan tidak tergantung pada unit massa yang
digunakan. Dalam senyawa- senyawa organic (yaitu senyawa yang mengandung
karbon) biasanya terdapat suatu aturan sederhana tentang perbandingan unsur-
unsur pembentuknya (Rosenberg, 1992).

Dari berbagai hasil karakterisasi yang diperoleh, dapat dilakukan


pendekatanmengenai rumus empiris dari senyawa kompleks yang diperoleh.
Berdasarkan data hasil analisis kadar besi dalam sampel, muatan kompleks, jumlah
hidrat, dan hasil komposisi unsur C, H, N. Molekul air hidrat, biasanya akan lepas
pada rentang suhu 100 oC hingga 200 oC dan akan menyebabkan pengurangan
berat sampel sebagai fungsi suhu yang teramati pada kurva TGA. Hasil pengamatan
yang diperoleh dari analisis TGA pada Gambar 3. menunjukkan tidak adanya
pengurangan berat akibat pemanasan pada rentang suhu 100 oC sampai dengan
2000C. Dengan demikian, diperkirakan senyawa kompleks 1 dan kompleks 2 tidak
mengandung air hidrat (Fathiana, 2005).

C.METODOLOGI

1.Alat

a. Desikator
b. Kompor listrik
c. Krus kosong
d. Loyang
e. Penjepit krus
f. Spatula
g. Timbangan listrik
h. Timer

2.Bahan

a. Hidrat-kupri sulfat
3.Cara kerja

Cara Kerja Penentuan Massa Rumus Zat


Penimbangan Krus Kosong

Hidrat-Kuprisulfat Penimbangan Krus beserta isi

Pemanasan Krus beserta isi

Pengambilan Krus isi dari Kompor

Pemasukan Krus isi kedalam Desikator

Penimbangan Krus beserta isi

Perhitungan Berat Air

Perhitungan Berat CuSO4

Perubahan Warna CuSO4

Penentuan Massa Rumus Zat

Gambar 2.1 Diagram Alir Penentuan Massa Rumus Zat


D.HASIL DAN PEMBAHASAN

Massa atom adalah salah satu sifat yang membedakan berbagai jenis atom
unsur. Setiap unsur dapat berada dalam berbagai bentuk isotop, dimana atom-atom
isotop yang sama adalah identik. Massa setiap atom satu persatu sangat kecil.
Bahkan atom yang paling berat pun massanya kurang dari 5x10 kg (Jerome, 1996).

Hidrat merupakan istilah yang dipergunakan dalam senyawaorganic


maupun senyawa anorganik untuk mengindikasikanbahwa zat tersebut
mengandung air. Untuk senyawa organicmaka hidrat dibentuk dengan penambahan
molekul H2O.Jika hidrat dipanaskan maka dia akan kehilangan molekulairnya,
pemanasan yang teus menerus menyebabkansenyawa hidrat kehilangan molekul
airnya, jika hal ini terjadimaka senyawa hidrat disebut sebagai anhidrat (Fathiana
dkk, 2005).

Krus adalah sebuah peralatan laboratorium yang berbentuk seperti cawan


yang digunakan untuk menampung senyawa kimia pada proses pemanasan yang
menggunakan temperatur yang sangat tinggi. Krus tersedia dalam berbagai ukuran.
Fungsi krus antara lain yaitu: Pembakar alcohol, pembakar Bunsen, Pembakar
Meker-Fisher, Penangas air (Setiawati, 2009).

Desikator biasanya terbuat dari kaca, namun terkadang dari logam yang
digunakan untuk menyeimbangkan objek atau zat dengan udara yang dikendalikan.
Karena desikator biasanya terletak dalam ruangan terbuka, maka suhu udara itu
umumnya mendekati suhu kamar. Desikator memungkinkan terjadinya
keseimbangan antara objek atau zat kimia dengan udara yang rendah dan terkendali
kelembapannya, sehingga galat yang disebabkan oleh penimbangan air bersama-
sama dengan objek itu dapat dihindari.(Edhawati, 2007).

Dapat mengkonversi antara massa dan berat (jika Anda benar-benar


membutuhkan berat, bukan massa) menggunakan rumus: W = mg. Dimana W
adalah berat, m adalah massa dan g= 9,81 m/s² = 32,17 ft/s, percepatan gravitasi
(David W. H. P, 2001).
Tabel 2.1 Hasil Perhitunngan Penentuan Massa Rumus Zat

Krus Krus + isi Krus + isi Berat Berat Warna Warna


Kosong sebelum setelah air C2SO4 C2SO4 C2SO4
(gr) pemanasan pemanasan Awal Akhir
(gr) (gr)

11,33 gr 11,635 gr 11, 465 gr 0,170 0,503 Biru Hijau

11, 5 gr 12,044 gr 11,869 gr 0,174 0,518 Biru Putih

10,255 gr 10,775 gr 10,595 gr 0,18 0,529 Biru Putih

11,160 gr 11,691 gr 11,513 gr 0,178 0,531 Biru Hijau

11,222 gr 11,759 gr 11,580 gr 0,179 0,537 Biru Hijau

Sumber:Hasil Pengamatan

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa massa rumus zat dan
isinya sebelum pemanasan yaitu 11,691 gram, tidak sama dengan massa rumus zat
rumus zat dan setelah pemanasan yaitu 11,513 gram. Berat air tersebut di gunakan
untuk mengukur berat C2SO4 dan besarnya 0,531. Sedangkan nilai kofisiensi pada
C2SO4 adalah 1 dan massa atom relative untuk C2SO4H2O (Rosenberg, 1992).

Mutu produk yang baikyang dapat dihasilkan dari salah satu jenis extruder
adalah jenis extruder pemasak-pencetak (cooking-formingextruder). Extruder
pemasak-pencetak memproduksi mi pati yang memiliki cookingloss yang rendah
yaitu 4,20% (Marti et al. 2011), 7,10% (Charutigon et al. 2008), 4,56% (Muhandri
et al. 2011) dan 4,80% (Subarna et al. 2012). Hingga sekarang ini telah dilakukan
penelitian produksi mi pati dari karbohidrat seperti jagung, kentang, singkong dan
sagu. Namun, penelitian masih diperlukan untuk mendapatkan nilai nutrisi yang
baik dari produksi mi pati. Berdasarkan penelitian Takahashi et al. (1986)
penambahan ISP (Isolated Soybean Protein) sebanyak 5% dapat meningkatkan
elongasi, menurunkan kelengketan, dan kelarutan kenta pada mi berbahan dasar
pati kentang dan pati kacang hijau (Tan et al. 2009). Berdasarkan studi Kaur et
al.(2005) bahwa penambahan GMS (Glyserol Monostearate) sebanyak 1% dapat
menurunkan cookinglosspada mi pati jagung dan mi pati kentang. Penelitian
mengenai kandungan proximat pada produksi mi dari pati sagu dengan penambahan
ISP dan GMS belum banyak dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan proximat, warna dan sensori pada kerin produksi mi
sagu kering.

E.KESIMPULAN

Praktikum Penentuan Massa Rumus Zat, dapat diambil bebrapa


kesimpulan:

1. Berat C2SO4 = Krus isi – Krus kosong


Berat Air = 0,178
Berat C2SO4 = 0,5319
2. Massa Hidrat-Kuorisulfat
X = 3,29 g
TINJAUAN PUSTAKA

Edahwati, Luluk. 2007. Jurnal Penelitian Ilmu Tekhnik Vol. 7, No. 2. Tekhnik
Kimia FTI-UPN "Veteran" Jatim.
Fathiana, Dini Zakiah dan Djulia Onggo. 2005. Jurnal Sains Materi Indonesia Vol.
7, No.1. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (P2ET)-LIP
Oktoby, David W., H. P. Gillis, and Norman H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.
Rosenberg. Jerome. 1992. Teori dan Soal-soal Kimia Dasar Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.1 Krus Gambar 2.3 Pemasukan Krus ke


Dalam Desikator

Gambar 2.4 Pemanasan Krus Beserta Gambar 2.5 Penimbangan krus


Isi beserta Isi

Anda mungkin juga menyukai