Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMANFAATAN SIM SEBAGAI MEDIA PEMASARAN UMKM

(Studi Kasus belanjaukm)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi
Manajemen Yang Diampu Oleh Bapak Muhamad Ekhsan.,S.Kom.,MM

Disusun Oleh :

AGITA NABILA

111710626

MA.17.D7

PROGRAM STUDI MANAJEMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PELITA BANGSA

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalahini dapat tersusun hingga selesai berjudul Pemanfaatan SIM Sebagai Media

Pemasaran UMKM. Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah “Sistem Informasi
Manajemen”.

Dari makalah ini yang diharapkan bisa menambah wawasan dan dapat bermanfaat dalam
dunia pendidikan. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yangmembangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Potensi Internet ........................................................................................................... 3
2.2 E-commerce ................................................................................................................ 4
2.2.1 Potensi E-commerce ......................................................................................... 5
2.3 Potensi UMKM ........................................................................................................... 6
2.4 Permasalahan UMKM ................................................................................................ 8
2.5 Pengaruh internet dan e-commerce dalam memberikan solusi terhadap permasalahan
UMKM di Indonesia. ................................................................................................ 10
2.6 Studi Kasus belanja ukm ........................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 14
3.2 Saran ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak
pada berbagai bidang usaha, yang menyentuh kepentingan masyarakat. Di Indonesia, Usaha
Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat (UMKM), UMKM saat ini dianggap sebagai cara
yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari statistik dan riset yang dilakukan, UMKM
mewakili jumlah kelompok usaha terbesar. UMKM telah diatur secara hukum melalui Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan yang penting dan strategi baik
domestik, regional dan nasional. UKM memiliki peran yang sangat besar dalam penyerapan
tenaga kerja, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi kecemburuan sosial dan dapat
menciptakan usaha baru. UKM saat ini sangat sulit mendapat peluang pasar yang besar, karena
masih terkendala oleh waktu dan jarak. Kondisi ini menyebabkan UKM tidak bisa berkembang
karena kurangnya pengetahuan agen penjual dan tentang produk yang dihasilkan oleh UKM.
Pasar yang didapatkan dari UKM biasanya hanya dari mulut ke mulut. Hal ini karena belum
adanya media informasi dan promosi yang dapat mendukung produk UKM dalam memasarkan
usahanya.
Masa sekarang ini perusahaan harus pandai-pandai menentukan keputusan untuk
memasarkan produknya. Untuk itulah, sarana yang tepat untuk pemasaran produk yang
dihasilkan tersebut sangat dibutuhkan. Disamping itu, perusahaan dihadapkan pada
persaingan untuk mendapatkan peluang pasar. Oleh sebab itu, perusahaan harus berusaha untuk
meningkatkan daya saing dalam pemasaran produk. Salah satu media pemasaran yang bisa
digunakan yaitu pemasaran lewat internet atau biasa disebut internet marketing.
Dalam internet marketing, produsen selain dapat mempromosikan, dan memasarkan
produknya lewat Website. Alasannya, pemasaran lewat internet ini lebih gampang dan tidak
banyak membutuhkan dana untuk menyewakan Toko, gaji tenaga kerja, promosi dan lain
sebagainya. Selain itu pemasaran lewat E-commerce atau intenet marketing, konsumen tidak

1
perlu repot untuk datang ke toko atau ke produsen pembuat kerajinan tersebut. Hal ini bisa
terjadi karena konsumen bisa mengakses lewat internet kapan dan dimana saja.
Salah satu media pemasaran yang sekarang ini sedang berkembang pesat adalah E-
commerce (pemasaran melalui internet atau internet marketing) seperti Shopee, Tokopedia,
belanjaukm, dan lain sebgainya. Ada beberapa keunggulan E-commerce sebagai media
pemasaran yakni keterjangkauannya, dimana media ini dengan menjangkau konsumen yang
sangat jauh dan luas. Namun permasalahannya adalah tidak semua produk yang dihasilkan oleh
UKM dapat menggunakan media ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimanakah potensi internernet ?
2. Bagaimanakah potensi E-commerce ?
3. Bagaimanakah potensi UMKM ?
4. Apa saja permasalahan pada UMKM ?
5. Bagaimana internet, e-commerce dan UMKM berpengaruh memberikan solusi terhadap
permasalahan UMKM di Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui tentang potensi internet.
2. Untuk mengetahui tentang potensi E-commerce.
3. Untuk mengetahui tentang potensi UMKM.
4. Untuk mengetahui tentang permasalahan pada UMKM.
5. Untuk mengetahui bagaimana internet, e-commerce dan UMKM berpengaruh
memberikan solusi terhadap permasalahan UMKM di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Internet
Era globalisasi menjadi tantangan bagi UMKM untuk terus bertahan dan memiliki
keunggulan bersaing. Berkembangnya teknologi informasi terutama media sosial
menawarkan manfaat bagi UMKM untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan, memperluas
pangsa pasar, dan membantu pengambilan keputusan bisnis (Priambada, 2015).
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh data statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) yang mencatat bahwa pengguna internet meningkat dengan pesat dari
88,1 juta pengguna di tahun 2014 menjadi 143,26 juta pada tahun 2017. Keberadaan smartphone
menurut APJII menjadi salah satu faktor kuat yang menyebabkan fenomena ini dimana 44%
akses internet dilakukan melalui perangkat tersebut. Melalu data statistik diatas juga ditemukan
bahwa 98,6% mengetahui perihal adanya jual beli secara online, 82,2 juta orang pernah
mengunjungi situs jual beli online, 32% layanan yang paling banyak digunakan adalah untuk
melakukan pembelian barang, namun sayangnya hanya 9% pengguna yang menggunakannya
untuk melakukan penjualan. Ini menunjukkan bahwa potensi dari perkembangan e-commerce
masih sangat besar di Indonesia.
Internet menyediakan platform bagi jual beli dengan biaya yang murah. Dengan hanya
mengeluarkan biaya untuk koneksi internet, produk/jasa dapat diiklankan dengan cuma-cuma
melalui beragam media social yang tersedia. Berdasarkan survey APJII (2016), hampir semua
pengguna internet pasti (97,4%) mengakses media sosial ketika menggunakan internet. Akses
media sosial merupakan yang tertinggi, diikuti dengan hiburan (96,8%), berita (96,4%),
pendidikan (93,8%), komersial (93,1%), dan layanan publik (91,6%). Selain itu, 78% dari
populasi pengguna internet pernah melakukan belanja online, lebih tinggi dibanding populasi
pengguna internet di Amerika Serikat (75%) (McKinsey&Company, 2016).
Tentu peran perintis bisnis digital startup sangat besar dalam pesatnya perkembangan e-
commerce di Indonesia. Seperti pada tanggal 11 September 2018, telah launching e-commerce
belanjaukm.com yang merupakan e-commerce khusus untuk memasarkan produk dari UMKM di
Indonesia. Dalam kegiatan launching tersebut dihadari oleh lebih dari 400 UMKM, Sandiaga
Uno (Founder OK OCE) serta tamu-tamu undangan lain. Pada acara launching dibahas tentang
pentingnya UMKM untuk mulai merambah ke pemasaran digital agar dapat menciptakan

3
keunggulan kompetitif mereka. Hal tersebut mengingat saat ini semakin banyak penggunaan
teknologi internet untuk kegiatan jual-beli.
Belum lagi ditambah dengan berbagai aplikasi serupa lain seperti bukalapak, tokopedia
dan shopee. Oleh karena itu potensi internet pada saat ini sangatlah penting karena dapat
memudahkan kehidupan manusia terutama bagi para pelaku usaha.

2.2 E-commerce
Menurut Turban et.al, definisi dari electronic commerce atau yang seringkali disingkat
sebagai e-commerce adalah proses berbisnis dengan memanfaatkan internet atau jaringan lain,
seperti intranet. Turban et.al pun membagi e-commerce menjadi fully e-commerce dan partial e-
commerce. Kedua jenis e-commerce ini dibedakan dari proses bisnis yang dilakukan. Turban et
.al membagi proses bisnis yang dilakukan via internet dalam tiga kelompok, sebagai berikut:
a. Pemesanan dan pembayaran
b. Pemenuhan proses pemesanan
c. Pengiriman
Jika proses salah satu proses dilakukan secara fisik, maka disebut sebagai partial e-
commerce. Hal inilah yang paling banyak terjadi. Sebagai contoh, seseorang melakukan
pemesanan dan pembayaran secara digital, namun barangnya berupa barang fisik yang dikirim
melalui kurir. Sedangkan contoh dari full e-commerce berlaku untuk barang yang bersifat digital.
Sebagai contoh pembelian musik melalui i-tunes store. Proses pemesanan, pembayaran,
pengiriman produk dan bentuk produknya sendiri bersifat digital.
E-commerce sendiri sebetulnya sudah berlangsung sejak lama. Bahkan business dictionary,
memiliki arti yang sangat luas terhadap e-commerce ini. Jika proses pembayaran dilakukan
melalu kartu debit/kredit saja, maka orang tersebut sudah terlibat dalam e-commerce.
E-commerce sendiri jenisnya bermacam-macam, yaitu :
1) Business to business (B2B)
2) Business to Consumer (B2C)
3) Consumer to Business (C2B)
4) Intrabusiness EC
5) Business to Employee (B2E),
6) Consumer to Consumer (C2C)

4
7) Collaborative commerce (c-Commerce)
Saat ini pemerintah Indonesia sedang mengembangkan e-commerce dengan tujuan untuk
mencetak technopreneur, atau produsen domestik yang dapat memanfaatkan internet untuk
berusaha, dan menciptakan lapangan kerja.

2.2.1 Potensi E-commerce di Indonesia


Saat ini, hampir semua toko membuat laman toko secara daring. Sehingga
memungkinkan konsumennya berbelanja secara daring tanpa harus datang ke tokonya secara
fisik. Tidak hanya toko-toko yang telah memiliki nama besar, seperti Starbucks, Bodyshop,
Uniqlo, para pedagang yang memiliki toko di ITC pun mulai menjual produknya secara daring,
baik melalui marketplace seperti tokopedia,belanja ukm, dan Lazada, tetapi juga melalui media
sosial, seperti Instagram dan Facebook.
Peralihan toko fisik, atau istilahnya brick-and-mortar stores menjadi toko secara daring
memungkinkan tren komposisi penjualan ritel untuk terus meningkat. Selain itu, toko daring
tidak hanya dibuat lamannya (website) saja, tetapi juga aplikasi. Sehingga memungkinkan
belanja dilakukan dengan ponsel pintar (m-commerce).
Di Indonesia, salah satu bisnis yang dinilai sukses memanfaatkan internet di Indonesia
adalah ojek/taksi online serta belanja online. Peluang yang diciptakan e-commerce bagi produsen
domestik terutama adalah kemudahan untuk menjangkau konsumennya. Mereka mendapat
tempat beriklan yang murah dan dapat menjangkau pasar yang luas. Namun berdasarkan data
yang dimiliki tokopedia, penjual yang memanfaatkan platform mereka, produsen baru 5%,
sisanya adalah reseller. Sangatlah penting baik bagi pelaku usaha maupun mereka yang masih
berencana menjadi pengusaha untuk memanfaatkan keuntungan yang diberikan oleh platform-
platform e-commerce,yang sesuai dengan jenis produk, baik yang sudah mereka jual maupun
yang nanti baru akan mereka ciptakan.
E-commerce tidak hanya memberikan peluang untuk produsen barang dan jasa, tetapi
juga bagi technopreneur yang mengembangkan aplikasi atau permainan digital. Maka menjadi
PR bagi pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan pengembangan SDM yang menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi.
Salah satu E-commerce yang ada di Indonesia adalah BELANJA UKM adalah sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang teknologi informasi yang berfokus pada promosi dan

5
pemasaran produk. belanjaukm.com mengambil peran dalam fasilitasi pemanfaatan e-commerce
sekaligus dropship supplier untuk pemilik usaha kecil menengah (UMKM) dalam
mempromosikan dan memasarkan produknya berfokus untuk mempromosikan dan memasarkan
produk dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, agar dapat lebih dikenal masyarakat luas.

2.3 Potensi UMKM


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil
pembangunan. UMKM juga telah terbukti tidak terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis
menerpa pada periode tahun 1997 – 1998, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh.
Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998
jumlah UMKM tidak berkurang, justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta
hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun itu, jumlah pengusaha di Indonesia
sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sebanyak 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha
besar.
Untuk memberikan porsi lebih besar terhadap bisnis skala mikro, kecil, dan menengah.
Pemerintah dan legislatif membuktikan perhatiannya terhadap UMKM dengan meluncurkan UU
No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dengan adanya peraturan yang menjadi payung hukum,
gerak UMKM menjadi semakin leluasa. Persoalan klasik seperti akses permodalan kepada
lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi. Karena di dalam peraturan itu tercantum mengenai
perluasan pendanaan dan fasilitasi oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank.
Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas
usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya.
Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
1. Bersifat padat karya
2. Berbasis sumberdaya lokal
3. Menggunakan teknologi tepat guna
4. Bersifat fleksibel

6
Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan UMKM sangat vital, baik itu untuk
pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi. Meski di negara maju juga terdapat banyak
UMKM, namun peran dari usaha seperti ini di negara berkembang lebih vital karena menjadi
tolak ukur pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Apalagi, dengan adanya UMKM, masalah
pengangguran akan semakin teratasi karena daya serap pekerja dari UMKM juga termasuk
tinggi. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi UMKM meningkat hampir 10% dan serapan tenaga
kerja juga naik dalam periode tersebut.
Potensi UMKM ditunjukkan oleh perannya sebagai sumber pendapatan masyarakat,
pemenuhan kebutuhan barang dan jasa domestik, penciptaan lapangan pekerjaan, serta
peningkatan nilai tambah yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi.
1. JUMLAH USAHA/ PERUSAHAAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di
Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di
Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit. Dari UMKM yang ada tersebut, yang paling banyak
adalah usaha mikro dengan jumlah 47.702.310 atau sekitar 95 % lebih. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa usaha mikro merupakan mayoritas usaha yang ada di Indonesia.
2. PENYERAPAN TENAGA KERJA
Penyerapan Tenaga Kerja UMKM jauh lebih besar dari Usaha Besar. Jadi, persentase
penyerapan tenaga kerja UMKM cederung meningkat, sementara persentase penyerapan tenaga
kerja Usaha Besar cenderung menurun. Pangsa penyerapan tenaga kerja oleh UMKM didominasi
oleh sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan.
Pangsa penyerapan tenaga kerja Usaha Besar didominasi oleh sektor industri pengolahan.
Kurang solid kaitan antara industri pengolahan dengan sektor primer, khususnya sektor
pertanian, dimana kosentrasi UMKM cukup besar.
3. KONTRIBUSI TERHADAP PDB
Harapan setelah krisis kontribusi UMKM terhadap PDB meningkat, namun dalam kenyataannya
kontribusi UMKM menurun sedangkan Usaha Besar meningkat. Pola ini akan mengulangi pola
pertumbuhan ekonomi seperti pada masa lalu. Kontribusi Usaha Kecil terhadap PDB didominasi
oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi Usaha Menengah
terhadap PDB didominasi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kontribusi

7
Usaha Besar terhadap PDB didominasi oleh sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan
Dengan demikian, bisnis UMKM mempunyai peran strategis dalam perekonomian
Indonesia, karena:
1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan
masyarakat;
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;
5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

2.4 Permasalahan UMKM


Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam
perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Sebagai usaha yang ruang lingkup usahanya dan anggotanya
adalah (umumnya) rakyat kecil dengan modal terbatas dan kemampuan manajerial yang juga
terbatas, UMKM sangat rentan terhadap masalah-masalah perekonomian.
Perlu digaris bawahi bahwa lebih dari 51 juta usaha yang ada, atau lebih dan 99,9%
pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit berkembang karena
tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan usaha perorangan, kebanyakan usaha
dikelola secara tertutup, dengan Legalitas usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak
memadai. Upaya pemberdayaan UMKM makin rumit karena jumlah dan jangkauan UMKM
demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM dalam
menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian,
manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya
kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak
mampu menjalankan usahanya dengan baik.
Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama,
kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan
dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber

8
permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi
pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling
mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Kuncoro juga mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi
dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta umumnya tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka,
umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak
membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan
sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK,
TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka.
Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan yang
dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi
usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan
prioritas permasalahan yang dihadapi oleh PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah
belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum
dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun
proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun
modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit,
agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun
perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin ketat; (4) Masalah akses
terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera
konsumen cepat berubah; (5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya
persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan
tingginya harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi
yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai
perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena sulit
mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
Hasil penelitian Schiffer-Weder (2001) dalam Rizali secara keseluruhan juga
memperkuat persepsi bahwa UKM menghadapi hambatan berusaha yang lebih besar daripada

9
UB. Bila dilihat dari persentasi jawaban responden, secara umum hambatan utama dalam
berusaha adalah sumber pembiayaan.
Sekitar 39% responden UKM menyatakan pembiayaan sebagai hambatan utama dalam
berusaha, sedangkan responden Usaha Besar (UB) yang menyatakan pembiayaan sebagai
sumber hambatan utama usaha sekitar 28%. Ini mengindikasikan bahwa UKM memang lebih
sulit memperoleh kredit dari sektor keuangan formal dibandingkan dengan UB. Berbeda dengan
UKM, pengelola UB memandang ketidakstabilan kebijakan pemerintah sebagai hambatan utama
dalam berusaha, demikianlah pendapat 30% responden dari UB.
Tiga faktor selanjutnya yang menghambat dunia usaha adalah inflasi (35% responden),
ketidakstabilan kebijakan (34%), dan pajak dan peraturan pemerintah (33,5%). Yang menarik
sekitar 37% UKM menganggap aspek perpajakan dan peraturan pemerintah sebagai hambatan
utama berusaha dibandingkan dengan hanya 21% UB. Hal ini mengindikasikan bahwa UB lebih
mudah menghindari pajak, misalnya, dengan mengalihkan dan melaporkan keuntungannya ke
daerah yang tingkat pajaknya lebih rendah. Responden memandang nilai tukar (28%), korupsi
(28%), kejahatan jalanan (27%).

2.5 Pengaruh internet dan e-commerce dalam memberikan solusi terhadap permasalahan
UMKM di Indonesia.
Dalam menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif, penguasaan
pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Agar dapat menguasai
pasar, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik informasi
mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi. Informasi tentang pasar produksi sangat
diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya :
1) jenis barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu
2) bagaimana daya beli masyarakat terhadap produk tersebut
3) berapa harga pasar yang berlaku
4) selera konsumen pada pasar local, regional, maupun internasional
Dengan demikian, UMKM dapat mengantisipasi berbagai kondisi pasar sehingga dalam
menjalankan usahanya akan lebih inovatif.

10
Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk
membuat perencanaan usahanya secara tepat, misalnya :
(1) membuat desain produk yang disukai konsumen
(2) menentukan harga yang bersaing di pasar
(3) mengetahui pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainnya
Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan dalam mendorong keberhasilan
UMKM dalam memperoleh akses untuk memperluas jaringan pemasarannya.
Selain memiliki kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh informasi pasar, UMKM
juga perlu memiliki kemudahan dan kecepatan dalam mengkomunikasikan atau mempromosikan
usahanya kepada konsumen secara luas baik di dalam maupun di luar negeri. Selama ini promosi
UMKM lebih banyak dilakukan melalui pameran-pameran bersama dalam waktu dan tempat
yang terbatas, sehingga hubungan maupun transaksi dengan konsumen kurang bisa dijamin
keberlangsungannya. Hal itu dapat disebabkan oleh jarak yang jauh atau kendala intensitas
komunikasi yang kurang. Padahal faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis adalah sangat
penting, karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat dengan
pelanggan yang sudah ada, juga memungkinkan datangnya pelanggan baru.
Pengembangan Sumber Daya Manusia pada UMKM melalui IT (Information
Technology) Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk
menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya.
Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah dapat
memasuki pasar global. Perusahaan yang awalnya kecil seperti toko buku Amazon, portal
Yahoo, dan perusahaan lelang sederhana Ebay, ketiganya saat 26 ini menjadi perusahaan raksasa
hanya dalam waktu singkat karena memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan
usahanya.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan
istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam produksi,
memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk perangkat lunak,
mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat
tanpa kertas.
Pemanfaatan internet memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar
global, sehingga peluang menembus ekspor terbuka luas. Disamping itu biaya transaksi juga bisa

11
diturunkan. Hal positif yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan jaringan internet dalam
mengembangkan usaha adalah :
(1) dapat mempertinggi promosi produk dan layanan melalui kontak langsung, kaya informasi,
dan interaktif dengan pelanggan
(2) menciptakan satu saluran distribusi bagi produk yang ada,
(3) biaya pengiriman 27 informasi ke pelanggan lebih hemat jika dibandingkan dengan paket
atau jasa pos
(4) waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi sangat singkat, hanya
dalam hitungan menit atau bahkan detik.
Oleh karena itu, agar UMKM di Indonesia dengan segala keterbatasannya dapat
berkembang dengan memanfaatkan teknologi informasi, perlu dukungan berupa pelatihan dan
penyediaan fasilitas. Tentu saja tanggungjawab terbesar untuk memberi pelatihan dan
penyediaan fasilitas ini ada di tangan pemerintah, disamping pihak-pihak lain yang punya
komitmen, khususnya kalangan perguruan tinggi. Pusat Pengembangan UMKM berbasis IT ini
perlu dibangun di setiap kabupaten atau jika mungkin di setiap kecamatan. Fasilitas tersebut
berupa ruangan khusus dilengkapi dengan seperangkat komputer yang terkoneksi dengan
internet, serta dilengkapi website UMKM masing-masing daerah, di bawah pengelolaan dan
pembiayaan pemerintah daerah.
Mengapa perlu dibuat Pusat Pengembangan UMKM Berbasis IT di tingkat kabupaten
atau kecamatan? Hal ini didasari pada kenyataan bahwa sebagian besar UMKM berlokasi di
desa-desa dan kota-kota kecamatan, serta belum mampu untuk memiliki jaringan internet sendiri,
apalagi memiliki websitenya. Padahal untuk pengembangan usaha dengan akses pasar global
harus memanfaatkan media virtual. Pusat Pengembangan UMKM Berbasis IT ini akan
memudahkan UMKM dalam memperluas pasar baik di dalam negeri maupun pasar luar negeri
dengan waktu dan biaya yang efisien. Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat UMKM dan
tenaga kerja yang terlibat di dalamnya akan meningkat, dan secara bersinergi akan berdampak
positif terhadap keberhasilan pembangunan nasional.
Pada dasarnya produk UKM Indonesia banyak memiliki kualitas sama dengan produk
luar negeri, atau bahkan lebih baik lagi. Namun produk luar tersebut seringkali unggul dalam
teknologi, baik dalam teknologi produksi, pengemasan maupun pemasarannya. Guna
memenangkan persaingan, UMKM juga harus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

12
Pada dasarnya dengan bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat meningkatkan kinerja
sehingga lebih efektif dan efisien.
Jadi meskipun ada sedikit perbedaan cost dengan sistem tradisional, UMKM dapat
menikmati fasilitas 28 dari IT yang akan memberikan return yang sepadan. Dengan IT UMKM
akan lebih siap untuk bersaing tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dengan produk-produk
luar negeri. Kita dapat bersaing dari segi kualitas, pengemasan, dan kecepatan operasi
perusahaan serta yang lebih penting lagi adalah dalam pemasaran produk UMKM.

2.6 Studi Kasus Belanja UKM


Pada saat ini dengan besarnya potensi internet membuat banyak orang menciptakan suatu
aplikasi berbasis belanja online atau sering dikenal sebagi e-commerce. Salah satu aplikasi
belanja online yang baru-baru ini diciptakan adalah belanja ukm.
belanjaukm.com adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang teknologi informasi
yang berfokus pada promosi dan pemasaran produk. Sebagai perusahaan teknologi informasi,
belanjaukm.com mengambil peran dalam fasilitasi pemanfaatan e-commerce sekaligus dropship
supplier untuk pemilik usaha kecil menengah (UMKM) dalam mempromosikan dan memasarkan
produknya. Misi dari belanjaukm.com adalah "Dengan kurangnya media promosi dan pemasaran
untuk produk UMKM serta adanya peluang pasar yang begitu besar melalui e-commerce,
belanjaukm.com bertujuan untuk menjembatani antara umkm dengan dengan pasar online agar
produktifitas umkm meningkat."
Namun aplikasi e-commerce Belanja UKM masih kurang terkenal dibandingkan dengan
para pesaingnya seperti bukalapak, tokopedia, shopee, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
kurangnya informasi yang diberikan dan tidak adanya sosialisai kepada masyarakat tentang
bagaimana cara pemakaian aplikasi tersebut. Selain itu cara pemesanan barang pada aplikasi
belanja ukm berbeda dengan aplikasi belanja online lainnya yang tinggal memilih metode
pembayaran dan pengiriman sedangkan pada aplikasi belanja ukm harus dengan kesepakatan
antara pembeli dan penjual. Tapi dengan adanya aplikasi belanja ukm dapat memudahkan para
pemilik umkm untuk memasarkan produknya sehingga mereka tidak perlu lagi kesulitan untuk
mencari pembeli.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia telah terbukti mampu
menjaga stabilitas ekonomi disaat krisis terjadi. Keberadaan UMKM di Indonesia yang
jumlahnya mencapai 99,99% dari total usaha di Indonesia telah menyerap 97,30% tenaga kerja
di Indonesia. Keberadaan UMKM juga memberikan kontribusi sebesar 57,12% terhadap produk
domestik bruto (PDB).

Namun UMKM juga memiliki berbagai hambatan dalam hal pengelolaan usahanya.
Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM adalah permodalan. Menyusul masalah lain adalah
pengelolaan yang kurang profesional, kesulitan dalam persaingan usaha yang pesat, rendahnya
tingkat inovasi pelaku UMKM, kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM, bahan baku
sukar diperoleh, pasar yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit.Untuk
mengatasi hambatan tersebut, peran pemerintah sangat diharapkan. Undang-Undang telah
memberi amanat kepada pemerintah untuk mengembangkan dan memberdayakan
UMKM. Sinergi antra pemerintah pusat dan daerah juga harus diperhatikan guna
menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku UMKM.

Strategi untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di


Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit. Saat ini skim kredit
yang sangat familiar di masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang khusus
diperuntukkan bagi UMKM dengan kategori usaha layak, tanpa agunan. Selain itu strategi untuk
mengantisipasi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif khususnya di kawasan
Asean adalah penguasaan pasar, yang merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing
UMKM. Agar dapat menguasai pasar, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi untuk
memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Aplikasi teknologi
informasi pada usaha mikro, kecil dan menengah akan mempermudah UMKM dalam
memperluas pasar baik di dalam negeri maupun pasar luar negeri dengan efisien. Pembentukan
Pusat Pengembangan UMKM berbasis IT dianggap mampu mendorong pertumbuhan dan
perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di era teknologi informasi saat ini.

14
3.2 Saran

Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang paling besar
kontribusinya terhadap pembangunan nasional dan menciptakan peluang kerja yang cukup besar
bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran.
Untuk itu, pemerintah seharusnya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebijakan
pembangunan UMKM.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aeny, N., Ekhsan, M., & Tanjung, A. (2019). THE EFFECT OF SERVICE PRICE AND
QUALITY ON CUSTOMER SATISFACTION ONLINE TRANSPORTATION
SERVICES. Journal of Research in Business, Economics, and Education, 1(1), 3-10.

Ekhsan, M., Aeni, N., Parashakti, R., & Fahlevi, M. (2019, November). The Impact Of
Motivation, Work Satisfaction And Compensation On Employee's ProductivityIn Coal
Companies. In 2019 1st International Conference on Engineering and Management in Industrial
System (ICOEMIS 2019). Atlantis Press.

Ekhsan, M. (2019). THE INFLUENCE JOB SATISFACTION AND ORGANIZATIONAL


COMMITMENT ON EMPLOYEE TURNOVER INTENTION. Journal of Business,
Management, and Accounting, 1(1), 48-55.

Fahlevi, M., Saparudin, M., Maemunah, S., Irma, D., & Ekhsan, M. (2019). Cybercrime
Business Digital in Indonesia. In E3S Web of Conferences (Vol. 125, p. 21001). EDP Sciences.

Fahlevi, M., Zuhri, S., Parashakti, R., & Ekhsan, M. (2019). LEADERSHIP STYLES OF FOOD
TRUCK BUSINESSES. Journal of Research in Business, Economics and Management, 13(2),
2437-2442

Vinansyah, T, 2019, Prospek dan Potensi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), (online),
(https://vinansyahtani.blogspot.com/2019/04/makalah-prospek-dan-umkm-usaha.html. Diakses
24 Desember 2019).

Sudaryanto, Ragimun, & Rahma, R Wijayanti, 2011, Strategi Pemberdayaan UMKM


Menghadapi Pasar Bebas Asean, (online),
(https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/strategi%20pemberdayaan%20umkm.pdf.
Diakses 24 Desember 2019).

Herliana, S, 2018, Penggunaan Teknologi Pada E-Business, (online),


(http://www.academia.edu/37446696/ARTIKEL_PENGGUNAAN_TEKNOLOGI_INFORMAS
I_PADA_E-BUSINESS. Diakses 24 Desember 2019).

16

Anda mungkin juga menyukai