NIM : 1011811171
Mata Kuliah : Manajemen Gereja
Dosen : Johannes Lie Han Ing, M. Th.
Tugas : Laporan Baca (Welch, Robert H. Church Administration: Creating
Efficiency for Effective Ministry. Nashville: B&H Pub, 2005.)
Buku Church Administration: Creating Efficiency for Effective Ministry ditulis oleh
Robert H. Welch. Buku ini sangat baik karena Welch tidak melulu berbicara soal dasar
teologis dan alasan mengapa melakukan ini dan itu dalam manajemen gereja. Akan tetapi,
Welch menyertakan berbagai kisah hidupnya yang tepat untuk memperkaya diskusi dan
menyertakan berbagai pedoman dan contoh yang jelas dalam menolong pembaca melakukan
kegiatan administrasi yang diperlukan. Welch sengaja menulis buku ini untuk menolong para
pembaca menjadi seorang pemimpin, manager, dan administrator gereja yang handal (xiii).
Selain itu, Welch juga hendak membuat para mahasiswa teologi dan mereka yang
mempersiapkan diri untuk melayani dalam bidang manajemen gereja supaya akrab terhadap
administrasi gereja maupun organisasi keagamaan nirlaba (xiii).
Bab 4 “Organizing the Church”
Dalam bab 4, Robert H. Welch membahas tentang organizing sebuah gereja. Dalam
melakukan pengorganisasian, maka terdapat beberapa hal yang harus jelas, wajib ada, dan
wajib untuk dikenali. Hal-hal tersebut adalah model pemerintahan gereja, memahami filosofi
untuk mengatur dan mengembangkan organisasi gereja yang paling tepat bagi sebuah gereja,
memikirkan filosofi serta bagaimana cara mengembangkan organisasi para staf yang akan
bertugas di sebuah gereja, membuat sebuah job description yang jelas bagi setiap pekera
dalam gereja tanpa terkecuali, dan membangun sebuah tim pelayanan yang kemudian akan
menolong dalam pelayanan. Jikalau seseorang mampu melakukan semua hal ini, maka orang
tersebut seharusnya dapat mengorganisasi dan mengatur gereja dengan baik.
Bab 7 “Administering Physical Resources”
Sejak zaman Perjanjian Lama, membangun sebuah tempat yang baik dan lengkap
dengan fasilitas untuk beribadah telah dilakukan. Kita dapat melihatnya dalam kisah
pembangunan bait Allah yang dilakukan Salomo ataupun masa post-exilic. Hal ini perlu
karena pembangunan tempat ibadah merupakan elemen yang menunjang sebuah ibadah
bersama yang meningkatkan pengalaman pelayanan dan beribadah.
Pembangunan yang serupa inilah yang umumnya dilakukan oleh gereja-gereja di
masa kini. Setiap fasilitas yang ada merupakan fasilitas bersama yang menunjang kegiatan
bersama. Selain itu, berbagai fasilitas tersebut merupakan bagian yang sangatlah berharga,
baik bagi jemaat lama ataupun baru, karena fasilitas-fasilitas tersebutlah yang menunjang
kegiatan gerejawi yang mereka lakukan. Di sisi yang lain, bagi beberapa orang, fasilitas-
fasilitas tertentu jadi sangat berharga juga karena terdapat kenangan tersendiri. Hal ini
menyatakan adanya ikatan emosi atas suatu tempat dan momen tertentu.
Oleh karena fasilitas-fasilitas dari gereja tersebut sangat berharga, maka perlu dan
wajib untuk dirawat dan dijaga. Hal ini merupakan tanggung jawab dari setiap jemaat,
rohaniawan, dan staf, baik itu staf kantor maupun staf kebersihan. Dalam perkara perawatan
dan menjaga fasilitas gereja, pengurus gereja perlu membuat job description yang jelas untuk
setiap orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab atas fasilitas yang digunakan. Selain
itu, perlu juga untuk merekrut orang-orang yang membantu merawat dan membersihkan
segala fasilitas gereja. Orang-orang tersebut adalah pemelihara/custodian yang mampu serta
kompeten dalam pekerjaan ini, pengamat bangunan, dan para sukarelawan dari jemaat untuk
membantu pekerjaan-pekerjaan ini, sehingga jemaat juga memiliki sense of belonging atas
apa yang ada di gereja.
Setelah merekrut orang-orang tertentu, ada berbagai hal penting yang lain juga yang
perlu diperhatikan seorang administrator gereja. Pertama adalah persoalan pengembangan
keahlian para pegawai yang merawat dan menjaga fasilitas gereja. Kedua adalah pembuatan
jadwal rutin untuk perawatan fasilitas yang ada. Bahkan, seorang administrator gereja juga
perlu membuat data untuk setiap perlengkapan dan fasilitas yang ada, sehingga jumlah
ketersediaan setiap barang dan fasilitas yang ada terdata dengan jelas.