Anda di halaman 1dari 14

KERAGAMAN BUDAYA LOKAL ARSITEKTUR

Dosen Pengampu Prof. Ir. Antariksa Sudikno, MArch, Phd.

HUNIAN BER-ARSITEKTUR MEDITERANIA DI KOTA


MALANG

Ririn Dwi Lestari

136060500111003

Malang, 21 Januari 2014

FAKULTAS TEKNIK PASCA SARJANA ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
HUNIAN BER-ARSITEKTUR MEDITERANIA DI KOTA MALANG

Ririn Dwi Lestari


Program Pasca Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan-Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono, Malang 64145, Jawa Timur-Indonesia
E-mail:ririnlestari90@gmail.com

Pendahuluan
Arsitektur adalah bahasa universal yang mampu merefleksikan dan mempresentasikan
‘teknologi’ , adat istiadat, kebudayaan, kekayaan ilmu pengetahuan, dan semua nilai yang ada pada
setiap zamannya. Sejak zaman batu (Paleolitikum, Mesolitikum, Megalitikum dan Neolitikum), zaman
perunggu, zaman besi, zaman purbakala hingga zaman modern sekarang ini, produk-produk
arsitektur yang ditemukan dan ada sampai sekarang memperkuat pendapat tersebut.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan akal budi serta fikiran manusia, maka semakin
berkembang, semakin beragam dan semakin kompleks pula hasil karya arsitektur yang diciptakan.
Yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (pada zaman batu, alat-alat yang
diciptakan hanya untuk tujuan dasar bertahan hidup saja), yaitu untuk menunjang kebutuhan
primernya saja, pada akhirnya arsitektur ikut ambil bagian pula dalam memenuhi kebutuhan manusia
dalam tingkatan sekunder, bahkan tertier dan bisa jadi lebih dari itu, yang mana mampu berkembang
dalam lingkup apa saja dan kebutuhan apa saja yang diinginkan manusia.

Karena demikian eratnya perkembangan arsitektur dalam mewarnai dinamika sejarah


kehidupan manusia, sehingga tidaklah mengherankan apabila terdapat banyak sekali tulisan dan
kajian tentang arsitektur yang berkaitan dengan kekayaan kreatifitas hasil olah daya fikir manusia.
Dan kreatifitas tersebut biasanya timbul dari daya juangnya ‘dalam menyelaraskan alam di mana dia
berada dengan kebutuhannya’ atau bisa juga sebaliknya yaitu ‘menyelaraskan kebutuhannya dengan
alam’. Yang apabila dikaitkan dengan asal di mana dia berada disebut sebagai arsitektur vernacular
(vernacular=asli, pribumi).

Dalam Wikipedia disebutkan “Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari
proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan
kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi.
Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar.
Latar belakang Indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan
budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang ada di
indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual
keagamaan”.

Sementara itu perkembangan arsitektur sendiri di seluruh dunia semakin marak, dengan
banyaknya arsitek-arsitek (pencipta hasil karya arsitektur) yang pada kemudian hari cukup dikenal
karena berhasil menanamkan ‘tonggak-tonggak’ atau paham-paham yang kadang revolusioner pada
zamannya tetapi banyak memiliki pengikut, dan yang pada akhirnya teori-teori yang dikemukakannya
tersebut terbukti benar dan telah teruji zaman atau bahkan malah sebaliknya, misalnya bahwa hasil
karya arsitektur ciptaannya tidak membuat nyaman penghuni yang ada, malah dianggap sebagai
bangunan yang memicu vandalisme, merupakan dinamikanya.

Pada masa yang disebut zaman modern ini (tahun 1800 s/d sekarang), para arsitek yang
dikenal luas di dunia adalah Le Corbusier, Ludwig Mies van der Rohe, Walter Gropius, Frank Lloyd
Wright, Louis Sullivan, Gerrit Rietveld, Oscar Niemeyer and Alvar Aalto. Dan langgam gaya yang
muncul pada zaman ini sangat beragam, a.l. Futurisme (Italia), Konstruksivisme (Rusia), Internasional
Style, Ekspresionisme, Brutalisme dan Monumentality, Arsitektur Tabung, Post Modern, Neo Modern
Arsitektur, Arsitektur Modern Kontemporer dan Pelestarian Arsitektur. (lihat History of Architecture,
Wikipedia).

Di Indonesia tentu saja terimbas dengan berbagai karakter arsitektur dunia tersebut, terlihat
pada berbagai bangunan yang didirikan pada masa-masa itu, terutama di kota-kota besar di
Indonesia. Di samping arsitektur lokal Indonesia sendiri yang beragam yang ada hampir di setiap
wilayah di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Papua.

24
Tidak semua yang disebutkan di atas mewakili seluruh mainstream arsitektur, pada masa
jauh sebelumnya telah berkembang Arsitektur Islam dan Romawi (mulai thn 400 M) sejalan dengan
sejarah penaklukan Islam dan sekaligus bangsa Romawi di berbagai belahan dunia. Sedangkan
salah satu bentuk Arsitektur yang dipengaruhi oleh kedua aliran tersebut dan berasal dari daerah
mayoritas Islam di sekitar Timur Tengah, daerah Romawi/Yunani dan Laut Tengah adalah Arsitektur
Mediterania.

Tetapi bentuk langgam arsitektur mediterania tidak begitu saja masuk ke Indonesia, awalnya
jenis gaya arsitektur ini ‘dibawa’ secara langsung maupun tidak langsung oleh bangsa Spanyol ke
daerah-daerah yang ditaklukannya.

Arsitektur Mediterania

Mediterania, sesuai dengan arti katanya merupakan suatu wilayah yang terdiri dari banyak negara di
sekitar Laut Tengah, kadangkala disebut Laut Mediterania ('Mediterrania' berarti 'daratan/negeri
tengah') adalah laut antar benua terletak antara benua Eropa di utara, benua Afrika di selatan
dan benua Asia di timur, mencakup wilayah seluas 2,5 juta km².
Pada masa lalu, laut ini merupakan jalur lalu lintas yang sibuk, memungkinkan perdagangan
dan pertukaran budaya antara orang Mesir, Yunani Kuno, Romawi Kuno dan Timur Tengah. Sejarah
Mediteranian penting untuk pengertian asal dan perkembangan Peradaban Barat.
Negara-negara yang mengelilingi Laut Mediterania ini disebut sebagai negara-negara
mediterania. Yaitu Spanyol, Perancis Selatan, Italia dan Yunani (Eropa), Turki dan Timur Tengah
(Asia) serta Mesir dan seluruh negara di Afrika Utara yang memiliki pantai yang menghadap ke Laut
Tengah. Mereka umumnya disebut sebagai negara-negara Maghribi yaitu Marokko, Aljazair, Tunisia
dan Libya.
Iklim Laut Tengah biasanya musim dingin yang basah dan musim panas yang panas dan kering.

Gambar 1. Peta Wilayah negara-negara di sekitar Laut Mediterania (sumber :


http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Mediterranean_Sea_political_map-en.svg)

Sebagai kawasan yang luas, yang memiliki ciri-ciri yang berbeda sesuai dengan ragam suku,
budaya, teknologi, wilayahnya masing-masing, memang sebenarnya sulit untuk menentukan elemen-
elemen pokok pembentuk arsitektur mediterania secara spesifik.
Sebutan arsitektur mediterania justru datang dari wilayah yang jauh, yaitu dari Amerika
Serikat melalui pendatang-pendatang Spanyol yang datang kesana pada abad ke 16 M, tepatnya di
Florida (masa kolonial di Florida dan ditemukannya artefak Spanyol disana - Kathleen Deagan “The
24
Material Assemblage of 16th Century Spanish Florida”). Darisanalah gaya arsitektur ini mulai dibawa
dan masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 1990 an.

Gambar 2. The Gonzalez-Alvarez House, built in the early 18th century, is the oldest surviving Spanish colonial
house in Florida. (sumber : Florida’s Architecture. visitflorida.com)

Gambar 3. Rumah Mediterania di Florida dibangun tahun 1930 (sumber:


http://online.wsj.com/article/SB10001424127887324136204578644380520127180.html?dsk=y

Ciri-ciri bangunan mediterania memang tepat bagi daerah-daerah yang beriklim panas,
sesuai dengan iklim dimana wilayah tersebut berada dan keberadaan bentuk Arsitektur Mediterania
merupakan jawaban atas iklimnya.

Gambar 4. Bangunan Mediterania di wilayah negara-negara mediterania (sumber:


http://www.celebritycruises.com/genericHtmlTemplate.do?icid=spe_bt_tctclr_1301_spcl_lk_406498&pagename=mediterranean
_special_offer

24
Karakter Bangunan Arsitektur Mediterania

Pada umumnya bangunan di wilayah mediterania, menyesuaikan dengan iklimnya yang


panas di siang hari dan dingin di malam hari, sehingga dinding bangunannya dibuat tebal agar dapat
menghalangi panas di saat siang hari dan mampu menyimpan panas sehingga pada malam hari
yang dingin ruangan di dalam rumah tetap hangat. Bukaan-bukaan jendela yang kecil, serta adanya
patio atau taman private di dalam bangunan sebagai penyeimbang sirkulasi panas di luar.

Untuk dapat menilai lebih spesifik karakteristik visual bangunan yang ada di wilayah
Mediterania ini, pertama kita memilih beberapa negara yang paling dominan karakter visual
arsitekturnya yaitu Spanyol, Romawi-Yunani dan Timur Tengah, dan terutama karena ketiganya
mempunyai sejarah kekuasaan dan penaklukan yang panjang sehingga menjadi 3 wilayah yang
paling berpengaruh terhadap peradaban dunia.

Dan selanjutnya akan kita lihat beberapa unsur yang secara umum sangat lazim menjadi
elemen-elemen visual pembentuk karakter bangunan yaitu Kolom, Portico (Foyer) atau Pintu Masuk
Utama, Jendela, Balkon, Atap dan Dinding, dsb.

1. Spanyol

Gambar 5. Aerial view of old town Toledo, Spain. Spanish city. (sumber :
http://www.123rf.com/photo_9446016_aerial-view-of-old-town-toledo-spain-spanish-city.html)

Spanyol terletak di sebelah barat laut Laut Mediterania. Pengaruh gaya


arsitekturnya di Amerika diterima cukup baik dan disebut sebagai ‘gaya arsitektur Mediterania
(Mediterranean Architecture Style), yang berkembang pesat di daerah Florida.
Pengaruh Spanyol dapat dilihat pada :
- Genteng tanah liat berwarna terakota
- Dinding yang diplester kasar
- Lengkungan-lengkungan, terutama di atas pintu, jendela dan (porch) beranda
pintu yang diukir
- Kolom atau pilar
- Batuan yang diukir atau dihias

2. Timur Tengah

Gambar 6. Riyadh (Saudi Arabia) ; 7. Aleppo City, Syria ; 8. Istambul, Turki

Timur Tengah mencakup Turki, Arab, Palestina dan Israel dan negara-negara lain
yang terletak di sebelah timur Laut Mediterania. Turki termasuk ke dalam Yunani-Romawi,

24
sedangkan daerah-daerah seperti Arab, Palestina dan Israel memiliki jenis arsitektur yang
khas bangunan padang pasir dan bukit yang kering.

Gambar 7. Hiasan floral yang berkembang di Timur Tengah terutama negara-negara muslim

Pengaruh gaya bangunan di Timur Tengah terhadap perkembangan gaya


Mediterania Vernakular di Indonesia tidak banyak, salah satu yang menonjol adalah hiasan
floralnya yang memberi inspirasi bagi hiasan sulur sederhana. Hiasan sulur ini cukup banyak
ditemukan pada bangunan bergaya arsitektur Mediterania di Indonesia, namun tidak dipakai
sebagai unsur dekorasi utama.

3. Yunani-Romawi

Gambar 9. Elemen bangunan Yunani-Romawi

Letak geografis Yunani-Romawi dahulu terletak di wilayah Italia, Yunani dan Turki saat ini,
yang terletak di sebelah utara Laut Mediterania. Pengaruh arsitektur Yunani-Romawi banyak
mempengaruhi gaya arsitektur Mediterania di Indonesia melalui bentuk pilar yang kokoh, tympanum,
architrave, unsur lengkung yang biasanya menghiasi jendela dan pintu, balkon dan list profil serta
hiasan-hiasan dekoratifnya.

Bangunan di Yunani-Romawi biasanya dibuat dari susunan batu yang diukir dengan mewah,
yang memberikan kesan berat atau masif. Kemasifan ini turut menunjang citra kekokohan dan
kemewahan sebagai manifestasi kejayaan Yunani-Romawi.

Hunian dengan Gaya Mediterania di Kota Malang

Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu tentang apa yang dimaksud
vernakular, kenapa gaya mediterania yang dihadirkan dalam bentuk-bentuk visual bangunan
rumah tinggal di bawah ini disebut mirip atau mengadopsi dari Mediterania Vernakular,
adalah karena gaya yang dihadirkan pada hunian-hunaian yang ada terinspirasi dari gaya
bangunan negara-negara Mediterania tersebut di atas, baik pegaruh dari Spanyol, Timur
Tengah maupun Yunani-Romawi, juga terpengaruh oleh gaya yang dibawa ke Amerika

24
Serikat (Florida). Gaya Arsitektur Mediterania ini masuk ke Indonesia dan mengalami
penyesuaian terhadap iklim serta material dan teknologi lokal setempat yang ada, dalam hal
ini di kota Malang, dan Indonesia pada umumnya.

Kota Malang merupakan salah satu kota dengan perkembangan mengagumkan yang
juga merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, tidak jauh berbeda dari
kota-kota besar lainnya di Indonesia, turut mengalami ‘demam’ gaya mediterania sejak gaya
ini dibawa masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 1990-an. Hal tersebut tergambar pada
bangunan-bangunan rumah tinggal yang ada, terutama pada beberapa kawasan perumahan
terbesar di Malang. Hal ini tidak mengherankan karena para pengembang atau developer
memang merupakan salah satu ‘agen’ terefektif yang dengan cepat menyerap informasi baru
gaya-gaya arsitektur yang ada dan meyebarkannya melalui disain-disain yang mereka
aplikasikan pada produk baru bangunan mereka, selain arsitek-arsitek profesional yang
mendisain secara pribadi atas permintaan pemilik atau klien. Bisa dianalogikan seperti
halnya dalam dunia fashion, yang mana model baru hampir selalu menarik perhatian dan
memiliki nilai jual yang tinggi bagi konsumennya.

Secara visual arsitektural, gaya ini memang layak apabila banyak disukai terutama
oleh kalangan menengah ke atas karena kesan yang ditampilkannya kuat, kokoh, indah,
harmonis dan romantisme yang dihadirkan dianggap mampu merefleksikan karakter
pemiliknya, dan sejalan dengan hal tersebut gaya ini mampu pula mewakili kebutuhan akan
penghargaan dalam kata lain unsur prestise dan status sosial pemilik, sekaligus.
Dewasa ini pada perkembangannya di lapangan dari tahun ke tahun, gaya ini terbukti masih
tetap digemari . Terlihat dengan pembangunan beberapa rumah tinggal baru di tahun 2013
s/d tahun 2014 dimana artikel ini ditulis.
Foto-foto di bawah ini memperlihatkan rumah-rumah hunian gaya mediterania yang dibangun
antara tahun 1990 s/d 2013. Sumber : pribadi.

Kota Malang dibagi menjadi 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Lowokwaru,


Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Klojen dan Kecamatan
Sukun. Mari kita amati bangunan hunian yang ada di 5 kecamatan tersebut.

Kec. Lowokwaru

Kec. Blimbing

Kec. Sukun
Kec. Klojen
Kec. Kedungkandang

Gambar 10. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030

24
a. Kawasan Perumahan di Kecamatan Lowokwaru

Gambar 11. Hunian gaya arsitektur Mediterania di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang

Salah satu kawasan perumahan yang paling dikenal masyarakat kota Malang
khususnya, berada di kecamatan ini, bahkan mempelopori pembangunan rumah-rumah
gaya mediterania pada sekitar tahun 1990 an di Kota Malang. Dan memperoleh respon
positif dari masyarakat saat itu hingga saat ini, terbukti dengan terjualnya hampir seluruh
kavling yang ada.

Kemudian pada pembukaan cluster baru dikawasan perumahan ini, pada


tahun 2013 sampai 2014 ini sedang diselesaikan pembangunan sebuah unit type rumah
bergaya mediterania yang cukup besar (foto atas paling bawah). Kelihatannya, gaya ini
tak pernah kehilangan penggemar di Indonesia khususnya di kota Malang.

b. Kawasan Perumahan di Kecamatan Blimbing

Gambar 12. Hunian gaya arsitektur Mediterania di Kecamatan Blimbing, Kota Malang

24
Hal yang sama juga bisa kita temui pada kawasan perumahan yang lain yang
terbesar di kecamatan Blimbing ini. Pada kurun waktu yang sama saat itu kawasan ini
juga menjadi trend setter rumah-rumah gaya mediterania di kota Malang.

c. Kawasan Perumahan di Kecamatan Kedungkandang

Gambar 12. Hunian gaya arsitektur Mediterania di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang

Sedangkan pada kawasan ini, gaya mediterania hanya dipergunakan oleh


sebagian penghuninya, karena gaya mediterania bukan menjadi desain dasar dari
pengembang kawasan.

d. Kawasan Perumahan di Kecamatan Klojen

Gambar 13. Hunian gaya arsitektur Mediterania di Kecamatan Klojen, Kota Malang

Desain asli hunian di kawasan ini sebenarnya bergaya kolonial, tetapi seiring
dengan berjalannya waktu dan longgarnya peraturan tentang kawasan yang dilestarikan,
sebagian bangunan diubah oleh pemiliknya menjadi hunian bergaya modern sesuai
dengan trend gaya modern yang melanda dunia saat itu ( tahun 1980-an ), dan sebagian
lagi bergaya mediterania.( Foto atas paling kanan, adalah hunian bergaya mediterania
yang baru selesai pengerjaannya pada akhir tahun 2013 - awal tahun 2014)

24
e. Kawasan Perumahan di Kecamatan Sukun

Gambar 14. Hunian gaya arsitektur Mediterania di Kecamatan Sukun, Kota Malang

Dari karakter visual bangunan yang terlihat melalui foto-foto hunian di 5 kecamatan di kota
Malang di atas, terlihat beberapa perbedaan dari gaya asli mediterania sebagai adaptasi terhadap
iklim dan material lokal setempat (Indonesia-kota Malang) yang bisa kita amati pada elemen-
elemen berikut ini :

1. Atap :
- Adanya teritisan yang lebih panjang pada atap yang berfungsi sebagai shade
atau elemen yang menghalangi atau mengurangi tampias air hujan dan intensitas
panas sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan.
- Adanya teritisan tambahan di bawah atap utama yang berfungsi lebih kurang
sama, selain juga sebagai penambah unsur estetika.
- Menggunakan material lokal dan teknologi lokal yang lebih modern untuk
pemilihan jenis gentengnya (yaitu genteng berglazur yang lebih awet dan tahan
lama karena tidak mudah berlumut, dan warnanya tidak berubah oleh faktor
cuaca, juga merepresentasikan status karena genteng jenis ini relatif lebih mahal
daripada genteng dengan bahan tanah liat yang hanya dipanaskan tanpa lapisan
glazur/keramik), jadi tidak menggunakan bahan tanah liat berwarna terakota
(merah-orannye) yang dibakar seperti langgam aslinya di wilayah mediterania.
- Bentuk atap miring berbentuk pelana atau perisai atau kombinasi keduanya.
- Ujung atap tidak selalu diakhiri dengan model genteng ujung tetapi ada sebagian
yang ujung gentengnya diakhiri dengan talang beton keliling.

2. Pilar/Kolom :
- Pengaruh Yunani-Romawi sangat kuat. Diaplikasikan hampir pada setiap pilar
utama di bagian depan hunian atau main entrance yang berfungsi secara
struktural maupun hanya hiasan.
- Demikian pula pada ornamen-ornamen pada bagian kepala pilar. Mengadopsi
atau membuatnya mirip dengan aturan baku dalam hiasan pilar Yunani-Romawi,
yaitu aturan Ionic, aturan Corinthian serta aturan Doric.

24
Gambar 15. Tiga aturan (order) Yunani. Dari kiri ke kanan : Ionic, Corinthian dan Doric

3. Portico (Pintu Masuk Utama Hunian) :


Portico adalah bagian depan bangunan yang beratap tetapi terbuka tanpa atau dengan
sedikit dinding dan balustrade (pagar pendek) dimana disitulah diletakkan pintu masuk utama
hunian atau balkon.
- Sebagian besar hunian dalam foto di atas juga menggunakannya, karena unsur
ini memang merupakan salah satu kunci gaya arsitektur mediterania.
- Pada hunian berlantai 2, biasanya juga terdapat portico pada balkonnnya.

Balkon
Portico

Gambar 16. Contoh salah satu bentuk Portico dan Balkon

4. Jendela :
- Elemen ini yang banyak berbeda dengan jenis yang ada di kawasan mediterania,
karena di Indonesia membutuhkan lebih banyak bukaan dan dengan ukuran
yang jauh lebih besar. Hal ini dalam usaha untuk menyesuaikan dengan iklim
khatulistiwa yang relatif stabil, tidak terlalu besar perbedaan suhu antara siang
dan malam hari tetapi dengan angka kelembaban yang tinggi sehingga
kebutuhan akan sinar matahari lebih besar untuk menambah ventilasi dan
sirkulasi udara dalam rangka mengurangi kelembaban di dalam ruang.
- Penggunaan teralis dari besi tempa seperti pada daerah asalnya, di sini lebih
bervariasi sesuai dengan trend dan selera pemiliknya.
- Bentuk lengkung dari bagian atas jendela juga merupakan salah satu unsur kunci
gaya mediterania yang banyak diaplikasikan juga pada hunian di kota Malang.

5. Dinding :
- Bila di wilayah mediterania menggunakan bahan dinding dari tanah liat yang
dibakar dan bahan finishingnya umumnya menggunakan plesteran kasar, tidak
berbeda jauh dengan di sini, tetapi lebih bervariasi lagi tergantung kesan seperti
apa yang ingin ditampilkan oleh pemilik hunian tersebut.
- Dinding yang tebal dari wilayah aslinya tidak diterapkan disini karena kondisi
iklim yang suhunya relatif stabil. Penebalan dinding di sekitar pintu dan jendela
hanya berfungsi variatif sebagai usaha untuk lebih mendekati dan memperkuat
kemiripan gaya mediterania dari wilayah asalnya.

24
6. Tympanium :
- Merupakan bagian dekoratif berbentuk geometris segitiga , kadang berbentuk
setengah lingkaran atau lengkungan yang diadopsi disini dan diletakkan di atas
portico atau balkon dan di atas pintu atau jendela

Gambar 17. Contoh bentuk Tympanium

7. Warna :
- Bangunan asli kawasan mediterania pada awalnya memiliki citra polos dan
sederhana, bahkan beberapa peneliti menjulukinya ‘bleak and bare’ artinya
suram, membosankan, kosong dan sederhana yang pada kemudian
perkembangannya terpengaruh warna-warna cerah dari Karibia (kuning, biru dan
hijau).
- Warna-warna tersebut diterapkan pula disini dengan sedikit variasi yang tidak
berbeda jauh atau gradasi dari warna-warna alami, karena kesan yang kuat dari
gaya mediterania adalah penggunaan warna-warna alami.
- Warna terakota pada atap tidak selalu diterapkan di sini karena keterbatasan
warna yang ada dari pemilihan bahan material genteng di kota Malang. Terbukti
perubahan warna pada genteng tidak mengurangi kesan gaya mediterania yang
ingin ditampilkan, bahkan dengan warna ini kesan ‘Mediterania Indonesia’ lebih
menonjol.
- Unsur warna bisa menghadirkan perbedaan pada kelas sosial pemiliknya.
Penggunaan warna-warna alami seperti warna-warna pastel dan warna tanah
lebih banyak digunakan oleh masyarakat kalangan atas, sebaliknya kalangan
bawah lebih berani bereksperimen dengan komposisi warna yang lebih
menyolok.
- Penggunaan warna pada kusen pintu dan jendela di daerah asalnya lebih banyak
menggunakan finishing cat, disini sebagian besar menggunakan warna alami
kayu (diplitur atau disanding)
- Warna pada balustrade atau pagar dan teralis juga cenderung menggunakan
warna-warna dingin, tidak berkilau seperti sifat stainless-steel.

8. Balok :
- Elemen ini berfungsi sebagai penghubung antara kolom satu dengan kolom
lainnya, biasanya berbentuk semi-sirkular (arches atau lengkung) dilengkapi
dengan mahkota dan alas kolom yang sederhana juga banyak diterapkan pada
gaya hunian mediterania di kota Malang.

9. Pergola :
- Digunakan di kebun atau dekat dengan bangunan hunian, dijumpai pula pada
sebagian hunian yang ada dan perletakannya kadang sebagai canopy pagar
pintu masuk halaman rumah atau sebagai atap carport.

10. Lubang udara :


- Sangat variatif, biasanya diterapkan disini sebagai bagian yang menyatu di atas
pintu atau jendela, atau bisa berupa lubang-lubang geometris pada dinding yang
24
letaknya terpisah dari pintu maupun jendela, yang berfungsi pula sebagai unsur
dekoratif bagi keindahan hunian.

11. Kubah :
- Elemen ini kadang muncul pada beberapa hunian yang ada di kota Malang dan
umumnya diletakkan di atas portico atau ruangan utama yang biasanya
dipergunakan sebagai pusat hunian atau ruang berkumpul seluruh anggota
keluarga. Pada sebagian hunian juga bisa berfungsi sebagai atap pada ruang-
ruang khusus seperti bangunan ibadah/ruang ibadah maupun gazebo taman
pada outdoor.

Gambar 18. Contoh bentuk Kubah di atas portico

12. Tangga :
- Pada bangunan bergaya mediterania di Amerika Serikat, tangga luar (berada di
luar ruang) digunakan sebagai alat transportasi yang menghubungkan patio
dengan ruang diatasnya.
- Di kota Malang khususnya dan di Indonesia pada umumnya elemen ini
dipergunakan di dalam ruangan dan menjadi unsur yang menarik bahkan
sebagai point of interest interior bangunan. Bentuk dan bahannya menyesuaikan
dengan gaya utama keseluruhan bentuk bangunan hunian.

13. Balustrade :
- Merupakan barisan atau susunan horisontal dari tiang-tiang yang disatukan
railing (rel penghubung) berupa kayu, besi atau bahan lain. Balustrade
merupakan permainan hias (dekoratif) yang terdapat pada rangkaian tiang-tiang
pengaman di atas bangunan, balkon, atau tangga yang mempunyai citra
keindahan khas mediterania.

Gambar 19. Contoh bentuk Balustrade

24
DAFTAR PUSTAKA

Aerial view of old town Toledo, Spain. Spanish city. (Diakses 16 Januari 2014
http://www.123rf.com/photo_9446016_aerial-view-of-old-town-toledo-spain-spanish-city.html)

Bangunan Mediterania di wilayah negara-negara mediterania (Diakses 16 Januari 2014


http://www.celebritycruises.com/genericHtmlTemplate.do?icid=spe_bt_tctclr_1301_spcl_lk_4
06498&pagename=mediterranean_special_offer)

Deagan, Kathleen. The Material Assemblage of 16th Century Spanish Florida. Jurnal Historical
Archaelogy. Vol. 12 ; hal. 25-50.

Hakim, Besim S. 2008. Mediterranean Urban and Building Codes : Origins, Content, Impact, and
Lessons. Jurnal URBAN DESIGN International. Vol. 13 ; hal. 21-40.

Indraswara, M. Sahid. 2008. Kajian Arsitektur Mediterania dan Perkembangnannya di Indonesia.


Jurnal ENCLOSURE Volume 7, No. 2 ; hal. 80-89.

Istanto, Freddy H. 1999. Telaah Gaya Arsitektur Mediterania di Indonesia. Jurnal DIMENSI TEKNIK
ARSITEKTUR. Vol. 27 ; hal. 48-55. Universitas Kristen Petra.

Karnadi, Edi. Mengenal Gaya Arsitektur (3) : Gaya Arsitektur Mediterania. (Artikel diakses 19 Januari
2014)

Maalouf, Amin. MEDA, EUROMED HERITAGE. Extract from “ Traditional Mediterranean


Architecture”. MEDA program of the European Union. Hal. 1-99.

Peta Wilayah negara-negara di sekitar Laut Mediterania (diakses 17 Januari 2014 :


http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Mediterranean_Sea_political_map-en.svg )

Rumah Mediterania di Florida dibangun tahun 1930 (diakses 18 Januari 2014


http://online.wsj.com/article/SB10001424127887324136204578644380520127180.ht
ml?dsk=y)

The Gonzalez-Alvarez House, built in the early 18th century, is the oldest surviving Spanish colonial
house in Florida. (Florida’s Architecture diakses 17 Januari 2014 http://www.visitflorida.com).

Vernacular Architecture. Wikipedia the free encyclopedia. (diakses tgl. 19 Januari 2014
http://www.wikipedia......)

Anda mungkin juga menyukai