BAB 3
TEORI ARUS LALU LINTAS
Hasil Belajar:
Mahasiswa mampu menganalisa data lalu lintas dan kapasitas jalan di jaringan
transportasi jalan perkotaan mengacu kepada standar teknis yang berlaku di wilayah
kerjanya yang disajikan dalam bentuk laporan analisa lalu lintas untuk digunakan
dalam perancangan teknis dan pemeliharaan kinerja bangunan jalan dan jembatan.
Dari gambar diatas, tampak bahwa kenaikan jumlah penduduk yang terjadi di
Bandung sangat berarti, hal ini juga terjadi di beberapa kota besar di Indonesia
bahkan di seluruh dunia. Faktor yang menyebabkan kenaikan jumlah penduduk
di suatu area adalah spesifik tergantung dari situasi, kondisi dan pola aktifitas
serta geografis dari area tersebut.
Seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, dapat dipastikan akan terjadi pula
kenaikan jumlah pergerakan. Sejak pergerakan tanpa moda kendaraan (berjalan
kaki) sampai dengan moda canggih (pesawat udara atau kereta api super cepat).
Jumlah pergerakan yang terjadi setiap harinya akan menimbulkan kenaikan
jumlah perjalanan yang cenderung naik secara pesat khususnya di negara-negara
berkembang. Hal ini diakibatkan karena angka pertumbuhan penduduk yang
rekatif tinggi dan adanya perkembangan tingkat ekonomi yang mendorong
kearah kemakmuran . Kecenderungan lain yang terjadi adalah semakin makmur
suatu negara maka semakin banyak penduduk yang tinggal di perkotaan.
Kondisi ini dimungkinkan sebab ada pengaruh urbanisasi dari kota-kota kecil di
sekitar kota besar yang secara lambat tetapi pasti mempengaruhi tingkat
pertumbuhan penduduk kota. Perhatikan dan analisa gambar berikut ini :
Gambar 3.2
Hubungan GNP/capita dengan Annual Person Travel
Perjalanan jika kita artikan sebagai bentuk pergerakan yang merupakan derivat
(turunan) dari transportasi akan membawa kita kepada pertanyaan “berapakah
jumlah kendaraan yang ada di suatu kota ?” . Kepemilikan kendaraan yang
biasanya dinyatakan dalam mobil/1000 penduduk, daru hasil studi
menunjukkan akan meningkat seiring dengan naiknya tingkat kemakmuran
(dalam GNP/capita). Perhatikan dan analisa Gambar 3.3 .
Selain itu, studi menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan kendaraan pada
umumnya tidak linier. Studi di amerika pada tahun 1976 menunjukkan bahwa
pada titik puncak kurva terjadi kepemilikan kendaraan sebesar 50/1000
penduduk, artinya kenaikan ini dapat mencapai angka 20% pertahunnya.
Perhatikan gambar di bawah ini :
Gambar 3.3
Hubungan GNP/capita dengan car/1000 Population
Gambar 3.4
Hubungan Annual Rate of Motorization vs Cars/1000 Population
Gambar 3.5
Hubungan Motorized Rate of Change dengan Cars/1000 Population
Tabel 3.1
Angka Kepemilikan Kendaraan di Berbagai Negara (tahun 1987)
Negara Penduduk / mobil
USA 1,8
Jerman Barat 2,2
Belanda 3,0
Brunei 3,7
Singapura 10,9
Dunia (rata- 12,0
rata)
Malaysia 13,8
Korea Selatan 63,2
Thailand 110,6
Indonesia 185,2
Burma 1370,5
RRC 2947,5
Dari tabel diatas, dapat diperkirakan kondisi dan kepadatan di jalan raya pada
masing-masing negara dan anda pikirkan negara mana yang rentan terhadap
kemacetan . Sebagai informasi, pada tahun 1990 di wilayah DKI-Jakarta saja
tingkat kepemilikan mobil pribadi adalah 60/1000 penduduk yang artinya 16,7
penduduk/mobil, saat ini berapakah rasio jumlah kendaraan terhadap jumlah
penduduk Jakarta?
Masalah klasik yang timbul di hampir seluruh kota di dunia adalah kapasitas
jalan raya yang terbatas, terlebih lagi jika kita bandingkan dengan demand
(kebutuhan) akan pergerakan . Hasil dari perpaduan dua komponen tadi adalah
kecenderungan jam sibuk yang lebih lama. Coba pahami Gambar dibawah ini :
Gambar 3.6
Trend Dasar Fluktuasi Jam sibuk di Wilayah Urban
Sumber : Fachurrozzy 1996
Secara umum. Parameter lalu lintas dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu
golongan macroscopic parameters (sebagai suatu keseluruhan aliran lalu lintas) dan
golongan microscopic parameters (sebagai perilaku kendaraan individu) dalam
aliran lalu lintas yang saling berinteraksi dalam satu kesatuan. Suatu aliran lalu
lintas dapat digambarkan secara makro oleh 3 (tiga) parameter, yaitu Volume (rate
of flow), Kecepatan (speed) dan Kepadatan (density).
Volume, angka aliran (rate of flow) adalah fasilitas yang mempunyai elemen
penyebab gangguan periodik aliran lalu lintas. Secara umum definisi dari volume
adalah jumlah kendaraan yang dapat melewati suatui titik di suatu jalan raya atau
lajur yang diberikan atau arah dari suatu jalan raya selama interval waktu khusus.
Satuan dari volume biasanya dinyatakan sebagai “kendaraan” selain dinyatakan
dalam satuan “kendaraan per satuan waktu”. Sedangkan satuan volume yang umum
digunakan adalah Lintas Harian Rata-Rata (LHR) atau Average daily Traffic (ADT).
Terdapat beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan variasi volume lalu
lintas, yaitu :
Waktu (musim dalam setahun, hari dalam seminggu, jam dalam sehari atau
menit dalam sejam)
Komposisi lalu lintas
Distribusi atau pembagian arah
Distribusi atau pembagian lajur
Klasifikasi jalan (rural meliputi jalan utama, sekunder, lokal ; urban
meliputi freeways, expressways, major arterials, colector streets)
Tipe pelayanan (service) meliputi commuter travel, recreational travel
Tipe geometrik, meliputi pengaturan akses, jumlah lajur, pemisah arus
Tipe dan frekuensi lalu lintas meliputi sinyal lalu lintas, arus searah
Kapasitas dari fasilitas yang berhubungan dengan volume.
Berikut ini diterangkan secara mengenai variasi lalu lintas dalam volume lalu lintas
kendaraan yang dipengaruhi oleh faktor yang memiliki hubungan dengan variasi
volume lalu lintas variasi diatas.
lintas dapat dibedakan menjadi variasi setiap jam, harian, mingguan, bulanan
maupun tahunan.
Observasi dalam sub jam, merupakan salah satu cara yang tepat untuk
digunakan sebagai angka ekivalen aliran tiap jam. Contohnya, 1000
kendaraan yang diamati selama periode 15 menit akan dinyatakan sebagai :
Angka aliran , F adalah 4000 ktj untuk interval 15 menit dalam 1000
kendaraan yang diobservasi. Pada kenyataannya, lalu lintas yang diobservasi
selama satu jam penuh pada lokasi tersebut , besarnya volume tiap jamnya
tidak akan sebesar 4000 ktj.
c. Variasi harian
Kegiatan manusia sehari-hari akan mempengaruhi pola atau variasi harian,
dimana pada umumnya manusia memiliki jadwal aktifitas yang tetap dalam
satu minggunya. Ciri dari variasi harian adalah memiliki kecenderungan
yang konstan. Interval waktu yang umum digunakan untuk perencanaan
volume jalan raya dan observasi adalah satu hari. Proyeksi volume lalu
lintas selalu merupakan dasar atas ukuran volume harian. Terdapat empat
parameter volume harian yang sering digunakan, yaitu :
1) lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) atau Average Annual Daily
Traffic (AADT), adalah volume lalu lintas rerata 24 jam pada suatu
lokasi yang ditentukan selama satu tahun penuh (365 hari). Besarnya
AADT adalah jumlah total kendaraan yang lewat di tempat itu selama
satu tahun dibagi dengan jumlah hari pengamatan selama satu tahun (365
hari).
2) Lalu lintas hari kerja rata-rata tahunan (LHkRT) atau Average Annual
Weekday Traffic (AAWT) adalah volume lalu lintas rerata 24 jam yang
terjadi selama hari kerja satu minggu selama satu tahun penuh. Perlu
dicatat, bahwa lalu lintas yang terjadi di akhir minggu akan ringan.
Volume ini penting karena volume hari kerja rata-rata akan memberikan
besaran yang lebih tinggi dibandingkan AADT. Nilai AAWT dihitung
dengan membagi volume total lalu lintas hari kerja dengan 260 hari.
Satuan yang digunakan untuk semua volume diatas adalah kendaraan tiap
jam (ktj). Dalam hal ini, volume harian tidak dibedakan oleh arah tapi total
untuk seluruh fasilitas pada lokasi pengamatan khusus.
d. Variasi bulanan
Khusus untuk variasi bulanan dalam kurun waktu setahun akan lebih tepat
disebut variasi akibat musim. Hal ini dikarenakan aktifitas manusia dalam
setahun sangat dipengaruhi oleh kondisi musim ataupun iklim setempat.
Khusus untuk di Indonesia, pengaruh iklim tidak begitu besar seperti pada
negara-negara yang beriklim sub tropis dengan 4 (empat) musim. Sehingga
untuk Indonesia akan diperoleh grafik yang relatif datar. Pada jalan yang
mengandung arus pariwisata, maka titik kondisi maksimum dan minimum
pada grafik variasi bulan akan terlihat lebih ekstrim.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -10
Bab 3
rambu STOP dan YIELD pada simpang yang tidak diatur ( unsignalized
intersection ).
Prediksi volume lalu lintas didapat dengan menambahkan volume lalu lintas
yang akan terjadi saat datang sesuai dengan unur rancang jalan dengan volume
sekarang. Komponen pembentuk lalu lintas yang akan datang terdiri dari :
a. Lalu lintas yang terjadi saat ini (tahun ini), dalam hal ini lalu lintas adalah
lalu lintas tertarik (attracted traffic) dan lalu lintas terlepas (diverted traffic).
b. Lalu lintas tambahan, yang terbagi menjadi :
1) Pertumbuhan Lalu Lintas Normal (Normal Traffic Growth = NTG),
yaitu penambahan volume lalu lintas yang disebabkan oleh
pertambahan kendaraan di jalan raya akibat kepemilikan kendaraan (car
ownership)
2) Lalu Lintas Bangkitan (Generated Traffic = GT), yaitu lalu lintas yang
terdiri dari perjalanan kendaraan yang bangkit karena adanya sarana
baru seperti :
a) perjalanan baru yang sebelumnya tidak ada
b) perjalanan baru yang sebelumnya hanya dilakukan oleh kendaraan
angkutan umum saja
c) perjalanan baru yang diakibatkan oleh daya tarik fasilitas baru ,
seperti mall, pasar swalayan, bioskop, outlet
3) Perkembangan Lalu Lintas (Development Traffic = DT), yaitu
perkembangan lalu lintas yang diakibatkan oleh adanya perbaikan
lingkungan dan pengembangan daerah (urban sprawl) yang terus
menerus setelah dibuatnya jalan baru.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -11
Bab 3
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memprediksi lalu lintas di
masa datang perlu dilakukan langkah mencari besaran tersebut dan menjumlahkan
persentase dari masing-masing faktor tersebut dibagi dengan 100 dan ditambah
dengan sebagai contoh perhitungan :
Suatu jalan raya di tahun 1996 mempunyai LHRT (AADT) = 24.000 kendaraan.
Data yang ada saat ini adalah :
Pertumbuhan lalu lintas normal = 68%
Lalu lintas bangkitan = 18%
Perkembangan lalu lintas = 34%
Bila direncanakan umur rancang jalan baru tersebut adalah 20 tahun maka
berapakah LHR tahun 2016 ?
Solusi :
Faktor Proyeksi Lalu lintas (FPL) = ((NTG + GT + DT)/100) + 1
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -12
Bab 3
n n
d
TMS ( ) / n ( ui ) / n ……………………. (3.2)
i 1 t i i 1
Dengan :
TMS = time mean speed , mph atau fps dan kph atau mps
d = jarak yang ditempuh, mil atau ft dan km atau m
t = waktu untuk menempuh jarak , jam atau detik
n = jumlah waktu tempuh yang diamati
ui = kecepatan kendaraan ke i
ti = waktu tempuh kendaraan ke I (detik atau jam)
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -13
Bab 3
n n
t
SMS d /( i ) dn( ti ) ……………………. (3.3)
i 1 n i 1
Dengan :
SMS = time mean speed , mph atau fps dan kph atau mps
d = jarak yang ditempuh, mil atau ft dan km atau m
t = waktu untuk menempuh jarak , jam atau detik
n = jumlah waktu tempuh yang diamati
ui = kecepatan kendaraan ke i
ti = waktu tempuh kendaraan ke i (detik atau jam)
Dari kedua rumus diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa time mean
speed adalah ukuran kecepatan pada suatu titik, sedangkan space mean speed
adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang jalan atau lajur suatu fasilitas
jalan. Secara matematik, dapat dikatakan bahwa TMS adalah kecepatan rata-rata
individu kendaraan dan SMS adalah kecepatan rata-rata yang harmonis. Kedua
nilai TMS dan SMS sangat berguna dalam studi mengenai hubungan antara
Volume – Kecepatan dan Kepadatan (Flow – Speed – Density Relationship).
Perhatikan contoh dibawah ini :
M
N
3 2 1
5 m/dt 25 m/dt 10 m/dt
25 m 55 m
M N
100 m
Gambar 3.8
Situasi Iringan Kendaraan Saat to
Gambar 5.1 diatas menunjukkan suatu bagian jalan yang memiliki panjang jalan
100 meter dengan 3 (tiga) kendaraan beriringan menempuh jarak tersebut.
Terdapat dua buah stasion pengamat yaitu M-M dan N-N yang mengamati
pergerakan kendaraan yang melewati garis pengamatan N-N dengan kecepatan
berturutan 10 m/dt, 25 m/dt dan 5 m/dt. Dalam kondisi seperti diatas besarnya :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -14
Bab 3
T1 = 100 / 10 = 10 detik
T2 = 100 / 25 = 4 detik
T3 = 100 / 5 = 20 detik
dengan :
Ss = simpangan baku dari distribusi kecepatan space
Dalam hal ini waktu perjalanan (travel time) ditetapkan sebagai waktu total
untuk menempuh bagian jalan yang ditentukan. Waktu jalan (running time)
ditetapkan sebagai waktu total selama kendaraan bergerak ketika menempuh
jarak yang ditentukan. Perbedaan keduanya terletak pada kenyataan bahwa
running time tidak termasuk stopped delay (tundaan henti) selama waktu
perjalanan ditempuh.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -15
Bab 3
Kecepatan dan waktu perjalanan adalah suatu bentu kebalikan dan keduanya
digunakan sebagai ukuran lalu lintas yang berbeda. Kecepatan sering digunakan
untuk mengukur pada suatu titik dalam studi “kecepatan setempat” atau spot
speed study. Dengan maksud menentukan besarnya kecepatan yang dipilih oleh
pengemudi sewaktu di”sulitkan” oleh kondisi kemacetan.
Studi “waktu perjalanan” (travel time studi) biasanya diambil secara spesifik
dalam usaha evaluasi tingkat dan penyebab kemacetan dan/atau delay sepanjang
rute. Kecepatan dan waktu perjalanan digunakan sebagai ukuran dari kualitas
layan lalu lintas yang akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan kelancarana
berkendaraan.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -16
Bab 3
metode ini hanya cocok pada volume rendah Bila arus makin tinggi, maka
panjang ruas jalan yang diperlukan harus ditambah.
Tabel 3.2
Panjang Perangkap dalam Pengukuran Kecepatan
c. Radar Meter
Alat ini bekerja menurut azas fisika dengan gelombang yang dipantulkan
oleh benda yang bergerak (kendaraan). Panjang gelombang dan besar
perubahannya sangat tergantung dari besarnya kecepatan kendaraan yang
disurvei.
d. Video Camera
Dengan bantuan video camera atau handycam yang dipasang pada
ketinggian tertentu dan dibidikkan pada permukaan jalan. Maka setiap
gerakan kendaraan kendaraan dapat diamati kembali dengan memutar
rekamannya. Bantuan stop watch akan menunjukkan waktu tempuh setiap
kendaraan sehingga kecepatan dapat dihitung.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -17
Bab 3
Kecepatan setempat pada suatu bagian jalan tertentu tidak bersifat tetap dan
akan berubah-ubah menurut waktu dan besarnya arus lalu lintas. Pada umumnya
kecepatan setempat tersebut memiliki variasi yang cukup lebar atau dengan kata
lain, distribusi kecepatan setempat yang bervariasi. Hasil dari pengukuran
kecepatan akan disajikan dalam bentuk tabel yang nentinya akan dilakukan
analisis lebih lanjut sehingga menghasilkan bentuk informasi yang dapat
digunakan dalam analisis selanjutnya. Tabel 3.3 berikut ini menyajikan tabel
frekuensi distribusi kecepatan setempat dari pengukuran kendaraan pada jalan
utama luar kota (rural) tiga lajur. Kecepatan kendaraan dikelompokkan dalam
interval kelas yang besarnya menaik (kolom1) dan jumlah kendaraan dalam
setiap kelas yaitu frekuensi dicatat dalam kolom 3. Sebagai contoh, diluar dari
187 kendaraan sejumlah 47 kendaraan melakukan kecepatan antara 35,0 dan
39,9 mph.
Tabel 3.3
Spot Speed Distribution on Rural Street
a. Arithmatic Mean
Arithmatic Mean adalah kecepatan rata-rata yang merupakan ukuran dari
kecenderungan sentral. Nilainya dihitung dari kelompok data yang
mengalikan setiap mid class (kolom 2) dengan frequency (kolom 3) serta
menjumlahkannya (kolom 6) dan membaginya dengan jumlah total dari
kecepatan yang diukur (kolom 3). Dalam bentuk rumus dapat dilihat sebagai
berikut :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -18
Bab 3
Dari tabel 3.3 diatas maka dapat dihitung , kecepatan setempat rata-rata
adalah :
35.00
32.09
30.00
25.13
25.00
20.00
freq
10.00
6.42
Gambar 3.9
Kurva Histogram dan Frekuensi Kecepatan Setempat
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -19
Bab 3
nilai 10 mph) yang memiliki kendaraan terbanyak. Pada contoh di Tabel 3.3,
mode mendekati 34 mph dan pace 10 mph adalah 30 sampai 40 mph.
c. Cummulative Frequency
Kurva kumulatif frekuensi digunakan untuk menentukan jumlah kendaraan
yang menjalani di atas atau di bawah suatu kecepatan yang ditentukan .
Kurva ini diperoleh dengan melakukan plotting data dari kolom 5 dan kolom
1 dari Tabel 3.3 dan kurva yang terjadi seperti tampak pada Gambar 3.10
berikut :
Gambar 3.10
Kurva Frekuensi Kumulatif Kecepatan Setempat
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -20
Bab 3
s
( fd 2
)
……………………… (3.6)
f
dengan :
s = simpangan baku
f = frekuensi dalam setiap klas
d = simpangan dari mid klas terhadap arithmatic mean
Dalam perhitungan, akan lebih mudah dengan ,menggunakan suatu asumsi
rata-rata yang dinyatakan dengan :
fd 2 fd 2
s
i i i ……………………… (3.7)
f f
dengan :
s = simpangan baku
f = frekuensi dalam setiap klas
d = simpangan dari mid klas terhadap arithmatic mean
i = interval kelas
100 s
V ……………………… (3.8)
xm
e. Sample Accuracy
Dalam melakukan penentuan kecepatan setempat dari kendaraan pada suatu
jalan, maka perlu dibuat sampel dasar. Simpangan baku dari distribusi
pertengahan sampel akan dikenal sebagai kesalahan baku (standard error)
dengan rumus :
s
SE ………………….. (3.9)
n
dengan :
SE = kesalahan baku
S = simpangan baku yang sudah dihitung untuk sampel tersebut
n = jumlah observasi sampel
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -21
Bab 3
7,7
SE = 0,56 mph
187
Distribusi pertengahan sampel terletak pada suatu kurva normal, sehingga
dengan menggunakan keberadaan kurva ini maka dapat ditunjukkan bahwa
hampir 95% dari pertengahan sampel akan terletak dalam dua simpangan
baku dari pertengahan yang sebenarnya. Dengan kata lain, suatu
kemungkinan dengan 95% dari pertengahan yang sebenarnya dari kecepatan
setempat kendaraan pada jalan raya tersebut terletak dalam rentang x m 2
SE. Pada contoh Tabel 3.3 diatas :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -22
Bab 3
Volume lalu lintas pada satu arah (arah N) untuk suatu seksi jalan dapat dicari
dengan rumus berikut :
Vn
Ms On Pn ………………………(3.10)
Tn Ts
dengan :
Vn = volume kendaraan ke arah N untuk suatu seksi
Ms = jumlah kendaraan yang berpapasan dengan KPK ketika KPK
menuju ke S
On = jumlah kendaraan yang menyiap KPK ketika menuju ke N
Pn = jumlah kendaraan yang disiap KPK ketika menuju ke N
Tn = waktu perjalanan KPK selama bergerak ke N
Ts = waktu perjalanan KPK selama bergerak ke S
Waktu perjalanan rata-rata kendaraan pada aliran lalu lintas ke arah N dapat
diperoleh dengan rumus :
Tn Tn
On Pn …………..(3.11)
Vn
dengan :
Tn = waktu perjalanan aliran kendaraan ke arah N
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -23
Bab 3
Us N d …………………… (3.12)
Tn
dengan :
U s N = kecepatan perjalanan ke arah N. mpm atau kpm
d = panjang seksi yang diukur, mil atau km
Dengan cara yang sama, maka dapat ditentukan pula volume, waktu perjalanan
dan kecepatan perjalanan ke arah S. Agar diperoleh ketelitian yang baik, maka
pengukuran sebaiknya dilakukan 6 sampai 16 kali putaran pada seksi tersebut.
Untuk rute yang panjang maka dapat dibagi menjadi beberapa seksi dan dapat
memakai lebih dari satu kendaraan.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -24
Bab 3
LATIHAN SOAL
1. Bila diketahui pada jalan Penghulu H. Hasan Mustopa ruas antara simpang
Cimuncang dengan simpang Padasuka memiliki iringan kendaraan sebagai
berikut :
dst
1 2 3 4 5 12
150 m
Tentukan Space Mean speed dan Time Mean Speed dalam satuan km / jam
(kph) dan tuliskan hubungan antara keduanya !
Sempurnakan tabel diatas dengan interval kecepatan ditentukan 5 mil per jam.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -25
Bab 3
Tentukan :
a. Volume rata-rata setiap arah (arah Utara dan arah Selatan)
b. Kecepatan aliran rata-rata kendaraan ke arah Utara dan ke arah Selatan
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -26
Bab 3
Teori arus lalu lintas atau sering dikenal dengan traffic flow theory, memiliki tujuan
mendapatkan hubungan antara elemen utama lalu lintas, yaitu volume (aliran) –
kecepatan dan kepadatan. Volume lalu lintas akan menunjukkan besarnya arus
kendaraan yang terjadi, dengan kata lain dapat disamakan dengan besarnya
permintaan (demand) dari lalu lintas. Kecepatan dan kepadatan sangat erat
hubungannya dengan kualitas layan dari fasilitas jalan raya. Diharapkan dengan
mengetahui hubungan antara Volume, Kecepatan dan Kepadatan seorang ahli lalu
lintas akan dapat memberikan penjelasan dan gambaran yang nyata mengenai
besarnya biaya yang harus ditanggung oleh pemerjalan atau pengguna angkutan.
Setiap elemen aliran lalu lintas akan memiliki karakteristik dasar serta mempunyai
hubungan antar karakteristiknya. Karakteristik dasar tersebut dinamakan aliran
(flow), kecepatan (speed) dan kepadatan (density). Masing-masing karakteristik
dasar mempunyai variabel sebagai berikut :
100 kend
q 400 kendtiapjam.
15 jam
60
3600 .T 3600
ht ……………………..(3.12)
Q q
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -27
Bab 3
TT
us
…………………………(3.13)
TTT
dimana : TT = perjalanan total (total travel)
TTT = waktu perjalanan total (total travel time)
2) Jarak Antara (spacing = space headway), hd, adalah jarak antara muka (front
bumper) kendaraan dengan muka kendaraan lainnya yang berturutan pada
suatu waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan jarak, feet atau
meter.
3) Jarak antara rata-rata (Average Space Headway), hd , adalah rata-rata dari
semua jarak antara, hd, pada jalan raya. Dinyatakan dalam feet per veh (fpv)
atau meter per kend (meter/ kend) dan dapat ditentukan menggunakan
kepadatan , k atau wkatu antara rata-rata, ht , untuk kondisi kecepatan yang
tetap, u. dapat dintakan dalam rumus sebagai berikut :
5280 5280
hd ht .u , feet , satuanUS …………………. (3.14)
k 3600
1000 1000
hd ht .u , meter , satuanmetrik …………… (3.15)
k 3600
Secara umum, dapat dikatakan bahwa hubungan antara ketiga variabel tersebut
merupakan dasar persamaan dari aliran lalu lintas, sebagai berikut :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -28
Bab 3
q = a. k . us …………………..(3.16)
Dengan : q = aliran, flow, kend / jam
k = kepadatan, density, kend/km
us = kecepatan, space mean speed, km / jam
a = angka penyesuaian satuan
Dari penjelasan diatas, tampak bahwa dari beberapa variabel tersebut, untuk suatu
aliran lalu lintas pada ruas jalan pendek dalam waktu, T, terdapat n kendaraan yang
melewati garis M-M, maka hubungan yang terjadi adalah :
M
n 2 1
M
d
Gambar 3.11
Aliran kendaraan dalam Lalu Lintas
n
a. Aliran, q
T
jumlahkendaraanrata ratasejarak , d
b. Kepadatan, k ……….. (3.17)
d
n
t
i 1
i
Jumlah kendaraan rata-rata sejarak d, diperoleh dari : ………..
T
(6.6)
Dengan : ti = waktu yang dipakai kend. ke i untuk menempuh jarak d
T = satuan waktu
Dari persamaan diatas maka persamaan kepadatan, k sebagai berikut :
n
t
i 1
i
k T ………………………..(3.18)
d
c. Kecepatan, (space mean speed) adalah jarak d dibagi dengan waktu tempuh rata
setiap kendaraan, t. Sehingga kecepatan us adalah :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -29
Bab 3
n.d n
d q
us T T atau q k.u s ……. (3.19)
n t i 1 1 ti k
T ti d T
Gambar 3.12
Hubungan Aliran - Kecepatan – Kepadatan
Dari Gambar 3.12 tampak bahwa kemiringan garis OA adalah sama dengan
kecepatan pada tingkat kepadatan A, demikian pula dengan kemiringan OB yang
merupakan kecepatan pada tingkat kepadatan B. Besarnya kecepatan ditunjukkan
oleh besarnya sudut yang terbentuk dari garis OA dengan sumbu absis, demikian
pula dengan garis OB dengan sumbu absis. Dari sini tampak bahwa semakin kecil
besar sudut yang dibentuk , maka semakin rendah kecepatan aliran. Khusus untuk
kondisi ekstrim, dengan tingkat kepadatan jam, kj (kepadatan yang mengakibatkan
kemacetan) maka besarnya kecepatan adalah = 0.
Dari Gambar 3.12 dapat pula ditarik kesimpulan bahwa : “pada tingkat kepadatan =
0, maka aliran = 0, pada kepadatan jam, kecepatan juga sebesar 0. Disini aliran
yang terjadi (qmax) ditetapkan sebagai besarnya kapasitas. Maka sesuai dengan
persamaan u s q k maka kelandaian kurva pada kepadatan = 0 , OF adalah
kecepatan bebas. Dari Gambar 6.2 kecepatan pada aliran bebas (free mean speed)
ditunjukkan oleh garis singgung OF terhadap kurva.
Aliran qA sesuai dengan dua kondisi lalu lintas yang berlainan, yaitu untuk
kepadatan rendah kB yang mempunyai kecepatan tinggi (OB), dan untuk kepadatan
tinggi kA dengan kepadatan rendah (OA) dari hal tersebut, terlihat jelas bahwa lalu
lintas yang sama dapat dilayani oleh jalan raya. Akan tetapi bagi pengemudi, akan
lebih baik berada pada kepadatan kA dibandingkan dengan kB . Teori kurva aliran-
kepadatan dapat menjadi tolok ukur atau pegangan dari beberapa tipe lalu lintas,
seperti mobil penumpang, sepeda motor, bis, dan truk. Pada kondisi di lapangan,
pada umumnya kepadatan akan naik seiring dengan naiknya aliran sehingga tercapai
kapasitas jalan, seperti tampak pada Gambar 3.13 berikut :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -30
Bab 3
Gambar 3.13
Hubungan Aliran – Kecepatan - Kepadatan
Gambar 3.14
Hubungan Aliran – Kepadatan
Dari Gambar 3.14 diatas, tampak titik C yang menunjukkan kapasitas atau angka
aliran maksimum, qM. Dari titik ini aliran akan menurun seiring dengan naiknya
kepadatan sampai tercapainya kondisi kepadatan jam, kj , saat ini aliran = 0. Garis
yang menghubungkan antara titik A ke titik B,C,dan D pada kurva dikenal dengan
jari-jari vektor. Landai jari-jari vektor ini menunjukkan kecepatan, u dalam satuan
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -31
Bab 3
mph (atau kpj) dari kondisi operasi yang sesuai dengan titik di akhir vektor.
Kemiringan lereng juga dapat menunjukkan waktu perjalanan yang dapat
dinyatakan dalam menit per mile (atau menit per km).
Gambar 3.15
Hubungan Kecepatan – Kepadatan
Dari Gambar 3.15 diatas, pada umumnya kecepatan akan menururn seiring
dengan naiknya kepadatan. Disini, jarak antara rata-rata, hd akan turun dengan
naiknya kepadatan. Kecepatan bebas, ur terjadi pada titik A. Kurva kecepatan –
kepadatan, tidak memotong sumbu vertikal tetapi yang terjadi adalah asymtotis.
Penyederhanaan dengan regresi linier, berarati bahwa untuk membentuk
kecepatan bebas, harus memiliki minimal satu kendaraan yang dapat berjalan
dengan kecepatan tersebut. Kecepatan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
gometrik dan permukaan jalan.
Besarnya aliran, dapat dinyatakan pula dengan diagram kecepatan – kepadatan.
Dengan menentukan suatu titik pada diagram, kecepatan, u dan kepadatan, k, telah
diketahui. Disebabkan q = k.u, maka angka aliran merupakan luas dari empat
persegi panjang yang mempunyai satu sudut sebagai awal (0) dan titik operasi
sebagai sudut yang berlawanan ( C ), yang mempunyai sumbu dari dua sisi
(kecepatan dan kepadatan).
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -32
Bab 3
Gambar 3.16
Hubungan Kecepatan – Aliran
Dari Gambar 3.16 diatas, pada umumnya kecepatan juga akan menurun seiring
dengan naiknya aliran sampai tercapai kapasitas dari jalan tersebut, q M. Pada
bagian kurva “jam” atau kondisi congested (kongesti = kemacetan) aliran dan
kecepatan akan smaa-smaa turun. Titik A, B, C, D dan E tepat terletak pada kurva
aliran-kepadatan dan kecepatan-kepadatan. Lereng vektor dari titik asal E ke titik-
titik pada kurva menyatakan perbandingan terbalik dari kepadatan, 1 k pada titik
tersebut. Bagian dari kurva kecepatan-aliran diatas titik C memperlihatkan
kondisi non congested (non kongesti) sedangkan bagian bawah titik C
memperlihatkan kondisi congested (kongesti).
Di lapangan, suatu arus lalu lintas dalam bagian jalan akan bergerak atau berjalan
sesuai dengan kemauannya sendiri, artinya mengikuti kemauan dari pengemudinya.
Ini akan menyebabkan arus menjadi tidak teratur. Perencanaan lalu lintas, rambnu,
marka dan lain sebagainya dimaksudkan agar kendaraan menempati lajurnya
masing-masing dan berjalan secara beriringan dalam jalur yang teratur. Distribusi
kendaraan menurut lajurnya tersebut sangat dipengaruhi oleh kesempatan kendaraan
tersebut mendahului kendaraan di depannya. Distribusi merupakan indikasi dari
kualitas arus lalu lintas, yang akhirnya mempengaruhi nilai kapasitas dari jalan yang
ditinjau. Dikenal dua jenis distribusi kendaraan dalam aliran, yaitu :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -33
Bab 3
menyiap maka lajur kanan yang digunakan. Saat volume naik, maka prosentase
kendaraan di lajur luar akan berkurang, kondisi sebaliknya terjadi pada lajur
dalam. Disi telah terjadi ditribusi kendaraan dalam arah melintang. Dari hasil
pengamatan, pemakaian lajur luar berkurang dari 88% menjadi. 40%, sedangkan
lajur dalam naik secara simetris. Pada arus volume kendaraan sekitar 1700 ktj,
jumlah kendaraan pada lajur luar dan dalam adalah sama, yaitu 850 ktj.
Dari penjelasan di bab sebelumnya telah diketahui bahwa jarak antara (spacing)
adalah ukuran panjang dan waktu antara adalah ukuran waktu dari muka kendaraan
ke muka kendaraan berikutnya. Hubungan antar keduanya adalah sebagai berikut :
Analogi untuk hubungan jarak antara rata-rata dengan aliran (volume ) adalah :
Bila jarak antara dilihat sebagai ukuran dari kapasitas, maka terdapat hubungan
sederhana pada satu lajur lalu lintas, yaitu :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -34
Bab 3
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulakan bahwa terdapat hubungan yang sangat
erat antara jarak antara dengan dengan kecepatan. Hubungan yang terjadi tersebut
dapat dibedakan menjadi :
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -35
Bab 3
Ringkasan
Lalu lintas dalam keseharian kita merupakan bentuk turunan dari transportasi yang
timbul karena adanya kebutuhan dari manusia untuk bergerak, berpindah dalam upaya
memenuhi kebutuhannya yang dipengaruhi oleh bentuk tata ruang kota, kondisi
prasarana transportasi dan menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan perjalanan. Sebab
itu muncul bentuk-bentuk karakteristik yang acapkali menjadi materi kajian bidang lalu
lintas yang ternyata membuktikan adanya kecenderungan kejadian yang relatif
konsisten. Beberapa hal penting yang merupakan parameter lalu lintas yaitu volume
(rate of flow), kecepatan (speed) dan kepadatan (density). Arus lalu lintas dalam suatu
prasarana merupakan indikator dari kuantitas sebuah pergerakan yang terjadi,
sedangkan kecepatan merupakan indikator dari kualitas pergerakan yang terjadi di saat
yang sama.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -36
Bab 3
Latihan Soal
(waktu pengerjaan 1 x 20 menit)
Diketahui pada ruas jalan Pintar di Kota Bandung pada tahun 2008 memiliki dua arah
pergerakan dengan pembagian 50:50. Dari hasil survei arus yang dilakukan tiap arah
pergerakan memiliki besar arus LHRT = 15.000 kendaraan. Hitung berapa jumlah LHR
pada 10 tahun kemudian jika diketahui :
a. NTG = 45%
b. GT = 17%
c. DT = 23%
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -37
Bab 3
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -38
Bab 3
Ketentuan :
1. Laporan ilmiah harus dibuat singkat, jelas dan padat
2. Buat tulisan ilmiah menyatakan hubungan antara permasalahan yang terjadi
akibat hubungan antara klasifikasi jalan, kondisi fasilitas lalu lintas, kondisi
besaran arus dan kecepatan yang dihasilkan saat jam antara.
3. Jelaskan tentang kondisi arus kendaraan di ruas jalan yang anda tinjau saat ini
4. Buktikan hubungan TMS dan SMS pada ruas yang anda tinjau ! Gunakan objek
kendaraan mobil penumpang yang bergerak pada satu lajur dalam satu arah
pergerakan saja sebagai sampel.
Catatan :
1. WAKTU PENYELESAIAN TUGAS ADALAH 1 (SATU) MINGGU
2. Presentasi dilakukan terhadap perwakilan kelas secara acak, waktu
presentasi @10 menit
3. Bobot penilaian adalah 60% substansi laporan : 40% tata tulis laporan
4.
Buku Ajar Rekayasa Transportasi Jalan_D-IV TRJJ DRAFT 2017 Hal 3 -39