Anda di halaman 1dari 68

Mata Pelatihan Inti 2

MODUL
MATA PELATIHAN INTI 2 (MPI. 2)

PEMBERIAN MAKAN BALITA DAN


ANAK PRASEKOLAH
Mata Pelatihan Inti 2

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
A. TENTANG MODUL INI ................................................................................................. 1
DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 1
TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 1
MATERI POKOK ..................................................................................................... 1
B. KEGIATAN BELAJAR .................................................................................................. 2
MATERI POKOK 1
Pemberian Makan pada Sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan ............................ 2
MATERI POKOK 2
Pemberian Makan pada Anak 24-72 Bulan ............................................................ 31
C. PENUGASAN............................................................................................................. 44
D. TES FORMATIF ......................................................................................................... 55
E. KUNCI JAWABAN ...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 58

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

i
Mata Pelatihan Inti 2

MATA PELATIHAN INTI 2 (MPI 2)


PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

A. TENTANG MODUL INI

DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu layanan kesehatan balita adalah edukasi dan konseling pemberian makan
sesuai rekomendasi. Pemberian makan sesuai rekomendasi penting untuk menunjang
tumbuh kembang yang optimal sebagai upaya pemenuhan kebutuhan gizi anak. Hal
tersebut dapat diperoleh melalui edukasi di tingkat masyarakat dan konseling oleh tenaga
kesehatan. Melalui edukasi dan konseling yang diberikan, ibu/pengasuh anak diharapkan
dapat melakukan praktik pemberian makan sesuai rekomendasi.

Edukasi di tingkat masyarakat dapat dilakukan oleh kader atau guru PAUD melalui
posyandu, kelas ibu, PAUD, dll dengan mengacu pada rata-rata Angka Kecukupan Gizi
(AKG) pada kelompok usia balita dan anak prasekolah yang dianjurkan.

Sedangkan untuk pelayanan individu dilakukan dengan asuhan gizi anak termasuk
konseling pemberian makan oleh tenaga kesehatan. Konseling pemberian makan
dilakukan secara terintegrasi dengan konseling tumbuh kembang atau layanan kesehatan
lainnya.

Mata Pelatihan Inti ini akan membahas tentang Pemberian Makan pada sasaran 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) serta Pemberian Makan pada anak usia 24 – 72 bulan. Pada
materi pokok Pemberian Makan pada sasaran 1000 HPK terdiri dari sub materi pokok
Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui; Pemberian Air Susu Ibu (ASI); dan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI).

Sedangkan pada materi pokok Pemberian Makan Anak Usia 24 – 72 bulan terdiri dari sub
materi pokok Kebutuhan Gizi Anak Usia 24 – 72 bulan dan Penerapan Gizi Seimbang pada
Anak Usia 24 – 72 bulan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan Pemberian Makan
Balita dan Anak Prasekolah.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
a. Melakukan Pemberian Makan pada Sasaran 1000 HPK
b. Melakukan Pemberian Makan pada Anak Usia 24-72 Bulan

MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
1. Pemberian Makan pada Sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
2. Pemberian Makan pada Anak Usia 24 – 72 Bulan

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

1
Mata Pelatihan Inti 2

B. KEGIATAN BELAJAR

MATERI POKOK 1:
PEMBERIAN MAKAN PADA SASARAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

PENDAHULUAN
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimulai sejak awal kehamilan sampai ulang tahun
kedua anak, merupakan masa kritis yang menentukan kesehatan anak di masa yang akan datang.
Upaya pemenuhan gizi pada masa ini menjadi sangat penting, sebab jika tidak terpenuhi
berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Upaya tersebut dapat dimulai sejak bayi berada di dalam kandungan ibu dengan memperhatikan
konsumsi gizi ibu hamil yang mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin
dalam kandungan, dilanjutkan dengan asupan selama ibu menyusui.

Setelah anak lahir, sangat penting terpenuhinya standar emas pemberian makan kepada anak
melalui PMBA, yaitu praktik pemberian makan bayi diawali dengan IMD; pemberian ASI Eksklusif;
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) saat bayi berusia 6 (enam) bulan, serta
melanjutkan pemberian ASI sampai dengan 2 (dua) tahun atau lebih.

Selama tahun pertama, bayi dan orang tua belajar untuk dapat saling mengenali dan
menginterpretasi bahasa komunikasi verbal dan non-verbal antar mereka. Proses ini berlangsung
timbal-balik dan menghasilkan ikatan emosional antara bayi dan orang tua yang sangat penting
bagi perkembangan fungsi sosial-emosional yang sehat. Tanda lapar (termasuk ingin menyusu)
dan kenyang dengan bahasa tubuh (feeding cue) yang ditunjukkan bayi, akan direspon aktif orang
tua, sehingga pemberian makan bagi anak menjadi proses pembelajaran bagi anak yang akan
menstimulasi perkembangannya.

Materi ini akan membahas rekomendasi pemberian makan pada Sasaran 1000 HPK yaitu bagi
ibu hami dan ibu menyusui; pemberian ASI bagi bayi dan pemberian MP ASI bagi anak usia
sampai dengan 24 bulan.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan Pemberian Makan pada
Sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

SUB MATERI POKOK


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 1:
A. Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
B. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
C. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

URAIAN MATERI POKOK


Anda pernah mendengar tentang pemberian makan pada sasaran 1000 HPK? Pemberian makan
pada sasaran 1000 HPK adalah proses memberikan makan pada ibu hamil, ketika janin di dalam
kandungan yang dilanjutkan dengan pemberian makan pada bayi sejak lahir hingga usia 23 bulan
termasuk pemberian makan pada ibu menyusui.
Mari kita pelajari materi berikut ini dengan semangat tinggi.
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

2
Mata Pelatihan Inti 2

A. Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui


Ibu hamil memerlukan asupan gizi yang berkualitas dengan susunan makanan dan minuman
yang bergizi seimbang agar janin dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Setelah
melahirkan, ibu menyusui tetap membutuhkan konsumsi makanan yang cukup untuk
menyediakan zat gizi yang akan dibuat menjadi ASI sehingga mencegah penggunaan zat gizi
dari jaringan tubuh ibu. Dengan demikian ibu tetap sehat, kuat, dan mampu mengurus bayinya.

Ibu hamil memerlukan tambahan energi sebesar 300 kalori dan Ibu menyusui memerlukan
tambahan sekitar 330-400 kalori, yang diperoleh dari makanan yang ibu makan selama
menyusui. Jika ibu mengonsumsi makanan yang beranekaragam, maka tambahan protein,
vitamin, mineral akan terpenuhi. Rata-rata kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui per hari
dapat disederhanakan dalam bentuk bahan makanan dengan menggunakan ukuran rumah
tangga yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Anjuran Jumlah Porsi Makan dan Minum Menurut Kecukupan Energi
untuk Ibu Hamil (konsumsi satu hari)

Sumber: Buku KIA, 2021

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

3
Mata Pelatihan Inti 2

Contoh menu sehari ibu hamil sesuai AKG 2019 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Contoh Menu 1 (Satu) Hari untuk Ibu Hamil dengan URT
WAKTU MENU BAHAN MAKANAN BERAT (g)/URT KALORI

Pagi 07.00 Nasi putih Nasi 100 (1 ½ gls) 499


Telur rebus Telur ayam 30 (1/2 butir)
Tempe Goreng Tempe 50 (2 ptg sdg)
Minyak 5 (1 sdt)
Tumis daun Daun pepaya 50 (1/2 gls)
papaya, kacang Kacang panjang 50 (1/2 gls)
panjang + ikan Ikan teri 10 (1/2 sdm)
teri Minyak 5 (1 sdt)
Pepaya Pepaya 190 (1 ptg besar)

Pukul 10.00 Bubur kacang Kacang ijo 20 (2 sdm) 400


ijo + ubi merah Ubi merah 135 (1 biji sdg)
Santan 40 (1/3 gls)
Gula pasir 20 (1 sdm)
Siang 12.00 Nasi/penukar Nasi 200 (1 ½gls) 850
Bebek goreng Bebek 45 (1 ptg sdg)
Minyak 5 (1/2 sdt)
Tahu semur Tahu 100 (1 bj besar)
Bobor daun Daun singkong 150 (1 ½ gls)
singkong Santan 40 (1/3 gls)
Buah Jeruk medan 110 (1 bh besar)

Sore 18.00 Nasi putih Nasi 200 (1 ½ gls) 650


Ikan kembung Ikan kembung 30 (1/3 ekor)
goreng Minyak 5 (1 sdt)
Sayur lodeh Kacang panjang 100 (1 gls)
kacang panjang Tempe 50 (2 ptg sdg)
tempe Santan 40 (1/3 gls)
Buah Buah Naga 190 (1 ptg besar)

Kandungan zat gizi menu 1 (Satu) hari ibu hamil sebagai berikut:
• Energi: 2.400 kkal
• Protein: 80 g
• Lemak: 67 g
• Karbohidrat: 390 g

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

4
Mata Pelatihan Inti 2

Untuk lebih jelasnya menu ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Contoh Menu Ibu Hamil Sehari

Sumber : PGS Ibu hamil dan Ibu menyusui, Kemenkes 2021

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

5
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel di atas menggambarkan contoh menu yang memenuhi kebutuhan ibu hamil trimester 2 dan
trimester 3 dalam sehari termasuk penambahan kudapan(kacang hijau dengan ubi merah dan
santan) yang setara dengan 300 kkal dengan tambahan 1 porsi protein hewani dan 1 porsi protein
nabati serta 300 ml air.

Tabel 3.4 Anjuran Jumlah Porsi Makan dan Minum Menurut Kecukupan Energi
untuk Ibu Menyusui (konsumsi satu hari)

Sumber: Buku KIA, 2021

Contoh menu sehari ibu menyusui sesuai AKG 2019 sebagai berikut:

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

6
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.5 Contoh Menu 1(Satu) hari Ibu menyusui dengan URT
BAHAN
WAKTU MENU BERAT (g)/URT Kalori
MAKANAN

Pagi 07.00 Nasi putih Nasi 100 (1 ½ gls) 499


Telur rebus Telur ayam 30 (½ butir)
Tempe goreng Tempe 50 (2 ptg sdg)
Minyak 5 (1 sdt)
Tumis daun Daun pepaya 50 (½ gls)
pepaya, kacang Kacang panjang 50 (½ gls)
panjang + ikan Ikan teri 10 (½ sdm)
teri Minyak 5 (1 sdt)
Buah Pepaya 190 (1 ptg besar)
Pukul 10.00 Bubur kacang Kacang ijo 20 (2 sdm) 350
ijo +ubi merah Ubi merah 135 (1 biji sdg)
Santan 40 (1/3 gls)
Gula pasir 10 (1 sdm)
Siang 12.00 Nasi/penukar Nasi 200 (1 ½ gls) 850
Bebek goreng Bebek 45 (1 ptg sdg)
Minyak 5 (1/2 sdt)
Tahu semur Tahu 100 (1 bj besar)
Bobor daun Daun singkong 150 (1 ½ gls)
singkong Santan 40 (1/3 gls)
Buah Jeruk medan 110 (1 bh besar)
Pukul 15.00 Kolak pisang Pisang kepok 45 (1 bh sdg) 275
kolang kaling Kolang kaling 25 (5 bj sdg)
Susu sapi 200 cc (1 gls)
Gula pasir 10 (1 sdm)
Sore 18.00 Nasi putih Nasi 200 (1 ½ gls) 650
Ikan kembung Ikan kembungg 30 (1/3 ekor)
goreng minyak 5 (1 sdt)
Sayur lodeh Kacang panjang 100 (1 gls)
kacang panjang tempe 50 (2 ptg sdg)
tempe Santan 40 (1/3 gls)
Buah Buah Naga 190 (1 ptg besar)

Kandungan zat gizi menu 1 (satu) hari ibu menyusui:


• Energi: 2.500 kkal
• Protein: 75 g
• Lemak: 67 g
• Karbohidrat: 405 g

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

7
Mata Pelatihan Inti 2

Untuk lebih jelasnya menu ibu menyusui dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Contoh Menu Sehari Ibu Menyusui

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

8
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel di atas merupakan contoh menu yang memenuhi kebutuhan ibu menyusui dalam sehari
termasuk penambahan kudapan (kacang hijau dengan ubi merah dan santan serta kolak pisang
dan kolang kaling susu) yang setara dengan tambahan 330 kkal pada 6 bulan pertama dan 400
kkal energi pada 6 bulan kedua dibandingkan dengan wanita tidak hamil.

Beberapa hal untuk mendapat perhatian:


1. Pada kehamilan trimester pertama (minggu 1 – 12) pertumbuhan organ janin sangat penting
untuk diperhatikan sehingga membutuhkan tambahan energi sebesar 180 kalori/hari.
2. Pada kehamilan trimester kedua (minggu 13 – 26) pertumbuhan janin sangat cepat dan ibu
memerlukan tambahan energi lebih kurang 300 kalori/hari dan penambahan protein dari
biasanya yaitu sekitar 10 gram.
3. Pada kehamilan trimester ketiga (minggu 27 – lahir), kebutuhan energi meningkat lebih
kurang 300 kalori/hari dan protein meningkat sebanyak 30 gram/hari.
4. Selama kehamilan ibu perlu makanan yang mengandung zat gizi mikro. Pada kehamilan
trimester pertama (minggu 1 – 12) dibutuhkan zat gizi mikro (zat besi, asam folat, dan zinc)
untuk pertumbuhan janin.
5. Selama hamil dan menyusui diperlukan 4 porsi protein hewani untuk kebutuhan sehari yang
dapat diambil dari berbagai jenis protein hewani seperti ikan (bahan pangan laut, sungai),
telur daging ayam, daging sapi, susu segar, olahan susu seperti keju, dan lainnya.
6. Untuk protein nabati diperlukan 4 porsi untuk kebutuhan sehari yang dapat diperoleh dari
kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, dan
lainnya dan dari olahan kacang seperti tahu, dan tempe.
7. Sayuran juga diperlukan sebanyak 4 porsi untuk kebutuhan sehari yang dapat diperoleh dari
sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun ubi, kacang panjang, dan lainnya serta
sayuran lain seperti wortel, tomat, kol/kubis, terong dan lainnya.
8. Buah - buahan juga diperlukan sebanyak 4 porsi untuk kebutuhan sehari yang dapat
diperoleh dari pisang, pepaya, nanas, jeruk, mangga, jambu, belimbing, buah naga dan
lainnya.
9. Dalam sehari Ibu memerlukan makanan yang sehat berasal dari 4 (empat) kelompok pangan
lokal. Hindari makanan yang melalui proses pengolahan secara ultra atau sangat diproses
yang disebut dengan ultra processed Food (UPF). Makanan ini mengandung tambahan gula,
garam, dan lemak yang dapat berakibatterjadinya obesitas pada ibu.
10. Ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 tablet tambah darah (TTD) selama hamil, untuk
mengurangi mual tablet dapat diminum sebelum tidur.
11. Ibu hamil dan ibu menyusui perlu memperhatikan konsumsi bahan makanan yang
mengandung zat gizi mikro seperti zat besi, asam folat dan zinc.
12. Contoh mengkonversi bahan makanan ke bahan makanan penukar :
• 1 p nasi = 100 gram = ¾ gelas, bila ditukar dengan ubi maka 1 p biji ubi tanpa kulit =
135 gram = 1 biji ubi ukuran sedang
• 1 p telur = 55 gram = 1 butir telur. Bila ditukar dengan ikan kembung maka 1 p ikan
kembung = 30 gram tanpa tulang = 1/3 ekor sedang

Untuk lebih jelas memahaminya Anda dapat melihat dan membaca Booklet dan Kartu Konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) serta Pedoman Gizi Seimbang Ibu Hamil dan Ibu
Menyusui.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

9
Mata Pelatihan Inti 2

Nah Anda telah mengetahui bagaimana porsi pemberian makan pada ibu hamil dan ibu
menyusui, sekarang mari menyimak materi berikut ini tentang pemberian ASI pada bayi dan
anak.

B. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)


Praktik pemberian ASI dianjurkan sejak bayi lahir hingga anak berusia 24 bulan atau lebih.
Praktik tersebut dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu proses menyusu dimulai segera
setelah lahir dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang
berlangsung selama minimal satu jam, dilanjutkan dengan menyusui eksklusif yaitu
memberikan hanya ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi disusui sesering
mungkin siang dan malam. Sejak usia 6 bulan mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP
ASI) dan menyusui diteruskan hingga anak berusia 24 bulan atau lebih.
1. Praktik pemberian ASI yang direkomendasikan
Rekomendasi pemberian ASI berlaku untuk seluruh bayi dalam situasi apapun;begitu
pula dengan rekomendasi: ”hindari penggunaan susu formula”. Dengan melaksanakan
praktik pemberian ASI yang direkomendasikan, ibu dapat menyusui dan mempertahankan
pasokan ASI-nya.
Beberapa hal yang direkomendasikan dalam pemberian ASI sebagai berikut:
a. Segera lakukan kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah lahir,
b. Biarkan bayi mencari puting dan menyusu sampai puas minimal satu jam pertama
kelahiran,
c. Pemberian ASI Eksklusif (tidak ada makanan atau minuman lain) sejak usia
0 sampai 6 bulan,
d. Sering menyusui bayi, siang dan malam,
e. Menyusui ketika bayi meminta disusui,
f. Biarkan bayi menyelesaikan dan melepaskan sendiri satu payudara sebelum ia
berganti ke payudara yang lain,
g. Posisi dan pelekatan yang baik,
h. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih,
i. Terus memberikan ASI ketika bayi atau ibu sakit,
j. Ibu perlu makan dan minum untuk menghilangkan rasa lapar dan haus,
k. Hindari pemberian ASI Perah (ASIP) dengan botol.
2. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa
a. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi
1) Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14 kali lebih besar
kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi yang disusui secara eksklusif
pada enam bulan pertama).
2) Susu formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi dari sakit: badan ibu
membuat ASI dengan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit tertentu
dalam lingkungan ibu/anak.
3) Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.
4) Susu formula sulit diserap usus bayi. Susu formula sama sekali bukan makanan
sempurna bagi bayi.
5) Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah sakitnya (anak usia
kurang dari enam bulan yang diberi makanan campuran mendapatkan
makanan, susu formula dan air terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

10
Mata Pelatihan Inti 2

diare). Pada situasi bencana dengan lingkungan/sanitasi yang buruk,


penggunaan susu formula meningkatkan risiko diare yang lebih tinggi.
6) Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering.
7) Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi usia muda.
8) Lebih besar kemungkinan mengalami kurang gizi.
9) Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan, berat badan kurang,
tubuh pendek (stunting), kurus (wasting) karena penyakit menular seperti diare
atau pneumonia.
10) Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi; tidak merasa aman.
11) Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan.
12) Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes melitus, kanker, asma, gigi
keropos, dan lain-lain pada usia lanjut.

b. Risiko tidak memberikan ASI bagi Ibu


1) Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil.
2) Meningkatkan risiko pendarahan setelah persalinan yang mengakibatkan
anemia bila pemberian ASI tidak dimulai sejak dini.
3) Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya.
4) Meningkatnya depresi paska persalinan.
5) Kejadian kanker payudara dan kanker ovarium lebih rendah pada ibu menyusui.

c. Risiko tidak memberikan ASI bagi keluarga


1) Meningkatkan risiko kesakitan pada ibu dan anak-anaknya.
2) Ada biaya untuk berobat karena penyakit yang disebabkan oleh pemberian
susu lain.
3) Ada biaya untuk membeli susu formula, kayu bakar atau bahan bakar lain untuk
merebus air, dan peralatan.
4) Tidak bisa menjarangkan kelahiran dengan metode amenore laktasi/MAL
(Lactational Amenorrhea Method/LAM), yaitu metode menjarangkan kelahiran
yang bisa dilakukan jika ibu menyusui eksklusif, frekuensi menyusui sering, usia
bayinya di bawah 6 bulan, dan masa menstruasi ibu belum kembali.
5) Menghabiskan waktu lebih banyak untuk membeli dan menyiapkan susu lain,
mengambil air dan kayu bakar, dan melakukan perjalanan untuk mendapatkan
pengobatan medis.

d. Risiko tidak memberikan ASI bagi masyarakat/bangsa


1) Ada peningkatan pengeluaran negara untuk memberikan pelayanan kesehatan
karena jumlah anak yang sakit bertambah.
2) Menurunkan harapan hidup anak karena bayi yang tidak diberi ASI akan
meningkat risiko kematiannya.
3) Meningkatkan risiko kerusakan lingkungan (pohon-pohon digunakan sebagai kayu
bakar untuk merebus air, susu dan peralatan, dan ada limbah dari kaleng dan
kardus susu formula). Hal tersebut berbeda dengan ASI karena ASI adalah sumber
daya alam yang terbarukan.
4) Ada pengeluaran negara untuk mengimpor susu dan peralatan untuk menyiapkan
susu tersebut sehingga tidak menghemat uang negara yang mestinya bisa
digunakan untuk hal lain.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

11
Mata Pelatihan Inti 2

3. Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Baik


Empat ciri posisi menyusui yang baik :
a. Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
c. Badan bayi dekat ke tubuh ibu
d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh

Berikut ini ilustrasi posisi menyusui :

Posisi Keterangan

1. Posisi menggendong (cradle) Posisi ini merupakan posisi yang paling umum
digunakan

2. Posisi menyilang (cross cradle) Posisi ini berguna bagi:


- bayi yang baru lahir dan bayi kecil dan lemah
- bayi apapun dengan kesulitan melakukan posisi
- bayi apapun dengan kesulitan melakukan
pelekatan
- bisa digunakan untuk bayi kembar

Posisi menyilang untuk bayi kembar

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

12
Mata Pelatihan Inti 2

Posisi Keterangan

3. Posisi berbaring menyamping - Posisi ini cocok dan nyaman bagi ibu setelah
(side lying) melahirkan dan ini membantu ibu istirahat
sambil menyusui.
- Ibu dan anak keduanya berbaring di sisi
masing-masing dan berhadapan.

4. Posisi di bawah lengan (under arm) Ibu duduk dengan nyaman dengan bayinya di
bawah lengannya. Badan bayi melewati sisi ibu
dan kepalanya berada sejajar dengan payudara.
Posisi ini sangat tepat diterapkan :
- Setelah operasi Caesar
- Ketika puting terasa sakit/nyeri
- Untuk bayi kecil
- Ketika menyusui bayi kembar

Posisi di bawah lengan untuk bayi


kembar

Gambar 3.1 Berbagai Macam Posisi Menyusui

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

13
Mata Pelatihan Inti 2

Empat tanda pelekatan yang baik :


a. Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar
b. Dagu bayi menyentuh payudara
c. Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi
d. Bibir bawah bayi memutar keluar (dower)

Berikut ini ilustrasi pelekatan menyusui:

Gambar 3.2 Pelekatan yang baik dan kurang baik

Keterangan:
Gambar Pelekatan yang baik (di dalam mulut bayi)
a. Puting hanya menjadi sepertiga dari bentuk puting panjang tadi.
b. Bayi mengisap dari payudara, bayi mengulum sebagian besar areola dan jaringan di
bawahnya ke dalam mulut.
c. Bayi menarik ulur jaringan payudara membentuk sebuah puting yang memanjang.
d. Mengisap bukan dari puting.
e. Posisi lidah bayi: tertarik ke depan, di atas gusi bawah dan di bawah areola.
Lidah pada kenyataannya melikuk/melengkung di sekitar puting jaringan payudara
(Anda tidak dapat melihat hal tersebut dalam gambar, walaupun anda mungkin bisa
melihatnya ketika mengamati bayi).
f. Semacam gerakan gelombang bersama lidah bayi dari depan ke belakang.
Gelombang ini menekan jaringan payudara ke palatal atas bayi. Ini menekan ASI
keluar dari saluran ASI masuk ke mulut bayi untuk ditelan (tindakan mengisap).

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

14
Mata Pelatihan Inti 2

Gambar Pelekatan yang tidak baik (di dalam mulut bayi):


a. Hanya puting yang berada dalam mulut bayi, bukan jaringan payudara yang
mendasarinya.
b. Saluran ASI berada di luar mulut bayi, dimana lidah tidak menjangkaunya.
c. Lidah bayi di belakang di dalam mulut dan tidak menekan saluran ASI.

Akibat pelekatan yang tidak baik:


a. Puting retak dan lecet.
b. Nyeri yang mengakibatkan kurangnya aliran ASI dan produksi ASI yang rendah.

Tanda-tanda mengisap yang efektif, yaitu:


a. Bayi mengisap pelan dan dalam dengan sesekali jeda.
b. Terlihat atau terdengar bayi menelan.
c. Pipi bayi membulat penuh dan tidak cawak atau menarik ke dalam.

4. Kesulitan pada pemberian ASI

Kesulitan pemberian ASI Pencegahan Apa yang perlu


dilakukan

Payudara membengkak

Letakkan bayi kontak Perbaiki pelekatan


kulit dengan ibu Berikan ASI lebih
Mulai berikan ASI sering
dalam satu jam Usap payudara
pertama kelahiran dengan lembut
Pelekatan yang baik untuk merangsang
Sering-sering aliran ASI
memberikan ASI bila Tekan di sekitar
Gejala: diminta (sesering dan areola untuk
selama yang mengurangi
Terjadi pada kedua diinginkan anak) pembengkakan dan
payudara siang dan malam: 8 untuk membantu bayi
Membengkak sampai 12 kali sehari mengisap
Lunak semalam Tawarkan kedua
Hangat payudara
Agak kemerahan Perah susu untuk
Sakit Cat: di hari pertama atau mengurangi tekanan
Kulit mengkilat, kedua bayi mungkin sampai bayi bisa
kencang dan puting hanya menyusu 2 mengisap
susu rata dan sulit sampai 3 kali Kompres dengan air
diisap anak hangat untuk
Bisa terjadi pada hari ke membantu aliran ASI
3 sampai ke 5 setelah sebelum diperah
melahirkan (bila produksi Kompres dengan air
susu meningkat drastis dingin untuk
dan anak belum bisa mengurangi
menyusu) bengkak setelah
diperah

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

15
Mata Pelatihan Inti 2

Kesulitan pemberian ASI Pencegahan Apa yang perlu


dilakukan

Puting lecet Pelekatan yang baik Tetap menyusui bayi


Hindari penggunaan Perbaiki pelekatan
botol susu (cara dengan memastikan
menghisap yang bahwa bayi datang
berbeda dengan dari bawah payudara
menghisap puting dan didekap erat
sehingga terjadi Mulai menyusui
bingung puting) pada sisi yang
Hindari penggunaan kurang terasa sakit
sabun atau krim pada Ubah posisi menyusui
Gejala: puting Biarkan bayi
melepaskan sendiri
Payudara/puting terasa isapannya
sakit Oleskan cairan ASI
Retak di ujung puting ke puting
atau di dasarnya Hindari penggunaan
Kadang berdarah sabun atau krim
Bisa terjadi infeksi pada puting
Susui bayi tanpa
menunggu
payudara penuh
Hindari penggunaan
botol susu

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

16
Mata Pelatihan Inti 2

Kesulitan pemberian ASI Pencegahan Apa yang perlu


dilakukan

Saluran air susu tersumbat Minta bantuan dari Tetap menyusui (jika
keluarga untuk ASI tidak dikeluarkan,
dapat menyebabkan salah satu melakukan tugas ada risiko terjadinya
payudara mengalami infeksi rumah tangga yang abses; biarkan bayi
(mastitis) tidak terkait dengan menyusu sesering
perawatan bayi yang ia inginkan)
Pastikan pelekatannya Kompres dengan air
baik hangat (pakai handuk)
Susui bayi saat ia Pegang bayi dalam
menginginkan, dan posisi yang berbeda-
biarkan bayi beda sehingga lidah
melepaskan sendiri bayi/dagunya dekat
isapannya dengan saluran yang
Hindari memegang tersumbat/mastitis
Gejala saluran tersumbat: payudara dengan (daerah yang
pegangan “gunting” kemerahan).
 Ada tonjolan lunak, nyeri, Hindari memakai Lidah/dagu akan
kemerahan, ibu tidak pakaian ketat memijit payudara dan
mengeluarkan air
merasa sakit, tidak
susu dari bagian
demam payudara itu
Pasti pelekatannya
Gejala mastitis:
baik
 Payudara membengkak Untuk saluran yang
keras tersumbat: lakukan
 Terasa sangat sakit pijitan lembut pada
 Kemerahan di satu tempat payudara dengan
 Umumnya ibu merasa telapak tangan,
tidak enak badan menggulungkan jari
ke arah puting;
 Demam
kemudian perah ASI
 Kadang-kadang bayi atau biarkan bayi
menolak menyusu karena menyusu setiap 2-3
ASI terasa asin jam siang dan malam
(sesering mungkin).
Ibu beristirahat
Ibu minum lebih
bnyak
Jika tidak ada
perkembangan dalam
24 jam, rujuk
Jika terjadi mastitis:
perah ASI jika terlalu
sakit untuk diisap
bayi

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

17
Mata Pelatihan Inti 2

Kesulitan pemberian ASI Pencegahan Apa yang perlu


dilakukan

Ibu “merasa” tidak punya Letakkan bayi kontak Dengarkan keluhan ibu
cukup ASI kulit dengan ibu dan mengapa ia
Mulai susui bayi mengatakan bahwa
Bayi resah atau tidak dalam waktu 1 jam ASI-nya tidak cukup
kenyang pertama setelah Tentukan apakah
kelahiran ada penyebab yang
Tetap bersama bayi jelas atas kesulitan
Pertama, pastikan apakah
menyusui (pola
bayi mendapatkan cukup ASI Pastikan pelekatan
yang baik menyusui, kondisi
atau tidak (berat badan, urin, mental ibu, ibu atau
dan buang air besar) Dorong bayi untuk
sering menyusu bayi sakit)
Biarkan bayi Periksa berat badan
melepaskan sendiri bayi, urin dan
puting susu ibunya kotorannya (jika
Menyusui eksklusif berat badan kurang,
siang dan malam rujuk)
Hindari Bangun rasa percaya
diri ibu, yakinkan
penggunaan
bahwa ia dapat
botol susu menghasilkan banyak
Berikan dorongan ASI
untuk metode Jelaskan apa
keluarga berencana kesulitan yang
yang cocok mungkin timbul pada
umur 2 sampai 3
minggu, 6 minggu, 3
bulan karena
terjadinya
percepatan
pertumbuhan
sehingga bayi
membutuhkan ASI
lebih banyak
Jelaskan pentingnya
mengeluarkan
banyak ASI dari
payudara
Periksa/perbaiki
pelekatan
Sarankan untuk
menghentikan segala
macam asupan selain
ASI bagi bayi – jangan
beri air putih, susu
formula, teh, atau
cairan lain.
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

18
Mata Pelatihan Inti 2

Hindari pemisahan
ibu dan bayi dan
pengasuhan bayi
oleh orang lain
(perah ASI bila ibu
jauh dari bayinya)
Sarankan perubahan
pola menyusui.
Sering-sering susui
bayi waktu ia minta,
siang dan malam
Biarkan bayi
melepaskan sendiri
isapannya
Pastikan bahwa ibu
mendapatkan
cukup makanan
dan minum
Payudara
menghasilkan
banyak ASI bila
diisap oleh bayi –
jika ia banyak
menyusu, ASInya
akan banyak
(payudara itu
seperti ”pabrik‟ –
semakin banyak
diisap, semakin
banyak pula ASI
yang diproduksi)
Ambil makanan
atau minuman
lokal yang dapat
membantu ibu
“memproduksi ASI”
Pastikan bahwa ibu
sering melakukan
kontak kulit dengan
bayi

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

19
Mata Pelatihan Inti 2

Kesulitan pemberian ASI Pencegahan Apa yang perlu


dilakukan

ASI “tidak cukup” yang

Sesungguhnya

Berat badan bayi tidak  Sama seperti di atas Sama seperti di


bertambah: garis atas
pertumbuhan untuk bayi Jika tidak ada
usia kurang dari 6 bulan kenaikan berat
mendatar atau menurun badan selama
Untuk bayi setelah umur 4 1 minggu, rujuk
sampai 6 minggu: paling ibu dan bayi
kurang 6 kali pipis dan 3-4 pada fasilitas
kali buang air besar kesehatan
terdekat

5. Memerah ASI dan Memberikan ASI Perah (ASIP)


Ada kalanya ibu tidak dapat menyusui bayinya secara langsung dan perlu memerah ASI.
Alasan memberikan ASI perah antara lain:
a. Bayi terlalu lemah atau terlalu kecil untuk mengisap dengan aktif.
b. Bayi memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk belajar mengisap;
misalnya karena puting terbenam.
c. Memberi makan bayi dengan berat badan rendah yang tidak dapat menyusu (lihat Kartu
Konseling 8).
d. Memberi makan bayi sakit.
e. Untuk menutupi kebutuhan ASI ketika ibu atau bayi sakit.
f. Melonggarkan saluran ASI yang tersumbat atau pembengkakan payudara.
g. Ibu harus berpisah dengan bayinya selama beberapa jam.
h. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada ibu yang terpisah dari bayinya:
1) Belajarlah cara memerah ASI anda sendiri segera setelah bayi anda lahir.
2) Susui bayi secara eksklusif dan sering selama sepanjang waktu dimana anda
bersama dengan bayi anda.
3) Perah dan simpan ASI sebelum anda meninggalkan rumah sehingga pengasuh
bayi anda dapat memberi ASI pada bayi anda selama anda pergi.
4) Perah ASI anda sementara anda jauh dari bayi anda, bahkan bila anda tidak dapat
menyimpannya. Ini akan membuat ASI tetap melimpah dan mencegah
pembengkakan payudara.
5) Ajarkan pengasuh bayi bagaimana cara menyimpan ASI perah dan gunakan
cangkir yang bersih untuk memberi makan bayi anda saat anda tidak di rumah.
6) Luangkan waktu untuk menyusui sebelum meninggalkan bayi anda dan ketika
anda pulang, tingkatkan jumlah pemberian ASI sementara anda bersamadengan
bayi anda. Artinya, anda hendaknya lebih sering menyusui pada malam hari dan
akhir pekan.
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

20
Mata Pelatihan Inti 2

7) Bila memungkinkan, bawa bayi anda ke tempat kerja (atau kapan saja anda harus
keluar rumah selama beberapa jam). Bila hal ini tidak memungkinkan,
pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang membawa bayi anda ke tempat
kerja anda untuk disusui ketika anda istirahat.
8) Dapatkan dukungan ekstra dari anggota keluarga dalam mengasuh bayi dan anak
anda yang lain dan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

Berikut ini ilustrasi memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah:

Gambar 3.3 Cara Memerah, Menyimpan dan Memberikan ASI Perah

Keterangan:
a. ASI diperah dengan tangan (lihat lembar cara memerah ASI dengan tangan).
b. Simpan ASI perah dalam wadah yang bersih dan ditutup serta diberi label tanggal ASI
diperah.
c. ASI perah dapat disimpan selama 4 jam di suhu ruang 27°C - 32°C.
d. ASI perah dapat disimpan selama 6 sampai 8 jam bila kondisi ASI perah sangat bersih
dan disimpan di tempat yang sejuk bersuhu lebih rendah dari suhu ruang (kurang dari
25°C).
e. ASI perah bisa disimpan di kulkas dengan suhu 4°C selama 48 jam (2 hari) sampai
dengan 72 jam (3 hari).
f. Bila ASI yang baru diperah tidak akan digunakan dalam 72 jam (3 hari), ASI perah
didinginkan lebih dulu di rak kulkas (bisa dijadikan dalam 1 wadah untuk masa perah
24 jam) sebelum dibekukan. Simpan ASI perah sebanyak 15 – 60 ml per wadah untuk
menghindari ASI perah terbuang karena tidak habis diminum oleh bayi.
g. ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –15°C dapat disimpan
selama 2 minggu.
h. ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –18°C dapat disimpan
selama 3 bulan dan selama 6 bulan dengan suhu - 20°C.
i. Sebelum dihangatkan ASI perah yang telah dikeluarkan dari freezer, disimpanselama
12 jam di rak bagian bawah kulkas agar menghindari perubahan suhu yang terlalu
ekstrim.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

21
Mata Pelatihan Inti 2

j. ASI perah yang akan diberikan ke bayi dikeluarkan dari kulkas, dimasukkan ke dalam
gelas kaca bersih, direndam di dalam mangkuk berisi air hangat.
k. Berikan ASI perah kepada bayi dengan cangkir atau sendok. Tuangkan ASI ke dalam
cangkir atau sendok secukupnya. Dekatkan cangkir atau sendok ke bibir bawah bayi
dan biarkan bayi mengisap sedikit demi sedikit dengan lidahnya. Jangan menuangkan
ASI ke dalam mulut bayi.

l. Botol dan dot tidak aman digunakan untuk memberi ASI perah karena sulit dibersihkan
dan mudah terkontaminasi.
m. ASI perah beku yang sudah dicairkan selama 24 jam, tidak boleh diletakkan di suhu
ruang selama lebih dari 2 jam.

Untuk lebih memahami materi ASI, Anda dapat melihat dan membaca Modul Konseling
Menyusui; Booklte dan Kartu Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) serta
Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak.

Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang bagaimana pemberian ASI yang benar, lalu
bagaimana dengan pemberian makanan pendamping ASI atau yang dikenal dengan MP ASI?
Yuk pelajari materi berikut.

C. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)


Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya
mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi
kebutuhan anak. Rekomendasi Global Startegy for Infant and Young Child Feeding,
WHO/Unicef diantaranya memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,
dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi
tersebut menekankan, secara sosial budaya MP ASI hendaknya dibuat dari bahan makanan
lokal yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat. Berikut beberapa pembahasan
terkait MP ASI.

1. Prinsip dan Rekomendasi Pemberian MPASI


Sesuai standar emas pemberian makan bayi dan anak setelah pemberian ASI eksklusif
maka dilanjutkan dengan pemberian MPASI. Pemberian MP ASI adalah memberikan
makanan selain ASI. Pada saat bayi mulai berusia 6 bulan, ASI saja sudah tidak mencukupi
kebutuhan gizinya, oleh sebab itu makanan lain harus diberikan bersama dengan ASI untuk
mencegah terjadinya stunting.

Prinsip dasar pemberian MP ASI harus memenuhi 4 (empat) syarat yaitu tepat waktu,
adekuat, aman dan diberikan dengan cara yang benar (WHO).
a. Tepat waktu
MP ASI diberikan saat ASI saja sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi yaitu
pada usia 6 bulan

b. Adekuat
MP ASI mampu memenuhi kecukupan energi, protein, mikronutrien untuk mencapai
tumbuh kembang dengan mempertimbangkan:
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

22
Mata Pelatihan Inti 2

U = Usia
Fre = Frekuensi
Ju = Jumlah setiap kali makan
Tek = Tekstur (kekentalan/konsistensi)
Va = Variasi
Res = Pemberian makan aktif/responsif
Bersih = Kebersihan

c. Aman
MP ASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, diberikan menggunakan
tangan dan perlatan yang bersih, ada 5 kunci untuk makanan yang aman, yaitu:
1) Jagalah kebersihan (tangan, tempat kerja, peralatan)
2) Pisahkan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak
3) Gunakan makanan segar dan masak sampai matang (daging, ayam, telur dan
ikan)
4) Simpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai dengan jenis makanannya
5) Gunakan air bersih yang aman

d. Diberikan dengan cara yang benar (responsive feeding)


Pemberian makanan dengan cara benar dan responsife feeding yaitu
1) Mengenali kesiapan bayi untuk mengonsumsi makanan padat yaitu sudah dapat
duduk dengan kepala tegak, bisa mengkoordinasikan mata, tangan, dan mulut
untuk menerima makanan).
2) Mengenali tahapan perkembangan oromotor yaitu mampu menerima makanan
dengan tekstur sesuai usianya.
3) Memahami penerapan aturan makan (feeding rules)
Aturan pemberian makan sebagai berikut:
a) Terjadwal:
- Jadwal makan termasuk makanan selingan, teratur dan terencana
- Lama makan maksimun 30 menit
b) Lingkungan yang mendukung
- Hindari memaksa meskipun hanya 1-2 suap (perhatikan tanda lapar dan
kenyang),
- Hindari pemberian makan sebagai hadiah,
- Hindari pemberian makan sambal bermain atau nonton televisi
c) Prosedur makan
- Porsi kecil,
- Jika 15 menit bayi menolak makan, mengemut, hentikan pemberian makan,
- Bayi distimulasi untuk makan sendiri,
- Membersihkan mulut hanya setelah makan selesai.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

23
Mata Pelatihan Inti 2

Rekomendasi pemberian MPASI dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Praktik Pemberian MP ASI Menurut Usia yang Dianjurkan


Jumlah Energi
dari MPASI yang Konsistensi
Usia Frekuensi Jumlah setiap kali makan
dibutuhkan /Tekstur
per hari
6-8 bulan 200 kkal Mulai dengan • 2-3 kali setiap hari Mulai dengan 2 – 3 sendok
bubur kental, • 1-2 kali selingandapat makan setiap kali makan,
makanan lumat diberikan tingkatkan bertahap hingga
½ mangkok berukuran
250 ml (125 ml)

9-11 bulan 300 kkal Makanan yang • 3-4 kali setiaphari ½ - ¾ mangkokukuran
dicincang halus • 1-2 kali selingan dapat 250 ml
dan makanan diberikan (125 – 200 ml)
yangdapat
dipegang bayi

12-23 bulan 550 kkal Makanan • 3-4 kali setiap hari ¾ - 1 mangkok ukuran 250
keluarga • 1-2 kali selingan dapat ml
diberikan

Jika tidak Jumlah kalori sesuai Konsistensi • Frekuensi sesuai Jumlah setiap kali
mendapat dengan kelompok usia /Tekstur dengan kelompok usia makan sesuai dengan
ASI sesuai dan tambahkan 1-2 kelompok usia, dengan
(6-23 bulan) dengan kali makan ekstra. diberi 1- 2 gelas susu
kelompok • 1-2 kali selingan dapat per hari @250 ml dan
usia diberikan 2-3 kali cairan (air putih,
kuah sayur, dll)
Sumber: Diadaptasi dari WHO Infant and Young Child Feeding Counselling: An IntegratedCourse (2006)

Keterangan sebagai penjelasan tabel 7:


 Usia 6 sampai 8 bulan
a. Pada usia ini, ASI masih memberikan 60-70% dari total energi yang dibutuhkan per hari
sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan yaitu 30-40%, sekitar 200 kkal
(WHO/PAHO,2003).
b. Dalam satu hari bayi diberikan 2-3 kali makanan utama.
c. Dalam satu kali makan MP ASI diberikan mulai 2-3 sendok makan meningkat bertahap
hingga ½ ukuran 250 ml (yaitu 125 ml).
d. Bayi diperkenalkan MP ASI berupa bubur kental, makanan lumat.
e. Selingan dapat diberikan 1-2 kali sehari sesuai keinginan bayi dengan tekstur yang
disesuaikan dengan kemampuan oromotor/mengunyah dan menelannya.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

24
Mata Pelatihan Inti 2

f. Lumatkan makanan agar mudah dikunyah dan ditelan bayi, tingkatkan secara bertahap
teksturnya sesuai kemampuan bayi.
g. Saat usia 8 bulan, anak sudah dapat dilatih agar bisa makan sendiri dan memegang
makanannya.
h. Variasi bahan makanan memenuhi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
i. Lanjutkan pemberian ASI.

 Usia 9 sampai 11 bulan


a. Pada usia ini, ASI masih memberikan kurang lebih 50-60% dari total energi yang
dibutuhkan per hari sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan yaitu sekitar
40-50%, sekitar 300 kkal (WHO/PAHO,2003).
b. Dalam satu hari bayi diberikan 3-4 kali makanan utama.
c. Dalam satu kali makan MP ASI diberikan mulai ½ mangkok ukuran 250 ml (125 ml)
kemudian bertahap meningkat hingga ¾ mangkok ukuran 250 ml (200 ml)
d. Tekstur: makanan dicincang halus hingga kasar dan makanan yang dapat dipegang.
e. Selingan dapat diberikan 1-2 kali sehari sesuai keinginan bayi dengan tekstur yang
disesuaikan dengan kemampuan oromotor/mengunyah dan menelannya.
f. Variasi bahan makanan memenuhi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
g. Lanjutkan pemberian ASI.

 Usia 12 sampai 23 bulan


a. Pada usia ini, ASI masih memberikan kurang lebih 30-40 % dari total energi yang
dibutuhkan per hari sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan yaitu 60-70%,
sekitar 550 kkal (WHO/PAHO,2003).
b. Dalam satu hari bayi diberikan 3-4 kali makanan utama.
c. Dalam satu kali makan MP ASI diberikan mulai ¾ mangkok ukuran 250 ml (200 ml)
meningkat hingga 1 mangkok (250 ml).
d. Tekstur: makanan keluarga
e. Selingan dapat diberikan 1-2 kali sehari sesuai keinginan bayi dengan tekstur yang
disesuaikan dengan kemampuan oromotor/mengunyah dan menelannya.
f. Sebaiknya hindari makanan manis sebelum waktu makan karena dapat mengurangi
nafsu makan.
g. Variasi bahan makanan memenuhi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
h. Lanjutkan pemberian ASI.

 Pemberian MP ASI Usia 6 sampai 23 bulan tidak mendapat ASI


Prinsip pemberian makan bayi dan anak yang tidak mendapat ASI sesuai dengan bayi dan
anak yang mendapat ASI tetapi diperlukan tambahan sebagai berikut:
a. Dalam satu hari bayi dan anak diberikan tambahan 1-2 kali makan ekstra,selain
makanan utamanya sesuai usianya.
b. Jumlah dan variasi setiap kali makan MP ASI diberikan sesuai kelompok usianya.
c. Makanan selingan dapat diberikan 1-2 kali.
d. Penambahan 1-2 gelas @250 ml susu segar atau susu formula dan 2-3 kali cairan (air
putih, kuah sayur, dll) per hari dapat diberikan, terutama pada saat cuaca panas.

Pemberian makan erat kaitannya dengan perkembangan anak. Hasil penelitian FE Aboud dan S
Akhter (2011) menunjukkan bahwa pemberian makan responsif (responsive feeding) dapat
meningkatkan kemampuan makan sendiri (self-feeding) anak dan respons terhadap bahasa
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

25
Mata Pelatihan Inti 2

verbal ibu. Sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa dengan pemberian makan responsif,
maka perkembangan anak menjadi lebih baik termasuk bahasa dan juga lebih pintar makan.
Tujuan akhir praktik pemberian makan pada anak adalah melatih anak untuk mengonsumsi
makanan keluarga dan makan sendiri (self feeding), melatih anak untuk berperilaku makan yang
baik, disiplin, dan dapat menghargai makanan dan waktu makan.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang pemberian makanan aktif/responsif dan kebersihan.

Tabel 3.8 Pemberian Makanan Aktif/Responsif dan Kebersihan

Pemberian makan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif terhadap
tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa dia siap untuk makan;berikan dorongan secara
aktif kepada anak untuk makan, tapi jangan dipaksa.

Pentingnya pemberian makan secara aktif:


Bila anak makan sendiri, mungkin tidak akan kenyang dan gampang terganggu. Oleh sebab
itu, anak perlu bantuan. Bila anak tidak mendapatkan makananyang cukup, akan menjadi
kurang gizi.
a. Biarkan anak makan dari piringnya sendiri (pengasuh akan tahu seberapa banyak
anak makan).
b. Duduk bersama anak, bersikap sabar dan berikan dorongan agar dia mau makan.
c. Berikan makanan yang bisa diambil dan dipegang anak; anak-anak sering kali ingin
makan sendiri. Berikan dia dorongan untuk melakukan itu, tapi pastikan bahwa
makanan itu memang masuk ke mulutnya.
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

26
Mata Pelatihan Inti 2

d. Ibu/ayah/pengasuh bisa menggunakan tangannya (setelah dicuci) untuk menyuapi


anak.
e. Beri anak makan begitu memperlihatkan tanda lapar.
f. Jika anak menolak untuk makan, terus berikan dorongan; cobalah untuk memangku
anak waktu memberinya makan.
g. Ajak anak bermain, coba untuk menjadikan makan sebagai pengalaman belajar dan
menyenangkan, tidak hanya sebagai pengalaman makan. Anak harus diberi makan
di tempat yang biasa dia diberi makan.
h. Anak sebanyak mungkin harus makan bersama keluarga untuk menciptakan
suasana yang dapat meningkatkan perkembangan psiko-afektif.
i. Bantu anak untuk makan.
j. Jangan paksa jika anak tidak mau makan. Jangan paksakan makanan masuk ke
mulutnya.
k. Jika anak menolak untuk makan, tunggu atau tangguhkan sampai dia mau.
l. Jangan berikan anak terlalu banyak minum sebelum dan sewaktu dia makan.
m. Beri pujian kepada anak waktu makan.
n. Ayah, anggota keluarga (misalnya kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian
dalam pemberian makan aktif/responsif.

2. Penyiapan Pembuatan MPASI


Pembuatan MP ASI bagi anak usia 6–23 bulan sebaiknya menggunakan pangan lokal.
Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan
potensi sumberdaya dan kearifan lokal yang menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.

MP ASI dapat disiapkan dari makanan keluarga atau disiapkan secara terpisah. Ini akan
membantu anak secara bertahap dari ASI ke makanan keluarga. Terdapat 4 (empat)
kelompok bahan makanan dapat dilihat pada tabel berikut.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

27
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.9 Pengelompokan Bahan Makanan

1. Makanan Pokok: biji-bijian, seperti jagung,


gandum, beras, sagu dan umbi-umbian seperti
singkong dan kentang

2. Kacang-kacangan seperti kedelai, kacang


hijau, kacang polong, kacang tanah dan biji-
bijian seperti wijen, tempe dan tahu

3. Buah-buahan dan sayuran yang


mengandung vitamin A seperti mangga,
pepaya, jeruk, daun-daunan hijau, wortel, ubi
jalar dan labu; dan buah-buahan dan sayuran
lain seperti pisang, nanas, alpukat, semangka,
tomat, terung dan kol.
Catatan: termasuk tanaman liar yang
digunakan secara lokal serta tanaman lain

4. Makanan kaya zat besi bersumber


hewani seperti daging sapi, ayam, hati dan
telur; dan makanan bersumber hewani
lainnya seperti ikan, susu dan produk susu
lainnya
Catatan: makanan hewani harus dimulai
saat anak telah mencapai usia 6 bulan

Pembuatan MP ASI diutamakan menggunakan bahan makanan lokal yang terdiri dari:
1) Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan makanan pokok seperti beras, biji- bijian,
jagung, gandum, sagu, dan umbi-umbian.
2) Protein hewani dapat diperoleh dari unggas, hati, telur, ikan, daging sapi,susu dan
produk olahannya. Sumber protein hewani mengandung asam amino yang lengkap
dan mineral dengan bioavailabilitas yang baik, serta memiliki daya serap yang baik.
Pemberian protein hewani dalam MP ASI diprioritaskan.
3) Protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kacang
kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah, tempe, tahu, dll. Kacang-
kacangan mengandung asam fitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan
mineral. Asam fitat akan berkurang dengan proses pengolahan seperti perendaman,
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

28
Mata Pelatihan Inti 2

pemanasan, dan fermentasi (contohnya tempe dan tahu).


4) Lemak sebagai sumber energi yang efisien.
Penggunaan/penambahan sejumlah minyak/lemak pada MP ASI akan memberikan
tambahan kandungan energi tanpa meningkatkan volume MP ASI.
Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis minyak (minyak kelapa sawit, minyak
bekatul, minyak wijen, dll), margarin, mentega, santan dan bahan makanan lainnya
yang berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan nabati. Sebagai
sumber protein hewani, Ikan juga mengandung asam lemak esensial (omega 3, omega
6) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Contoh ikan yang banyak
mengandung asam lemak esensial antara lain ikan laut dalam, misalnya ikan
kembung, ikan tongkol, ikan tuna, ikan sardin, ikan tenggiri, ikan kerapu, dan ikan
salmon.
5) Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayuran merupakan sumber
vitamin (vitamin A dan vitamin C), terutama yang berwarna kuning, oranye dan hijau,
tetapi kandungan seratnya tinggi. Kebutuhan serat bayi dan anak sangat sedikit (IOM,
2005) maka pemberian buah dan sayur pada bayi dan anak dapat diperkenalkan dalam
jumlah sedikit.
Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral dapat diperoleh dari bahan makanan lain
yaitu sumber karbohidrat, protein hewani, dan protein nabati.Masalah defisiensi mineral
pada bayi dan anak yang terbesar adalah defisiensi zat besi dan seng. Sumber zat
besi dan seng yang berasal dari protein hewani lebih mudah diserap misalnya daging
merah dan hati ayam.

MP ASI dapat dibuat dari bahan makanan mentah atau pun makanan keluarga. Berikut
ini contoh standar menu MP ASI yang dibuat dari bahan makanan mentah maupun
makanan keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut:

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

29
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.10 Standar Menu MP ASI dari Bahan Makanan Mentah

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

30
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.11 Standar Menu MP ASI dari Makanan Keluarga

Catatan:
• Rata-rata kandungan energi standar MP ASI usia 6-8 bulan untuk 1 porsi/resep adalah
100 – 125 kalori, protein 20% dan lemak 45%
• Rata-rata kandungan energi standar MP ASI usia 9-11 bulan untuk 1 porsi/resep adalah
125 – 140 kalori, protein 20% dan lemak 45%
• Rata-rata kandungan energi standar MP ASI usia 12 – 23 bulan untuk 1 porsi/resep
adalah 200 kalori, protein 20% dan lemak 45%

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

31
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.12 Standar Menu Makanan Selingan dari Bahan Makanan Mentah

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

32
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.13 Standar Menu Makanan Selingan dari Bahan Makanan Keluarga

Sumber: Pedoman PMBA, Kemenkes 2020

Untuk menjadi perhatian:


1. Pada saat edukasi dapat diinformasikan contoh standar pemberian makan sesuai dengan
tabel di atas
2. Pada saat konseling dilakukan modifikasi standar pemberian makan sesuai dengan kondisi
anak. Selanjutnya dilakukan evaluasi atau kontrol kembali 2 minggu kemudian terhadap
intervensi yang diberikan.

Untuk lebih memahami materi MP ASI, Anda dapat melihat dan membaca Booklet dan Kartu
Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak serta Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA).

Empat Pilar Pedoman Gizi Seimbang


a. Pilar Pertama: Mengonsumsi Aneka Ragam Makanan
The WHO-UNICEF Technical Expert Advisory group on nutrition Monitoring (TEAM)
merekomendasikan pengelompokan keragaman makanan yang lebih detail berikut ini:
• Air Susu Ibu (ASI)
• Biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian (makanan berpati)
• Kacang-kacangan
• Daging, ikan, unggas, ikan, jeroan (contoh: hati, jantung, otak, usus)
• Susu dan produk olahan susu
• Telur
• Sayuran dan buah-buahan yang kaya vitamin A (contoh: wortel, mangga, sayuran
berdaun hijau tua, labu kuning)
• Buah-buahan atau sayuran lainnya
Anak yang diberi makanan beragam dapat lebih memungkinkan untuk terpenuhi
kebutuhan zat gizi mikro, meliputi vitamin A, zat besi, kalsium, tiamin, folat, seng, vitamin
B6 dan B12.

b. Pilar Kedua: Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Membiasakan diri sejak dini untuk menerapkan perilaku hidup bersih dapat
menghindarkan seseorang dari terpapar penyakit, terutama penyakit infeksi yang dapat
memengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama pada anak-anak.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

33
Mata Pelatihan Inti 2

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan mulai dari lingkup pribadi hingga rumah
tangga, diantaranya adalah :
1) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir dilakukan saat
sebelum dan setelah menyusui, menyiapkan dan memberikan makan dan minum
anak, setelah buang air, atau membersihkan kotoran.
2) Menggunakan jamban sehat
3) Membiasakan menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur pada anak.
4) Mencuci buah serta sayuran dengan air bersih mengalir sebelum dikonsumsi
5) Menutup makanan dan minuman untuk menghindarkan makanan dihinggapi lalat,
binatang lainnya atau terkena debu
6) Menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin
7) Menggunakan alas kaki jika keluar rumah
8) Memotong kuku secara teratur untuk menghindari penyakit seperti kecacingan.

c. Pilar Ketiga: Melakukan Aktivitas Fisik


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI), aktivitas pada bayi dapat dilakukan dengan
meletakkan bayi tengkurap ketika dia bangun dan ingin bermain. Bila bayi belum bisa
merangkak, rangsang dia dengan meletakkan mainan yang menarik perhatian di
depannya. Bermain dalam posisi tengkurap dapat dilakukan minimal 30 menit sehari,
dibagi menjadi beberapa kali dan harus selalu diawasi oleh orang dewasa. Aktivitas fisik
sesuai usia anak harus disesuaikan dengan kemampuan anak. Selama beberapa bulan
awal, selalu perhatikan dan topang kepalanya dan leher jika perlu. Bermain dapat
dilakukan dengan merangsang gerak berguling, duduk, merangkak, meraih dan
menggenggam benda. Pastikan area bermain dan sekitarnya aman.
Ketika anak sudah berjalan, sekitar usia satu sampai dua tahun, bentuk aktivitasnya bisa
lebih beragam. Anak bisa melakukan kegiatan yang membutuhkan banyak energi dalam
waktu singkat, seperti melompat, memanjat, berlari. Mainkan musik dan dorong anak
bergerak mengikuti irama. Belajar memainkan bola dengan lempar tangkap dan
tendangan. Permainan tarik-tarik seperti kereta api meningkatkan pemahaman anak-anak
tentang kesadaran spasial.

d. Pilar Keempat: Memantau Berat Badan secara teratur untuk mempertahankan Berat
Badan dalam kisaran normal
Pemantauan berat badan dan panjang atau tinggi badan secara teratur dapat menjadi
deteksi dini gangguan pertumbuhan.

SEKARANG SAYA TAHU


1. Ibu hamil dan ibu menyusui mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk perkembangan
dan pertumbuhan janin dalam kandungan, persiapan ibu menyusui dan pada saat ibu
menyusui. Oleh karena itu seorang ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan makanan
tambahan 1 (satu) porsi lebih banyak dari biasanya.

2. Pemberian ASI dianjurkan sejak bayi lahir hingga anak berusia 24 bulan atau lebih. Bayi
disusui sesering mungkin siang dan malam, rekomendasi pemberian ASI berlaku untuk
seluruh bayi dalam situasi apapun, begitu pula rekomendasi hindari penggunaan
susu formula; dengan melaksanakan praktik pemberian ASI yang direkomendasikan, ibu
dapat menyusui dan mempertahankan pasokan ASInya.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

34
Mata Pelatihan Inti 2

3. Dalam menyiapkan MP ASI harus memenuhi 4 (empat) syarat yaitu 1) tepat waktu; 2)
adekuat dengan mempertimbangkan: usia, frekuensi, jumlah setiap kali makan, tekstur
(kekentalan/konsistensi), variasi, pemberian makan aktif/responsif dan kebersihan; 3)
aman dan 4) diberikan dengan cara yang benar. Makanan yang dimasak sebaiknya
menggunakan pangan lokal, mudah diperoleh di daerah setempat dan murah.

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1. Bagaimana dengan materinya? Menarik bukan?
Seorang tenaga kesehatan perlu memiliki kemampuan dalam memahami pemberian makanan
pada kelompok sasaran 1000 HPK . Mari kita istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi
kemudian Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar 2 ya.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

35
Mata Pelatihan Inti 2

MATERI POKOK 2:
PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK 24-72 BULAN

PENDAHULUAN
Pemberian makan pada anak usia 24- 72 bulan perlu mendapat perhatian karena terjadi
pertumbuhan cepat pada anak usia tersebut. Demikian juga dengan aktivitas anak meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat ditentukan
oleh asupan zat gizi sesuai kebutuhan. Perilaku Gizi Seimbang sangat berpengaruh terhadap
pemenuhan zat gizi pada anak, oleh karena itu perilaku tersebut perlu ditanamkan sejak dini.

Pada masa ini, anak mulai mengonsumsi makanan keluarga yang lebih bervariasi baik jenis, rasa
dan tekstur makanan. Anak mulai belajar makan secara mandiri dan biasanya sudah bisa
menentukan makanannya dengan menolak yang tidak disukai. Dalam tahap ini anak memerlukan
pengarahan dan pengamatan dari orang tua untuk mempertahankan pola makan yang sehat
setiap harinya.

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Apabila asupan zat gizi tidak seimbang akan mengakibatkan kelainan gizi seperti: pendek
(stunting), gizi kurang (wasting), berat badan kurang (underweight), gizi lebih (overweight),
obesitas, anemia, Kekurangan Vitamin A (KVA), dan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium).

Materi ini akan membahas kebutuhan gizi anak usia 24 – 72 bulan dan penerapan gizi seimbang
pada anak usia 24 – 72 bulan.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan Pemberian Makan pada Anak 24 –
72 bulan.

SUB MATERI POKOK


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 2:
A. Kebutuhan Gizi Anak Usia 24 – 72 Bulan
B. Penerapan Gizi Seimbang pada Anak Usia 24 – 72 Bulan

URAIAN MATERI
Anda pasti sering berfikir apakah kebutuhan gizi anak anda yang berusia 24-72 bulan sudah
terpenuhi? Zat gizi yang adekuat dibutuhkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Untuk dapat memahaminya marilah kita pelajari materi berikut ini dengan semangat belajar
yang tinggi ya!

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

36
Mata Pelatihan Inti 2

A. Kebutuhan Gizi Anak usia 24-72 bulan


Kebutuhan gizi anak pada usia ini meningkat dikarenakan anak pada usia ini masih berada
pada fase pertumbuhan cepat dan bertambahnya aktivitas.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, penjabaran kebutuhan gizi untuk anak usia
1-3 tahun dan 4-6 tahun sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air
yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)
Berat Tinggi Lemak (g)
Kel Energi Protein Karbohidrat Serat Air
Badan Badan Omega Omega
Usia (kkal) (g) Total (g) (g) (ml)
(kg) (cm) 3 6
1-3 thn 13 92 1350 20 45 0.7 7 215 19 1150
4-6 thn 19 113 1400 25 50 0.9 10 220 20 1450

Tabel 3.13 Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)
Vit Vit Vit Vit Vit Vit
Kel Vit A Vit D Vit E Vit K Folat Biotin Kolin Vit C
B1 B2 B3 B5 B6 B12
Usia (RE) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mcg) (mg) (mg)
(mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg)
1-3 thn 400 15 6 15 0.5 0.5 6 2.0 0.5 160 1.5 8 200 40
4-6 thn 450 15 7 20 0.6 0.6 8 3.0 0.6 200 1.5 12 250 45

Tabel 3.14 Angka Kecukupan Mineral yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)
Kel Ca P Mg Fe I Zn Se Mn F Cr K Na Cl Cu
Usia (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mcg)
1-3 thn 650 460 65 7 90 3 18 1.2 0.7 14 2600 800 1200 340
4-6 thn 1000 500 95 10 120 5 21 1.5 1.0 16 2700 900 1300 440

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

37
Mata Pelatihan Inti 2

1. Makanan Pokok sebagai Sumber Utama


Pesan Kunci:
Karbohidrat
a. Rasional Makanan pokok merupakan
Makanan pokok dibutuhkan sebagai sumber energi sumber energi untuk semua
sebab semua aktivitas manusia membutuhkan aktivitas, bahkan saat tidur,
energi, bahkan saat tidur. Makanan pokok banyak sehingga dibutuhkan
mengandung karbohidrat sebab komponen terkecil, proporsi yang besar untuk
yakni glukosa, dibutuhkan oleh seluruh sel-sel memenuhi kebutuhan
tubuh untuk bermetabolisme, termasuk sel otak. energi anak.

b. Jenis-jenis Makanan Pokok


Kelompok makanan yang merupakan makanan pokok sebagai sumber karbohidrat di
antaranya adalah: beras, umbi-umbian (ubi, singkong, talas, kentang, ubi, dll), jagung,
gandum dan olahannya, dan lain sebagainya.

2. Lauk Pauk sebagai Sumber Utama Protein dan juga Sebagian Vitamin dan Mineral
Penting
a. Rasional
Lauk pauk merupakan sumber protein hewani dan
Pesan Kunci:
nabati yang dibutuhkan untuk membangun sel Lauk pauk merupakan sumber
tubuh yang baru, menggantikan sel yang mati, dan protein hewani dan nabati
mempertahankan imunitas. yang merupakan bahan
dasar untuk regenerasi sel
b. Jenis-jenis Protein Hewani dan Nabati dan sistem kekebalan tubuh
Kelompok lauk pauk yang merupakan sumber anak.
protein hewani di antaranya adalah daging merah,
ayam, ikan, telur, hati ayam, udang, cumi, susu, sedangkan yang merupakan sumber
protein nabati di antaranya adalah tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

3. Sayur dan Buah sebagai Sumber Utama Vitamin dan Sebagian Mineral Penting dan
Serat
a. Rasional
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan Pesan Kunci:
mineral yang diperlukan untuk mendukung
metabolisme zat gizi di dalam tubuh dan mencegah Sayur dan buah merupakan
terjadinya kekurangan zat gizi, seperti anemia. sumber vitamin dan mineral
yang penting untuk
Vitamin dan mineral ini bermanfaat untuk
metabolisme zat gizi yang
membantu pertumbuhan, perkembangan dan
bermanfaat bagi
kesehatan anak. Kebutuhan serat yang diperlukan pertumbuhan, perkembangan
untuk anak usia 2-6 tahun adalah sebesar 19-20 dan kesehatan anak.
gram/hari.

b. Jenis-jenis Sayur dan Buah


Sayur dan buah merupakan kelompok makanan sebagai sumber vitamin dan mineral.
Kelompok makanan ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro seseorang.
Sayuran berdaun hijau tua dan buah-buahan berwarna oranye, seperti bayam,
kangkung, kelor, katuk, kacang panjang, wortel, labu kuning, brokoli, daun singkong,
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

38
Mata Pelatihan Inti 2

daun pepaya, dan sebagainya merupakan sumber vitamin A dan zat besi. Sedangkan
untuk sayur dan buah sumber vitamin C diantaranya adalah jambu batu, jeruk, pepaya,
mangga, lemon, stroberi, brokoli, tomat, paprika, kentang, dsb.

4. Gula, Garam, dan Lemak (GGL)


Konsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat
meningkatkan risiko kegemukan, hipertensi dan penyakit lainnya.

Kebutuhan gula, garam, dan lemak untuk anak usia 2-6 tahun adalah sebagai berikut:
• Gula sebanyak 20 gram/hari, sekitar 2,5 sendok makan (setara dengan 70 kkal).
• Garam (natrium) 1/3 sendok teh (setara dengan 600-700 mg Natrium).
• Minyak (tersimpan dalam makanan) total sebanyak 20-25 gram, sekitar 2-2,5 sendok
makan (setara 180-225 kkal)

Jenis-jenis makanan/minuman berikut ini harus dihindari sebab meskipun dikonsumsi


dalam porsi yang kecil (tidak mengenyangkan), kandungan kalori dan garamnya tinggi:
aneka gorengan, aneka kue kering maupun basah, makanan ringan dalam kemasan,
minuman manis kekinian (boba/milk tea/kopi racikan siap minum), makanan cepat saji
(fried chicken, burger, pizza), makanan kalengan/olahan (kornet, sosis), dan berbagai jenis
makanan lainnya.

Pesan Kunci:
Hindari konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan karena dapat
menimbulkan berbagai gangguan dan penyakit metabolik di kemudian hari.

5. Cairan
Air merupakan kebutuhan dasar semua mahluk hidup termasuk manusia. Air merupakan
cairan yang ideal atau paling baik yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan,
pembuangan racun, pengaturan metabolisme tubuh, penyusun sel dan darah, serta
mengatur suhu tubuh. Setiap hari, tubuh kehilangan cairan melalui proses bernapas,
berkeringat, dan buang air. Jika kehilangan ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang
cukup, tubuh akan mengalami dehidrasi yang membahayakan kesehatan. Oleh sebab itu,
kita harus mengganti kehilangan cairan tersebut dengan minum air putih, konsumsi
buah/sayur yang banyak mengandung air, atau makanan berkuah. Untuk mencukupi
kebutuhan cairan sehari-hari dianjurkan agar anak mendapat asupan cairan sebanyak
1200-1500 ml air/hari atau sekitar 5-6 gelas sehari.

Pesan Kunci
• Kebutuhan gizi anak 2-6 tahun selalu meningkat seiring dengan masa
tumbuh kembang dan peningkatan aktivitas fisik pada anak.
• Peran ibu, pengasuh, dan lingkungan sangat penting dalam pemenuhan gizi
anak.
• Anak usia 2-6 tahun perlu mengonsumsi beranekaragam makanan sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

39
Mata Pelatihan Inti 2

B. Penerapan Gizi Seimbang Pada Anak Usia 24 – 72 Bulan


Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan kumpulan
dari upaya untuk mewujudkan keseimbangan antara asupan zat gizi yang masuk dengan
energi atau zat gizi yang keluar. Keseimbangan ini perlu dipenuhi agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan melakukan kegiatan/aktivitas serta menjaga imunitas
tubuh termasuk pada anak usia 2-6 tahun.

1. Empat Pilar Pedoman Gizi Seimbang


a. Pilar Pertama: Mengonsumsi Aneka Ragam Makanan
1) Mengonsumsi aneka ragam makanan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak sehingga dapat tumbuh dengan baik dan mempertahankan kesehatannya.
2) Keragaman makanan yang dikonsumsi dapat menggambarkan kualitas asupan
balita apakah sudah dapat memenuhi kebutuhan yang dianjurkan atau tidak. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah segi keamanan yaitu makanan dan minuman
yang dikonsumsi harus bebas dari kuman penyakit atau bahan yang berbahaya
bagi tubuh.

b. Pilar Kedua: Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Membiasakan diri sejak dini untuk menerapkan perilaku hidup bersih dapat
menghindarkan seseorang dari terpapar penyakit, terutama penyakit infeksi yang dapat
memengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama pada anak-anak.
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan mulai dari lingkup pribadi hingga rumah
tangga, diantaranya adalah :
1) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir dilakukan
saat sebelum dan setelah menyiapkan dan memberikan makan dan minum anak,
setelah buang air, atau membersihkan kotoran.
2) Menggunakan jamban sehat
3) Membiasakan menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur pada anak.
4) Mencuci buah serta sayuran dengan air bersih mengalir sebelum dikonsumsi
5) Menutup makanan dan minuman untuk menghindarkan makanan dihinggapi lalat,
binatang lainnya atau terkena debu
6) Menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin
7) Menggunakan alas kaki jika keluar rumah
8) Memotong kuku secara teratur untuk menghindari penyakit seperti kecacingan.

c. Pilar Ketiga: Melakukan Aktivitas Fisik


AktIvitas fisik yang rutin diperlukan guna menyeimbangkan antara energi yang masuk
dan dikeluarkan oleh tubuh. Aktivitas fisik dibutuhkan diantaranya untuk meningkatkan
kebugaran, memperlancar sistem metabolisme tubuh dan mencegah anak dari
kegemukan (overweight) dan obesitas. Aktivitas fisik pada anak tidak diharuskan berupa
olahraga, berbagai macam aktivitas bermain pun dapat dikategorikan sebagai aktivitas
fisik. Agar tumbuh kembang optimal, harus diperhatikan kualitas dan kuantitas tidur
anak.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

40
Mata Pelatihan Inti 2

Anjuran aktivitas menurut WHO tahun 2019:


1) Anak usia 2 tahun:
a) Menghabiskan kurang lebih 180 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar
dalam waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.
b) Waktu untuk menonton layar (seperti menonton TV/video, bermain games di
komputer, dsb) tidak dianjurkan untuk usia 1 tahun dan tidak lebih dari 1 jam setiap
harinya untuk anak 2 tahun
c) Memiliki 11-14 jam waktu tidur yang berkualitas setiap harinya, termasuk tidur
siang, dengan waktu tidur dan bangun yang teratur.
2) Anak usia 3-4 tahun:
a) Menghabiskan kurang lebih 180 menit untuk melakukan aktivitas fisik dengan
berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda, dengan setidaknya 60
menit digunakan untuk aktivitas fisik dengan intensitas sedang-berat yang
tersebar dalam waktu satu hari.
b) Tidak dibiarkan berdiam diri lebih dari 1 jam seperti duduk di kereta bayi, kursi,
digendong maupun duduk dalam waktu yang lama.
c) Waktu diam menetap menonton layar (seperti menonton TV/video, bermain
games di komputer, dsb) tidak lebih dari 1 jam. Durasi kurang dari 1 jam akan lebih
baik.
d) Memiliki 10-13 jam waktu tidur yang berkualitas, termasuk tidur siang, dengan
waktu tidur dan bangun yang teratur.
3) Anak usia 4-6 tahun
a) Untuk anak 4-6 tahun anjuran lamanya aktivitas fisik, waktu menonton, dan waktu
tidur serupa dengan kebutuhan pada anak usia 3-4 tahun.
b) Contoh aktivitas fisik yang dapat dilakukan diantaranya bermain bola, lompat tali,
bermain sepeda, atau senam bersama orang tua.
c) Ciptakan beberapa gerakan senam yang sekaligus melatih perkembangan anak,
misalnya mengajak anak menirukan gaya pesawat terbang dengan
membentangkan kedua tangan dan berlarian atau meminta anak untuk berdiri di
atas satu kaki dan mempertahankan posisi ini selama beberapa detik.

Selain pentingnya pemberian gizi seimbang dan mengetahui tahapan tumbuh kembang
yang harus dicapai oleh anak-anak berusia 2-6 tahun, diperlukan juga kegiatan stimulasi
perkembangan kognitif dan psikososial untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak
tersebut (pola asih, asah, dan asuh anak). Penting bagi tenaga kesehatan dan orang tua
untuk mengetahui tanda-tanda bahaya (red flags) perkembangan anak. Jika terdapat tanda
bahaya perkembangan anak, sebaiknya orang tua segera membawa anaknya ke layanan
kesehatan terdekat. Kegiatan stimulasi perkembangan meliputi aktivitas fisik, sebagaimana
dituangkan dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

41
Mata Pelatihan Inti 2

d. Pilar Keempat: Memantau Berat Badan secara teratur untuk mempertahankan


Berat Badan dalam kisaran normal.
1) Pemantauan berat badan secara teratur dapat menjadi deteksi dini penyimpangan
berat badan dari BB normal.
2) Lakukan penimbangan berat badan (BB) anak secara teratur di Posyandu atau
pelayanan kesehatan lainnya.
3) Sarana pemantauan BB dapat menggunakan Kurva pertumbuhan di dalam buku KIA.

2. Mempersiapkan Makanan dengan Gizi Seimbang untuk Anak Usia 2 – 6 Tahun


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan makanan anak usia 2–
6 tahun adalah:
a. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi sesuai AKG tahun 2019, yang digunakan
pada tingkat komunitas untuk melakukan edukasi/penyuluhan di kelas balita, kelas ibu
hamil, posyandu serta tempat layanan Kesehatan masyarakat.
b. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk pemberian makan pada
layanan individu/konseling dengan menggunakan perhitungan kebutuhan energi
menurut Berat Badan Ideal (BBI) dan Usia – Tinggi Badan (uraian lebih lengkap ada di
MPI 5).
c. Perkembangan feeding behavior
• Pada umur 3-4 tahun (prasekolah), anak telah mampu untuk menjaga jalan napas
sehingga dapat mengkonsumsi makanan yang kecil, bulat dan keras dengan aman,
dapat menggunakan alat makan dan gelas dengan efektif, dan dapat duduk di kursi
untuk makan
• Anak-anak prasekolah tetap harus didorong untuk duduk di meja makan ketika
makan. Makan bersama anggota keluarga yang lain memberikan kesempatan untuk
mengajarkan anak untuk makan yang sehat
d. Frekuensi pemberian makan
Anak-anak di atas umur 2 tahun sebaiknya diberikan makan utama 3 hingga 4 kali per
hari secara teratur dimulai dengan sarapan pagi, makan siang dan malam dan makanan
selingan/kudapan (snack) sehat bersama keluarga sebanyak 1 hingga 2 kali per hari.
Snack atau kudapan merupakan komponen yang esensial pada diet anak. Asupan
kalori dari kudapan pada anak umur 1-3 tahun mencakup seperempat dari kebutuhan
kalori total harian. Kudapan yang sehat harus mengandung zat gizi makro dan mikro.
Sarapan pagi setiap hari penting terutama bagi anak sekolah. Sarapan pagi dapat
menyediakan gula darah sebagai sumber energi otak sehingga anak lebih mudah
menerima pelajaran. Sarapan pada anak sekolah dilakukan pada jam 06.00 atau
sebelum jam 07.00. Waktu persiapan untuk makan pagi atau sarapan sangat singkat,
sehingga perlu dipertimbangkan menu yang cocok terdiri dari makanan pokok,
hewani/nabati, sayur dan buah. Bagi anak usia 2 tahun makanan di potong kecil
sehingga anak dapat mengunyah dan menelan dengan mudah, mencegah tersedak.
e. Komposisi makanan anak di atas 24 bulan hingga umur prasekolah
• Karbohidrat
Karbohidrat harus mencakup 45-65% dari asupan kalori total harian.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

42
Mata Pelatihan Inti 2

• Lemak
Komposisi lemak pada anak umur 2-3 tahun mencakup 30-35% dari kalori total,
sedangkan pada anak umur 3-18 tahun adalah 25-35%. Untuk anak berumur lebih
dari 2 tahun, komposisi lemak jenuh sebaiknya kurang dari 10% total asupan kalori,
dengan asupan kolesterol kurang dari 300 mg per hari. Asupan lemak trans
sebaiknya sesedikit mungkin.
• Protein
Protein harus mencakup 10-20% dari asupan kalori total harian pada anak umur 1-3
tahun dan 10-30% pada anak umur 4-18 tahun. Sebanyak 65-70% asupan protein
sebaiknya berasal dari protein hewani karena protein hewani mempunyai asam
amino esensial yang lengkap dengan bioavailabilitas yang baik.
Perbanyak konsumsi makanan tinggi protein 3-4 kali sehari seperti ikan, telur, ayam,
daging, hati, tempe tahu dan kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan kognitif anak. Selain itu
konsumsi pangan sumber lemak yang kaya Omega 3, DHA, EPA yang banyak
terkandung dalam ikan juga sangat dibutuhkan anak.
• Vitamin dan mineral
Sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral sebaiknya
ditawarkan setiap hari. Buah-buahan yang diberikan adalah buah-buahan sumber
vitamin C (jeruk, stroberi) dan sumber vitamin A (buah-buahan warna kuning dan
hijau tua, melon). Sayuran yang diberikan adalah sayuran dengan sumber vitamin C
(tomat, brokoli) dan sumber vitamin A (bayam, ubi, jagung). Anak-anak antara umur
1-6 tahun sebaiknya membatasi konsumsi jus sekitar 120-150 ml per hari.
Kandungan jus buah secara umum memiliki jumlah serat dan kandungan gizi yang
terbatas dibandingkan buah utuh. Sayuran dan buah-buahan perlu dikonsumsi
setiap kali makan dan dapat dijadikan sebagai makanan selingan
• Serat
Jumlah serat yang diberikan sebesar 19 gr/hari untuk anak umur 1-3 tahun dan 25
gr/hari untuk anak umur 4-8 tahun. Target ini bisa dicapai dengan mengkonsumsi
buah-buahan, sayuran, sereal, produk gandum, dan kacang-kacangan.
f. Pengasuh atau Ibu diharapkan membatasi konsumsi selingan yang terlalu manis, gurih
dan berlemak, karena makanan tersebut dapat menurunkan nafsu makan dan
cenderung menyebabkan karies gigi dan obesitas. Hindari selingan yang bisa
menyebabkan anak tersedak terutama pada anak usia dibawah 3 tahun misalnya
kacang, jelly juga hindari selingan makanan yang mengandung bahan berbahaya
misalnya formalin, boraks, pewarna methanyl yellow dan rhodamin B.
g. Minumlah air putih sesuai kebutuhan. Sangat dianjurkan agar anak tidak membiasakan
konsumsi minuman manis atau bersoda karena minuman tersebut kandungan gulanya
tinggi. Usahakan penyajian makan yang menarik yang dapat meningkatkan selera
makan anak dari segi frekuensi, jumlah, tektur, variasi dan kebersihan.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

43
Mata Pelatihan Inti 2

Pesan Kunci
1. Hindari konsumsi makanan yang terlalu manis, asin, dan berlemak.
2. Hindari jajanan makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP)
yang berbahaya.
3. Biasakan membaca label makanan yang akan dikonsumsi.
4. Minum air putih sesuai kebutuhan usia.
5. Lakukan aktivitas fisik yang menyenangkan setiap hari.

Berikut adalah anjuran jumlah porsi menurut Angka Kecukupan Gizi (Tahun 2019) bagi
anak kelompok usia 1-3 Tahun dan 4-6 tahun:

Tabel 3.15 Anjuran Jumlah Porsi menurut Angka Kecukupan Gizi


Kelompok Usia 1-3 Tahun dan 4-6 Tahun untuk satu hari
Bahan Anak Usia Anak Usia
Keterangan
Makanan 1-3 Tahun 4-6 Tahun
Nasi 3p 3p 1 porsi = 100 g atau ¾ gelas nasi
1 porsi = 100 g atau 1 mangkuk sayur tanpa
Sayuran 1,5 p 2p
kuah
1 porsi = 100 g atau 1 potong sedang
pisang
Buah 3p 3p
1 porsi = 100 – 190 g atau 1 potong besar
papaya
Tempe 1p 2p 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang tempe
1 porsi = 35 gram daging atau 1 porsi = 50
Daging
2p 3p g atau 1 potong sedang ikan atau 1 porsi =
/Ikan
55 gram atau 1 butir telur ayam
1 porsi = 5 g atau 1 sendok teh bersumber
dari pengolahan makanan seperti
Minyak 3p 4p
menggoreng, menumis, santan, kemiri,
mentega dan sumber lemak lainnya
1 porsi = 10 g atau 1 sendok makan dari
Gula 2p 2p kue-kue manis, minum teh manis, dan lain-
lainnya
Dilanjutkan
ASI hingga 2
Tahun
Sumber: AKG 2019

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

44
Mata Pelatihan Inti 2

Berikut contoh menu seimbang untuk anak usia 2- 6 tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.16 Contoh Menu Sehari Anak Usia 2-3 tahun


BAHAN
WAKTU MENU BERAT (g)/URT KALORI
MAKANAN
Pagi 07.00 Nasi putih/penukar Nasi 75 (1/2 gls) 312
Ikan bumbu kuning Ikan segar 40 (1 ptg sdg)
Minyak 5 (1 sdt)
Bening bayam Bayam 50 (1/2 gls)

Pukul 10.00 Kue hunkwee pisang Pisang kapok 25 (1/2 bh ) 108


Tpg hunkwee 20 (4 sdm)
Gula pasir 10 (1 sdm)
Siang 12.00 Nasi putih/penukar Nasi 75 (1/2 gls)
Sayur lodeh Telur puyuh 33 (3 btr) 448
Labu kuning 50 (1/2 gls)
Santan 40 (1/3 gls)
Tempe goreng panir Tempe 50 (2 ptg sdg)
Tepung panir 10 (1 sdm)
Minyak 5 (1 sdt)
Buah Pepaya 190 (1 ptg besar)
Pukul 15.00 Ubi Jalar kukus Ubi Jalar 50 (1/2 ptg besar) 87,5

Sore 18.00 Nasi putih/penukar Nasi 75 (1/2 gls)


Sup ayam Daging Ayam 35 (1/2 ptg sdg) 435
Wortel 25 (¼ gls)
Buncis 25 (1/4 gls)
Margarine 15 (1 sdm)
Buah Mangga 90 (3/4 buah)
Energi:1335 Kal
NILAI GIZI Protein: 49 g
Lemak: 47 g
KH: 180 g

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

45
Mata Pelatihan Inti 2

Tabel 3.17 Contoh Menu Sehari Anak Usia 4-6 tahun


BAHAN
WAKTU MENU BERAT (g)/URT KALORI
MAKANAN
Pagi 07.00 Kentang Goreng Kentang 210 (2 bh sdg) 365
Minyak 5 (1 sdm)
Sup bakso daging Bakso daging 85 (5 biji sdg)
brokoli Kacang merah 20 ( 1sdm)
Brokoli 50 (1/2 gls)
Buah Jeruk manis 110 (1 bh besar)
Pukul 10.00 Pisang keju Pisang tanduk 50 (1 bh sdg) 108
Keju 10 ( 1ptg kecil)
Minyak 5 (1 sdm)
Siang 12.00 Nasi putih Nasi 100 (3/4 gls) 388
Sup ikan wortel ikan 20 (1/2 ptg sdg)
Wortel 25 (1/4 gls)
Buncis 25 (1/4 gls)
Perkedel tahu Minyak 5 (1 sdt)
Tahu 50 (1/2 bj besar)
Buah Pepaya 190 (1 ptg besar)
Pukul 15.00 Bola bola ubi Ubi jalar 50 (1/2 ptg) 192
Tepung 10 (1 sdm)
Gula pasir 10 (1 sdm)
Minyak 5 ( 1sdm)
Sore 18.00 Nasi putih Nasi 100 (3/4 gls) 380
Ayam goreng tepung Daging ayam 20 (1/2 ptg sdg)
Tepung panir 5 (1/2 sdm)
Minyak 5 (1 sdt)
Orak-arik sayuran Wortel 25 (1/4 gls)
Labu siam 25 (1/4 gls)
Semangka 180 (1 ptg besar)
Buah
Energi: 1458 kkal
Protein: 52 g
NILAI GIZI
Lemak :33 g
KH: 237 g

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

46
Mata Pelatihan Inti 2

Berikut ini contoh standar menu sekali makan anak 2 – 6 tahun dari makanan keluarga

Tabel 18. Standar Menu Makanan Sekali Makan Anak 2-6 tahun dari Makanan Keluarga

Selanjutnya standar makanan selingan anak usia 2-6 tahun

Tabel 19. Standar Makanan Selingan Anak 2-6 tahun

MAKANAN USIA (bulan)


MENU
KELUARGA (gram) 2-3 tahun 4-6 tahun

Menu Selingan 1 Bubur kacang hijau 75 g 75 g


Perkedel kentang isi
Menu Selingan 2 30 g 30 g
daging
Menu Selingan 3 Puding mangga 50 g 50 g
Sumber: Pedoman PMBA, Kemenkes 2020

Catatan:
1. Pada saat edukasi dapat diinformasikan contoh standar pemberian makan sesuai dengan
kelompok usia.
2. Pada saat konseling dilakukan modifikasi standar pemberian makan sesuai dengan kondisi
anak. Selanjutnya dilakukan evaluasi atau kontrol kembali 2 minggu kemudian terhadap
intervensi yang diberikan.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

47
Mata Pelatihan Inti 2

SEKARANG SAYA TAHU

1. Usia anak 24-72 bulan merupakan masa pertumbuhan dan memiliki aktivitas yang
meningkat, sehingga asupan gizi harus dipenuhi sesuai kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan
gizi yang seimbang diperlukan agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan zat gizi yang
dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan. Peran ibu, pengasuh, dan lingkungan sangat
penting dalam pemenuhan gizi anak.

2. Anak usia 24 - 72 bulan perlu mengonsumsi beranekaragam makanan sehingga dapat


memenuhi kebutuhan gizinya, membiasakan diri sejak dini untuk menerapkan perilaku hidup
bersih sehat, melakukan aktivitas fisik dan memantau berat badan secara teratur.

3. Terdapat 4 (empat) pilar Pedoman Gizi Seimbang, bila prinsip gizi seimbang tidak diterapkan
pada anak usia 24-72 bulan dapat mengakibatkan kelainan gizi seperti: pendek (stunted),
gizi kurang (wasted), berat badan kurang (underweight), gizi lebih (overweight), obesitas,
anemia, kekurangan Vitamin A (KVA), dan GAKI, hal ini akan berpengaruh buruk pada
kondisi kesehatan dan gizi anak.

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar MPI 2. Bagaimana dengan materinya?


Menarik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari anak-anak kita, bukan?!
Untuk melengkapi memahaman Anda dapat memutar video terkait materi ini

Video MP ASI
https://drive.google.com/drive/u/1/folders/1oPqefMKwCEHlEdld7AaPKifqni9e1z
9q
Video Posisi Pelekatan
https://drive.google.com/drive/u/1/folders/1De8m7WbRLFIf-
t1l2HAU2rR4hWS815kh
Video Pembuatan Boneka Peraga dan Model Payudara
https://www.dropbox.com/s/8n5pwhsaawe7jre/Pembuatan_Boneka_%26_Mode
l_Payudara_Low.mp4?dl=0
Video Posisi Menyusui dan Pelekatan Bayi pada Payudara yang Baik
https://www.dropbox.com/s/pa1aakne6ie50t7/Video%203_Posisi%20Menyusui_
Low.MP4?dl=0
Video Cara Memberikan ASIP dengan Cangkir
https://www.dropbox.com/s/xql2v3ar1dsuia4/4_Cara_Memberikan_ASIP_denga
n_Cangkir_20210810_low.mp4?dl=0
Video Cara Memerah ASI dengan Tangan
https://www.dropbox.com/s/5e88pu167r6dm8b/5_Cara_Memerah_ASI_dengan
_Tangan%20low.mp4?dl=0

Selamat !!
Anda telah menyelesaikan MPI.2 Pemberian Makan Balita dan Anak Prasekolah.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

48
Mata Pelatihan Inti 2

C. PENUGASAN

Lampiran MPI.2.IHB 1.1b


Panduan Diskusi Kelompok
Risiko Tidak Memberikan ASI bagi Bayi, Ibu, Keluarga dan Masyarakat (45 menit)

Tujuan
Peserta mampu menjelaskan mengenai risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga,
dan masyarakat/bangsa.

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan:
a. Risiko tidak memberikan ASI bagi Bayi,
b. Risiko tidak memberikan ASI bagi Ibu,
c. Risiko tidak memberikan ASI bagi Keluarga,
d. Risiko Tidak Memberikan ASI bagi Masyarakat/Bangsa
3. Fasilitator memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan poin-poin
risiko sebanyak-banyaknya sesuai tugas kelompok masing-masing
4. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk presentasi dan memimpin diskusi untuk
membahas hasil diskusi masing-masing kelompok.
5. Fasilitator meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
6. Fasilitator meminta peserta meninjau Modul MPI 2 Materi Pokok 1 Pemberian Makan pada
Sasaran 1000 HPK, Sub Materi Pokok Pemberian ASI

Alat bantu:
1. Media presentasi (laptop, LCD, Flipchart, spidol)

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

49
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 1.1b


Panduan Diskusi Kelompok
Kesulitan yang Sering Terjadi Selama Pemberian ASI (45 menit)

Tujuan
Peserta mampu menjelaskan kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI.

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok
2. Fasilitator menjelaskan kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI, disertai
menampilkan foto-foto pembengkakan payudara, puting lecet, saluran ASI tersumbat yang
dapat menyebabkan mastitis, dan ibu merasa ASI tidak cukup.
3. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan gejala-gejala, pencegahan dan
apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut, serta apa yang dilakukan untuk ibu
yang merasa ASI tidak cukup.
4. Fasilitator meminta setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi
5. Fasilitator meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
6. Fasilitator meminta peserta untuk meninjau Modul MPI 2 Materi Pokok Pemberian Makan
pada Sasaran 1000 HPK, Sub Materi Pokok Pemberian ASI

Alat bantu:
1. Media presentasi (laptop, LCD, Flipchart, spidol)
2. Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda
3. Gambar-gambar kesulitan pemberian ASI (Metaplan atau ppt)

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

50
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 1.1b.


Panduan Simulasi
Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Baik (45 menit)

Tujuan:
Peserta terampil dalam membantu memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui.

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator meminta peserta dalam kelompok membagi diri untuk memerankan ibu, konselor,
pengamat untuk mempraktikkan posisi dan pelekatan secara bergantian.
3. Fasilitator menjelaskan tentang cara membantu memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui
mengacu ke 4 ciri posisi menyusui yang baik dan 4 tanda pelekatan yang baik (lihat uraian
sub materi 2 materi pokok 1 tentang Pemberian ASI).
Cara membantu ibu mengatur posisi bayinya dapat dilakukan dengan:
a. Memberi salam kepada ibu dan tanyakan bagaimana menyusuinya.
b. Menilai kegiatan menyusuinya
c. Menjelaskan apa yang mungkin bisa dibantu, tanyakan apakah ia menghendaki kita
menunjukkannya
d. Memastikan ibu merasa nyaman dan rileks
e. Yang berperan sebagai fasilitator duduk dalam posisi nyaman dan sopan
f. Memastikan agar 4 ciri posisi dilakukan dengan benar saat simulasi :
1) Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
2) Badan bayi dekat dengan badan ibu
3) Menopang seluruh tubuh bayi
4) Wajah bayi menghadap payudara ibu dengan hidung bayi menghadap puting
g. Memastikan ibu menyangga payudaranya dengan benar
1) Jari-jari diletakkan pada dinding dada di bawah payudara
2) Jari telunjuk menyangga payudara
3) Ibu jari di atas payudara
4) Jari-jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan putting
h. Memastikan agar 4 tanda pelekatan pada simulasi dilakukan dengan benar,
anjurkan ibu melakukan:
1) Sentuh bibir bayi dengan puting ibu
2) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
3) Gerakkan dengan cepat bayi ke payudara ibu
4) Arahkan bibir bawah bayi dibawah putting
4. Fasilitator meminta peserta untuk mempraktikkan pengaturan posisi pelekatan secara
bergantian
5. Fasilitator mengamati dan langsung memberikan masukan apabila ada yang kurang tepat
6. Peserta yang berperan sebagai ibu akan memerankan seorang ibu yang sedang mengalami
kesulitan memposisikan dan melekatkan bayinya saat menyusui
7. Peserta yang berperan sebagai konselor akan membantu ibu menggunakan posisi menyusui
yang baik (4 tanda) dan pelekatan yang baik (4 tanda)

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

51
Mata Pelatihan Inti 2

8. Peserta yang berperan sebagai pengamat akan mengamati kader/konselor dan memberikan
umpan balik terhadap praktik posisi pelekatan yang dilakukan oleh peserta yang berperan
sebagai kader/konselor.
9. Semua peserta akan mempraktikkan masing-masing peran
10. Fasilitator mengamati dan memberikan umpan balik di kelompok
11. Fasilitator merangkum hasil praktik posisi dan pelekatan menyusui dengan melibatkan peserta

Alat Bantu:
1. Boneka/Model Boneka
2. Model Payudara
3. Lembar penilaian simulasi posisi pelekatan menyusui

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

52
Mata Pelatihan Inti 2

Penilaian Simulasi Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Baik

No Posisi dan Pelekatan Menyusui yang Baik Sudah Belum


dilakukan dilakukan
1. Memastikan agar 4 ciri posisi dilakukan dengan benar
saat simulasi:
a. Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
b. Badan bayi dekat dengan badan ibu
c. Menopang seluruh tubuh bayi
d. Wajah bayi menghadap payudara ibu dengan
hidung bayi menghadap puting
2. Memastikan ibu menyangga payudara dengan benar:
a. Jarjari diletakkan pada dinding dada di bawah
payudara
b. Jari telunjuk meyangga payudara
c. Ibu jari diatas payudara
d. Jari-jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan
puting
3. Memastikan agar 4 tanda pelekatan dilakukan dengan:
a. Sentuh bibir bayi dengan puting ibu
b. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
c. Gerakan dengan cepat bayi ke payudara ibu
d. Arahkan bibir bawah bayi dibawah puting

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

53
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 1.1b.


Panduan Simulasi
Cara Memerah ASI Dengan Tangan Dan Memberikan ASI Perah Dengan Cangkir
(45 menit)

Tujuan:
Peserta terampil dalam memerah ASI dengan tangan, dan memberikan ASI perah dengan
cangkir.

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator menyiapkan peralatan untuk simulasi (boneka, model payudara dan cangkir/gelas
kecil)
3. Fasilitator menunjukkan cara membantu ibu untuk memerah ASI dengan tangan,
menggunakan Kotak “Cara memerah ASI dengan tangan”.
4. Fasilitator menunjukkan cara memberikan minum dengan cangkir.
5. Fasilitator menjelaskan kepada peserta di kelompoknya bahwa mereka akan berlatih secara
berpasangan dan bergantian dalam mempraktikkan cara memerah ASI dengan dan
memberikan ASI perah dengan cangkir.
6. Peserta yang berperan sebagai konselor akan menunjukkan kepada ibu cara memerah ASI
dengan menggunakan model payudara, ibu dapat mempraktikkan langsung atau dengan
model payudara.
7. Peserta yang berperan sebagai konselor melanjutkan menunjukkan cara memberikan
minum dengan cangkir dan boneka
8. Peserta yang berperan sebagai ibu akan memerah ASI dengan model payudara dan
memberikan minum dengan cangkir dan boneka mengikuti peserta yang berperan sebagai
konselor
9. Peserta yang berperan sebagai pengamat akan mengamati konselor dan memberikan
umpan balik terhadap praktik memerah dan memberikan ASI dengan cangkir dilakukan oleh
peserta yang sedang berlatih
10. Fasilitator mengamati jalannya setiap proses kemudian mengajak peserta diskusi kelompok
untuk saling memberikan umpan balik dan membahas hasil praktik lapangan
11. Fasilitator mempersilahkan peserta apabila ada pertanyaan yang ingin didiskusikan
12. Fasilitator merangkum hasil praktik cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI
perah dengan cangkir dengan melibatkan peserta

Alat bantu:
1. Boneka
2. Model Payudara
3. Cangkir dan sendok
4. Kotak/Lembar “Cara Memerah ASI dengan Tangan”

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

54
Mata Pelatihan Inti 2

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

55
Mata Pelatihan Inti 2

Penilaian Simulasi Cara Memerah ASI dengan Tangan

No Cara Memerah ASI dengan Tangan Sudah Belum


dilakukan dilakukan
1. Menganjurkan ibu untuk mengkondisikan dirinya pada
posisi nyaman
2 Memegang wadah dibawah areola dan puting dengan
tangan lainnya
3 Meletakkan ibu jari pada payudara di atas puting dan
areola dan jari telunjukknya pada payudara di bawah
puting dan areola, bersebrangan dengan ibu jari,
4 Menopang payudara dengan jari-jari lainnya
5 Menekan dan melepas jaringan payudara diatas ibu jari
dan telunjuk beberapa kali
6 Menekan dan melepaskan, menekan dan melepaskan,
ke semua arah mengelilingi payudara. Jaga agar jari-jari
jaraknya tetap sama dari puting
7 Menjelaskan untuk memerah satu payudara sampai ASI
hanya mengalir perlahan dan menetes (2-5 menit)
8 Menjelaskan untuk memerah bergantian dengan cara
yang sama

Catatan:

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

56
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 1.1c


Panduan Simulasi
Penyiapan MP ASI untuk Usia 6-23 Bulan (90 menit)

Tujuan:
Peserta mampu melakukan Praktik Pembuatan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) 6-23
bulan

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok.
2. Fasilitator membagi penugasan penyiapan MP ASI sesuai katagori usia
a. 6 bulan
b. 6-8 bulan
c. 9-11 bulan
d. 12-23 bulan
3. Fasilitator menjelaskan tentang penyiapan MP ASI terutama prinsip aman dan adekuat
4. Fasilitator juga mengajak peserta untuk mencuci tangan bersama dengan 5 (lima)
langkah
5. Fasilitator memandu peserta membuat MP ASI untuk kategori usia dari makanan
keluarga
6. Fasilitator meminta peserta untuk memperlihatkan dan menjelaskan MP ASI yang
telah disiapkan dan mendiskusikan karakteristik MP ASI sesuai rekomendasi.
7. Fasilitator juga mengajak peserta untuk mendiskusikan MP ASI pabrikan
8. Fasilitator mengajak diskusi kelompok setelah kegiatan selesai dan meminta peserta
saling memberikan umpan balik mengacu pada rekomendasi MP ASI.
9. Fasilitator mempersilahkan peserta apabila ada pertanyaan yang ingin didiskusikan
10. Fasilitator meminta peserta membuat rangkuman

Alat bantu:
1. Alat makan (mangkuk ukuran 250 ml, sendok, piring)
2. Makanan lokal matang/makanan keluarga (makanan pokok, lauk hewani, kacang-
kacangan, buah dan sayur)
3. Alat timbang makanan
4. Gelas ukur
5. Talenan
6. Ulekan
7. Pisau
8. Saringan kawat halus
9. Lembar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan MP ASI Anak Usia 6-23 bulan
10. Standar Menu MP ASI berbahan Pangan Lokal dan Contoh MP ASI yang dibuat dari
Makanan Keluarga (didalam Modul)

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

57
Mata Pelatihan Inti 2

Penilaian Simulasi
Penyiapan MP ASI Anak Usia 6-23 bulan

No Penyiapan MP ASI Sudah Belum


dilakukan dilakukan
1. Prinsip Aman
a. Menjaga Kebersihan (tangan, tempat kerja, alat)
b. Memisahkan penyimpanan makanan mentah dan
matang
c. Menggunakan makanan segar dan masak sampai
matang (daging, ayam, telur, dan ikan)
d. Menyimpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai
dengan jenis makanannya
e. Menggunakan air yang bersih dan aman

2 Prinsip Adekuat
a. MP ASI sesuai usia
b. Jumlah MP ASI sesuai dengan usia
c. Tekstur/konsistensi MP ASI sesuai dengan usia
d. Dapat menjelaskan frekuensi pemberian MP ASI
e. Variasi bahan makanan yang digunakan
1) Kesesuaian Kualitas bahan makanan yang
digunakan
2) Ketepatan kuantitas bahan makanan yang
digunakan

Catatan:

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

58
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 2
Panduan Diskusi Kelompok
Rekomendasi Pemberian Makan Pada Anak 24-72 Bulan (45 menit)

Tujuan
Peserta mampu melakukan penyiapan makanan untuk Anak 24-72 bulan sesuai rekomendasi

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok dan
2. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan rekomendasi pemberian
makan pada Anak 2-5 tahun dan 5-6 tahun
3. Fasilitator meminta setiap kelompok memaparkan hasil diskusi
4. Fasilitator meminta peserta untuk meninjau MPI 2 Materi Pokok 2. Pemberian Makan pada
Anak 24 – 72 bulan
5. Fasilitator meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Media presentasi (laptop, LCD, Flipchart, spidol)
2. Modul

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

59
Mata Pelatihan Inti 2

Lampiran MPI.2.IHB 2
Panduan Simulasi
Penyiapan Makan Anak 24 – 72 Bulan (45 menit)

Tujuan:
Peserta mampu melakukan penyiapan makanan untuk Anak Usia 24-72 bulan, Balita dan Anak
Prasekolah sesuai dengan rekomendasi

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok.
2. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok untuk menyiapkan makanan anak usia 2 – 5
tahun dan 5 – 6 tahun
3. Fasilitator menjelaskan dan mencontohkan makanan anak usia 2-5 tahun dan 5-6 tahun
(dapat menggunakan video)
4. Fasilitator meminta peserta mulai melakukan penyiapan makanan anak 2-5 tahun dan 5-6
tahun
5. Fasilitator mengajak peserta untuk mencuci tangan bersama dengan 5 langkah.
6. Fasilitator membimbing peserta dalam penyiapan makanan anak 2-5 tahun dan 5-6 tahun
7. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk memperlihatkan dan menjelaskan
makanan yang telah disiapkan pada kelompok lainnya dan mendiskusikannya
8. Fasilitator memberikan umpan balik dan mempersilahkan peserta bertanya
9. Fasilitator merangkum hasil diskusi dengan melibatkan peserta

Alat bantu:
1. Alat makan (mangkuk ukuran 250 ml, sendok, piring)
2. Makanan lokal matang (makanan pokok, lauk hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur)
3. Alat timbang makanan
4. Gelas ukur
5. Talenan
6. Pisau
7. Lembar Penilaian Simulasi Penyiapan Makanan Anak 24 – 72 bulan

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

60
Mata Pelatihan Inti 2

Penilaian Simulasi
Penyiapan Makanan Anak 24-72 bulan

No Penyiapan Makanan Anak 24-72 bulan Sudah Belum


dilakukan dilakukan
1. Prinsip Aman
a. Menjaga Kebersihan (tangan, tempat kerja, alat)
b. Memisahkan penyimpanan makanan mentah dan
matang
c. Menggunakan makanan segar dan masak sampai
matang (daging, ayam, telur, dan ikan)
d. Menyimpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai
dengan jenis makanannya
e. Menggunakan air yang bersih dan aman
2 Prinsip Adekuat
a. Makanan Anak 24-72 bulan sesuai usia
b. Jumlah sesuai dengan usia
c. Tekstur/konsistensi sesuai dengan usia
d. Dapat menjelaskan frekuensi pemberian makan
e. Variasi bahan makanan yang digunakan
1) Kesesuaian Kualitas bahan makanan yang
digunakan
2) Ketepatan kuantitas bahan makanan yang
digunakan

Catatan:

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

61
Mata Pelatihan Inti 2

D. TES FORMATIF

1. Contoh anjuran jumlah porsi makan dan minum menurut kecukupan energi bagi Ibu Ana
yang sedang hamil 5 (lima) bulan untuk konsumsi satu hari adalah:
a. 6 porsi nasi, 2 porsi ikan dan 2 porsi telur, 2 porsi tempe dan 2 porsi tahu, 4 porsi sayur-
sayuran, 4 porsi/potong buah, 5 porsi minyak atau lemak (termasuk dalam pengolahan), 2
porsi gula serta 8-14 gelas air putih
b. 5 porsi nasi, 2 porsi ikan dan 2 porsi telur, 2 porsi tempe dan 2 porsi tahu, 4 porsi sayur-
sayuran, 5 porsi/potong buah, 5 porsi minyak atau lemak (termasuk dalam pengolahan), 2
porsi gula serta 8-14 gelas air putih
c. 6 porsi nasi, 2 porsi ikan dan 2 porsi telur, 2 porsi tempe dan 2 porsi tahu, 6 porsi sayur-
sayuran, 4 porsi/potong buah, 6 porsi minyak atau lemak (termasuk dalam pengolahan), 2
porsi gula serta 8-14 gelas air putih
d. 4 porsi nasi, 2 porsi ikan dan 2 porsi telur, 2 porsi tempe dan 2 porsi tahu, 4 porsi sayur-
sayuran, 4 porsi/potong buah, 5 porsi minyak atau lemak (termasuk dalam pengolahan), 4
porsi gula serta 8-14 gelas air putih
e. 4 porsi nasi, 4 porsi ikan dan 4 porsi telur, 2 porsi tempe dan 2 porsi tahu, 4 porsi sayur-
sayuran, 4 porsi/potong buah, 5 porsi minyak atau lemak (termasuk dalam pengolahan), 2
porsi gula serta 8-14 gelas air putih

2. Ada benjolan lunak di payudara, terasa nyeri, kemerahan, ibu tidak merasa sakit, dan tidak
demam adalah gejala terjadi kesulitan menyusui:
a. Mastitis
b. Air Susu Ibu tersumbat
c. Puting retak
d. Puting terbenam
e. ASI Tidak Cukup

3. Danish, seorang anak laki-laki berusia 9 bulan. Pemberian MP ASI yang dianjurkan:
a. Berbentuk seperti makanan keluarga, 3-4 kali setiap hari, ditambah 1-2 kali makanan
selingan. Porsi 1 mangkuk ukuran 250 ml setiap kali makan
b. Makanan lumat 2-3 kali setiap hari, ditambah 1-2 kali makanan selingan. Porsi ½
mangkuk ukuran 250 ml setiap kali makan
c. Makanan yang dicincang halus dan makanan yang dapat dipegang bayi, 3-4 kali setiap
hari, ditambah 1-2 kali makanan selingan. Porsi ½ - ¾ mangkuk ukuran 250 ml setiap
kali makan
d. Makanan yang dicincang halus dan makanan yang dapat dipegang bayi, 3-4 kali setiap
hari, ditambah 1-2 kali makanan selingan. Porsi 1 mangkuk ukuran 250 ml setiap kali
makan
e. Berbentuk seperti makanan keluarga, 2 kali setiap hari, ditambah 1-2 kali makanan
selingan. Porsi 1 mangkuk ukuran 250 ml setiap kali makan

4. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi, anak usia 4-6 tahun membutuhkan:


a. 1600 kalori dan 50 gram protein
b. 1450 kalori dan 35 gram protein
c. 1400 kalori dan 25 gram protein
d. 1200 kalori dan 25 gram protein
e. 1100 kalori dan 20 gram protein
Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

62
Mata Pelatihan Inti 2

5. Salah satu pilar dalam pemenuhan gizi seimbang adalah aktivitas anak. Bagi anak usia 1-
3 tahun, maka pernyataan yang tepat adalah:
a. Menghabiskan kurang lebih 120 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar dalam
waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.
b. Menghabiskan kurang lebih 180 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar dalam
waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.
c. Menghabiskan kurang lebih 240 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar dalam
waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.
d. Menghabiskan kurang lebih 300 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar dalam
waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.
e. Menghabiskan kurang lebih 360 menit untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari
dengan berbagai jenis dan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dan tersebar dalam
waktu satu hari. Semakin banyak semakin baik.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

63
Mata Pelatihan Inti 2

E. KUNCI JAWABAN

1. a
2. b
3. c
4. c
5. b

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

64
Mata Pelatihan Inti 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2015). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis
Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Diunduh dari:
https://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf
2. Kementerian Kesehatan. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta. 2014.
3. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif.
4. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak. 2020.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI
Eksklusif 6 Bulan bagi Bayi di Indonesia.
6. Kementerian Kesehatan. Pedoman Gizi Seimbang Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. 2021.
7. Kementerian Kesehatan. Modul Pelatihan Konseling PMBA. 2020.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
9. Kementerian Kesehatan. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
11. Kementerian Kesehatan. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Bagian Anak). 2020.
12. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Tahun 2022.
13. Strategi Global Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Kementerian Kesehatan.
14. WHO. Infant and Young Chliddren Counseling An Integrated Course. WHO Geneva.
15. United Nations Children’s Fund (UNICEF). Improving Young Children’s Diets During the
Complementary Feeding Period. UNICEF Programming Guidance. New York: UNICEF,
2020. https://www.unicef.org/media/93981/file/Complementary-Feeding-Guidance-
2020.pdf
16. IDAI. Aktivitas Fisik Pada Anak. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/aktivitas-fisik-pada-anak. 2016
17. IDAI. Rekomendasi Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia
untuk Mencegah Malnutrisi. 2015.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

65
Mata Pelatihan Inti 2

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Direktur Gizi dan KIA

Penanggungjawab:
Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah

Penyusun:
Cornelia, Dedi Setiawan, Dian Anggoro, Dyah Yuniar, Hikmah Kurniasari, Ine Indrati,
Lismartina, Mediana, Siti Masruroh, Siti Mutia, Vita Ariestyanita, Wayan Suwastini

Kontributor:
Ana Amalia, Ario Baskoro, Desi Agustini, Dyah Sari Utami, Eko Prihastono, Esti Pangastuti,
Deswani, Evi Apriana, Ira Nola Lingga, Maya Rayyan, Rivani Noor, Siti Mutia, Sri Sukotjo,
Shoffy Nadrotunnissa, Tiara Karmila Mahardikni, Tiska Yumeda, Wayan Suwastini, Widyawati

Editor:
Dewi Astuti dan Desi Agustini

Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Jakarta, 2022

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara
apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-
lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.

Modul Pelatihan Pelatih SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

66

Anda mungkin juga menyukai