Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH MEDIA KARTU CARAKAN TERHADAP MINAT BELAJAR

AKSARA JAWA SISWA KELAS III MI BADRUSSALAM SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

GALIH GINANJAR

06010720005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 7
C. Batasan Masalah........................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 11
A. Media Pembelajaran ....................................................................................11
1. Pengertian Media Pembelajaran ............................................................. 11
2. Fungsi Media Pembelajaran ................................................................... 13
3. Media Kartu Carakan ............................................................................. 14
4. Langkah - Langkah Penggunaan Kartu Carakan .................................... 15
5. Kelebihan Media Kartu Carakan ............................................................ 15
B. Minat Belajar .............................................................................................. 16
1. Faktor Minat Belajar .............................................................................. 17
2. Indikator Minat Belajar .......................................................................... 18
C. Materi Aksara Jawa .................................................................................... 21
1. Aksara Legena (Aksara Dasar)............................................................... 22
2. Aksara Sandhangan ................................................................................ 23
D. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................. 26
E. Kerangka Pikir ........................................................................................... 29
F. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................31
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 31

i
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 32
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 34
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 35
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................................... 41
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................50

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kartu Carakan .............................................................................. 15


Gambar 2.2 Aksara Jawa Dasar ....................................................................... 22
Gambar 2.3 Sandhangan Swara ....................................................................... 23
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................ 30
Gambar 3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 31
Gambar 3.2 Rumus Korelasi Product Moment ................................................ 41
Gambar 3.3 Rumus Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ............................ 42

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas III MI Badrussalam ......................................... 33


Tabel 3.2 Skoring Instrumen Angket Minat Belajar Bahasa Jawa ................... 38
Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 39
Tabel 3.4 Kisi - kisi Angket Minat Belajar ...................................................... 40

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ...................... 51


Lampiran A.2 Lembar Observasi Minat Belajar ............................................. 53
Lampiran A.3 Angket Minat Belajar ................................................................ 56

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia mempunyai warisan budaya lokal sebagai identitas

daerah masing-masing. Salah satu daerah yang terkenal lekat dengan

kultural dan keistimewaannya dari turun termurunnya adalah suku jawa

yang didiami oleh masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, dan

sekitarnya.1 Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa sebagai identitas adat

dan budaya jawa yang memberikan makna kehidupan mereka. Bahasa

jawa sebagai pengantar awal dalam berkomunikasi dengan masyarakat

lokal daerah jawa dan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun

lambat laun, bahasa ini hanya sebatas perkataan yang diucapkan tanpa

terkandung sedikitpun tutur kata dan makna didalamnya.

Hal ini menjadikan pemerintah mewajibkan pembelajaran lokal di

daerah masing-masing sesuai ketentuan peraturan daerah. Sehingga bahasa

jawa dijadikan sebagai mata pelajaran lokal yang tersebar di seluruh

masyarakat suku jawa dan daerah sekitarnya. Berdasarkan Undang -

Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa di setiap

kurikulum terbagi dari muatan dasar dan muatan lokal yang sering

1
Dewi Rahma Ardiyani, "Minat belajar Aksara Jawa Melalui Model Quantum Learning Dengan
Media Kartu Kata Siswa Kelas Iiia Sdn Petompon 02 Semarang", (2013)

1
2

dikenal dengan muatan lokal.2 Setiap satuan pendidikan menerapkan

sistem ini untuk melestarikan tradisi dan budaya yang dimiliki oleh

masyarakat suku jawa dan sekitarnya.

Salah satu budaya yang hilang dan mulai dilupakan adalah karya

jawa yang tertulis dalam tulisan aksara jawa. Jika dilihat sejarahnya bahwa

tulisan ini tentu tidak lepas dari pengantar masyarakat jawa dahulu dalam

berkomunikasi sebelum mengenal tulisan biasa seperti saat ini.3

Permasalahan yang terjadi sekarang adalah salah satunya banyak siswa

SD/MI belum mampu membaca aksara jawa bahkan belum mengenal

sepenuhnya. Sebelum berkomunikasi, siswa terlebih dahulu mengetahui

sumber informasi dengan bacaan secara tertulis salah satunya karya jawa

ini yang mulai memudar dan dianggap remeh oleh siswa di tingkat SD/MI.

Pelaksanaannya dapat dilakukan melalui bimbingan kegiatan

pembelajaran di sekolah bersama guru dengan menggunakan fasilitas yang

mendukung siswa dalam proses pembelajaran. Namun jika tidak ada

pemerolehan langsung tekanan pada tujuan pembelajaran serta segala hal

yang diserapkan melalui pesan yang tersurat menjadikan siswa tidak

terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.4 Sebagai penunjang alat

bantu dalam pembelajaran biasanya dilakukan dengan bantuan media

pembelajaran yang berlangsung secara efektif. Hal ini berguna untuk


2
Fitriyani Astuti, “Analisis Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Pada Soal Ujian Sekolah
Bahasa Jawa,” Piwulang : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa 9, no. 1 (2021): 83–99.
3
Whinny Qori Fatima, Livia Khairunisa, and Budi Prihatminingtyas, “Metode Pembelajaran
Berbasis Game Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan Menulis Aksara Jawa,”
Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 1 (2020): 17–22.
4
Erwin Harianto, "Minat belajar Dalam Pembelajaran Bahasa", Didaktika, vol. 9, (2020).
3

menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat kebutuhan siswa.

Pada mata pelajaran bahasa jawa terdapat media khusus penerapan

salah satunya dalam minat belajar membaca aksara jawa yaitu dengan

media kartu carakan. Media pembelajaran ini merupakan kartu kecil yang

berisi gambar, teks, ataupun tanda yang mengingatkan hingga menuntun

siswa kepada hal yang berhubungan dengan pembelajaran.5 Penelitian

sebelumnya sering mengenal media berbasis flashcard yang secara penuh

bertujuan menyampaikan sumber pembelajaran langsung tanpa harus

menghafal,6 tulisan aksara jawa yang sulit dibaca oleh siswa SD/MI dan

sederajat. Melalui media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

meningkatkan minat belajar aksara jawa dengan baik.

Peran pentingnya minat belajar sebagai salah satu awal pengenalan

bahasa jawa melalui karya tulisan aksara jawa yang dibaca dengan

susunan kata secara sederhana, berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu

Robiatul Mualawiyah, S.Pd. pada bulan September 2023 beliau guru kelas

III sekaligus guru mata pelajaran Bahasa jawa bahwa masih terdapat

permasalahan yang menjadi kendala dalam pembelajaran yang berakibat

pada minat belajar peserta didik masih kurang, terutama pada

pembelajaran bahasa jawa materi aksara jawa. Pada hasil observasi

5
Arsyad A, Media Pembelajaran (2011): 23–35.
6
Nina Indriani et al., “Implementasi Media Pembelajaran Flashcard Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas Ii,” Jurnal Equation: Teori dan Penelitian
Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2023): 13.
4

dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2023 di MI Badrussalam

Surabaya di kelas III, peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam

proses pembelajaran mata pelajaran bahasa jawa yang menunjukkan

kurangnya minat belajar peserta didik pada kegiatan belajar mengajar.

Pendidik masih menggunakan media pembelajaran yang sudah ada di

sekolah berupa buku aksara jawa, gambar, dan benda yang ada di sekitar

peserta didik sehingga membuat proses pembelajaran terkesan

membosankan dan pendidik yang kurang variatif dalam menggunakan

media.7

Dari sinilah penggunaan media kartu carakan akan menjadi sebuah

solusi dari terhambatnya fasilitas dan media yang kurang mendukung

dalam meningkatkan minat belajar siswa.8 Media ini merupakan salah satu

media pembelajaran berbasis visual yang berupa sebuah kartu kecil

berbentuk persegi panjang bertuliskan aksara jawa. Hal ini menjadikan

kartu ini juga memberikan efek tampilan dua dimensi yang menarik.

Selain itu, media ini juga dapat dibuat dua dimensi melalui papan flanel

atau yang terbuat dari kain flannel dan ditempelkan pada papan. Gambar

yang akan ditunjukkan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah,

sehingga dapat digunakan berulang kali.9

7
Agus Romsyah, Guru Kelas III A, wawancara pribadi, Surabaya, 19 Oktober 2023
8
Oleh Bella Vanenti Rochmiyati Sugiman Fakultas Keguruan Dan, Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Flash Card Terhadap Hasil Belajar Tematik, 2019.
9
S. Sadiman Arief et al., Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2018).
5

Melalui media kartu carakan, siswa mampu menunjukkan jenis-

jenis aksara jawa seperti ha, na, ca, ra, ka, dan seterusnya. Penggunaan

media ini selain memudahkan siswa untuk meningkatkan minat belajar,

juga memperdalam keterampilan menulis, keterampilan membaca dan

menghafal huruf aksara jawa yang dibuat. Dari pembelajaran yang hanya

bersifat menirukan bacaan dari guru, menjadi siswa lebih aktif dalam

mempraktikkan media yang diberikan.10 Siswa tidak akan tertekan oleh

tuntutan dan kewajiban belajar mereka. Sehingga siswa akan lebih

termotivasi untuk belajar dan mencapai pembelajaran yang diharapkan

oleh guru.

Adanya media ini, peneliti berharap penuh mempunyai pengaruh

terhadap kelancaran siswa dalam membantu minat belajar tulisan aksara

jawa.11 Penggunaan media kartu carakan dibentuk secara edukatif yang

dirancang dengan variasi karakter dan tulisan aksara jawa sesuai

kebutuhan siswa sehingga mereka senang dan lebih tertarik dalam

pembelajaran khususnya dalam membaca aksara jawa. Berdasarkan hasil

pengamatan awal, siswa masih minim pengetahuan tentang minat belajar

dan membaca aksara jawa dengan tepat sesuai pernyataan yang ditentukan

oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan siswa hanya mampu membaca kata

10
Sri Ratna Dewi, Yuli Widiyono, and Titi Anjarini, “Pengembangan Multimedia Aksara Jawa
Berbasis Kearifan Lokal Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Piwulang : Jurnal Pendidikan
Bahasa Jawa 10, no. 1 (2022): 35–43.
11
F Genjek & Deni Setiawan Susilowati, “Pengembangan Media Flash Card Aksara Jawa Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan Menulis,” Joyful Learning Journal 8, no. 3 (2019):
149–153.
6

dasar yang terdiri dari 20 diikuti pengarahan dikte dari guru seperti jaka,

lala, jaya, dll.

Dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa minimnya minat

belajar dimana menjadi bagian dari keterampilan berbahasa setelah

mendengarkan dan berbicara.12

Melalui membaca karya tulisan aksara jawa terlihat bahwa kita

mengenal makna yang terkandung sebagai pengantar komunikasi tertulis.

Walaupun jarang masyarakat yang ahli dalam membaca aksara jawa,

namun mereka telah mengenal secara langsung huruf dan pelafalan aksara

jawa yang tertulis. Hal ini menjadikan mereka memperoleh informasi

langsung tanpa harus menghafal satu per satu. Media pembelajaran sangat

berpengaruh terhadap minat belajar dan pemahaman siswa. Maka dari itu

guru harus kreatif dan inovatif dalam membuat dan memfasilitasi media

pembelajaran guna menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran.

Peneliti mendorong teori membaca aksara jawa dikarenakan

pembelajaran berbahasa lebih baik dipraktikkan secara langsung baik dari

aksara ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga,

ba, tha, nga, dari kedua puluh tersebut nantinya kita dilatih dalam

mencerna maksud dari aksara jawa tersebut. Sehingga adanya pernyataan

tersebut, peneliti memutuskan untuk menyusun pembuatan proposal

penelitian dengan berjudul “Pengaruh Media Kartu Carakan

12
Elvi Susanti, Keterampilan Membaca (Bogor: IN MEDIA, 2022).
7

Terhadap Minat Belajar Aksara Jawa Siswa Kelas III MI

Badrussalam Surabaya”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan latar belakang dan hasil pengamatan pada

guru kelas III MI Badrussalam Surabaya, sehingga dalam penelitian ini

dapat dijabarkan beberapa permasalahan yang akan diteliti peneliti antara

lain :

1. Penyampaian guru yang masih menggunakan metode ceramah saat

pembelajaran berlangsung pada materi aksara jawa.

2. Peserta didik kurang antusias dan cenderung ramai sendiri karena

pembelajaran bersifat monoton dan kurang menarik.

3. Lemahnya minat belajar dikarenakan peserta didik kurang

memahami materi aksara jawa.

4. Media pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan variatif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan

diteliti dibatasi pada hal - hal sebagai berikut :

1. Penelitian dilaksanakan di kelas III MI Badrusslam Surabaya.

2. Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yakni

kartu carakan.
8

3. Penelitian ini meneliti tentang minat belajar aksara jawa di kelas III

MI Badrussalam Surabaya dengan indikator perasaan senang,

ketertarikan, perhatian dan keterlibatan peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh penggunaan media kartu carakan

terhadap minat belajar aksara jawa siswa kelas III MI Badrussalam

Surabaya?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kartu carakan

terhadap minat belajar aksara jawa siswa kelas III MI Badrussalam

Surabaya.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian penggunaan kartu carakan sebagai media

pembelajaran bahasa jawa materi aksara jawa ini diharapkan memperoleh

manfaat :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa memberikan informasi dan kontribusi ilmiah

bagi para guru mengenai media kartu carakan dalam meningkatkan

minat belajar dan keterampilan membaca serta keterampilan menulis

ketika pembelajaran. Penggunaan kartu carakan sebagai media

pembelajaran memiliki tujuan untuk meningkatkan minat belajar dan


9

meningkatkan belajar peserta didik dalam mempelajari materi aksara

jawa atau hanacaraka.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman

berharga bagi peneliti selama berproses di bangku perkuliahan.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi guru

• Sebagai satu di antara bahan pertimbangan guru yang mengajar

pembelajaran bahasa jawa dalam menentukan media

pembelajaran yang tepat untuk dipakai dalam mengajar materi

aksara jawa.

• Dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

• Sebagai bahan referensi dan masukan mengenai media

pembelajaran kurang efektif untuk meningkatkan minat belajar

peserta didik.

c. Bagi peserta didik

Dengan penelitian ini diharapkan agar minat belajar peserta

didik meningkat dibandingkan dengan sebelumnya, dan

menjadikan peserta didik berubah anggapan akan materi aksara


10

jawa yang sulit menjadi menyenangkan dan mudah melalui media

kartu carakan.

d. Bagi madrasah

Peserta didik mencapai hasil KKM yang ditentukan oleh

madrasah terutama dalam pembelajaran akan mempengaruhi

keterampilan, prestasi dan hasil belajar peserta didik di madrasah.


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

ialah “tengah”, “perantara”, dan “pengantar”. Sedangkan menurut

istilah,dalam bahasa arab, media diartikan sebagai sebuah pengantar

amanah dari pengirim yang ditujukan kepada penerima13. Dengan

demikian, dapat diartikan media merupakan wahana penyalur informasi

belajar atau penyalur pesan, dengan demikian media merupakan wahana

penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.14 Media pembelajaran

sebagai penyampai materi pembelajaran memiliki peran yang penting

dalam proses kegiatan pembelajaran.15

Berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Pada umumnya media hendaknya dapat digunakan,

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.16

13
Indriani et al., “Implementasi Media Pembelajaran Flashcard Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas Ii.”
14
Cepi Riyana Rusman, Deni Kurniawan, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi, (2012).
15
Juhaeni et al., Konsep Dasar Media Pembelajaran, JIEES : Journal of Islamic Education at
Elementary School JIEES, vol. 1, 2020.
16
Arief et al., Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya.
12

Sedangkan menurut Association of Education and

Communication Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan

saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.17

Secara sederhana media pembelajran merupakan sebuah alat yang dapat

menyampaikan pesan dengan mudah dari sumber pesan kepada penerima

pesan. Seminar, diskusi, simulasi, karyawisata, dan lain sebagainya

merupakan media pembelajaran yang di miliki oleh tenaga pendidik

dengan kekreatifan dan berfikir inovatif nya. Menciptakan media yang

kreatif dapat meningkatkan mutu pendidikan.18

Pembelajaran bukan hanya menyampaikan informasi atau

pengetahuan saja, melainkan mengkondisikan pembelajar untuk belajar,

karena tujuan utama pembelajaran adalah pembelajar itu sendiri.19

Sehingga dapat diartikan media pembelajaran merupakan sarana fisik atau

teknologi pengantar pesan yang dapat digunakan untuk keperluan

pembelajaran. Media pembelajaran mencakup komunikasi dalam bentuk

cetak, pandang dan dengar serta teknologi perangkat keras.20

Kesimpulannya media pembelajaran adalah alat bantu yang

berisikan materi pelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam proses

belajar mengajar sehingga akan lebih menarik peserta didik.

17
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pembelajaran
(Jakarta, 2011).
18
Juhaeni et al., Konsep Dasar Media Pembelajaran, vol. 1, p. .
19
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh : Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Bandung,
2012).
20
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
13

2. Fungsi Media Pembelajaran

Metode dan media pembelajaran merupakan dua komponen

pembelajaran yang sangat penting dan saling berhubungan. Metode dalam

pembelajaran akan menentukan media pembelajaran yang akan digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar.21 Peran penting dalam pembelajaran,

media sebagai bentuk kontribusi dan pengantar yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Melalui media, siswa mampu

terbantu dalam memahami sebuah teori yang diberikan guru serta

mencapai keberhasilan yang diharapkan. Berdasarkan salah satu pendapat

ahli Levie dan Lentz, fungsi media pembelajaran dikelompokkan menjadi

4, diantaranya yaitu22 :

1. Fungsi Atensi, diartikan sebagai ketertarikan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Adanya media menjadikan siswa

lebih fokus terhadap isi dari teori yang diajarkan.

2. Fungsi Afektif, diartikan sebagai sikap siswa dalam

pembelajaran, salah satunya dengan membaca, menulis maupun

lainnya.

3. Fungsi Kognitif, diartikan sebagai wawasan dan sumber

informasi yang diberikan dalam pembelajaran berlangsung.

4. Fungsi Kompensatoris, diartikan sebagai hasil secara konteks

dalam memahami sebuab teori pembelajaran.

21
Ibid.
22
Fauzana Alfiani, Tri Kurniawati, and Menik Kurnia Siwi, “Pengembangan Webtoon Untuk
Pembelajaran Ips (Ekonomi) Di Smp,” Jurnal Ecogen 1, no. 2 (2018): 439.
14

memberikan konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah

dalam membaca, untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa fungsi media pembelajaran dapat membantu pendidik dan siswa

dalam belajar, dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata, dan

menarik perhatian siswa serta menambah minat belajar siswa dalam

belajar.

3. Media Kartu Carakan

Kartu carakan merupakan media yang digunakan dalam proses

pembelajaran yang berupa kartu yang pada satu sisinya terdapat huruf,

aksara jawa atau hanacaraka. Kartu ini memiliki jumlah sesuai dengan

huruf aksara jawa yaitu 20. Kartu carakan terbuat dari kertas Art Paper

yang mempunyai ukuran lebar 9 cm dan tinggi 13 cm. Setiap kartu

memiliki huruf yang berbeda - beda. Informasi lebih detail dapat

dijelaskan dan ditampilkan gambar dari ilustrasi media yang Bernama

“Kartu Carakan”. Perlu diingat bahwa ilustrasi gambar di bawah

merupakan bukan ukuran yang sebenarnya.


15

Gambar 2.1 Kartu Carakan

4. Langkah - Langkah Penggunaan Kartu Carakan

b. Guru menunjukkan semua kartu carakan yang sudah ditata

setinggi dada.

c. Guru mengambil satu per satu dari kartu carakan tersebut,

kemudian menunjukkan kepada peserta didik.

d. Guru menempelkan kartu carakan yang telah ditunjukkan

kepada siswa di papan tulis,

e. Guru menggunakan kartu carakan untuk permainan. Perlu

diketahui bahwa langkah - langkah yang lebih rinci terdapat

pada skenario dan RPP.

5. Kelebihan Media Kartu Carakan

Kelebihan kartu carakan adalah yang pertama mudah dibawa,

karena dengan ukuran yang kecil, sehingga tidak membutuhkan ruang

yang besar, dan dapat digunakan dimana saja. Kedua ialah praktis, karena
16

guru tidak perlu memiliki keahlian khusus untuk menggunakan media ini.

Ketiga adalah mudah diingat, karena media ini menyajikan pesan - pesan

pendek pada setiap kartu yang disajikan.

Keempat ialah menyenangkan, media kartu carakan dalam

penggunaannya bisa melalui permainan, dengan permainan dapat

mengasah kemampuan kognitif dan melatih ketangkasan. Kelima adalah

dapat mendorong minat dan motivasi siswa untuk belajar, karena media

kartu carakan ini sangat menarik dengan warna yang beragam, hal ini akan

memberikan semangat dan gairah kepada peserta didik untuk mengikuti

pembelajaran berlangsung.

B. Minat Belajar

Slameto mengungkapkan bahwa minat merupakan rasa keterkaitan dan

kesukaan pada kegiatan atau sesuatu tertentu, tanpa adanya paksaan dari siapa

pun. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Djamarah bahwa minat merupakan

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Jika seseorang berminat terhadap suatu aktivitas maka akan

memperhatikan aktivitas itu secara seksama dengan rasa senang. Para ahli

mengungkapkan bahwa minat merupakan bagian dari aspek psikologis manusia

yang tampak pada diri mereka dengan berbagai macam gejala, seperti

kecenderungan hati atau ketertarikan, perasaan bahagia, keinginan, rasa ingin

tahu akan sesuatu, dan partisipasi.23

23
Yulia Pratami Putri and Alpha Galih Adirakasiwi, “Analisis Minat Belajar Siswa Kelas X SMA
At-Taubah Pada Materi SLPTV Dengan Metode Pembelajaran Daring,” Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika 5, no. 3 (2021): 2934–2940.
17

Perkembangan minat belajar peserta didik menjadi bagian penting.

Peserta didik yang mempunyai minat belajar, antusias tinggi akan lebih

mudah dan cepat dalam mempelajarinya. Kesimpulannya ialah minat belajar

merupakan dorongan dari dalam diri peserta didik agar belajar, yang nantinya

akan menyebabkan perasaan bahagia, menguntungkan mendatangkan

keputusan dalam diri.

1. Faktor Minat Belajar

Faktor yang mempengaruhi minat belajar dibagi menjadi dua

yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

sesuatu yang membuat peserta didik berminat, yang asalnya dari diri

sendiri. Faktor internal tersebut antara lain pemussatan perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.24

a. Perhatian dalam belajar yakni konsentrasi atau pemusatan dari

semua aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau

sekumpulan objek belajar.

b. Keingintahuan merupakan sikap atau perasaan yang kuat untuk

mengetahui lebih banyak tentang sesuatu hal.

c. Kebutuhan (motif) yakni keadaan pada diri pribadi seorang peserta

didik yang mendorongnya agar melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).
18

d. Motivasi merupakan perubahan energi pada diri seorang yang

ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi agar mencapai

tujuan.

Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi minat belajar

adalah keluarga dan sekolah.

2. Indikator Minat Belajar

Darmadi juga mengungkapkan bahwa indicator minat belajar yakni

a. Fokus perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek terhadap

pembelajaran disebabkan adanya ketertarikan.

b. Perasaan senang terhadap pembelajaran.

c. Kecenderungan atau kemauan pada diri untuk aktif dalam

pembelajaran agar mendapatkan hasil yang terbaik.

d. Keterlibatan dan partisipasi.25

Brown mengatakan indikator minat belajar yaitu ;

a. Perasaan senang

b. Ketertarikan

c. Perhatian

d. Keterlibatan dalam proses pembelajaran

e. Rajin mengerjakan tugas dan rajin belajar

f. Memiliki jadwal belajar


25
Rizki Nurhana Friantini and Rahmat Winata, “Analisis Minat Belajar Pada Pembelajaran
Matematika,” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6.
19

g. Tekun dan disiplin belajar.26

Safari menyatakan indikator minat belajar yakni :

a. Perasaan senang

Peserta didik akan memiliki perasaan senang pada pelajaran

tertentu maka tidak akan timbul perasaan terpaksa untuk belajar.

Perasaan ini juga akan terlihat pada saat mengikuti suatu kegiatan.

Perasaan ini akan tampak dengan berbagai usaha yang dilakukan

untuk menguasai pengetahuan dalam mata pelajaran dan tidak

mudah merasa lelah, dan selalu bersemangat untuk mengikuti

pembelajaran.

b. Ketertarikan

Seseorang yang berminat akan suatu pelajaran makai a akan

memeiliki rasa ketertarikan pada pelajaran tersebut. Orang yang

memiliki rasa ketertarikan akan rajin belajar dan terus memahami

ilmu yang memiliki hubungan dengan bidang tersebut. Ia juga akan

mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan tanpa ada

beban dalam dirinya.

c. Perhatian siswa

Avianti Permata Yuniar and Aan Hendrayana, “Analisis Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran
26

Matematika Kelas Virtual Di SMA”, TIRTAMATH : Jurnal Penelitian Dan Pengajaran


Matematika 3 (2021): 80–94.
20

Perhatian adalah aktivitas jiwa atau konsentrasi pada

pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan hal lain

dari pada itu. Peserta didik yang memiliki minat pada objek

tertentu, maka dia akan dengan sendirinya focus memperhatikan

objek tersebut. Peserta didik akan mudah memahami materi

pelajaran dengan perhatian besar yang diberikan.

d. Keterlibatan peserta didik

Keterlibatan seseorang akan suatu objek yang

mengakibatkan orang tersebut tertarik dan senang untuk

mengerjakan atau melakukan kegiatan dari objek tersebut. Sikap

ketekunan dan kerja keras yang tampak pada diri peserta didik

menunjukkan peserta didik tersebut memiliki keterlibatan dalam

belajar. Seperti selalu belajar dengan berusaha dan giat dalam

menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan pelajaran yang

diajarkan.27

Beberapa indikator telah dikemukakan oleh para ahli,

indikator yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah indikator

yang dikemukakan oleh Safari yang terdiri dari empat indikator

minat belajar yakni perasaan senang, ketertarikan, perhatian dan

keterlibatan peserta didik.

27
Anis Sulistyani, Sugianto Sugianto, and Mosik Mosik, “Metode Diskusi Buzz Group Dengan
Analisis Gambar Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa,” UPEJ Unnes Physics
Education Journal 5, no. 1 (2016): 12–17.
21

C. Materi Aksara Jawa

Karya tulisan khas yang dimiliki budaya jawa merupakan definisi dari

Aksara Jawa atau Hanacaraka. Aksara Jawa dikenal sejak dini sebagai bentuk

materi dalam mata pelajaran lokal yaitu Bahasa Jawa khususnya di tingkat

SD/MI dan sederajat dikenal sejak kelas 1 SD. Sehingga materi ini menjadi

salah satu warisan dan peninggalan budaya jawa yang menjadi ciri khas karya

tulis masyarakat jawa. Namun kebanyakan materi ini yang dianggap sulit

oleh siswa dikarenakan kurang memahami secara dasar dari huruf Aksara

Jawa. Mayoritas siswa beranggapan bahwa aksara jawa itu sulit untuk

dipelajari baik dari sisi pelafalannya maupun bentuk hurufnya.28

Keterbatasan waktu dalam belajar materi Aksara Jawa menjadi

permasalahan yang terjadi pada jenjang madrasah. Hal ini dikarenakan

banyaknya materi Bahasa Jawa yang harus dipelajari dan dikuasai oleh

peserta didik dalam mata pelajaran bahasa jawa sehingga seluruh indikator

ketercapaian pembelajaran yang diharapkan terwujud. Berdasarkan rancangan

yang dibutuhkan bahwa alokasi waktu dalam pembelajaran tentang aksara

jawa membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini menjadikan

pembelajaran aksara jawa di madrasah tidak dapat tercapai secara maksimal,

sehingga berakibat kepada peserta didik yang memiliki minat belajar yang

kurang dalam belajar materi aksara jawa secara menyeluruh.

28
Setia Wardani, “Pemanfaatan Teknologi Augmented Reality ( Ar ) Untuk Pengenalan Aksara
Jawa Pada Anak,” Jurnal Teknologi 8 (2015): 104–111.
22

1. Aksara Legena (Aksara Dasar)

Legena diartikan sebagai huruf ataupun aksara secara dasar. Pada

dasarnya, aksara legena terdiri dari 20 aksara dasar yang bersifat

kesukukataan dan umum dikenal oleh masyarakat jawa. Semua aksara

jawa legena menggunakan pengucapan vocal “a”. hal itulah yang

menyebabkan aksara jawa legena tetap dapat dituliskan dalam bentuk yang

sederhana walaupun tanpa diberi sandhangan.29 Berikut ini adalah gambar

yang menjabarkan 20 aksara legena :

Gambar 2.2 Aksara Jawa Dasar

29
Fanandia Mochamad Adenansyah, “Rancang Bangun Game Edukasi Belajar Aksara Dan Tata
Krama Bahasa Jawa Untuk SD Kelas 4 Berbasis Android,” Jurnal Manajemen Informatika 10
(2019): 1–9.
23

2. Aksara Sandhangan

Sandhangan merupakan tanda yang berfungsi sebagai pengubah

bunyi vokal aksara jawa. Sandhangan aksara jawa dibagi menjadi dua

kategori yaitu sandhangan suara (sandhangan swara) yang terdiri dari

taling tarung, pepet, suku, wulu, taling, dan sandhangan konsonan penutup

suku kata (panyigeg wanda) yang terdiri dari layer, cecak, wignyan, dan

pangkon. Simbol sandhangan beserta namanya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini30 :

Gambar 2.3 Sandhangan Swara

30
Javaholic Genk Kobra Community, Gaul Aksara Jawa, ed. Genk Kobra Javaholic, 1st ed.
(Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2015).
24

Contoh penulisan kata yang menggunakan sandhangan dan penyigeg :

1. Sandhangan Wulu

Sandhangan Wulu digunakan untuk melambangkan suara

(vokal i) dalam suku kata, ditulis di atas bagian akhir aksara.

Contoh : ꧋ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮꦶ ( aksara jawi )

2. Sandhangan Pepet

Sandhangan Pepet digunakan untuk melambangkan suara

(vocal e), ditulis di atas bagian akhir aksara.

Contoh : ꧋ꦏ꧀ꦼꦱꦭ
ꦼ ꧀ ( kesel )

3. Sandhangan Suku

Sandhangan Suku digunakan untuk melambangkan suara

(vokal u). sandhangan suku ditulis serangkai dengan bagian akhir

aksara, letaknya di bawah.

Contoh : ꧋ꦠꦸꦏ꧀ꦸꦧꦺꦫꦱ꧀ ( tuku beras )

4. Sandhangan Taling

Sandhangan Taling digunakan untuk melambangkan suara

(vokal e’). sandhangan taling ini ditulis di depan aksara.

Contoh : ꧋ꦧꦺꦧꦺꦠ꧀ ( pedet )

5. Sandhangan Taling Tarung


25

Sandhangan Taling Tarung digunakan untuk

melambangkan suara (vokal o) ditulis di depan dan di belakang

(mengapit) aksara.

Contoh : ꧋ꦺꦸꦁꦏ꧀ꦂꦧꦺꦴ ( bung karno )

6. Sandhangan Wingyan

Sandhangan Wingyan digunakan untuk melambangkan

konsonan “h” sebagai penutup suku kata, ditulis di belakang

aksara.

Contoh : ꧋ꦒꦗꦃ ( gajah )

7. Sandhangan Layar

Sandhangan Layar digunakan untuk melambangkan

konsonan “r” sebagai penutup suku kata, ditulis di belakang aksara.

Contoh : ꧋ꦺꦺꦠꦆꦏ꧀ꦭꦪꦂ ( pantai klayar )

8. Sandhangan Cecak

Sandhangan Cecak digunakan untuk melambangkan

konsonan “ng” sebagai penutup suku kata. Sandhangan cecak

ditulis di atas bagian akhir aksara. Apabila digunakan Bersama

sandhangan wulu maka ditulis di belakang sandhangan wulu.

Apabila digunakan Bersama sandhangan pepet maka ditulis di

dalam sandhangan pepet.


26

Contoh : ꧋ꦭꦮꦁꦏ꧀ꦪꦸ ( lawang kayu )

9. Sandhangan Pangkon

Sandhangan Pangkon digunakan untuk menyatakan

konsonan mati/penutup dalam suku kata. Ditulis di belakang aksara

yang dimatikan.

Contoh : ꧋ꦺꦺꦏ꧀꧀ ( bapak )

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Pertama, “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Huruf Terhadap

Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1” oleh Delfi Citra Utami,

dkk.31 Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif quasi eksperimen.

Hasol penelitiannya yakni terdapat perbedaan pada kemampuan membaca

siswa, sebelum dan sesudah penggunaan media pembelajaran kartu huruf.

Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (1B) yaitu 7,34 lebih tinggi

dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang tidak menggunakan media kartu

huruf pada kelas kontrol (1A) yang hanya mendapat nilai 5,2. Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan varibel independent berupa

kartu huruf atau carakan. Perbedaannya pada variabel dependen yaitu

kemampuan membaca permulaan, sedangkan penelitian ini menggunakan

variabel dependennya minat belajar aksara jawa.

31
Utami, Sabdaningtyas, and Sugiman, “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Huruf Terhadap
Kemampuan Membaca Permulaan Siawa Kelas 1”.
27

Kedua, “Pengaruh Media Pop Up Book Pada Materi Daur Hidup

Hewan Terhadap Minat Belajar Peserta Didik Kelas IV MINU Wedoro

Tahun Pelajaran 2022/2023” oleh Alfira Nur Azizah Firdaus.32 Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa media Pop Up Book berpengaruh

terhadap minat belajar peserta didik. Perhitungan menunjukkan bahwa

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa terdapat perbedaan antara keterampilan membaca siswa sebelum

dan sesudah perlakuan. Dilihat dari rata-rata, posttest lebih besar dari

pretest yaitu 80 > 67. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan variabel dependent berupa minat belajar peserta didik.

Perbedaannya yakni pada variabel independent penelitian Alfira Nur

Azizah Firdaus yaitu berupa media Pop Up Book sedangkan penelitian ini

menggunakan variabel independentnya kartu carakan. Subjek pada

penelitian tersebut dari MINU Wedoro Sidoarjo sedangkan pada penelitian

yang akan saya lakukan bertempat di MI Badrussalam Surabaya.

Ketiga, “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Raja (Aksara Jawa)

Terhadap Keterampilan Menulis Huruf Jawa” oleh Hestiwi Trisna

Linayanti.33 Penelitian ini adalah Quasi Experiment. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa penggunaan media kartu raja bisa berhasil di dalam

proses pembelajaran keterampilan menulis aksara jawa peserta didik,

32
Alfira Nur Azizah Firdaus, “Pengaruh Media Pop Up Book Pada Materi Daur Hidup Hewan
Terhadap Minta Belajar Peserta Didik Kelas IV Minu Wedoro Tahun Pelajaran 2022/2023,”
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (2022)
33
Hestiwi Trisna Linayanti, “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Raja (Aksara Jawa) Terhadap
Keterampilan Menulis Huruf Jawa,” Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 10, no. 2
(2022): 356.
28

dilihat dari uji T yang menentukan bahwa nilai t hitung = 3,090 dengan

nilai sig = 0,004, sehingga lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan.

Artinya ada perbedaan pengaruh penggunaan media kartu raja dengan

pembelajaran konvemsional ditinjau dari keterampilan menulis aksara

jawa peseta didik kelas IV di SD Negeri Tembongraja 02. Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel independent

berupa kartu huruf atau carakan. Perbedaannya yakni pada variabel

dependen penelitian Hestiwi Trisna Linayanti yaitu keterampilan menulis

sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependennya minat

belajar aksara jawa atau hanacaraka. Subjek pada penelitian tersebut dari

SD Negeri Tembongraja 02 sedangkan pada penelitian yang akan saya

lakukan bertempat di MI Badrussalam Surabaya.

Keempat, “Penggunaan Media Flash Card Untuk Meningkatkan

Keterampilan Membaca Aksara Jawa” oleh Annisa Alfiatun Nurrohmah,

dkk.34 Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media Flash Card dapat meningkatkan

keterampilan membaca aksara jawa. Persamaan penelitian ini adalah sama-

sama menggunakan variabel independent berupa kartu huruf atau carakan.

Perbedaannya yakni pada variabel dependen penelitian Annisa Alfiatun

Nurrohmah, dkk yaitu meningkatkan keterampilan membaca aksara jawa

34
Annisa Alfiatun Nurrohmah, Jenny Is Poerwanti, and Peduk Rintayati, Penggunaan Media Flash
Card Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa, n.d.
29

sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependennya minat

belajar aksara jawa atau hanacaraka.

E. Kerangka Pikir

Sejak dibangku sekolah dasar Bahasa jawa merupakan mata

pelajaran yang sudah diajarkan. Mata pelajaran Bahasa jawa mempelajari

semua kebudayaan tanah jawa. Dalam mencapai tujuan belajar diperlukan

minat belajar pada peserta didik. Minat belajar merupakan dorongan diri

untuk melakukan sesuatu yang dapat membuat senang dan tertarik dalam

proses pembelajaran demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.

Dengan adanya minat proses pembelajaran dikelas akan membantu

pendidik dalam penyampaikan materi, karena didukung oleh peserta didik

melalui rasa suka dan ketertarikan terhadap mata pelajaran.

Pembelajaran dengan media konvensional seperti ceramah atau

penerapan media belajar yang kurang tertarik dalam menerima materi.

Penerapan media kartu carakan diharapkan mampu memengaruhi minat

belajar peserta didik, sebagaimana fungsi media belajar sebagaimana

fungsi media belajar sebagai pembawa informasi antara pendidik dan

peserta didik.
30

Adapun kerangka berpikir yang dapat digambarkan pada bagan berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat pengaruh minat belajar peserta didik terhadap

penggunaan media kartu carakan pada materi aksara jawa kelas III MI

Badrussalam.

H1 : Terdapat pengaruh minat belajar peserta didik terhadap penggunaan

media kartu carakan pada materi aksara jawa kelas III MI Badrussalam
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan dalam penelitian,

maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif

dengan jenis penelitiannya adalah quasi eksperimen (Quasi Experimental).

Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design, yang

mana dalam desain ini terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain

ini terdiri atas dua kelompok yang diberikan pretest dan posttest

selanjutnya pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan

media kartu carakan dan pada kelas kontrol tanpa menggunakan media

kartu carakan.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1 : Kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau yang

disebut pretest

O2 : Kelas eksperimen sesudah diberikan perlakuan (treatment) atau yang

disebut posttest

X : Perlakuan (treatment) menggunakan media kartu carakan

31
32

… : Perlakuan (treatment) menggunakan media konvensional

O3 : Kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau yang

disebut pretest

O4 : Kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan (treatment) atau yang

disebut posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang dijadikan peneliti untuk

mendapatkan pengamatan dan pendataan dari fenomena yang dibahas.

Moleong menyampaikan bahwa untuk mendapatkan data yang tepat maka

dilakukan dengan menempati lokasi yang telah ditentukan agar

mendapatkan informasi yang sesuai dengan keadaan lapangan dan

mempertimbangkan substansi yang di lapangan.35 Penelitian ini dilakukan

di MI Badrussalam Surabaya pada kelas III semester ganjil tahun pelajaran

2023/2024 yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah suatu generalisasi terdiri

dari subjek yang memiliki karakteristik dan kuantitas yang sudah

35
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018).
33

ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan agar dipelajari lalu ditarik

kesimpulannya.36

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas III MI Badrussalam

Jumlah Siswa
Kelas Jumlah/Kelas Jumlah
L P

III A 10 11 21
43
III B 12 10 22

Jumlah 22 21

b. Sampel

Sugiyono, mengatakan sampel merupakan sebuah bagian terdiri

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.37 Sampel memiliki

dua arti yakni semua unit dari populasi harus memiliki peluang untuk

terambil sebagai unit dan besar sampel harus mencukupi sebagai

gambaran populasi. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling

dalam menentukan sampel.

Teknik purposive sampling termasuk dalam teknik non probability

sampling. Teknik purposive sampling merupakan jenis pengambilan yang

sengaja dipilih baik kegiatan atau orang dalam penelitian agar

mendapatkan informasi penting yang diberikan oleh sampel.38

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2021).
37
Ibid.
38
Rahmi Ramadhani and Nuraini Sri Bina, Statistika Penelitian Pendidikan : Analisis Perhitungan
Matematis Dan Aplikasi SPSS (Jakarta: Kencana Prana Media, n.d.).
34

Sampel dalam penelitian ini adalah 21 siswa kelas III A sebagai

kelompok eksperimen dan 22 siswa kelas III B sebagai kelompok kontrol.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (x)

Variabel bebas (x) disebut juga variabel independent, yakni

variabel yang memengaruhi dan menjadi sebab adanya perubahan pada

variabel terikat (dependen).39 Variabel bebas dalam penelitian ini

menggunakan media kartu carakan yakni media pembelajaran yang

dapat membantu guru dalam mengaitkan pembelajaran dan materi

dengan sebuah kartu yang dikembangkan menjadi imajinatif, dan

faktual, sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami

materi.

Penggunaan media kartu carakan merupakan proses

penyampaian materi aksara jawa pada mata pelajaran muatan local

Bahasa jawa kelas III dengan menyajikan informasi dalam bentuk

kartu. Proses ini dilakukan agar lebih menarik perhatian peserta didik

dan lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran. Indicator penelitian

media kartu carakan ditunjukkan pada RPP, LKPD, dan lembar kerja

guru dan peserta didik.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (y) disebut juga variable dependen yakni

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas

39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
35

(x), seperti faktor-faktor yang di observasi dan diukur guna

menentukan adanya variabel bebas.40 Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah minat belajar peserta diidk kelas III MI Badrussalam

Surabaya. Minat belajar merupakan aspek psikologis seseorang dengan

menampakkan diri pada beberapa gejala seperti rasa suka, keinginan

atau gairah dalam kegiatan tanpa ada paksaan yang berdampak pada

hasil belajar.

Minat belajar dapat diungkapkan melalui eberapa indikator

yang terdiri dari perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan

keterlibatan siswa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat

belajar yang mengarah kepada sikap peserta diidk pada saat

dilakukannya proses pembelajaran dengan media kartu carakan dan

tanpa media kartu carakan. Indicator variabel bebas berpengaru pada

variabel terikat jika terdapat perbedaan terhadap minat belajar siswa

antara kelompok control dan kelompok eksperimen

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik pengumpulan data

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh

manusia dengan panca indra sebagai alat bantunya. Penjelasan

sebelumnya mengatakan bahwa observasi merupakan sebuah

40
Moh.Nazir, Metode Penelitian, ed. Risman Sikumbang (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009).
36

metode dalam mengumpulkan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, selanjutnya data tersebut diamati

oleh peneliti. Artinya data tersebut dihimpun melalui

pengamatan peneliti dengan panca indranya.41

Sedangkan menurut pendapat ahli yaitu Bapak Sutrisno

Hadi menjelaskan bahwa, observasi diartikan sebagai sebuah

proses yang kompleks dimana proses ini disusun dari berbagai

proses psikologis dan biologis. Proses pelaksanaan

mengumpulkan data dalam observasi dibedakan menjadi dua

yakni non participant observation (observasi non partisipan) dan

participant observation (observasi berperan serta)

Pengumpulan data oleh peneliti dalam observasi

dilakukan dengan cara melihat kondisi madrasah, sarana dan

prasarana, proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran

Bahasa Jawa, melihat media yang diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran, mengambil data jumlah peserta didik, dan

mencatat kegiatan siswa pada dua kali pertemuan di kelas III MI

Badrussalam Surabaya.

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya sesuai

41
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prana Media, 2010).
37

dengan indicator setiap variabel yang sesuai dengan kriteria

dalam penelitian yang dilakukan.42 Dalam mengisi angket

diharapkan responden memberikan respon yang sesuai dengan

pertanyaan dan menjawab keseluruhan pertanyaan atau

pernyataan dengan teliti dan bersungguh-sungguh. Penyebaran

angket dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan jawaban atas

pertanyaan penelitian guna memcahkan masalah yang dilakukan

peneliti.

Angket dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur

minat belajar peserta diidk dalam pembelajaran Bahasa jawa

materi aksara jawa. Angket ini berisi penyataan posotof dan

negative tentang minat belajar pada mata pelajaran Bahasa jawa

materi aksara jawa untuk peserta didik. Angket diberikan dengan

20 pernyataan yang dikerjakan oleh peserta didik dengan

memberikan tanda checklist (✓) pada kolom jawaban yang

disediakan. Pada setiap butir jawaban angket memiliki lima

alternatif jawaban yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak

Setuju (TS), Ragu – Ragu (RR), Setuju (S), dan Sangat Setuju

(SS).

Pengukuran minat belajar bahasa jawa materi aksara jawa

dalam penelitian ini menggunakan aturan skoring. Aturan

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. 199.
38

skoring instrument minat belajar dalam penelitian ini sebagai

berikut :

Tabel 3.2 Skoring Instrumen Angket Minat Belajar Bahasa Jawa

Sangat
Sangat Ragu- Tidak
Penyataan Setuju tidak
setuju ragu setuju
setuju
Positif (+) 5 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4 5

3. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengumpulakn data, hal

ini dilakukan agar memperoleh keterangan dari narasumber yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.43

Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah tes. Sebelum tes

wawancara dilakukan untuk mengetehui proses pembelajaran

awal yang terjadi pada siswa kelas III. Wawancara setelah tes

dilakukan agar mengetahui pendapat guru dan siswa mengenai

media kartu carakan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan

secara tidak terstruktur artinya tidak menyediakan alternatif

jawaban tetapi tetap menggunakan parameter yang telah

ditentukan.

4. Dokumentasi

43
Firda Nurul Izzah et al., “Analisis Faktor-Faktor Pemicu Turunnya Keaktifan Siswa Dalam
Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Di Masa Pandemi,” Pensa E-jurnal: Pendidikan Sains
10, no. 1 (2022): 150–154.
39

Menurut KBBI dokumentasi merupakan proses

pengumpulan, pengolahan, pemilihan dan penyimpanan

informasi di bidang pengetahuan pemberian atau pengumpulan

dari keterangan seperti kutipan, gambar, dan bahan referensi

lainnya. Dokumentasi dalam penelitian ini juga merupakan hasil

dalam penelitian.44 Dokumentasi yang dilakukan selama kegiatan

pembelajaran sebagai bukti bahwa peneliti sudah melaksanakan

penelitian serta mengetahui kegiatan peserta didik selama

pembelajaran berlangsung.

b. Instrumen Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Menurut

Sugiyono, instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti

dalam menggunakan metode pengumpulan data. Penelitian kali

ini memilih metode penelitian berupa observasi, wawancara,

angket dan dokumentasi.45

Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Teknik
Jenis
No Pengumpulan Data
Instrumen
Data
Lembar
1 Observasi Lembar observasi minat belajar siswa
observasi

44
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
40

Minat belajar siswa terhadap


2 Angket Kuesioner
pembelajaran

Pedoman Jawaban responden mengenai minat


3 Wawancara
wawancara belajar dan media kartu carakan

RPP, nilai dan


4 Dokumentasi proses Foto, video dan file
penelitian

2. Lembar Angket Minat Belajar

Angket ini diberikan untuk mengukur minat belajar peserta

didik pada mata pelajaran Bahasa jawa materi aksara jawa.

Berikut ini kisi-kisi pada angket minat belajar :

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Minat Belajar

Item
No Indikator Jumlah
+ -
Perasaan
1 1,2,3 4,5 5
senang
Ketertarikan
2 6,7,8 9,10 5
peserta didik

3 Penuh perhatian 11,12,13 14,15 5

Keterlibatan
4 16,17,18 19,20 5
peserta didik
Jumlah 12 8 20

Kriteria Penelitian :

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Ragu-ragu

4 = Setuju
41

5 = Sangat setuju

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan validitas

terhadap instrument. Instrument yang diuji coba harus menunjukkan

kesesuaian pada aspek yang ingin diuji. Validitas merupakan alat ukur

yang menunjukkan sejauh mana apa yang ingin diukur. Hasil validitas

diukur menggunakan rumus Korelasi Product Moment yakni.46

Gambar 3.2 Rumus Korelasi Product Moment

Keterangan :

rᵪᵧ = Koefisien korelasi

N = Jumlah subjek

∑Υ = Jumlah skor item soal

∑X = Jumlah skor total item soal

Butir pernyataan dikatakan valid apabila koefisien korelasi rxy

bernilai positif dan sama atau lebih besar dari r table dengan taraf

46
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dengan Perbandingan Perhitungan Manual Dan
SPSS, ed. 1st (Jakarta: Kencana Prana Media, 2017) 46.
42

signifikasi 5%. Apabila r table lebih kecil dari harga r table maka korelasi

dikatakan tidak signifikan.47

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali

satau lebih pada gejala yang sama dengan alat ukur yang sama pula.48

Setelah uji coba instrument dengan uji validitas Langkah selanjutnya

yakni uji reliabilitas. Uji reliabilitas instrument mengunakan Alpha.

Reliabel dalam Bahasa artinya dapat dipercaya. Secara umum

menyatakan bahwa penelitian harus reliabel, reliabilitas dibagi menjadi

dua yakni relibilitas eksternal dan relibilitas internal. Relibilitas internal

diuji dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach digunakan untuk

mencari relibilitas instrument yang skornya 1 dan 0, seperti angket atau

soal berbentuk uraian. Adapun rumus Alpha Cronbach yang digunakan :

Gambar 3.3 Rumus Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

47
Gusti Ayu Dessy Sugiharni and Ni Wayan Setiasih, “Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Evaluasi Blended Learning Matakuliah Matematika Diskrit Di STIKOM Bali Berbasis Model
Alkin,” IndoMath: Indonesia Mathematics Education 1, no. 2 (2018): 93.
48
Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dengan Perbandingan Perhitungan Manual Dan SPSS,
55.
43

G. Teknik Analisis Data

Analisa data yang didapatkan dari sebuah hasil penelitian

menggunakan teknik analisa statistika deskriptif dan inferensial. Hasil

pengumpulan data berupa nilai pretest dan posttest yang dijadikan sebagai

bahan perbandingan dalam mengukur sebuah pengaruh terhadap

penggunaan media kartu carakan.49 Pengukuran yang diujikan berdasarkan

hasil secara murni dengan melihat perbedaan nilai awal saat pre-test dan

nilai akhir saat post test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan

terhadap rata - rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan

teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Langkah – Langkah analisis data

eksperimen dengan model eksperimen Nonequivalent Control Group

Desaign adalah dengan melakukan analisis statistik inferensial.

Sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Jenis uji t yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis Independent T-Test, karena peneliti akan

menghitung perbedaan rata - rata dari kelompok eksperimen dan control.

Selain itu uji-t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat

peningkatan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Namun pelaksanaan uji ini dilakukan

setelah perlakuan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut penjelasan

kedua uji tersebut diantaranya, yaitu :

49
Albi Anggito, Metode Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: CV Jejak, 2018).
44

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari

subjek penelitian yang terdistribusi normal atau tidak. Jika berditribusi

normal maka menggunakan metode parametrik atau uji homogenitas.

Jika data tidak berditribusi normal maka menggunakan Uji perbedaan

dua rata – rata (Uji-t), Statistik Non Parametrik dan Uji Mann –

Whitney (U-test)

Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk

yang diujikan pada pretest-posttest pada kelas eksperimen dan kontrol.

Uji Shapiro Wilk digunakan karena jumlah data kurang dari 50.

Adapun kriteria yang digunakan dalam mengambil keputusan uji

normalitas yakni sebagai berikut :

• Apabila nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka data memiliki

distribusi normal.

• Apabila nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka data memiliki

distribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data

pada sampel yang mewakili populasi homogen dengan populasi

tersebut. Uji homogenitas merupakan uji statistik yang dikatakan

mampu memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel

berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama.


45

Jenis uji homogenitas yang digunakan adalah uji lavene’s test.

Uji ini digunakan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jenis

varian yang berbeda dari dua data kelompok yang didapatkan baik

dari kelompok eksperimen dan kelompok control. Melalui hasil

pengujian homogenitas dapat diketahui adakah kesamaan antara dua

kelompok yang berbeda setelah melakukan pengujian data yang

terindikasi berbeda Kriteria yang digunakan dalam mengambil

keputusan uji homogenitas, yakni sebagai berikut :

• Apabila nilai signifikansi (sig) pada based on mean > 0,05 maka

data dinyatakan homogen.

• Apabila nilai signifikansi (sig) pada based on mean < 0,05 maka

data dinyatakan tidak homogen

c. Uji-T

Setelah prasyarat uji-t terpenuhi, kemudian dilakukan Uji-t

untuk menentukan apakah data memiliki perbedaan yang signifikan di

tingkat probabilitas pilihan. Uji-t pada penelitian ini menggunakan uji-

t untuk dua sampel independent. Uji-t dua sampek independent

merupakan uji statistic parametrik yang digunakan untuk

membandingkan rata – rata dua kelompok sampel yang berbeda.

Contohnya, uji-t dapat digunakan untuk membandingkan minat belajar

peserta didik yang menggunakan media kartu carakan pada kelompok


46

eksperimen (III A) dan tidak menggunakan media kartu carakan

kelompok kontrol (III B).


DAFTAR PUSTAKA

Adenansyah, Fanandia Mochamad. “Rancang Bangun Game Edukasi Belajar


Aksara Dan Tata Krama Bahasa Jawa Untuk SD Kelas 4 Berbasis Android.”
Jurnal Manajemen Informatika 10 (2019): 1–9.
Alfiani, Fauzana, Tri Kurniawati, and Menik Kurnia Siwi. “Pengembangan
Webtoon Untuk Pembelajaran Ips (Ekonomi) Di Smp.” Jurnal Ecogen 1, no.
2 (2018): 439.
Anggito, Albi. Metode Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV Jejak, 2018.
Ardiyani, Dewi Rahma. Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Model
Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas Iiia Sdn
Petompon 02 Semarang, 2013.
http://lib.unnes.ac.id/17683/1/1401409149.pdf.
Arief, S. Sadiman, Harjito, Haryono Anung, and R. Rahardjo. Media Pendidikan :
Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada 2018, 2018.
Arsyad A. “Media Pembelajaran” (2011): 23–35.
Astuti, Fitriyani. “Analisis Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi Pada Soal
Ujian Sekolah Bahasa Jawa.” Piwulang : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa 9,
no. 1 (2021): 83–99.
Bella Vanenti Rochmiyati Sugiman Fakultas Keguruan Dan, Oleh. Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Flash Card Terhadap Hasil Belajar
Tematik, 2019.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prana Media, 2010.
Community, Javaholic Genk Kobra. Gaul Aksara Jawa. Edited by Genk Kobra
Javaholic. 1st ed. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2015.
Dewi, Sri Ratna, Yuli Widiyono, and Titi Anjarini. “Pengembangan Multimedia
Aksara Jawa Berbasis Kearifan Lokal Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.”
Piwulang : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa 10, no. 1 (2022): 35–43.
Fatima, Whinny Qori, Livia Khairunisa, and Budi Prihatminingtyas. “Metode
Pembelajaran Berbasis Game Untuk Meningkatkan Ketrampilan Membaca
Dan Menulis Aksara Jawa.” Inteligensi : Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 1
(2020): 17–22.
Firdaus, Alfira Nur Azizah. “Pengaruh Media Pop Up Book Pada Materi Daur
Hidup Hewan Terhadap Minta Belajar Peserta Didik Kelas IV Minu Wedoro
Tahun Pelajaran 2022/2023.” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya (2022).
Friantini, Rizki Nurhana, and Rahmat Winata. “Analisis Minat Belajar Pada

47
Pembelajaran Matematika.” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika
Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Harianto, Erwin. Keterampilan Membaca Dalam Pembelajaran Bahasa.
DIDAKTIKA. Vol. 9, 2020.
Indriani, Nina, Siti Rodliyah Eka Agustina, Achmad Haqqul Yaqin, and Puput
Restyanggi S. “Implementasi Media Pembelajaran Flashcard Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas
Ii.” Jurnal Equation: Teori dan Penelitian Pendidikan Matematika 6, no. 1
(2023): 13.
Izzah, Firda Nurul, Yeni Arifah Khofshoh, Zumrotus Sholihah, Yayuk
Nurningtias, and Nur Wakhidah. “Analisis Faktor-Faktor Pemicu Turunnya
Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Di Masa
Pandemi.” Pensa E-jurnal: Pendidikan Sains 10, no. 1 (2022): 150–154.
Juhaeni, Safaruddin, R Nurhayati, and Aulia Nur Tanzila. Konsep Dasar Media
Pembelajaran. JIEES : Journal of Islamic Education at Elementary School
JIEES. Vol. 1, 2020.
Linayanti, Hestiwi Trisna. “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Raja (Aksara
Jawa) Terhadap Keterampilan Menulis Huruf Jawa.” Kalam Cendekia:
Jurnal Ilmiah Kependidikan 10, no. 2 (2022): 356.
Moh.Nazir. Metode Penelitian. Edited by Risman Sikumbang. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018.
Munir. Pembelajaran Jarak Jauh : Berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi. Bandung, 2012.
Nurrohmah, Annisa Alfiatun, Jenny Is Poerwanti, and Peduk Rintayati.
Penggunaa Media Flash Card Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Aksara Jawa, n.d.
Permata Yuniar, Avianti, and Aan Hendrayana. “TIRTAMATH : Jurnal Penelitian
Dan Pengajaran Matematika Analisis Minat Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Kelas Virtual Di SMA.” Tirtamath (Jurnal
Penelitian dan Pengajaran) 3 (2021): 80–94.
Putri, Yulia Pratami, and Alpha Galih Adirakasiwi. “Analisis Minat Belajar Siswa
Kelas X SMA At-Taubah Pada Materi SLPTV Dengan Metode Pembelajaran
Daring.” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 5, no. 3 (2021):
2934–2940.
Ramadhani, Rahmi, and Nuraini Sri Bina. Statistika Penelitian Pendidikan :
Analisis Perhitungan Matematis Dan Aplikasi SPSS. Jakarta: Kencana Prana

48
Media, n.d.
Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana. Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Dan Komunikasi. Jakarta, n.d.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual Dan SPSS. Edited by 1st. Jakarta: Kencana Prana
Media, 2017.
Sugiharni, Gusti Ayu Dessy, and Ni Wayan Setiasih. “Validitas Dan Reliabilitas
Instrumen Evaluasi Blended Learning Matakuliah Matematika Diskrit Di
STIKOM Bali Berbasis Model Alkin.” IndoMath: Indonesia Mathematics
Education 1, no. 2 (2018): 93.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2021.
Sulistyani, Anis, Sugianto Sugianto, and Mosik Mosik. “Metode Diskusi Buzz
Group Dengan Analisis Gambar Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil
Belajar Siswa.” UPEJ Unnes Physics Education Journal 5, no. 1 (2016): 12–
17.
Susanti, Elvi. Keterampilan Membaca. Bogor: IN MEDIA, 2022.
Susilowati, F Genjek & Deni Setiawan. “Pengembangan Media Flash Card
Aksara Jawa Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan Menulis.”
Joyful Learning Journal 8, no. 3 (2019): 149–153.
Uno, Hamzah B., and Nina Lamatenggo. Teknologi Komunikasi Dan Informasi
Pembelajaran. Jak, 2011.
Utami, Sabdaningtyas, and Sugiman. “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Huruf
Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siawa Kelas 1” (n.d.).
Wardani, Setia. “Pemanfaatan Teknologi Augmented Reality ( Ar ) Untuk
Pengenalan Aksara Jawa Pada Anak.” Jurnal Teknologi 8 (2015): 104–111.

49
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pemunculan hasil
No Aspek yang diobservasi observasi Deskripsi
Ya Tidak
Guru menggunakan media yang
1 membuat siswa aktif dalam
pembelajaran
Guru menggunakan media sesuai
2
dengan kompetensi dasar
Guru melaksanakan pembelajaran
3
kontekstual
Guru menggunakan media
4
pembelajaran secara efektif
Guru menggunakan media
5
pembelajaran secara efisien
Guru mengutamakan keterlibatan
6 siswa dalam pemanfaatan media
pembelajaran
Guru mengadakan evaluasi /
7 ulangan sebagai tolak ukur
tercapainya tujuan pembelajaran
Guru memberi tahukan hasil
8
belajar siswa
Guru memberi hadiah sebagai
bentuk penghargaan terhadap
9
siswa yang mendapatkan nilai
bagus
Guru memberikan pujian terhadap
10
keberhasilan siswa
Guru menciptakan lingkungan
11 belajar yang kreatif, aktif, dan
menyenangkan
Siswa merespon pertanyaan
12
selama proses pembelajaran
Siswa mampu berpendapat saat
13
proses pembelajaran
14 Siswa mengikuti proses

50
pembelajaran tanpa mengeluh
Siswa tidak terlihat bosan selama
15
pembelajaran
Siswa tmenunjukkan wajah ceria
16
saat pembelajaran
Siswa mengerjakan tugas yang
17
diberikan
Siswa aktif dalam menjalani
18
proses pembelajaran
Siswa memberikan focus pada
19
materi pelajaran
Siswa tidak melakukan aktivitas
20
lain saat pembelajaran
Lampiran A1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

51
LEMBAR OBSERVASI MINAT BELAJAR SISWA

Variabel Indikator Butir Pertanyaan 5 4 3 2 1 Keterangan


Siswa tidak berbicara
sendiri ketika guru
mengajar
Siswa tidak mengantuk
Perhatian ketika guru mengajar
dalam Siswa suka dengan
KBM media yang digunakan
oleh guru
Siswa tidak bermain
sendiri ketika guru
mengajar
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
Siswa bertanya kepada
Minat
Partisipasi guru jika tidak bisa
Belajar menjawab soal
dalam
KBM Siswa selalu maju di
depan kelas jika disuruh
guru
Siswa aktif dalam
diskusi kelompok
Siswa merasa senang
ketika guru
menggunakan media
Perasaan kartu carakan
senang Siswa senang jika guru
terhadap mengajar dengan
KBM menggunakan media
Siswa merasa gembira
ketika guru
memperkenalkan media

52
tersebut
Lampiran A.2 Lembar Observasi Minat Belajar

53
Angket Minat Belajar Siswa Pada Materi Aksara Jawa

• Identitas Responden

Nama :
Kelas :

• Petunjuk Pengisian

1. Angket terdiri dari 20 pernyataan. pertimbangkan baik – baik setiap


pernyataan yang berkaitan dengan minat belajar pada materi aksara
jawa.
2. Berikan tanda centang (✓) pada pilihan jawaban yang telah disediakan
pada tabel.

Keterangan :
1 = Sangat Setuju
2 = Setuju
3 = Ragu - Ragu
4 = Tidak Setuju
5 = Sangat Tidak Setuju

Pilihan Jawaban
No Indikator Pernyataan
1 2 3 4 5

Saya senang dengan pelajaran


1 Bahasa jawa karena berkaitan
dengan kebudayaan Indonesia
Perasaan
Saya selalu menyimak pelajaran
2 Senang
dengan baik

Saya selalu menggunakan waktu


3
luang untuk mengulangi pelajaran

54
Saya selalu berusaha menjawab
4 pertanyaan dari guru karena materi
pelajaran ini menarik bagi saya

Saya tidak pernah mengulangi


5
pelajaran di rumah

Saya merasa takut terlambat pergi


6
ke sekolah dan tertinggal pelajaran

Saya selalu hadir tepat waktu


7
sebelum pembelajaran berlangsung

Saya suka berkunjung ke toko buku


8 untuk mencari buku tambahan
Ketertaikan
pelajaran
Peserta
Didik Saya tidak pernah melakukan latihan
9 soal di rumah karena tidak mengerti
cara menyelesaikannya

Saya tidak terlalu memperdulikan


materi pembelajran yang di
10
sampaikan oleh guru karena materi
tersebut sulit di pahami

Saya sangat menyukai ketika guru


11
membuka sesi tanya jawab

Sesi diskusi dalam pelajaran


12
membuat saya bosan

Penuh Saya tidak menanyakan hal – hal


13
Perhatian yang belum jelas kepada guru

Saya tidak memiliki buku catatan


14 yang lengkap pada mata pelajaran
Bahasa jawa

15 Pertama kali saya melihat pelajaran


ini saya percaya pelajaran ini akan

55
memberikan pengetahuan baru bagi
saya

Saya selalu mengerjakan tugas yang


16
diberikan oleh guru

Bahasa jawa merupakan pelajaran


17
yang mudah di pahami
Keterlibata
Saya sangat bersemangat untuk
18 n Peserta
mengikuti pembelajaran
Didik
Saya memperhatikan guru ketika
19
pelajaran berlangsung

Saya memiliki buku catatan yang


20
lengkap
Lampiran A.3 Angket Minat Belajar

56

Anda mungkin juga menyukai