Sikkripsi Siap Jilid
Sikkripsi Siap Jilid
SKRIPSI
Diajukan pada Sekolah Tinggi Katolik Touye Paapaa Deiyai
untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjanan
pada Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
STEPANUS GOBAI
NIM : 0190204006
NIRM:
ROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
SEKOLAH TINGGI KATOLIK TOUYE PAAPAA DEIYAI
PROVINSI PAPUA TENGAH
2023/2024
1
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Diajukan pada Sekolah Tinggi Katolik Touye Paapaa Deiyai
untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjanan
pada Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
STEPANUS GOBAI
NIM : 0190204006
NIRM:
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
STEPANUS GOBAI
NIM : 0190204006
NIRM:
Anggota:
1. Penguji 1
2. Penguji 2
3. Penguji 3
Deiyai, ……../………/2023
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan dukungan moril maupun
materi l serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata
seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang terucap
dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas
Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
Sahabat dan teman angkatan 2019 pemikiran semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa,
iii
MOTTO
iv
HALAMAN KEABSAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa sesungguhnya Skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan
Penulis
Stepanus Gobai
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kusa, karena
berkat bimbingan, rahmat, dan kasih Karunia-Nya, maka kami dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “ Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pembinaan Iman Anak di
Stasi Santo Yohanes Pemandi Tetobega paroki Hati Kudus Yesus Kristus Abouyaga
Penelitian pada kombas Santo Yohanes pemandi Stasi Tetobega adalah Suatu
keprihatinan penulis untuk mendorong orang tua terhadap pendidikan iman anak
mereka. Peneliti melihat bahwa orang tua menyadari pentingnya pendidikan iman
anak-anak, harus dibina sejak kecil. Melalui penelitian ini, penulis berupaya
mendorong orang tua bahwa peran dan tanggung jawab pertama dan utama terhadap
pendidikan iman secara khusus dan pendidikan seara umum adalah peran para orang
kehadirat Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya yang senantiasa membimbing dan
menyertai penulis.
Pada kesempatan ini pula, Penulis menyampaikan bahwa rasa syukur dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pertolongan yang sangat
diperlukan dalam menyelesaikan tulisan ini. Jumlah mereka sangat banyak dan
Penulis tidak ingin melewatkan seorang pun dari mereka. Secara khusus patut
1. Bapak Oktopianus Pekei, S.S.M. Sc, selaku Ketua Sekolah Tinggi Katolik
vi
2. Bapak Yohakim Tekege, S.S. MM, selaku Dosen pembimbing pertama yang
tempat penelitian.
Sebagai sebuah ide penulis mengharapkan orang tua menjadi Pembina utama dan
pertama dalam hidup supaya tetap percaya budaya dan adat istiadat orang papua lebih
Stepanus Gobai
vii
DAFTAR ISI
Halaman Persembahan................................................................................... iv
Halaman Motto.............................................................................................. v
Halaman Abstrak........................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
viii
2.1.1 Tanggung Jawab Pendidikan Iman Anak Oleh
Pendidikan Anak............................................................................. 27
2.1.3. Pendidikan........................................................................................ 34
ix
2.1.4. Pendidikan Agama Katolik ............................................................. 41
Iman Anak........................................................................................... 55
2.2.Kerangka Berpikir…………………………………………………….. 60
4.2. Pembahasan....................................................................................... 81
BAB V. PENUTUP....................................................................................... 83
5.1. Kesimpulan....................................................................................... 83
5.2. Saran.................................................................................................. 84
Daftar Pustaka................................................................................................ 86
Lampiran........................................................................................................ 88
x
HALAMAN DAFTAR TABEL
xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR
xii
HALAMAN ABSTRAK
Stefanus Gobai, “Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pembinaan Iman Anak di
Stasi Santo Yohanes Pemandi Tetobega Paroki Hati Kudus Yesus Kristus Abouyaga,
Dekenat Kamapi Keuskupan Timika”.
Pendidikan iman anak merupakan tanggung jawab utama dan pertama oleh para
orang tua dalam keluarga Katolik. Namun minimnya pendidikan orang tua tentunya
berpengaruh bagi perkembangan iman anak, karena kurangnya kegiatan Taman Bina
Iman Anak (TABIA) dan kegiatan menggereja. Hal ini menjadi perhatian dan
tantangan bagi para orang tua yang bertanggung jawab untuk membina iman anaknya.
Berangkat dari permasalah tersebut, muncul rasa penasaran mengenai pelaksanaan
tanggung jawab pendidikan iman anak oleh orang tua katolik. Dengan ini penelitian
dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab pendidikan
iman anak oleh orang tua katolik pada kombas yang sebagian orang tuanya dengan
pendidikan yang kurang memadai.
Teknik analisis data penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur yang dilaksanakan
di Kombas Tetobega Paroki Hati Kudus Yesus Kristus Abouyaga. Informan pada
penelitian ini berjumlah 29 orang tua Katolik yang memiliki anak di usia 6-12 tahun,
informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling, yang dimana menentukan
sumber data sementara sesuai kriteria melalui perantara Romo Paroki dan Pembina
TABIA Kombas Tetobega.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan iman anak yang
tingkat pendidikan orang tuanya sangat minim ini dapat dilakukan dengan
mengajarkan doa harian, mengikuti Ekaristi secara, dan tentunya dengan
pendidikan/pengajaran iman. Namun dalam melaksanaan pendidikan iman anak
tersebut didapati berbagai tantangan bagi para orang tua yakni harus terus
mengingatkan yang pastinya memakan kesabaran dan tantangan ketika anak
kebanyakan terarah pada hal yang lain. Dengan hal tersebut, terdapat berbagai upaya
yang dilakukan orang tua seperti mengajarkan doa harian, mengikuti Ekaristi secara,
dan tentunya dengan pendidikan/ pengajaran iman. Dalam situasi demikian ini orang
tua juga turut mengusahakan pelaksanaan pendidikan iman anak yang relevan dengan
situasi mereka, dengan mengikuti misa secara bersama dan juga mengarahkan
kegiatan pembinaan iman yang cocok dengan keadaan setempat.
Kata kunci: pendidikan iman anak, orang tua Katolik, Kombas Tetobega.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan iman anak adalah tanggung
jawab yang diberikan oleh sang pencipta. Maka orang tua merupakan pendidik atau
Guru pertama di mana untuk pertama kalinya anak memperoleh pendidikan iman.
Dengan demikian di dalam keluarga anak membutuhkan pendidikan iman yang sangat
serius. Dari orang taunya, agar gerak setelah anak berusia remaja dan juga dewasa
membimbing iman anak mereka, agar gerak anak menjadi manusia yang berguna bagi
Tugas mendidik anak adalah panggilan utama dari Allah sendiri kepada
suami-isteri untuk berperan serta dalam karya pencipta-Nya. Bila orang tua
membimbing anak dengan penuh kasih dan karena melahirkan pribadi baru yang
hadir ditengah keluarga untuk bertumbuh dan bekembang, oleh karena itu orang tua
Di dalam keluarga, anak mendapat pembinaan dan kedua orang tuanya dan
karena itu orang tua disebut pendidikan atau Guru pertama dimana setiap anak
mendapatkan pendidikan iman. Selain mendidik iman anak mereka, orang tua juga
perluh menciptakan iklim keluarga yang didasari oleh cinta kasih di antara anggota
keluarga itu sendiri, tetapi juga terhadap sesama di lingkunga sekitar. Sebagai
keluarga katolik, pembinaan iman dari orang tua kepada anak merupakan hal penting,
akan merupakan buah cinta dari pasangan suami-isteri yang wajib dilindungi, dididik,
dan dibesarkan dengan penuh kasih, keluarga diharapkan membimbing anak dengan
1
nasehat-nasehat, teladan yang baik, serta mengarahkan anak, agar terlibat di dalam
Justru orang tua lalai tanggung jawab yang Allah memberikan kepadanya terhadap
umat Stasi Tetobega. Hasil penelitian, dapat ditemukan bahwa tanggung jawab orang
tua dalam pembinaan iman anak sangat kurang, malahan tidak ada.
tua Dalam Pembinaan Iman Anak di Stasi Santo Yohanes Pemandi Tetobega, di
dibahas dalam tulisan ini, pentingnya penulis dirumuskan dalam bentuk tiga
1. Apakah orang tua memainkan peran dan tanggung jawab secara sungguh
anak jika orang tua tidak memainkan peran dan tanggung jawab secara
benar?
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan 3 masalah di atas, maka tujuan penulisan dari karya tulis ini
adalah:
1. Untuk mengetahui betapa penting peran dan tanggung jawab kedua orang
1. Menjadi bahan pendalaman serta motivasi bagi orang tua dalam membina
iman anak.
3
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Membantu orang tua, untuk memahami akan tugas sang tanggung jawab
iman anak.
tertentu.
St : Santo
KK : Keluarga Kristen
Yoka : Anak
UU : Undang-undang
4
BAB II
2.1.1 Tanggung Jawab Pendidikan Iman Anak Oleh Orang Tua Katolik
Menurut Antonius, pendidikan iman anak merupakan suatu proses yang secara
terstruktur dan terencana dilakukan oleh para orang tua, dengan maksud supaya anak
dapat bertumbuh, berkembang dan memperbaharui sikapnya secara total, untuk lebih
terarah kepada Allah. Pendidikan iman anak ini dapat dilaksanakan melalui pen-
utama dalam pendidikan iman yang akan memupuk anak agar mampu memahami arti
kehidupan didunia, dan menjadi tahap awal untuk menumbuhkan maupun mengem-
5
Dalam Familiaris Consortio artikel 52 dinyatakan, bahwa pendidikan iman
anak adalah perwujudan dari kesaksian dan pewartaan injil dari orang tua kepada
anaknya:
melainkan juga menunjukkan ke jalan hidup yang semakin kuat didalam iman dan
mewujudkannya dalam setiap proses pematangan diri yang berdasar pada keutamaan-
keutamaan Kristiani. Hal ini berarti orang tua memberikan pendidikan iman bagi anak
mereka dengan turut mengusahakan diri, yakni untuk bertumbuh menjadi anak Kristus
dan berperan penting sebagai bekal anak, supaya belajar bersujud kepada Allah dalam
Roh dan kebenaran (lih. Yoh 4:23), terutama dalam perayaan Liturgi untuk menghay-
ati hidup sebagai manusia baru dalam kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24); dengan
sesuai dengan kepenuhan Kristus dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh
bahwa “masa kanak-kanak merupakan masa yang menentukan, karena itu kanak-
kanak perlu menerima unsur-unsur pertama katekese dari orang tua dan lingkungan
sekitarnya”. Berkaitan dengan unsur itu, adapun Antonius (Tse, 2014: 20-22) men-
6
gungkapkan beberapa unsur pendidikan iman anak, diantaranya unsur pengajaran
iman, pendidikan liturgi, pendidikan moral, pendidikan doa, pendidikan hidup berko-
munitas, dan pendidikan misioner. Berikut uraian dari unsur-unsur tersebut: Pertama,
anak dibimbing untuk mengenal, menerima, menghayati, dan menghidupi karya kese-
lamatan Allah, serta mendorong anak mengungkapkan rasa syukurnya dengan meli-
batkan diri dalam liturgi (bdk. SC 48); Kedua, Pendidikan moral. Dalam Gravissimum
Educationis dikatakan bahwa anakanak perlu dibina untuk menghargai nilai-nilai baik
moralitas, dan menghayati kasih Allah dalam dirinya. Berkaitan dengan pendidikan
iman anak, hal itu dapat membawa anak untuk berproses dan memilih cara hidupnya
sesuai dengan nilai keutamaan Kristiani dan melaksanakan tindakan sehari-harinya se-
turut ajaran tersebut; Ketiga, Pendidikan doa. Iman tentunya tidak jauh dengan kebi-
asaan berdoa kepada Tuhan, karena Yesus sendiri memberikan teladan melalui hidup
bercengkrama lebih dekat dengan Allah, dan secara tidak langsung menyerahkan
erat dengan persekutuan umat beriman, dengan demikian anak diundang masuk ke
dalam komunitas jemaat, untuk terlibat dalam hidup menggereja dan bertanggung
jawab atas segala tugas pelayanannya sesuai dengan cara hidup jemaat Kristiani; Ke-
misioner, yaitu semangat pelayanan dan pewartaan Injil. Bentuk semangat misioner
ini dapat terpancar dari keberanian anak memberikan kesaksian dimulai dengan men-
7
teman beragama lain dengan tetap membangun dialog tanpa membeda-bedakan
keyakinannya.
didikan iman anak mencangkup seluruh aspek hidup anak (afektif, kognitif, psikomo-
torik). Kognitif disini berarti pendidikan iman yang memberikan informasi kepada
pada perkembangan spiritualitas anak melalui doa-doa baik secara pribadi, liturgi dan
devosi, lalu aspek psikomotorik berkaitan dengan tindak-tanduk anak yang berlaku
(Tse, 2014: 24-37) ada sepuluh landasan Gereja memberikan pendidikan iman bagi
anak-anak, yakni: Pertama, pendidikan iman anak dilaksanakan dengan berpijak pada
perintah Tuhan yang tertuang dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci tertuang
berbagai pengajaran dan tindakan Yesus yang menunjukkan kasih terhadap anak-anak
serta terungkap melalui penerimaan, perhatian, sapaan, dan pengakuan yang sangat
penting bagi anak dalam menghadapi kehidupannya (Prasetyo, 2008: 6). Dari sinilah
orang tua sebagai pendidik iman anak diharapkan membantu anakanak belajar mengi-
mani, menyembah, dan mengasihi Allah maupun sesamanya secara tulus; Kedua, be-
rakar dari kelemahan kodrati anak, artinya para orang tua sebagai orang dewasa se-
berbagai latihan yang sesuai dengan usia anak. Selain orang tua hal ini juga tidak ter-
lepas dari bantuan dari lingkungan, sekolah maupun masyarakat (Darajat, 1993: 55);
Ketiga, berlandas pada Hak anak atas pendidikan iman Kristianinya. Secara kodrati
Allah memberikan tugas bagi para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka yang
8
dalami diri anak sebagai manusia secara menyeluruh, mengantar anak pada kebaha-
giaan kekal, dan menjalankan pendidikan iman bagi anak secara terus-menerus hingga
anak mencapai kedewasaan dalam dirinya untuk menghadapi dunia; Keempat, per-
lunya memperhatikan kondisi psikologis anak, hal ini berarti pendidikan iman anak
dilaksanakan dengan pendekatan dan metode yang khas sesuai kebutuhan pada masa
pikiran, perasaan, dan tindakan anak dengan nilai-nilai Kristiani di tengah tantangan
globalisasi yang terjadi; Keenam, pendidikan iman sangat penting bagi peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM); Ketujuh, dari sudut teologinya yakni martabat Sakra-
men Baptis, anak berhak menerima pendidikan iman yang memungkinkannya meng-
hayati hidup Kristen (bdk. GE 2), juga pemahaman misteri penyelamatan dan semakin
menyadari anugerah iman yang didapat dari Allah (Yoh 4: 33); Kedelapan,
berdasarkan haknya, Gereja memiliki hak adikodrati yang bertugas untuk mengajar
dan menyucikan dunia. Dari sebab itu pendidikan iman bagi anak juga turut dilak-
sanakan oleh Gereja, melalui sekolah Katolik, pengajaran agama, pembinaan spiritual-
itas dan kegiatan beragama yang membantu anak agar tidak mengalami kesesatan;
Kesembilan, Pendidikan iman bagi anak-anak yang dilaksanakan oleh Gereja meru-
pakan suatu perwujudan tugas perutusan Kristus di tengah dunia, dengan mengem-
bangkan dan menyalurkan hidup beriman akan Allah di dalam hidup bermasyarakat;
Kesepuluh, dasar dari pendidikan iman yang diterapkan bagi anak tentunya harus
menjadi buah dalam perbuatan konkrit, maka anak dituntun untuk terjun dalam hidup
sosial imannya di tengah masyarakat. Supaya tak hanya berkembang dalam penge-
tahuan imannya melainkan juga diimbangi dengan bukti nyata dari wujud imannya.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa pendidikan iman anak adalah suatu tin-
dakan yang diberikan oleh orang tua kepada anak, dengan maksud agar anak men-
9
galami pertumbuhan maupun perkembangan serta dapat memperbaharui cara hidup-
nya menuju kepada kedewasaan iman, secara total mengarahkan dirinya kepada Allah
di dalam Gereja Katolik, dan diwujudnyatakan dalam perbuatan maupun sikap hidup
liturgi, pendidikan moral, pendidikan doa, pendidikan hidup berkomunitas, dan pen-
didikan misioner. Dan pendidikan iman bagi anak dilaksanakan berlandaskan Perintah
Tuhan, hak anak atas pendidikan, kodrati anak, martabat Sakramen Baptis, tantangan
globalisasi, dimensi sosial, dan kewajiban Gereja untuk mendidik dan menyelamatkan
Pujiwati (2013: 45) berpendapat bahwasanya tujuan dari pendidikan iman ini
tak terlepas dari kewajiban orang tua dalam mengusahakan pendidikan iman anak
tujuan utama dari pendidikan iman anak adalah pemahaman tentang misteri kesela-
matan Allah dan semakin meningkatnya kesadaran iman anak. Maka dengan itu
Gereja memberi dukungan kepada setiap keluarga Kristiani dalam pelaksanaan pen-
didikan iman anak mereka, sebagaimana mestinya Gereja Katolik mengajarkan agar
melalui pendidikan yang mengarah kepada misteri keselamatan, iman, dan kekudusan,
agar anak mendapat bekal dan siap bersaksi akan pengharapan imannya. Maka dalam
hal ini penerimaan sakramen dan perayaan liturgi menjadi penting, karena dari
kegiatan itu secara tidak langsung anak menerima rahmat Allah yang menguduskan.
pendidikan iman yang bertujuan untuk menghantarkan kepada panggilan hidup dan
10
kesaksiannya seturut nilai-nilai Kristiani agar memberi perubahan tata hidup
Seperti yang tertuang di atas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan iman anak
bertujuan untuk membantu anak mencapai taraf kedewasaan iman (pembentukan prib-
adi manusia secara utuh), artinya dari hari kehari anak bisa semakin menyadari karu-
nia iman yang telah mereka terima, sehingga dari itu mereka mengenal Allah dan
menghayati hidup dalam kebenaran dan kekudusan, serta mampu bertanggung jawab
pendidikan iman anak ini diberikan untuk mencapai tujuan utama, yakni pemahaman
Menurut Antonius, tujuan dari pendidikan iman anak terbagi kedalam tujuan
jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek dari pendidikan iman anak,
tak lain adalah supaya anak bertumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan iman-
nya, yang ditandai dengan aksi partisipatif aktif anak di dalam kehidupan menggereja
didikan iman anak yang telah dilaksanakan ini menghasilkan buah keselamatan dan
kebahagiaan kekal, yakni semakin percaya akan karya penyelamatan Allah untuk da-
pat membawa hidup abadi bersama Bapa di surga (Tse, 2014: 19).
Dari pembahasan tersebut, tujuan dari pendidikan iman anak adalah membantu
anak untuk semakin mengenal, menyadari dan hidup menurut ajaran dan kehendak
Allah melalui kegiatan sederhana yang membantu terasah dan terarah iman bagi anak.
11
Dan tujuan yang utamanya adalah demi tercapainya keselamatan kekal bagi anak dan
meningkatnya kesadaran iman anak akan Allah dalam roh serta kebenaran.
ima pendidikan iman dan menghayatinya sebagai panggilan hidup sebagai anak Allah.
Bahkan sejak usia dini, anak-anak harus dibekali dengan kehidupan rohani yang baik,
sehingga bertumbuh dalam iman melalui kesaksian hidupnya yang sesuai dengan pen-
payakan pendidikan iman anak mereka, mulai dari pembaptisan sampai pada anak-
anak memasuki usia dewasa. Hal ini berarti pendampingan dan pendidikan iman anak
pendidikan iman anak orang tua diharapkan menyadari dengan betul bahwa proses
pendidikan harus terus berlangsung, karena dengan begitu anak dapat menentukan
jalan hidupnya sendiri secara bertanggung jawab untuk memilih hidup membiara
(Tse, 2014: 18-22) yang menunjang dan membantu anak untuk berkembang seturut
12
nilai-nilai Kristiani, yakni sebagai berikut: melalui pengajaran iman dan liturgi,
sioner.
anakanak, disini pengajaran dalam bentuk dukungan kepada anak untuk percaya
kepada Allah, dengan memberikan berbagai ajaran iman tentang karya keselamatan
Allah. Dalam masa kanak-kanak (6-12) ini orang tua mendorong anak untuk
bersyukur dan mulai mengenalkan ungkapan iman melalui perayaan liturgi, misalnya:
mengajak anak untuk mencermati rangkaian liturgi ekaristi ketika mengikuti misa di
alat liturgi ataupun peran para pelaksana liturgi, dsb), bisa juga dengan melibatkan
anak secara langsung dalam liturgi seperti ikut mendaraskan doa-doa, dan cara seder-
hana lainnya yang membantu anak tertarik memperdalam imannya (bdk. SC 48). Hal
ini karena “Dalam pelayanan Sabda harus berstandar pada Kitab Suci, tradisi, liturgi
dan juga Magisterium dan kehidupan Gereja” (KHK. 760), maka hendaknya anak-
anak selalu didekatkan dengan Kristus lewat pengajaran iman dan liturgi, sehingga
mereka senantiasa semakin mengenal dan mencintai Kristus di dalam setiap perkem-
bangan hidupnya.
Seperti yang diungkapkan Thom Wignyanta dan Lukas Lage, “Dalam perkembangan
iman, secara bertahap anak mulai memiliki kemampuan untuk mengerti, seiring den-
gan pertumbuhannya itu kesadaran moralnya juga harus mulai dilatih, yakni kemam-
puan untuk menilai tindakan-tindakan dalam hubungannya dengan suatu moral” (Sid-
jabat, 2008: 4). Sehingga secara bersama-sama akan terbentuk kesadaran moral pada
13
anak. Maka dengan ini, anak perlu dibina langkah demi langkah untuk belajar meng-
hargai suara hati yang lurus, misalnya orang tua memberikan penanaman nilai kejuju-
ran dan kasih, sederhananya menjadikan tokoh. Yesus sebagai teladan bagi anak un-
tuk menyesuaikan cara hidupnya, dengan begitu anak terbantu untuk mengenal, meng-
hayati dan melaksanakan nilai keutamaan Kristiani dari cerminan Yesus di dalam
hidup sehari-hari.
Ketiga, memberikan pendidikan doa. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa
hidup beriman atau hidup rohani tidak dapat dipisahkan dari hidup doa. Dengan ini,
orang tua diharapkan menggeluti hidup doa dalam keluarganya, baik melalui ajaran
doa ataupun membiasakan untuk berdoa. Hal yang sederhana bisa diajarkan doadoa
dasar seperti Bapa Kami, Salam Maria, doa sebelum/sesudah makan, tak hanya itu
orang tua juga perlu memberitahukan makna dari doa-doa yang telah diajarkan supaya
anak bisa memaknai setiap doa yang diutarakannya. Orang tua juga perlu menjadi cer-
minan bagi anak dalam hidup doanya, supaya anak bisa meniru hidup rohani seperti
teladan orang tua mereka, maka jika ingin anak memiliki hidup rohani yang baik,
hakikatnya anak-anak diarahkan untuk menjadi dewasa dalam iman, sikapnya berke-
nan pada Allah serta secara aktif terlibat aktif dalam kegiatan menggereja serta hidup
bermasyarakat. Karena perlu dicermati lagi bahwa tingkat usianya yakni 6-12 tahun
atau menurut Dinas Pendidikan adalah usia sekolah dasar. Maka para orang tua, guru
mereka menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi, sebab pada usia ini anak-
anak mulai mampu memahami berbagai ajaran iman maupun sosial secara lebih,
melalui rangkaian bina iman atau persiapan penerimaan komuni pertama. Pada tahap
14
ini diharapkan tanggung jawab tidak sepenuhnya hanya melalui pengajaran para
katekis, namun orang tua juga harus turut serta mendukung dengan melibatkan anak
mengikuti perayaan Ekaristi maupun berbagai pengetahuan dasar tentang makna dari
Tubuh dan Darah Kristus ataupun ajaran mengenai pengorbanan dan penebusan yang
diberikan Allah kepada manusia, serta ajaran lainnya yang berkaitan dengan tahap
disini adalah persekutuan hidup jemaat Kristiani, disini anak-anak diundang untuk
masuk ke dalam persekutuan orang beriman. Dengan ini anak diharapkan dapat terli-
atau pembinaan iman anak, misdinar atau sudah mulai terjun menjadi pemazmur atau
meskipun diungkapkan dengan hal-hal sederhana, seperti: memiliki rasa bangga seba-
menghormati teman sebayanya yang berkeyakinan lain, tidak boleh angkuh/ sombong,
tidak meremehkan orang lain, dsb. Jadi ada semacam pendidikan dialog yang
diberikan orang tua kepada anak mereka, supaya sejak dini anak mampu membangun
Maksud dari rangkaian penjelasan diatas adalah masa anak-anak perlu dibi-
asakan untuk membina hidup beriman, dan sekaligus juga dibiasakan untuk membuka
diri terhadap orang lain. Kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dibentuk mulai dari
15
masa kanak-kanak, akan menjadi bekal yang dapat dibawah oleh anak dalam sepan-
jang hidupnya. Kalau sejak dini, masa kanak-kanaknya dibimbing untuk beriman
kepada Allah dan dituntun kepada Kristus, maka secara bersinergi Roh Kudus turut
hadir mendampingi dan memampukan anak dalam proses pertumbuhan iman dan
2.1.2.1 Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Sebagai Pelak-
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik, sebagai orang tua kristiani karena ikatan
perkawinan, pasangan suami istri bertugas untuk membangun persekutuan hidup kelu-
arganya atas dasar iman dan cinta kasih, dengan tujuan bersama untuk membangun
kesejahteraan keluarga dan meneruskan keturunan mereka. Dengan demikian yang di-
maksud orang tua Katolik adalah seorang pria dan seorang wanita yang karena sakra-
men perkawinan terikat sebagai sepasang suami istri. Menjadi orang tua adalah kon-
Dengan itu, Gereja hendak menegaskan kembali tugas tanggung jawab orang
tua dalam mendidik anak yang berakar dari panggilan utama mereka sebagai suami-is-
16
teri atas persatuan Sakramen Perkawinan tersebut, dengan persatuan ini orang tua
telah menyalurkan kehidupan bagi anak-anak mereka, maka secara hakiki orang tua
kepada keluarga juga kepada sesama. Tanggung jawab tersebut berakar dari panggilan
suami-istri yang turut serta dalam karya penciptaan Allah, yang mana orang tua tidak
hanya melahirkan namun juga bertanggung jawab dalam memelihara dan mendidik
anak (bdk. Hard Wiratno: 83), karena tugas mendidik anak ini bersifat esensial atau
berkaitan dengan penerusan hidup dan orisinil - tak tergantikan (bdk. FC 36). Wignya-
sumarata (2000: 150) menambahkan bahwa tugas dan tanggung jawab mendidik anak
dalam kedewasaan iman adalah bentuk partisipasi orang tua dengan karya penciptaan
Allah, dimana tugas ini memiliki nilai cinta kasih yang khas dari orang tua sendiri,
Hak primer orang tua mengenai tugas tanggung jawab sebagai pendidik iman
Tugas tanggung jawab orang tua sebagai pendidik ini merupakan hak primer dan su-
dah menjadi kewajiban untuk mengusahakan pendidikan anak secara fisik, sosial, kul-
17
Antonius (Tse, 2011:195) juga berpendapat bahwa pendidikan anak adalah
bgian tak terpisahkan dari kehidupan perkawinan, dan berakar dalam panggilan Allah,
yakni bentuk pernyataan Allah untuk membawa anggota keluarga kepada persatuan
iman. Karena itu, dalam KHK hak dan kewajiban edukatif orang tua merupakan bagan
dari tugas mengajar Gereja (munus docendi Ecclesiae). “Orang tua dan para pengganti
mereka berkewajiban dan berhak untuk mendidik anaknya; para orang tua katolik
mempunyai tugas dan juga hak untuk memilih sarana dan lembaga dengan mana
lebih baik, sesuai dengan keadaan setempat” (Kan. 193, § 1). Sesuai dengan ke-
dudukannya ini, maka orang tualah yang mempunyai kewajiban dan hak yang tak bisa
diganggu gugat yakni untuk mendidik anak-anak mereka. Santo Thomas Aquino juga
inan memiliki makna luhur, yakni panggilan mereka memberi pelayanan untuk men-
didik sebagai orang tua Kristen. Dan buah dari Sakramen Perkawinan ini juga menjadi
lambang pemersatu pria dan wanita untuk beroleh keturunan serta mendidik anak-
Membesarkan Anak Dengan Kreatif ada fungsi keluarga dalam kaitannya mengenai
pendidikan iman anak, yakni fungsi religius. Dalam fungsi ini, orang tua berlaku seba-
gai orang yang bertanggung jawab untuk menanamkan berbagai nilai kepercayaan
(agama) pada diri anak, yang diproyeksikan dari pengalaman orang tuanya ketika
menghidupi iman sehari-hari. Maka melalui pendidikan religius dari orang tua
mereka, anak dapat mengerti berbagai ajaran dan nilai kepercayaan (konsep ke-
tuhanan) yang terpancar dari pengalaman dan sikap orang tuanya dalam memahami
18
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tugas tanggung
jawab yang utama untuk mendidik anak-anaknya. Jadi pemenuhan dari efek perkaw-
inan tidak berhenti pada lahirnya anak, tetapi juga diarahkan dalam pembaptisan dan
diperhatikan pendidikan imannya, baik dari segi keagamaannya ataupun hidup sakra-
pribadi yang baik secara jasmani maupun rohaninya. Karena melalui orang tua, anak
dapat mendapat pendidikan iman pertama untuk mengenal dan mempelajari nilai-nilai
luhur, seperti yang telah tertera bahwa orang tua memiliki tugas mendidik anak yang
FC 36).
2.1.2.2 Perwujudan Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik Utama Iman Anak
Dalam Konsili Vatikan II diajarkan bahwa pendidikan anak adalah suatu ke-
satuan dengan ikatan janji perkawinan dan. hanya orang tua yang mampu secara
sosial, tentunya segala hal yang dibutuhkan oleh anak dalam menghayati dirinya
Dengan begitu orang tua harus melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab-
nya menciptakan keluarga, yang meliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih
19
Penerusan hidup yang bermula dari keturunan dan disempurnakan dengan pen-
didikan. Semuanya ini ditegaskan dalam Kitab Hukum Kanonik, Kanon 1136, bahwa:
“Orang tua memiliki kewajiban sangat berat dan hak primer untuk sekuat
tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial dan kultural maupun
moral dan religious”.
Maka dalam Konsili Vatikan II mengingatkan kembali bahwa orang tua secara
langsung terikat kewajiban yang amat berat untuk mendidik anak-anak mereka. Tang-
gung jawab ini dimaksudkan bahwa orang tua ikut mengamalkan kewibawaan dan
juga menuliskan tentang ketaatan iman yang hendaknya diberikan oleh para orang tua,
yakni dengan berperan aktif sebagai pendidik iman di dalam setiap pertumbuhan serta
perkembangan anak mereka, dan mengarahkannya kepada kematangan diri anak. Up-
aya ini dapat diterapkan dalam praktek doa, perayaan sakramental dan secara nyata
Orang tua juga memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana didalam kelu-
arga yang penuh oleh cinta kasih dan sikap mendalam kepada Allah serta sesamanya.
Dengan mengajarkan keutamaan atau pedoman hidup sosial yang diperlukan dalam
masyarakat (FC, art.36). Kesadaran orang tua akan tanggung jawab mendidik anak,
Suasana yang penuh kasih sayang dan kondusif bagi pengembangan intelektual yang
terbangun di dalam sebuah keluarga ini, akan membuat seorang anak mampu beradap-
tasi dengan dirinya sendiri maupun dengan keluarga juga hidup bermasyarakat.
Melalui keberhasilan pembentukan lingkungan keluarga yang positif ini, anak mampu
belajar sedemikian rupa menjadi manusia beriman, terutama karena cerminan dari
20
Menjadi sangat jelas bahwasanya orang tua bertanggung jawab atas pen-
didikan anak mereka, yang hendaknya terarah pada kedewasaan kepribadian dan
dalam iman. Dari uraian yang telah disampaikan tersebut, orang tua memiliki peran
sentral sebagai tugas perutusan dari sakramen perkawinan yakni bertanggung jawab
mendidik anak-anaknya, yang diletakkan atas dasar cinta kasih antara anak dan orang
tua itu sendiri. Orang tua juga harus menjadi panutan dan mengayomi anak-anaknya
di dalam hidup sehari-hari. Dan dalam mengemban tanggung jawab ini, orang tua
iman anak mereka, agar kelak anak mereka berhasil mengamalkan nilai-nilai hakiki
mereka menjadi semakin dewasa dalam berbela rasa kepada sesama, juga mampu
sekitarnya.
demi pembangunan kerajaan Allah ke dalam hidup mendunia, keluarga juga diutus se-
atan misi Gereja untuk mewujud nyatakan tugas pewartaan, pengudusan dan
menekankan bahwa orang tua mengambil bagian dalam tugas pewartaan, dengan me-
nunjukkan pola semangat Kristiani sebagai bentuk kesaksian hidup tentang Kristus
yang penuh cinta kasih dan pengorbanan bagi anak mereka (Orang tua menjadi
terutama dengan mengusahakan berbagai kegiatan bagi pendidikan iman anak mereka
(Orang tua menjadi wadah bagi anak berkembang); Orang tua juga menjalankan tugas
21
pelayanannya, yakni menjadi pendidik iman bagi anak mereka dengan tulus dan
anak tumbuh dan berkembang. Semua anggota keluarga sudah pasti berperan dalam
membentuk diri dan pribadi anaknya, orang tua mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar dalam membentuk pribadi anaknya, diri orang tua dan saudara-saudari,
anak sudah mendapat banyak hal yang diperluhkan, seperti kasih sayang,
Dalam arti luas keluarga adalah persatuan antara keluaraga inti (suami, isteri,
dan anak-anak) yang anak dipercayakan Tuhan kepada keluarga tersebut dan
ditambah dengan semua anak keluarga, saudara, kerabat baik keluarga dari suami
maupun keluarga dari isteri, yang secara emosi dan social mempunyai ikatan.
Persatuan keluarga inti dengan sanak saudara, handaitaulan juga sering disebut
keluarga besar. Karena mereka bersama dalam keluarga besar dapat memperjuangkan
dan persatuan serta menghindari perpecahan dalam keluarga. Secara umum keluarga
hubungan antar pribadi, baik itu yang ada hubungan darah (anak kandung)
22
maupun karena ada hubungan persaudaraan sebagai keluarga besar.
Diantara anggota dalam suatu keluarga tentu ada kaitan emosional yang
anggota keluarga, ada yang sakit atau mendapat musibah lain, tentu
suami sebagai kepala keluarga dan dibantu oleh isteri dalam mendidik dan
Beberapa keluarga inti maupun keluarga besar yang tinggal bersama dan
c. Keluarga menjadi tempat yang utama dan pertam bagi pendidik anak-anak.
Oleh karena itu keluarga sungguh menjadi sekolah kebajikan, tempat nilai-
Sekolah sebagai lembaga formal hanya melengkapi apa yang tidak dilakukan
23
Keluarga dalam arti sempit melibatkan suami, isteri, dan anak-anak mereka ;
yang disebut juga keluarga inti. Keluarga adalah masyarakat paling asasi; keluarga
perhatian terhadap sesama, rasa tanggung jawab, sikap adil dan bertenggang rasa.
Semua keutamaan itu dapat mulai bertumbuh dan berkembang dalam keluarga.
Konsili vatikan II dalam surat apostolic Familiaris Consorto (1981) antara lain
mengatakan:
iman, harapan, dan Cinta Kasih Kristus ditanam dan dikembangkan dalam
Gereja mudah.
Seorang anak sejak lahir hidup bertumbuh dan berkembang baik aspek
dengan cemarah seperti judul sebuah lagu dari seorang sinetron: KELUARGA
CEMARAH:
24
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada antara adalah keluarga.
Selamat Pagi Ayah
Selamat Pagi Ibu
Matahari Pagi ini bersinar Indah.
Bentuk kami perkasa
Putra-purti yang siap berbakti.
Sebagai kepala keluarga, wajib mencari dan memberi nafkah lahir dan batin
kepala isteri dan keluarganya. Mencari nafkah adalah tugas pokok seorang
Isteri sebagai hati dalam keluarga, maka dapat menciptakan suasana kasih
Tugas utama orang tua terhadap anak adalah “mendidik anak”. Sebelum dibahas
lebih lanjut, terlebih dahulu orang tua mengetahui apa makna anak bagi mereka.
25
1. Anak-anak adalah Mahkota cinta Ayah dan Ibu.
4. Adanya anak, orang tua sungguh menjadi Ayah dan Ibu yang sejati.
milik Tuhan.
berasal dari bahasa Mee artinya anak. Anak adalah manusia yang masih kecil.
Anugerah Allah yang diutus kepada keluarga/ orang tua untuk mendidik, membina,
keurunan yang kedua, manusia yang masih kecil, anak-anak yang dilahirkan dari
Rahim atau kandungan ibu untuk dibesarkan melalui kedua orang tua untuk
kehendak Allah.
masa tumbuh kembangnya. Sebagian besar pengetahuan yang didapatkan anak pada
usia awalnya berasal dari orang tua. pengaruh orang tua akan turut membentuk sikap
26
anak kelak. keluarga menjadi ajang sosialisasi pertama bagi anak dengan orang tua se-
bagai panutan dan pemberi pengaruh terbesar. Setiap interaksi yang terjalin dengan
anak adalah kesempatan untuk menanamkan pengaruh orang tua berupa nilai-nilai
dalam kehidupan.
Interaksi dengan orang tua terutama dapat menanamkan nilai agama yang akan
menjadi dasar bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa depan. Bagi anak
usia dini, peran orang tua masih sangat besar artinya dan tidak dapat digantikan oleh
pihak lain. Masa kanak-kanak merupakan fase yang paling baik untuk menanamkan
norma – norma yang sesuai dengan agama masing-masing ke dalam jiwa anak agar
kelak mereka dapat hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ajaran agama dan
menjadi umat beragama yang memiliki rambu – rambu tertentu sebagai batasan dalam
kehidupannya.
Mempelajari agama sejak dini akan membuat anak memiliki pandangan yang
jelas mengenai hal yang benar dan salah. Dengan demikian, anak juga akan dapat
menentukan sikapnya dengan mudah mengenai berbagai hal yang ada di kehidupan-
nya. Peran orang tua dalam menanamkan nilai agama kepada anak usia dini antara
lain.
Ini adalah peran orang tua yang paling mendasar dimana orang tua wajib un-
tuk memperkenalkan konsep mengenai keberadaan Tuhan kepada anaknya. Salah satu
cara untuk mengenalkan keberadaan Tuhan sesuai agama masing-masing adalah den-
gan memperkenalkan pula bukti-bukti tentang kebesaran Tuhan. Orang tua bisa me-
nunjukkan kepada anak mengenai ciptaan Tuhan dan berbagai peristiwa yang dapat
27
dihubungkan dengan kekuasaan Tuhan, misalnya bunga-bunga yang indah, turunnya
Setiap agama pasti memiliki tata cara peribadatan sendiri. Orang tua dapat
memperkenalkan cara beribadah tersebut kepada anak tanpa susah payah, yaitu den-
gan penerapan yang biasa dilakukan sehari-hari. Anak akan melihat kebiasaan orang
tua beribadah di rumah, terutama orang tua yang benar-benar memahami ajaran aga-
manya sendiri. Dengan demikian, sejak lahir anak akan terbiasa dengan ritual aga-
manya masing-masing. Ketahui juga mengenai peran orang tua dalam psikologi
anak, peran orang tua dalam perkembangan remaja dan peran orang tua dalam pem-
umumnya sangat senang mendengarkan kisah atau dongeng yang dituturkan orang
tua, karena daya imajinasi mereka masih sangat aktif dan sangat penuh dengan rasa
ingin tahu. Peran orang tua dalam nilai keagamaan anak dapat dilakukan dengan
ajaran agama.
Rasa welas asih, perbuatan baik, toleransi, saling berbagi, selalu berkata sesuai fakta
dan lain sebagainya diperlukan ketika kita hidup bermasyarakat, dan semua itu adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak. Agama dan segala ajarannya yang benar
akan menjadi dasar dari kehidupan sosial kita, dan berguna untuk memberikan
28
batasan sosial agar tercipta keteraturan dalam bermasyarakat. Nilai agama dapat men-
jadi cara mengatasi kenakalan remaja dan juga meminimalkan timbulnya fak-
tor penyebab kenakalan anak dan pengaruh broken home terhadap remaja.
Peran orang tua dalam menanamkan nilai agama bagi anak adalah sebagai
sumber panutan anak. Apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru oleh anak den-
gan daya tangkap dan daya ingatnya yang luar biasa. Anda tidak dapat mengajarkan
nilai agama ataupun hanya memberikan perintah tanpa memberi contoh kepada anak.
Jika anak melihat orang tua juga tidak taat menjalankan ajaran agama, maka akan sulit
menanamkan kesadaran beragama kepada anak sejak kecil. Kebiasaan beragama yang
taat di rumah haruslah dimulai dari orang tua, agar anak dapat mencontoh kebiasaan
baik tersebut.
kita dan anak kelak akan menjalani kehidupannya sendiri. Sebab itulah ia harus
mengerti dan paham mengenai pandangan agamanya mengenai kehidupan, agar dapat
mendasari kehidupannya sendiri dengan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama.
Memahami sudut pandang agama terhadap berbagai aspek kehidupan akan sangat
membantu kita untuk menentukan arah hidup dan mengambil keputusan mengenai
banyak hal.
Semua agama pastinya mengajarkan kebaikan, karena itu orang tua dapat
menanamkan pentingnya berbuat baik yang sesuai dengan ajaran agama masing-mas-
ing. Cara ini akan mengajarkan anak untuk tidak egois, memiliki empati pada orang
lain dan bisa bertenggang rasa serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua
29
perbuatannya, baik atau buruk. Peran orang tua dalam pengendalian sosial, pran orang
tua dalam pembinaan anak remaja dan macam pola asuh anak menurut psikologi juga
perlu diketahui.
Kegiatan peribadatan setiap agama tidak hanya dapat dilakukan di rumah saja,
bisa dikunjungi kapan saja. Orang tua bisa membawa anak ke tempat beribadah terse-
but dan mengajak anak untuk melakukan kegiatan peribadatan disana. Membiasakan
anak untuk mengenal tempat beribadah agamanya sejak kecil akan berguna untuk
mempertemukannya dengan sesama pengikut agama yang sama dan ia bisa melihat
Peran orang tua dalam menanamkan nilai agama untuk anak usia dini bisa
ketika ada hari besar keagamaan tertentu, dan bisa jadi kegiatan ini akan menarik mi-
nat anak sebab biasanya banyak orang berkumpul dan beribadah bersama. Dengan
demikian anak juga akan tahu serta mengenal apa saja ritual yang biasa dilakukan di
agamanya masing-masing.
melainkan juga perlu dilakukan ketika sedang mendapatkan kesulitan. Orang tua da-
pat menanamkan kebiasaan bersyukur kepada anak agar anak selalu mengingat bahwa
ada kekuatan yang lebih besar daripada kehendak manusia, yaitu adanya Tuhan yang
30
bahwa dalam keadaan senang atau susah, maka manusia harus tetap mengingat
Tuhannya. Hal ini dapat mengajarkan anak untuk tabah menghadapi segala cobaan
dan kesulitan, juga tidak menjadi tinggi hati saat sedang dalam posisi tinggi.
Di luar tempat-tempat ibadah resmi agama-agama yang ada, para umatnya bi-
asanya juga kerap mengadakan kegiatan keagamaan sendiri atau berkelompok. Anda
juga dapat mendatangi acara semacam ini dan mengajak si kecil untuk mengalaminya
sendiri. Jika anak terbiasa menyaksikan beragam kegiatan yang ada hubungannya
dengan agama, lambat laun akan terbentuk pemahaman mengenai apa dan bagaimana
Peran orang tua dalam menanamkan nilai keagamaan kepada anak juga bisa
dilakukan dengan melakukan percakapan bersama anak. Tidak perlu secara khusus
mengajak anak berbicara mengenai agama tersebut, namun Anda bisa menyelipkan-
nya dalam berbagai percakapan dengan anak. Misalnya, mengajarkan kepada anak
bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, atau bahwa agama mengajarkan kita un-
tuk mencintai sesama dengan adil, selalu berbuat baik, sayang kepada saudara dan
lain sebagainya.
Walaupun masih kecil, ada kalanya anak akan mengeluarkan pertanyaan yang
membuat orang tua kebingungan sebab jawabannya terlalu kompleks untuk dit-
erangkan kepada anak. Usahakan untuk menjawab setiap pertanyaan anak dengan
sebenar-benarnya, namun sesuaikan dengan bahasa yang dapat dimengerti anak. Bgitu
31
juga ketika anak bertanya mengenai hal-hal keagamaan, saat itu merupakan kesepatan
yang sangat bagus untuk mulai menanamkan nilai agama sedikit demi sedikit.
Salah satu peran orang tua yang paling penting dalam menanamkan nilai
agama kepada anak yaitu dengan memperkenalkan doa-doa yang diajarkan dalam
agama. Doa-doa ini akan kita ucapkan setiap kali hendak melakukan suatu kegiatan
atau pada kesempatan tertentu sebagai suatu cara untuk terhubung dengan Tuhan dan
juga menjadi bagian dari ibadah agama. Doa merupakan cara untuk meminta atau
berkomunikasi dengan Tuhan. Jika anak sudah terbiasa mendengarkan berbagai doa
yang diucapkan orang tua sehari-harinya, ia akan semakin dekat dengan pemahaman
agama.
Peran orang tua dalam menanamkan nilai agama kepada anak tidaklah kecil,
melainkan dapat menjadi dasar yang kuat atau lemah dalam pemahaman keagamaan
dan kehidupan beragama anak kelak. Pemberian pemahaman mengenai agama perlu
dilakukan sejak anak masih berusia dini bahkan sejak lahir agar akar keagamaan
tersebut semakin kuat berada di benak dan pikiran anak. Dengan akar dan dasar
keagamaan yang kuat, anak tidak akan mudah tergelincir kepada aspek-aspek negatif
dari kehidupan.
Gereja hadir didunia ini bukan untuk dirinya saja, melainkan untuk melayani
dunia. Gereja adalah umat Allah yang menjadi tanda keselamatan bagi dunia, gereja
pada hakikatnya adalah bersifat missioner yaitu melanjutkan karya Kristus untuk
32
2.1.6. Hak-hak Dasar Keluarga
oleh Negara.
e. Selain hak-hak dasar keluarga diatas, orang tua juga memperhatikan dan
2.2. PENDIDIKAN
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan budaya. Pendidikan atau pedagogi
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa, agar ia menjadi dewasa. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang, agar menjadi dewasa atau mencapai
33
2.2.2. Pengertian Pendidikan Oleh Para Pakar Pendidikan
hidupnya sendiri.
pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
setinggi-tingginya.
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang
akan dating.
dasar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
34
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri,
lingkungan yang utama, karena sebagai besar dan kehidupan anak adalah di dalam
keluarga dank arena itu pendidikan yang paling banyak yang diterima oleh anak-anak
adalah dalam keluarga. Tugas utama bagi keluarga bagi pendidikan anak adalah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat
dan tabiat anak sebagai besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota yang
lain.
bahwa, perkawinan, adalah ikatan lahir dan bati antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dangan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
sejahtera, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan
ini adalah anak yang sah dan menjadi hak serta tanggung jawab kedua orang tuanya
mendidik anaknya terus berlanjut sampai ia berdiri sendiri, bahkan menurut pasal 45
ayat 2 UU perkawinan, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apa
bila perkawinan antara keduanya putus sesuatu hal. Anak kembali menjadi tanggung
35
Betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya. Bagi
tempat dimana anak menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan
wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan
membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Dalam lingkungan kelarga pula, anak belajar
dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang
tertnggi. Demikian jelaslah bahwa orang pertama dan utama anak adalah orang tua.
Di dalam keluarga anak di didik untuk mulai mengenal hidupnya, dalam hal ini
harus disadari dan dipahami oleh setiap keluarga yang bertumbuh dan berkembang
pertama, karena kehairan anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua orang tuana.
pendiddika anak. Hal ini dapat memberkan pandangan bahwa seorang anak dilahirkan
dalam keadaan tidak berdaya. Anak lahirkan dalam keadaan suci bagaikan meja lilin
(melengkapi) hal apa yang seorang anak tidak dapat di dalam keluarga. Yang maksud
seorang anak disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dengan mengikuti syarat-
syarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan
tinggi). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan
36
perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
Sekolah dikelolah secara formal, hilarki dan kronologis yang terarah pada
falsafa dan tujuan pendidikan nasional. Sekolah sebagai pendidikan formal menerima
fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab antara lain tanggung jawab
formal kebanggaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut
ketentuan yang berlaku, dalam hal ini undang-undang pendidikan; UUSPN Nomor 20
Tahun 2003; tanggung jawab keilmuan bedasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
jawab ini merupakan tanggung jawab dan kepercayaan diri orang tua dan masyarakat
kehidupannya.
Masyarakat juga diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan
tata nilai dan tata budaya sendiri. Dengan arti bahwa masyarakat adalah wadah dan
kegiatan gereja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lain sebagainya).
37
1. Menurut SK Menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan Nomor 1104/ polg.
patriotism.
susila yang cakap dan warganegara yang demokraatis serta bertanggung jawab
nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun Swasta, dari
Negara-warga Negara sosial Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun
c. Kebangsaan
d. Kerakyatan
e. Keadilan Sosial
38
dalam Bab II pasal 3. Pembentukan manusia pancasila sejati merupakan sesuatu
6. .Menurut ketetapan MPR Nomor IV/ MPR/ 1973 tentang GBHN tujuan
manusia Indonesia yang sehat jasmani dan Rohaninya, memiliki pengetahuan dan
kecerdasan yang tinggi dan dsertai budi pekerti yang luhur mencintai bangsanya
dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam
UUD 1945.
7. Menurut TAP MPR Nomor IV/ MPR/ 1978 tentang GBHN BAB IV (Pendidikan).
8. Menurut ketetapan MPR Nomor II/ 1988 tentang GBHN. Tujuan pendidikan
nasional. Adalah untuk peningkatan kualitas manusia yaitu manusia yang beriman
dan betakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berpribadian,
bekerja keras, Tanggung, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil, serta
39
9. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional.
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
Kebangsaan.
10. Menurut ketetapan MPR Nomor II/ 1993 tentang GBHN. Tujuan pendidikan
beriman dan bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
Agama menurut kamus bahasa inonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan Tuhan Yang Maha Kuasa serta kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kalau kita
menegok asal-usul katanya, dari “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari
kata “a” artinya “tidak” dan “Gama” artinya “kacau”. Maka secara etimologis agama
berarti tidak kacau; atau adanya keteraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
Sedangkan katolik berasal dari bahasa Yunani yaitu. Katholik. Kata ini merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu dari kata “kata” artnya mengenai, berkanan dan holou
tanpa batas, umum. Agama katolik berarti agama untuk umum. Agama Katolik adalah
40
agama yang bersifat Universal, dalam arti untuk semua, sehinggi gereja harus
menyabar luaskan ajarannya ke seluruh dunia. Agama Katolik adalah agama yang
ajarannya tersebar diseluruh dunia. Lebih lanjut lagi dari arti (katolik) diangkap
sebagai nama ajaran gereja yang dipandang benang hal ini diperkuat dengan adanya
agama (iman) katolk. Menurut Drs.Yakobus Papo, dalam buku yang brjudul
agama. Istilah tersebut dipilih berdasarkan latar belakang pemikiran tertentu dengan
tujuan tertentu pula. Namun pada dasarnya istilah-istilah itu menekankan pengertian
Bertitik tolak dari beberapa istilah menurut Drs. Yakobus Papo, penulis
Kata “Katekese” berasal dari bahsasa yunani Katechein. Bentukan dari kata
Kat yang berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemahkan
Kata ini mengandung dua (2) pengertian, yaitu pertama: Katechein berarti pewartaan
yang sedang disampaikan atau diwartakan. Kedua: Katechein berarti ajaran dari para
pemimpin.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru terdapat beberapa istilah katekese, dalam
Injil Luk 1:4 (diajar), dalam Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan), dalam Kisra
21:21 (mengajar), dalam Roma 2:18 (diajar), dalam 1Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6
41
Dalam anjuran Apostolik Cateceshi Tradenda, Sri Paus Palus Yohanes II
menegaskan bahwa: Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum mudah dan, orang-
orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang
secara umum diberikan secara organis dan sistematis, denagan maksud mengantar
Isi pokok katekese adalah Yesus Kristus yang sengsara, wafat, dan bangkit
dari alam maut yang dapat menebus dosa-dosa umat manusia sebagai wujad nyata
Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan cinta kasih-Nya
manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya. Itu
hubungan pribadi dengan Allah itulah intisari wahyu. Sejarah pewahyuan Allah dalam
42
“Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham,” Pergilah dari negerimu dan dari
sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini, ke negeri yang akan kutujukkan
kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu mashyur” ( kej 12: 1). Tuhan bersabda dan Abraham
taat, “lalu pergilah Abraham sepertiyang difirmankan Tuhan kepadanya” (kej 2: 2).
Abraham pergi dalam kegelapan, meninggalkan tanah air dan pergi ke tempat yang
tidak di kenal olehnya, tanpa bekal; kecuali sabda Tuhan. Abraham yakni betul akan
Sabda Tuhan itu. “Percayalah Abraham kepada Tuhan” (kej 15: 6).
Wahyu Allah dan iman Abraham adalah misteri pertemuan Abraham dengan
Allah. Akhir dari hakikat wahyu, konsili vatikan II mengatakan bahwa: “Melalui
wahyu itu kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang alam dan keselamatan manusia
Nampak dalam diri Kristus, yang sekaligus menjadi pengantara dari kepenuhan
seluruh wahyu”. Dalam surat Ibrani berkata: “Pada zaman akhir ini Allah telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan Dia yang adalah Anak-Nya” (Ibr 1:2).
Dalam diri Yesus pewahyuan Allah mencapai puncak keakraban dan kedekatannya.
Musa mengatakan dengan bangsa, ”Bangsa besar manakah yang mempunyai Allah
yang demikian dekat kepadanya, seperti Tuhan, Allah kita, dekat pada kita setiap kali
Kesempurnaan dan kepenuhan wahyu datang dalam diri Yesus Kristus, yang
tidak hanya menampaikan “menyampaikan Firman Allah” (Yoh 3: 34), tetapi yang
adalah “Firman Allh” sendiri (Yoh 1:1; wahyu 19: 13). Yesus adalah “Imanuel” yang
43
Allah inisiatif dating menjumpai dan memberikan diri kepada manusia, maka
wahyu Allah dan mengerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama.
budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan
suku rela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya” (Du 5).
Sikap ini merupakan pokok iman. Konsili vatikan II mengatakan “kepatuhan akal
budi serta kehendaki yang sepenuhnya”. Tekanan ada pada kepatuhan penuh, sebab
hanya iman yang dapat menjadi jawaban wajar terhadap wahyu Allah, seperti contoh
pada Abraham.
Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri kepada
manusia. Dan karena itu juga jawaban manusia berasal dari tulus dan iklas. Dalam
iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan
Iman bearti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah
yang menjumpai manusia secara pribadi pula. Dalam Iman manusia menyerahkan diri
Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam Agama, iman
44
mengkomunikasikan imannya dengan orang lain. Dalam agama orang yang
Sikap orang beriman terhadap Allah, khususnya iman, pengharapan dan kasih,
Gereja menyebut diri persekutuan iman, harapan dan cinta kasih. Ketiga
keutamaan tersebut diatas, adalah satu yang merupakan sikap dasar orang beriman.
Iman mengarahkan sikap, memberi dasar kepada harapan dan dinyatakan dalam kasih.
Di dalam ktab suci dibedakan antara iman yang menyambut Sabda Allah,
pengharapan yang terarah kepada karunia keselamatan, dan kasih yang menerima
sesame manusia (Kol 1:4-5; 1Tes 5:8; Ibrani 10:22-24; 1 Ptr 1:21). Kesatuan antara
iman dan pengharapan sangat jelas, sebab “Allahadalah Allah yang setia, yang
memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan
berpegang pada perintah-Nya” (Ul 7:9). Janda iman dan harapan adalah kasih. Iman,
berkembang menjadi pengharapan dan kasih merupakan suatu sikap “penyerahan diri
seutuhnya kepada Allah” (Dvs). Dalam hidup manusia sikap batin harus dinyatakan
Selanjutnya, hal pokok dalam agama adalah sikap batin. Agama yang bersifat
lahiriah melalui dengan formalism dan sering kosong (tanpa berisi). Oleh karena itu,
hal yang pokok adalah bukanlah hal-hal yang lahiriah. Dalam penghayatan iman
memerukan agama, karena dalam praktek hidup tidak ada iman tanpa agama. Iman
adan agama kait-mengait dan iman tidak bersifat umum. Berdasarkan penjelasan
diatas, antara iman dan agama, maka adaptasi katakan bahwa amat sulit merumuskan
suatu defnisi agama yang bersifat umum. Namun demikian definisi agama dapat
disebut beberapa unsur: Jemaat, Tradisi, Ibadat, Tempat Ibadat, dan Petugas Ibadat.
45
d. Iman Dan Kebudayaan
benar bahwa “Allah menyelamatkan bukannya satu persatu, tanpa hubungan satu
dengan lainnya” (LG 9). Hidup sosial dan kebudayaan menentukan hidup manusia
yang berkonkrit, maka dapat juga menentukan iman dan agamanya. Iman yang jauh
dari kehidupan masyarakat dan kebudayaan, bukanlah iman yang konkrit dan bukan
Iman dari semula dihayati dalmam suatu kebudayaan tertentu dan senantiasa
mendapat pola yang baru. Dalam pandangan agama katolik, wahyu berarti Allah
yang mengapa manusia dan iman adalah jawabannya. Maka, wahyu mendapat arti
bagi manusia, Allah berbicara dengan bahasaa manusia dan manusia menjawab
sepanjang zaman dan dalam pelbagai situasi, telah memanfaatkan sumber aneka
semua bangsa, untuk mengali dan menyelainnya, serta untuk mengungkapkan secara
lebih baik dalam perayaan liturgi dan dalam kehidupan jemaat beriman yang
1. GAI berarti ‘awas’ pengertian ‘awas’ ini misalnya kita jumpai dalam
kalimat berikut ini: dengan kaget campur rasa takut seorang ibu berkata
46
2. GAI berarti hati-hati pengertian ‘hati-hati’ misalnya dapat kita jumpai
(Dabee koto amo adii beugaa kodaa, aikamee kida wenekamee kidi
koudani etenako: “Anaa wenekaa gaa hake koto koukoo amo adiinoo”
eteegi).
dalam kalimat berikkut ini: seorang kakak menasehati cucunya yang sudah
4. GAI berarti “ingat” pengertian ‘ingat’ pun dapat kita jumpai dalam contoh
pula kita temui didalam contoh kalimat berikut ini: ketika seorang bapak
baik!’ mencuri itu dilarang oleh adat” (Mee iboo idanakiha, hoka oumau
eteegi”).
6. GAI berarti “Pikir baik-baik”. Pengertan ‘pikir baik-baik’ juga dapat kita
47
nafasnya yang terakhir, seorang tete memanggil semua anak-cucunya dan
pikir baik-baik, jika-lau kamu adalah anak-anak manusia maka kamu harus
berpikir” (dimipuye wadoo goodoke tai beu gaa koda, adaama idana kii
aniimake tihaake koo koudani eteegi: “Anaa hokaidoo GAI, epeepi, ikii
baik’, kita dapat dijumpai dalam contoh kalimat berikut ini: karena dua
anak gadis serentak jatuh cinta kepada anak putranya yang sulung,
sebelum hendak membayar mas kawin, sang ayah menasehati dan berkata:
“Anakku, pilihlah sala satu seorang diantara dua gadis itu namun
wiha nako hokaamee mauu nakiima wakaa mee hakee, megee maki beu
gaa kodaa nakaamee kida hokaamee kidi koudani eteegi: “Anaa hokaa mee
mau, kou wiha kou wiha kou koo mee idaana nako epii gaa tihake epii
kalimat berikut ini: “Anak cucuku terkasih, haruslah selektif memilih kata-
anaa mumaa maa, manaa wegaine hatoo ko epii doo epii gaa tikaa tai
eteegi”).
48
Peranan katekese adalah memberitakan sabda Allah. Menurut alberich,
katekese dipandang sebagai media utama dan effisien untuk mewartakan Sabda Allah
Yesus kristus sebagai sabda Allah yang menjelma adalah punjak dan pusat dari
seluruh wahyu. Katekese berisi pewartaan akan kristus dan mengapa setiap orang
gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1: 15), cahaya kemuliaan Allah, dan gambar
Kristus, putra Allah, dangembala yang baik, kebijaksaan Allah keyakinan kita bahwa
dalam diri yesus dari Nazaret manusia menemukan arti hidup dan adanya suatu
adalah suatu inisiasi menuju pertemuan pribadi atau dengan kata lain katakese
menghantar kita pada pertemuan pribadi dengan Kristus. Dalam konfereni Uskup
Dengan memilih Kristus sebagai pusat yang hidup dan katekese tidak
Ilhami, akan tetapi bermaksud terutama agar pribaadi yang hidup dalam kemanusiaan
dan ke-Allahan-Nya diterima sebagai Juru selamat dan kepala gereja dan segala
Ciptaan. Hakekat dan tujuan katekese di Indonesia telah dirumuskan Para Uskup
sebagai berikut: “Katekese adalah usaha saling mendorong terus-menerus dari setiap
49
orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut
Tugas utama katekese adalah pewartaan diri Kristus. Yesus Krstus dalam
kepenuhan pribadi-Nya dan misteri-Nya adalah pusat yang tak dapat dibantah dalam
menjiwai seluruh isi katekese. Semua unsur lain, seperti: Unsur biblis, Injil, Gereja,
manusia, bahkan dunia yang harus pula diangkat dan dibahas oleh pendidikan katolik,
Sinode para Uskup (tahun 1977) menggaris bawahi sikap Kristosentris para
setiap berkatekese yang otentik dan ini bearti secara objetif, Kristus menjadi pusat
esensial dalam berkatekese, dan secara subjetif, Yesus Sang Guru adalah pelaksana
katekese mencakup juga maksud bukan untuk menyampaikan ajarannya sendiri, atau
ajaran Guru lain, melainkan ajaran Yesus Kristus, kebenaran yang diajarkannya, atau
lebih cermat lagi: kebenaran yang tak lain ialah dia sendiri, maka harus dikatakan
bahw, dalam berkatekese Kristus sendirilah Sabda yang menjelma dan putra Allah,
yang diajarkan.
dengan member kesaksian atas rahasia Kristus dengan memaklumkan sebab, alam
saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk menggantikan dan
mendalami hidup pribadi maupun hidup besama menurut pola Kristus menuju kepada
50
Dalam direktorium kateketik Umum menandaikan: “Seorang yang matang
dalam iman sanggup mengenal dalam berbagai situasi dan perjumpaan dengan sesame
tanda-tanda zaman, sehingga ia akan mampu menguji dan menafsirkan segala sesuatu
menghimbau: Oleh karena itu, katekese harus menerangi dengan sabda Allah situasi
actual harus memahami kemelaratun dan pengharapan manusia dewasa ini untuk
Katekese adalah pewartaan Sabda Allah dimana Sabda itu, menjelma dalam
katekese bekata: setiap katekese adalah penyajian kisah dan peristiwa. Akan tetapi,
Kisah itu baru menjadi penyalur sejarah keselamatan, bila menjadi sejarah kita.
Katekese menghadirkan dialog antara Allah dan manusia. Katekese adalah tempat
dimana Sabda Allah bergema dalam sejarah manusia dalam bentuk pengajaran,
iman dalam budaya disetiap daerah dan memberi interpretasi otentik atas pengalaman
51
kristiani kita. Sinode para Uskup tahun 1977 menyampaikan pesan: Katekese di
jawaban. Jawaban itu disebut “Iman”. Iman dan katekese memiliki keterkaitan dan
saling membutuhkan. Karena iman adalah jawaban atas Sabda Allah, maka katekese
Pada era katekese karigmatis, katekese dipahami sebagai media yang member
pelayanan iman. Kemudian dalam terlibatan kateketis, katekese diberi beberapa nama
lain, seperti: pendidikan dalam iman, Bina Iman, perantaraan Iman, pengajaran Iman
proses yang terus-menuju pada kedewasaan Iman. Pemahaman tntang iman pada
masa dulu, dimngrti secara sempit yaitu beriman berarti menerima ajaran doktriminal
atau beberapa aspek kebenaran yang diwahyukan. Pengertian baru tentang iman
wahyu, manusia wajib mengatakan “ketaatan iman” (Rom 16: 26). Demikian manusia
“kepatuhan akal budi serta kehendak Allah yang mewahyukan sepenuhnya kepada
Allah yang mewahyukan”, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu
menentukan sikap terhadap tawaran sabda Allah, menerima atau tidak menerima,
52
mengindahkan atau tidak mengindahkan rencana keselamatan dari Allah. Dalam
perjanjian Baru dikatakan manusia diganjar sesuai sikapnya terhadap Sabda: Sebab
barang siapa malu karena Aku dank arena perkataan-ku ditebgah-tengah angkatan
yang tidak setia dan pendosa ini, akan manusiapun akan malu karena orang itu apa
(Mrk 8: 38).
Iman adalah jawaban pribadi dan menyeluruh. Dalam Kitab Suci, iman
dipandang sebagai penyerahan yang bersifat rohani dari seluruh pribadi mansia dan
bukan hanya jawaban “iya” atau ketaatan moral dari Sabda Allah. Pengertian iman
berdasarkan atas biblis diatas, mengajak manusia dengan seluruh kecakapan yang ada
mwahyukan, serta mengajak manusia untuk menjawab lewat kehendak, akal budi,
Seorang beriman dalam arti Biblis adalah orang yang mau menerima dan mau
kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-
Nya. Iman dalam bahasa Ibrani adalah he emin dari kata sadar ‘aman’. Maka, iman
berarti rasa aman, menyerahkan segala beban atau kelemahan pribadi kepada orang
lain, betopang pada sesuatu. Secara rohani, beriman berarti menaruh kepercayaan
terhadap dia yang kita imani. Maka beriman kepada Allah berarti membiarkan diri
dibawah oleh emeth-Nya, oleh kseetiaan dan keteguhan yang tidak terguncangkan;
berkata amen kepada Allah berarti teguh, kuat, dan pantas dipercaya, setia pada janji-
Nya.
Kitab Suci, melihat iman sebagai intisari dan sumber seluruh hidup beragama
yang mana iman merupakan jawaban manusia terhadap keseluruhan rencana Allah.
53
Sama seperti yang terjadi pada Abraham, dia dikatakan sebagai “Bapak Orang
beriman”. Iman adalah karunia dan rahmat Allah. Jawaban sebuah iman adalah karya
untuk menjawab keinginan hati manusia. Iman adalah rahmat Allah. Dalam Dei
Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperluhkan rahmat Allah yang
mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Rohkudus, yang mengarahkan
hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan
“pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran.” Iman
tidak mungkin ada jika pada saat Allah menawarkan-Nya tidak hadir dalam batin
manusia untuk mengubah manusia dari dalam dan menyiapkannya untuk mngdengar.
Allah menawarkan kepada manusia dan manusia menjawab serta menerima iman itu,
pembinaan iman anak, sala satu bentuk adalah “Katekismus”. Yang dimaksud dengan
katekismus adalah buku pelajaran iman yang dikeluarkan secara resmi oleh pemimpin
gereja dalam bentuk (metode Tanya-jawab. Akan diuraikan beberapa pertanyaan dan
Percaya berarti mengakui sebagai atau berdasarkan diri kepada percaya akan
allah berarti menerima Allah sebagai dasar dan tujuan hidup serta menyerahkan diri
sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Ini berarti pula harta kekayaan, pangkat dan
kekuasaan bukanlah dasar dari ini. Semuanya itu relative nilainya dan harus dipakai
54
sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai sarana untuk hidup didunia sehingga kehendak
Allah terjadi dibumi seperti disurga (lihat Doa Bapa kami:Mat 6:10).
Kita menyebut Allah itu Bapa karena yesus sendiri menyebut Allah itu Bapa
(Mat 5: 48; Mrk 14:36; Luk 23:46; Yoh 5:18). Yesus sendiri mengajarkan kita untuk
berdoa kepada Bapa di surge (Mat 6:9). Hanya dalam iman kepada Yesus Kristus, kita
berani menyebut Allah sebagai Bapa. Itulah sebabnya, dalam misa kudus, sebelum
kita mengunkapkan doa Bapa kami. Iman berkata atas petunjuk penyelamat kita
(Yesus Kristus) maka beranilah kita berdoa :Bapa kami yang ada disurga…..’’
Dalam Kitab suci (Keja 1: 1-2; 4a) diceritakan bahwa Allah menciptakan
langit dan Bumi dalam waktu enam hari, dan pada hari ketujuh Allah beristiarahat.
Walaupun cerita itu terdapat dalam Kitab Suci, bukanlah maksud pengarang Kitab
suci untuk meceritakan suatu kejadian historis pada awal penciptaan. Kitab suci
adalah: Tuhanlah yang menciptakan dunia sera isinya; segala yang diciptakan Tuhan
baik adanya (maka yang jahat tidak berasal dari Allah, tetapi dari kebebasan manusia
yang salah gunakan ); Manusia menciptakan Allah menurut citra-Nya Manusia tidak
harus terus-menerus bekerja, perluh ada waktu untuk istirahat dan berdoa.
Yesus itu adalah Allah putra yang menjelma menjadi manusia (bdk. Yoh 1: 2.
14). Yesus sungguh hidup historis. Sebab ia dilahirkan di kota betlehem, didaerah
Yudea, pada zaman Kaisar Agustus menjadi kaisar Roma (30-14 SM) dan Herodes
55
Agung menjadi Raja di Palestina (37-4SM). Yesus dilahirkan oleh perawan Maria,
dan Yusuf adalah ayah-Nya menurut hukum. Ia sendiri berasal dari Roh Kudus (Mat
2: 23) dan ia seorang yang saat beragama. Pada umur 12 Tahun Ia sudah ikut orang
tua-Nya pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah (lih. Luk 2: 41-42). Ia
mempunyai pengetahuan agama yang mengagumkan banyak orang (bdk. Mrk 1: 21-
22). Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan dekat kota Betania (lih.
Yoh 1: 23).
memberitakan Injil Kerajaan Allah dan melenyapkan segala penyakit (lih.Mat 27:23
dan seterusnya). Sabda dan karya-Nya yang berasal dari Allah itu tidak disetujui oleh
pemimpin Agama Yahudi: Karena itu ia ditolak, bahkan disalibkan di bukti Golgota
(lih. Mat 27:33). Berkat Kuasa Allah, pada hari ketiga Ia bangkit dari kubur dan
kembali kepada Bapa-Nya di surge (lih. Kis 1: 11; Yoh 16: 28).
Maria adalah seorang gadis yang ditinggal di Nazaret, Galilea. Ibunya benama
Anha dan Bapa-Nya Yohakim. Maria bertunangan dengan Yusuf seorang tukang
Ternya Allah memilih Maria menjadi bunda sang Mesias selain sangat
memperhatikan kebutuhan orang lain (bdk. Yoh 2:1-11), Maria mengasuh Yesus
dengan baik (lih. Yoh 3: 31-35). Banyak karya Allah disampaikan Maria dihatinya
(Luk 2: 19,51). Sesudah Yesus wafat dan dibangkit, Maria menjadi murid Kristus dan
hidup bersama para rasul (Kis 1: 14). Karena Allah Gereja menghormati Maria. Maria
bukan saja bunda Yesus, tetapi ia adalah bunda Allah, karena Yesus adalah Allah.
Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes sebagai Ibunya (Yoh 19:27). Yohanes
adalah wakil Gereja. Jadi Maria adalah Bunda Yesus, Bunda Allah dan Bunda Gereja.
56
f. Kapan Yesus Naik ke Surga?
Yesus ke surge terjadi di Yerusalem dan disaksikan oleh para murid-Nya. Yesus naik
ke Surga untuk mengutus Roh Kudus. (Yoh 16:7) dan untuk menyediakan tempat
Roh Kudus adalah pribadi Allah yang ketiga. Ia adalah Roh penghibur yang
berasal dari Allah Bapa dan Putra, namun yang berbeda dengan Allah Bapa dan
Putra. Tugasnya adalah mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kita akan
semua ajarkan Kristus dan akan menyadarkan dunia akan dosa, kebenaran dan
Di dalam credo pajang, tentang roh Kudus kita ucapkan. “ Aku percaya akan
Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan. Ia berasal dari bapa dan putra, yang serta
Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan perantaraan para Nabi.
Istilah Gereja berasal dari bahasa Latin accsia igreja, dan Yunani eklesia, yang
berarti kumpulan orang-orang yang briman kepada Yesus Kristus, yang dibaptis dalan
nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan yang meneruskan karya keselamatan Allah
didunia. Dengan kata lain Gereja adalah umat Allah yang sedang berziarah kerumah
Bapa. Umat Allah itu membutuhkan sebuah gedung untuk berkumpul dan beribadah
bersama: Gedung itu disebut pula Gereja. Jadi Gereja mempunyai dua arti yaitu,
57
Kelima Perintah Gereja adalah, pertama merayakan hari raya yang samakan
dengan hari Minggu; Kedua: menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu dan pada hari
yang diwajibkan; jangan melakukan pekerjaan yang dilarang; Ketiga: Berpantang dan
Berpuasa pada hari yang sitentukan Gereja; Keempat: Mengaku dosa kekurang-
kurangnya sekali setahun; Kelima: Menyambut Tubuh Tuhan pada waktu Paskah.
manusia dengan Allah, karena manusia mencintai dirinya atau hal-hal lain sedemikian
Seseorang dikatakan berdosa apa bila perbuatan melawan cinta kasih Allah
yang dilakukan dengan bebas (tidak dalam keadaan dipaksa), sadar (tidak dalam
Dosa asal adalah suasana kedosaan yang ada pada manusia sejak semula,
kasih Allah. Suasana kedosaan yang ada pada manusia ini belum dapat disebut
sebagai dosa pribadi, walaupun dosa pribadi memang berakar dari suasna kedosaan
ini baru menjadi dosa pribadi apa bila manusia yang bersangkutan dengan sehingga
memilih dan melakukan hal-hal yang menyimpang dari kehendak dan cinta kasih
Allah.
58
Selain bentuk, cara, jalan berkatekese yang diuraikan di atas, bentuk sederhana
yang dilakukan dalam suatu keluarga bagi pengembangan iman keluarga antara lain:
Berdoa baik dan jujur sering kali hanya berupa “berdiam diri” dan
tersendiri. Dapat dilakukan doa bersama pada peristiwa-peristiwa keluarga yang besar
(harus ulang tahun pernikahan anggota keluarga) atau genting. Membaca Kitab Suci,
Kitab Suci merupakan Kitab model untuk hidup beriman. Bagi kita, Merayakan
jalinan kemitraan Orang Tua, Masyarakat, dan Lingkungan sebagai Model jalinan
Kemitraan Orang Tua, Masyarakat, dan Lingkungan tiga pusat pembinaan saling
didik sehingga dapat memiliki karakter dan budaya prestasi. Model jalinan kemitraan
Orang Tua
Lingkungan Masyarakat
59
2.4. HIPOTESIS
Hipotesis juga mengartikan bahwa hasil kesimpulan dari bab I sampai III. Karena itu,
1. Kesiapan dari kedua orang tua harus dalam hal Pembina iman anak,
2. Tanggung jawab orang tua terhadap anak ditangan orang tua dirumah dan
guru disekolah.
dilapangan penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini ialah model deskripsi.
Peneliti mendeskripsikan tentang cara tanggung jawab orang tua dalam pembinaan
iman anak di Komunitas Basis Santo Yohanes Pemandi Tetobega Lingkungan Paroki
Hati Kudus Yesus Kristu Abouyaga. Kedua orang tua secara serius memperhatikan
dalam pembinaan iman anak mereka. Banyak anak yang tidak pernah ke Gereja, dan
tidak pernah ke sekolah, sehingga tanggung jawab orang tua harus memperhatikan
60
Metode/pendekatan yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
dalam pembinaan iman anak yang sedang alami oleh umat Kristiani, lebih khusus di
Komunitas Basis Santo Yohanes pemandi Tetobega Lingkungan Paroki Hati Kudus
Touye Paapaa Deiyai, untuk menjalankan kegiatan penelitian terhitung dari pada
tanggal 15 Maret Tahun 2023, seperti terlihat pada table di bawah ini.
K
HARI/
NO KEGIATAN TEMPAT JAM E
TANGGAL
T
01 – 30 Setiap Hari
1 Mencari Buku Refrensi Di rumah
Oktober 2022
Merumuskan Judul 01 - 30 Juni Setiap Hari
2 Di Rumah
Penelitian 2022
02 - 30 Januari Setiap Hari
3 Menyusun Proposal Di Rumah
2023
Konsultasi Penyusunan 02, 06, 11 11.00-13.00
4 Kampus STK
Proposal Februari 2023
16 Februari 10-11.30
5 Ujian Proposal Kampus Stk
2023
61
18 Februari – Setiap Hari
6 Revisi Proposal Di Rumah
29 Juni 2023
01 – 04 Juli Setiap Hari
7 Penyusunan Kuisioner Di Rumah
2023
06-08 Juli 09.20 –
8 Konsultasi Kuisioner Kampus STK 12.20
2023
Stasi Santo
Yohanes
Pemandi
10 – 30 Juli 16.00-15.00
9 Penelitian Lapangan Tetobega,
2023
Lingkungan
Paroki
Abouyaga
1 Agustus
Menyusun Hasil 2023- 24 Setiap Hari
10 Di Rumah
Penelitian September
2023
Konsultasi Hasil 25 September 09.30-13.30
11 Kampus STK
Penelitian Bab IV 2023
27 – 29
12 Revisi hasil Penelitian September Di Rumah Setiap Hari
2023
30 September Setiap Hari
13 Print Out Sikripsi Di Rumah
2023
01 Oktober 10.00
14 Pengumpulan Skripsi Kampus STK
2023
15 Ujian Skripsi
ini,maka penelitian mendapat informan adalah orang tua, Pengurus Kombas, tokoh-
62
tokoh dan anak-anakmereka yang berdomosili di Komunitas Basis Santo Yohanes
Pemandi Tetobega Lingkungan Paroki Hati Kudus Yesus Kristus Abouyaga untuk
kualitatif.
Data menurut sumber yang akan diteliti oleh Peneliti adalah data primer
Dalam penelitian ini, prosedur yang dilakukan yaitu sesuai dengana metode atau
63
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat untuk mengumpulkan data
lembar observasi. Peneliti memilih instrument ini, karena Peneliti bisa mewawancarai
berdasarkan data dalam penelitian pastoral pendidikan dan akan teliti berdasarkan
2) Data itu, bisa disimpulkan bahwa, bisa diterapkan ditempat lain atau cukup
3) Apakah logis, masuk akal atau tidak tentang data yang peneliti kumpulkan
itu.
Apakah dapat mencari tahu lagi atau dianggap cukup, sesuai dengan data yang
dikumpulkan Peneliti.
Teknik dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles dan Huberman
1. Data Collection
64
Dari beberapa data yang Peneliti pengumpulkan diseleksi apakah relevan
atau tidak
2. Data Reduction
Tahap reduksi data yaitu proses pemilihan data mana yang lebih
3. Data Display
4. Data Varifyin
65
BAB IV
66
Gambar 4.1.1: Peta Lokasi Penelitihan
4.1.1.2 Sejarah
Tetobega awal mulanya. Dimekarkan dari Abouyaga masa quasi paroki pada
4.1.1.3. Geografis
No IDENTITAS LINGKUNGAN
Alamat
02 Desa Yegoukotu Distrik Mapia Barat Kab
Dogiyai
04 Dekenat KAMAPI
67
05 Keuskupan Timika
terletak pada ketingggian 100 dari permukaan laut. Secara geografis di daerah
Santo Yohanes Pemandi Tetobega terletak di bagian timur dari Stasi Santo
sebelah selatan perbatasan dengan Kali Teto, sebelah barat perbatasan dengan
seluas 40,58 km posisi daerah terdiri atas 1(satu) wilayah dataran seluas 15,00 km
keadaan iklim atau musim di daerah Stasi Tetobega terdiri dari dua musim yakni
hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan April hingga
Agustus, dan musim kemarau terjadi antara bulan september sampai dengan bulan
Desember. Khusus bulan Maret dari januari hanya arah angin menentukan pada
bulan tertentu dan daerah Tetobega sering terjadi musim kemarau dan wilayah
lain kekeringan mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm/ dan wilayah lain-
lain musim kemarau kampong Tetobega sering kekeringan karena dataran wilayah
68
Tabel 4.1.2: Daerah Stasi Santo Yohanes Pemandi Tetobega memiliki
batas wilayah
Tebing
04 Timur Paroki Modio
Tiho
menentu dimana pada petani sangat tergantung dari hasil panen kebun. Hasil
walaupun bila hasil panen kebun yang melimpah Tetobega sangat jauh dari
kendala. Dari Tetobega ke ibu kota Kabupaten Dogiyai ada dua alternatif dengan
kendala yang sangat rumit, yakni bila berjalan kaki, dengan jarak tempuh 4 hari 4
69
malam pergi pulang. Sedangkan dengan kendaraan pulang saja atau pulang saja
menghabiskan ratusan ribu rupiah, dengan waktu menunggu sepanjang satu hari.
tinggal.
a. Karakteristik Responden
tingkat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan status perkawinan dan tempat tinggal.
Jenis
No Jumlah Prestasi
Kelamin
1 Laki-Laki 14 14, 2%
70
2 Perempuan 15 15,2%
Jumlah 29 29,2%
Sumber Data: Penelitian lapangan 14 Juli 2023
2 36-45 7 8%
3 45-55 7 7%
4 55-80 7 7%
Jumlah 29 29,2%
Sumber Data: Penelitian lapangan 15 Juli 2023
71
Dari data yang tertentu dalam tabel diatas diketahui responden berumur
26-36 8 orang responden yang berumur 36-45 7 orang 45-55 7 orang serta 55-80
7 orang.
3) Pendidikan Responden
1 Petani 28 28%
2 PNS 1 1%
Jumlah 29 29%
72
Tabel 4.1.7: Keadaan responden menurut tempat tinggal
tinggal di watiyai.
Data penelitian diperoleh dengan dua (2) metode, metode wawancara dan
Kuisioner.
“Menjadi Gereja rumah tangga berarti pula menjadi embrio atau janin bagi
terbentuknya Gereja universal. Dengan kata lain, universalitas Gereja lahir,
tumbuh dan berkembang akibat dari terbentuknya keluarga sebagai Gereja
rumah tangga. Menjadi Gereja rumah tangga berarti keluarga sangat
diharapkan mengambil bagian dan tempat sebagai seminari dasar yakni tempat
persemaian yang pertama bagi bertumbuhnya iman, harap, dan kasih.
Keluarga menjadi tempat bagi terselenggara doa bersama dan pendalaman
iman” (Bapak RT, Aselimus Tebai).
73
Tuhan Yesus dan dipanggil serta dilibatkan ke dalam dialog dengan Allah
melalui sakramen-sakramen, serta persembahan hidup dan berdoa” (Bapak
Koster Gereja, Yulius Gobai)
Data hasil kuisioner dari pertanyaan nomor satu, dua dan tiga dipandang
secara umum dan sama, maka peneliti menampilkan secara umum jawaban
1. Orang tua adalah pendidik iman anak dalam keluarga yang pertama dan
“Pendidikan iman anak dalam keluarga, orang tua mengajak anak sebelum
makan dan sebelum tidur, diawali dengan berdoa, begitupun anak sebelum
belajar orang tua mengajak anak berdoa supaya anak menjadi terbiasa, dan
juga bisa mengungkapkan doa makan, doa sebelum tidur, dan sesuah bangun.
Tidak hanya satu kali tetapi setiap saat bersama anak di rumah, orang tua
mendidik, mengajar. Jika adik-adik saya melawan, orang tua menasehati, jika
Anak mengulang lagi dimarahi kalau tambah nakal di pukul. Agar anak dapat
menuruti perintah orang tua” (Rabu 19- 07/2023, Pukul 10.30 WP)
“Orang tua memberikan nasehat kepada anak-anak agar tidak boleh tebang
kayu sembarangan, jangan lewat di lokasi keramat dan tidak boleh lewat di
orang punya kebun jika anak melawan nasehat dari ayah atau ibu dimarahi
dan dipukul. Apa bila ibunya atau ayahnya membelah maka dimarahi sama-
sama. Agar anak juga dapat memahami atau mengerti nasihat dari kedua
orang tuanya” ( Kamis 20-07/2023 Pukul 9,30 WP).
74
c. Responden 11-15 menjawab bahwa:
“Pembinaan iman anak masa umur 0 sampai10, tahun anak didampingi oleh
orang tua dan mengajak anak untuk melatih lagu-lagu sekolah minggu dan
doa-doa pokok Katolik sampai anak jadi terbiasa, dan bina bernyanyi dan
berdoa sendiri. Ketika anak sudah tahu berdoa diberi kesempatan untuk doa
makan atau doa tidur secara bersama agar anak dapat memberanikan diri
dalam keluarga. Ataupun orang lain” (Jumat 21-07/2023, Pukul 11.00 WP).
“Setiap hari minggu orang tua mengajak anak ke gereja dan orang tua
mengantar anak ke sekolah minggu, tidak hanya satu kali tetapi setiap hari
minggu supaya anak jadi terbiasa perigi ke sekolah minggu dengan sendirian.
Tetapi kadang adik saya sering dibawa ke gereja dan anak sendiri ke sekolah
minggu, dan kadang teman-temannya mengajak anak bermain, saja
dihalaman Gereja” (Sabtu 22-07/2023 Pukul 10.00 WP).
“Adik saya di nasehati tetapi mau menyuruh sesuatu, adik saya minta bayar
dulu baru melaksanakan, kalau tidak diberi apa yang adik minta tidak
bekerja. Terpaksa saya sendiri yang melaksanakan, apa yang saya alami
dalam keluarga terhadap anak-anak, karena saya lambat mendidik atau
kurang mendidik, saya bingung apakah karena pengaruh dengan teman-
teman. menurut Yuliana gobai anak-anak kita melawan orang tua, karena
dimanja apa yang diminta oleh anak diberikan uang dan anak menggunakan
beli barang kios” (Minggu 21-07/2023 Pukul 12.30 WP).
2. Faktor apa yang mempengaruhi orang tua sehingga kurang mendidik anak
dalam keluarga?
75
b. Responden 9-14 menjawab bahwa:
“Ayah dan ibu mengasuh anak dengan cara yang tidak mendukung didalam
nilai-nilai budaya Salah satu dampak negatif sasarannya pada anak yang
diasuh oleh ayah dan ibu, dan juga ayah dan ibu sering menggunakan uang
denda, uang tanah, uang haram, sering orang tua membeli makanan dan
minuman dalam kebutuhan rumah tangga, anak juga terlibat makan barang
yang orang tua beli dengan uang haram” (Rabu 24-07/2023 Pukul 1.30 WP).
“Kesulitan yang dihadapi oleh orang tua dalam pendidikan iman anak adalah
tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua turut
mempengaruhi perkembangan pendidikan iman anak, sehingga dalam
pendidikan iman anak berkembang pas-pasan. Hobo profesi ikut
mempengaruhi hal-hal yang negatif, maka anak berbuat apa yang anak
inginkan baik maupun tidak baik, sering juga anak meminta orang tua
bernyanyi lagu, cerita. Tetapi orang tua yang malas memberi teladan yang
baik bagi anak” (Kamis 25-07/2023 Pukul 10, 30 WP).
76
3. Upaya apa yang perlu dilakukan orang tua dalam meningkatkan pendidikan
iman anak dalam keluarga?
“Orang tua berdialog kisah hidupnya yang baik bersama anak-anak dan
orang tua menceritakan kisah hidup Santo Santa. Menceritakan kisah hidup
tete moyang, cerita dongen suku mee” (Senin 29-07/2023 Pukul 1,35 WP).
“Orang tua yang sudah berpendidika mengajar anak membaca dan menuluis.
Supaya anak melengkapi disekolah dalam keluarga. Begitupun orang tua yang
petani mengupayakan beli buku dan bolpen supaya anak belajar dirumah.
Keluarga yang berdekatan dengan orang yang berpendidikan” (Selasa 30-
07/22023 Pukul 11, 00WP).
“Orang tua mengupayakan pendidikan iman anak dalam keluarga, ayah dan
ibu mengupayakan anak bisa tergabung dalam kegiatan Gereja seperti
misdinar, tabia, ikut terlibat dalam doa Rosario.dan kegiatan gereja yang
lain” (Rabu 31-07/2023 Pukul 2,00 WP).
merupakan tempat yang normal dan biasa untuk pembinaan iman anak dan
77
pembentukan serta pelatihan keutamaan-keutamaan belaskasih, kesabaran,
kemanusiaan yang paling kaya. Ini benar khususnya untuk pembinaan hidup rohani
dan moral.24 Oleh karena itu orang tua secara mutlak memiliki tugas yang sangat
penting untuk memperhatikan perkembangan iman anak. Karena pada masa ini anak-
anak masih bergantung pada orang tua, maka perkembangan kepribadian maupun
iman anak merupakan tugas paling utama dan pertama dari orang tua. Oleh karena
para orang tua telah menyalurkan kehidupan ke atas anak-anaknya maka mereka
memiliki kewajiban.
iman anak dalam keluarga yang pertama dan utama, bagaimana memberikan
teladan yang baik bagi anak dimana orang tua memberikan contoh kepada anak
anaknya dengan doa bersama sebelum dan setelah makan, sebelum tidur dan
setelah tidur. Bahkan orang tua juga memberikan nasehat-nasehat dan larangan
kurang mendidik anak dalam keluarga dapat terbukti berdasarkan tangan atau
jawaban narasumer bahwa para orang tua tenggelam dalam kesibukan sehari-hari,
juga yang malam tahu dengan anak-anaknya, suka jalan-jalan tanpa tujuan, ada
orang tua yang kurang ada waktu untuk membangun kedekatan, dengan anak-
darah dimana uang denda dan uang tanah digunakan kebutuhan sehari-hari.
78
Upaya dilakukan orang tua dalam meningkatkan pendidikan iman anak
dalam keluarga dapat terjawab berdasarkan data hasil penelitian bahwa orang tua
mengupayakan rumah sendiri untuk anak nyaman berdiam dan belajar dalam
membaca dan menulis, mengajak anak bisa bergabung dalam kegiatan gereja
seperti misdinar, ikut terlibat dalam doa Rosario. Dan kegiatan gereja yang lain.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam pendidikan iman anak harus menjadi
perhatian serius bagi setiap keluarga, terutama kepala keluarga dan istrinya
4.2. PEMBAHASAN
Dari hasil dan analisa data penelitian dapat dibahas dalam bagian pembahasan
Pandangan orang tua tentang pendidikan iman anak dalam keluarga harus
menjadi tanggung jawab sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga, tetapi apa yang diusahakan orang tua dalam memajukan penghayatan iman
anak masih bersifat menyeluruh dan belum ada suatu pola yang pasti, jelas dan terarah
yang bisa menghantar anak-anaknya sampai pada suatu sikap pemahaman iman yang
lebih mendalam. Semua yang dilaksanakan orang tua pada umumnya adalah masih
79
bersifat spontanitas dan desakan tanggung jawab sebagai orang tua dalam keluarga.
Oleh karena itu, orang tua harus memiliki pengetahuan dan pendidikan iman anak
supaya penuh tanggung jawab dalam keluarga masing-masing sebagai dasar dan
Upaya orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga. Orang tua
iman anak yang didalamnya mencakup bagimana orang tua menunjukan perhatian dan
mengajari nilai-nilai iman kristiani kepada anaknya didalam keluarga. Orang tua
sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga berusaha untuk
agar iman anak semakin bertumbuh dengan baik, maka diharapkan agar orang tua
juga selalu mendukung kegiatan yang lain dapat membantu perkembangan iman anak
melalui sekolah minggu, dan menghantar anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan
tersebut, karena dengan demikian anak dilatih untuk semakin bertanggung jawab
dengan hidup imannya, dan pada akhirnya anakpun semakin terlibat dalam hidup
orang tua harus bersama-sama dengan anak-anaknya untuk dididik iman supaya iman
pendidikan iman anak dalam keluarga. Faktor yang menghambat anggota keluarga
yang paling besar dan sering terjadi kemacetan dalam keluarga adalah kurang adanya
tentunya akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga terutama pendidika iman anak
80
dalam keluarga. Keluarga yang harmonis selalu ditandai dengan adanya sikap saling
terbuka, dan inilah kunci pertama dan utama dalam keluarga untuk menciptakan
suasana yang harmonis, rukun, dan menyenangkan. Orang tua sebagai pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga perluh memperhatikan sikap
keterbukaan ini dalam keluarga, terutama perhatian kepada anak-anak, sehingga anak-
anak semakin kerasan untuk berada di rumah, karena dengan adanya keterbukaan
segala sesuatu akan teratasi dengan baik. Dengan demikian, komunikasi yang
sangat penting untuk dijadikan sebagai tempat pendidikan iman anak dalam keluarga
walaupun dalam pembinaan tabia atau sekolah minggu dilakukan pendidikan iman
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyajikan dua bagian, yakni kesimpulan serta usul
terdapat pada rumusan masalah. Bagian usul dan saran menyajikan beberapa usulan
atau saran berdasarkan hasil penelitian bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan
penelitian.
81
5.1 Kesimpulan
Orang tua adalah lembaga utama dan pertama dalam pendidikan iman anak.
harui sikapnya secara total, untuk lebih terarah kepada Allah. Tanggung jawab orang
tua sebagai pendidik iman anak ini didasari oleh panggilan mereka sebagai suami-istri
dalam terang Sakramen Perkawinan, dengan begitu orang tua terikat kewajiban untuk
mengarahkan anak pada pembaptisan dan melaksanakan pendidikan iman anak. Pen-
didikan iman anak ini dapat dilaksanakan melalui pengajaran iman, pendidikan liturgi,
misioner. Tujuan dari pendidikan iman anak adalah supaya anak bertumbuh dan
didikan iman anak oleh orang tua katolik di Kombas Tetobega menunjukkan bahwa
tanggung jawab orang tua dalam mendidik iman anak adalah mengajarkan agama
pada anak dan dengan mendorong keterlibatan dalam kegiatan menggereja. Dasar dari
pelaksanaan pendidikan iman anak adalah Sakramen Perkawinan, dengan berakar dari
panggilan utama mereka sebagai orang tua. Tujuan orang tua memberikan pendidikan
iman anak adalah supaya anak beriman dan menjadi pribadi yang baik sehingga kede-
jawab orang tua mendidik iman anaknya terdapat beberapa usaha yakni mengajarkan
iman, bisa melalui pendalaman hidup doa didalam keluarga, pengajaran Gereja dan
82
5.2 Saran
mereka sebagai pendidik iman yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Se-
lebihnya diharapkan para orang tua tetap membuka dan menambah wawasan serta
pengalaman mereka dalam melaksanakan pendidikan iman bagi anak. Orang tua juga
anaknya, sebab pendidikan iman anak tidak cukup mengandalkan pembina/ petugas
pastoral/ guru disekolah saja. Selain itu pendidikan iman tentunya dilaksanakan dalam
hidup keluarga lewat kebiasaan rohani dan hidup doa serta teladan yang baik.
dan kajian baru mengenai pelaksanaan pendidikan iman anak . Dengan demikian di-
harapkan Gereja semakin terbuka atas berbagai permasalahan yang terjadi di dalam
persekutuan umat dan sekitarnya, diharapkan juga memberikan perhatian kepada para
orang tua Kristiani mengenai tanggung jawab mereka untuk mendidik iman, Gereja
juga wadah pembinaan bagi para orang tua kaitannya dengan pendidikan iman anak
sehingga terus menerus para orang tua bisa terarah melaksanakan pendidikan iman
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan masukan serta
menjadikan penyemangat bagi para petugas pastoral untuk mendampingi para orang
tua dalam menghidupi tanggung jawab mereka sebagai pendidik iman anak yang per-
tama dan utama. Untuk itu tidak hanya pendampingan bagi para orang tua saja, para
83
petugas pastoral diharapkan juga semakin kreatif dalam memberikan pembinaan iman
anak, melalui kerjasama dengan para orang tua diharapkan petugas pastoral dapat
orang tua di masa yang akan datang, karena dirasa kurang kontekstual di waktu men-
datang, maka disarankan penelitian lebih lanjut dapat mengkaji dan mendalami
DAFTAR PUSTAKA
Buku
komisi kateketik kwi iman katolik yogyakarta kanisius 1996 hal. 124-129
84
Pendidikan Agama Katolik, Menjadi murid Yesus, Komisi Kateketik KWI,
Yogyakarta 2010, Hal 191-193
Pendidikan Agama katolik, komisi Kateketik KWI, Yogyakarta, Kanisius, 2007 Hal.
8
Mote Chrisantus Manfred. 2013. TOUYE Pegangan Hidup bersama Gai, Dimi Gai
dan TOUYE dalam kehidupan suku Mee Papua. Cermin Papua.
Tom, Jcob, SJ, B, Kieeser, SJ, J.B.Banarjiratma, SJ, Silabus Pendidikan Iman Katolik,
Komisi Kateketik KWI, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, Hal. 24-30
Yos, Lalu. 2001. Perkawinan Hidup Keluarga Dalam Iman Dan Cinta. Jakarta: KWI.
Jurnal
Andi Syahraeni. 2005. Tangunjawab keluarga dalam pendidikan Anak, jurnal volume
2, UIN, alaudin Makassar
Sikripsi
85
Amos Pigai. 2022, Tanggun Jawab Orang Tua Bina Iman Anak Di Komunitas Basis
S.T, Iyaitaka Lingkungan Paroki Sato Yusuf Enarotali Dekenat Paniai.
Perpustakaan S.T.K, TOUYEE PAPA.
Kamus
Online/Website
https://Katolisitas.orang
Lampiran-Lampiran
86
87