Anda di halaman 1dari 2

Saya dan Kesenian

Berbicara mengenai kesenian, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang
memutuskan untuk bergelut pada kesenian. Saya menyukai seni sejak saya berada di bangku
sekolah dasar, dan saya mulai focus sejak kelas satu SMA. Salah satu jenis kesenian yang saya
sukai yaitu, seni Pertunjukan. Menurut saya, seni pertunjukan miliki daya tarik tersendiri. Sejak
saat itu, saya mulai memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pada prodi SENDRATASIK.
Seni, Drama, Tari dan music atau yang sering kita sebut SENDRATASIK, merupakan
salah satu prodi yang ada di Fakultas Seni dan Desain. Pada awalnya saya mengira hanya akan
belajar mengenai Teater akan tetapi tidak hanya Teater yang saya dapatkan melainkan, saya juga
mempelajari Tari dan Musik. Pada Semester Tiga, ada beberapa matakuliah yang mulai focus
pada jurusan masing-masing dan Mayor saya pilih adalah Teater. Menurut saya, Seni Teater
merupakan ungkapan perasaan yang mengalir dengan sendirinya tanpa adanya keterpaksaan.
Kecintaan saya terhadap Teater, menghantarkan saya memutuskan mengikuti lembaga teaeter
dibawah naungan Fakultas Seni dan Desain.
Teater kampus, yang dimana anggota muda di haruskan untuk membuat dan
menampilkan karya, dan Karya yang kami angkat berjudul “SAMINDARA”. Asal muasal
legenda Samindara dimulai dari mimpi seorang penasihat kerajaan yang tidak lain ialah seorang
Paman dari Datu’ Luwu yang merupakan Raja dari kerajaan Panrang Luhu. Beliau bermimpi
dan menafsirkan mimpinya, bahwasanya Anak yang dikandung oleh Permaisuri akan terlahir
kembar yang kelak akan saling jatuh cinta. Jika mereka tidak di pisahkan maka seluruh
masyarakat yang ada di Panrang Luhu akan terkena wabah penyakit kulit yang sangat
mengerikan. Setelah Permaisuri melahirkan, ternyata Bayi Permaisuri benar-benar kembar.
Setelah itu Datu’ Luwu memutuskan untuk memisahkan anaknya yang masih balita. Bayi
Perempuan diberi nama Samindara dan Bayi Laki-laki diberi nama Baso, masing-masing Bayi
tersebut di beri pengasuh, kelak mereka boleh kembali ke Kerajaan jika mereka menemukan
pasangan dan telah menikah.
Samindara tumbuh menjadi seorang wanita yang terkenal sangat cantik, karena
kecantikannya dia dijuluki sebagai kembang desa. Kehidupannya sangatlah sederhana seperti
masyarakat kampung biasa pada umumnya. Kebiasaan Samindara adalah menenun bersama para
wanita yang ada di desa itu. Sedangkan Baso tumbuh menjadi Pria tampan dan juga pemalas.
Dari karya tersebut teori yang saya gunakan untuk melihat nilai estetika yang terkandung
didalamnya dengan menggunakan Teori Monroe Beardsley.

Anda mungkin juga menyukai