Anda di halaman 1dari 2

Tarian Munalipatah

Patah,
Munali patah, tukiran patah, mochtar patah.
Tarian Munali Patah, hanya saja terkenal dengan menggunakan Munali Fatah. Beliau terlahir
dari keluarga Pemeran dan Sutradara Ludruk. Ayahnya bernama Patah, merupakan perintis
penari remo dan juga pencipta tari Tjokronegoro yang berdurasi tarian 10 menit.
Bapak Patah merupakan seniman, pada saat dahulu Munali Patah diberikan cerita mengenai
masa lalu Bapak Patah yang sebelumnya merupakan peludruk, sehingga Bapak Patah
memiliki inisiatif untuk menciptakan sebuah tari yang dapat dijadikan suatu pendidikan,
sehingga dari latar belakang gerak besutan menjadi tarian. Dengan harapan anak muda dapat
mengenali seni dengan mudah melalui gerak tarian.
Faktor yang menyebabkan Munali Patah menjadi seniman handal dan professional adalah
atas dukungan keluarga dalam kariernya serta dukungan dari sang Bapak Patah yang dulunya
pemain ludruk juga.
Pada tahun 1963 – 1975 Munali Patah berhasil menciptakan tari Ngremo dan tari
Tjokronegoro di Desa Banjar Kemantren, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Tari
tersebut langsung berkembang dengan pesat, dan memasyarakatkan disemua kalangan baik
dikalangan pelajar maupun di kalangan masyarakat biasa.
Latar belakang menciptakan tari Ngremo berawal dari keresahan tentang punahnya beberapa
tari di Jawa Timur, sedangkan latar belakang menciptakan tari Tjokronegoro dimaksudkan
sebagai bentuk tari identitas kota Sidoarjo . Yang menggambarkan watak dan karakter serta
perjuangan Bupati Sidoarjo pertama.
Disamping itu tari Ngremo sampai sekarang masih dipakai dalam acara-acara resmi misalkan
acara pernikahan atau khitanan, sebagai ucapan selamat datang para tamu. Karya tari ciptaan
Munali Patah menjadi acuan atau patokan khususnya tari Ngremo, disekolah-sekolah mulai
dari SD hingga Perguruan Tinggi tari yang diajarkan memakai tari Ngremo gaya Munali
Patah itu sudah sebagai patokan. Sedangkan tari Tjokronegoro sampai sekarang masih
dipertunjukkan pada acara-acara resmi, misalnya acara memperingati hari jadi kota Sidoarjo
Tarian Munali Patah ini memiliki kostum khas Munali Patah yaitu tjokroningrat, yang
dimana dibagian dada tidak memakai pakaian hanya menggunakan celana hitam dengan
sampur berwarna merah dan kuning, serta gongseng dan Udeng Pacul Gowang. Sedangkan
Remo Perempuan menggunakan kaos kaki.
Gongseng yang digunakan Munali Patah tersebut berisi 50 biji. Saat ngeremo menggunakan
gongseng tersebut seperti dikejar 1000 kuda. Gongseng dan keris merupakan bahan spiritual
yang tidak boleh dilangkahi. Keris merupakan pegangan dari Munali Patah, yakni Pring
Pethuk dan Keris.
Klintingan dalam gongseng, ada salah satu biji klintingan dalam gongseng yang ditemukan
oleh Munali Patah saat sedang istirahat setelah berperang. Kemudian ditendang lah oleh
beliau lalu klintingan tersebut kembali lagi dan terjadi berulang kali. Setelah kejadian itu
beliau bertanya kepada ke Bapak Patah terkait hal tersebut, dijelaskan lah maksud dari hal
tersebut oleh Bapak Patah. “ Ngono iku awakmu ngerti dikongkon opo ? awakmu dikongkon
milih terus nang prajurit opo nang seni, bapak mu dewe yo seniman. “ ujarnya. Munali Patah
pun merenung.
Kemudian diajak lah Munali Patah ke Pagelaran Ludruk oleh Bapak Patah, hingga akhrinya
Munali Patah ingin meneruskan jejak Bapak nya. Ludruk dulu diawali dengan gerakan
besutan yang kemudian menjadi gerakan remo. Munali Patah mengembangkan gerakan
tersebut menjadi Remo Munali Patah.
Udeng Pacul Gowang ciri khas Munali Patah. Sejak Munali Patah menjadi seniman hingga
wafat. Beliau tidak pernah menggunakan udeng selain Udeng Pacul Gowang. Orang sidoarjo
meminta bantuan Bapak Munali Patah untuk membuat Udeng Pacul Gowang sebagai
identitas baru kota Sidoarjo
Terkait Mba Uri; merupakan putri ketiga Bapak Munalipatah, dari 3 Bersaudara dengan
kakak nama Agus syawal yang merupakan pelukis dengan tingkat kesenian visual art, akan
tetapi tetap bisa menari. Mba Uri merupakan satu satunya penerus dari Bapak Munalipatah.
Bu Uri merupakan penari yang sejak sekolah smk 9 jurusan tari, stkw jurusan tari. Sidoarjo, 2
Februari 1987. Memiliki 4 orang anak. Melanjutkan cita – cita Bapak Munalipatah yakni,
banyak orang tidak mengenal detail tarian remo munalipatah, lalu juga ingin seperti saat masa
dulu tarian ditarikan secara massal. Dengan salah satu upaya sido ngeremo.

Anda mungkin juga menyukai