ATAMBUA
TENTANG
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA
Menimbang :
a. Bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan instrumen
penting dalam menjalankan roda organisasi rumah sakit untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan organisasi;
b. Bahwa pengelolaan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ditujukan
untuk meningkatkan kontribusi produktif mutu rumah sakit pada
organisasi dengan cara yang bertanggung jawab dari sisi strategi, etik dan
sosial;
c. Bahwa agar pengelolaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien maka perlu disususn pedoman
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang ditetapkan dengan surat
keputusan direktur.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Permen Nomor 148 tahun 20210 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
4. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan pasien tahun 2015 berdasarkan
permenkes Nomor 1691 Tahun 2011 tentang pasien Rumah Sakit
5. Permenkes Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6. Permenkes nomor 34 tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
7. Kepmenkes Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
8. Kepmenkes Nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan
MEMUTUSKAN
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan pasien dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan
perhatian mulai dari Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) sampai dengan Kejadian
Tidak Diharapkan (Adverse Event)
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “Cepat Tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi resiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperlua analisis
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
(RCA), Kejadian Nyaris Cedera (Near Miss), Kejadian Sentinel pada saat Program
Keselamatan Pasien mulai dilaksanakan
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian sentinel
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin
8. Tersedia sumber daya dan system informasi yang di butuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut
9. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif
untuk evaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
termasuk rencana tindak lanjut dan evaluasinya
Kriteria
1. Rumah Sakit memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topic keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing
2. Rumah sakit mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden
3. Rumah Sakit menyelenggarakan pelatihan tentang kerja sama kelompok (team
work) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien
Kriteria
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
BAB IV
PENGORGANISASIAN STRUKTUR ORGANISASI KOMITE MUTU
DAN KESELAMATAN PASIEN
Direktur
drg. M. Ansilla F. Eka Mutty Komite :
1. Medik
2. Keperawatan
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien 3. Etik
dr Guntur Sembiring, SpOG 4. PPI
5. Komite Farmasi dan Therapi
PJ PJ
PJ
Manajemen Risiko dan FMEA Keselamatan Pasien Indikator Mutu dan Sasaran
Keselamatan
PJ PJ
Keselamatan Pasien Indikator Mutu dan Sasaran
Unit Kerja Keselamatan Pasien Unit Kerja
Mengacu pada Standar Keselamatan Pasien, maka Rumah Sakit harus mendesign dan
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada Visi, Misi, tujuan Rumah Sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktek bisnis yang
sehat dan factor-faktor yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah Sebagai
berikut:
c. Pilih penggerak (Champion) yang akan menjadi motor penggerak KPRS dan
pelatihannya
Pilih individu/beberapa individu yang akan menjadi motor gerakan KPRS dan
pelatihannya. Beberapa criteria yang digunakan antar lain : akitf di unit yang
bersangkutan, memiliki leadership, sering menjadi problem solver, sebaiknya
memahami konsep mutu.
Konsep keselamatan pasien memiliki banyak aspek, sehingga penggerak yang
telah mendapat pelatihan akan lebih mudah memulai, menggerakan dan
melaksanakan KPRS. Pelatihan dalam bentuk “Workshop Patient Safety dan
manajemen Resiko Klinis” telah diorganisir dan dilaksanakan setiap bulan oleh
KKPRS.
2. FASE PELAKSANAAN
a. Deklarasi Gerakan Moral Keselamatan Pasien
Suatu acara/upacara Deklarasi di mulainya pelaksanaan KPRS akan sangat
membantu membangkitkan kesadaran (awareness) para staf dan karyawan rumah
sakit akan KPRS, sekaligus memantapkan komitmen dari seluruh jajaran untuk
menerapkan KPRS
b. Program Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Rumah Sakit melalui usulan unit kerja KPRS, menetapkan prioritas program-
program dalam tujuh langkah KPRS, yang akan dilaksanakan secara bertahap
dengan urutan yang di sepakati
c. Program Penerapan Standar Akreditasi Keselamatan Pasien
Akreditasi pelayanan KPRS menggunakan Instrumen Akreditasi RS untuk menilai
RS dalam memenuhi standar pelayanan RS, termasuk didalamnya parameter yang
menilai KPRS. Dengan demikian pelaksanaan Akreditasi RS minimal untuk 5
pelayanan (Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis) sudah termasuk didalamnya
penerapan Standar KPRS
d. Penerapan Keselamatan Pasien pada Unit Pelayanan tertentu sebagai model
Rumah Sakit menerapkan terlebih dahulu suatu “Pilot Project” dengan
menerapkan KPRS pada satu atau lebih unit pelayanan tertentu. Dengan
pengalaman yang di peroleh dari unit tersebut dapat diterapkan pada unit-unit lain.
e. Program khusus
Rumah Sakit dapat juga memulai program khusus yang dijalan tersendiri
(tunggal), tidak perlu dalam konteks program yang kompleks.
Contoh program khusus dapat dipilih al: Program Kebersihan Tangan (Hand
Hygiene), Ronde Keselamatan Pasien, Program DPJP (Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan), Program Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien), Program di bidang
Farmasi (Medication), Program Pelatihan KPRS dan sebagainya.
f. Forum Diskusi
Forum diskusi dilaksanakan 1 atau 2 bulan sekali dimaksudkan untuk
mengumpulkan para penggerak, pelaksana lainnya serta peminat KPRS, untuk
membahas perkembangan dan permasalahan KPRS dan solusi yang diperoleh
dengan tujuan untuk memonitor/menjaga kelangsungan program KPRS. Selain itu
juga bertujuan menumbuhkan budaya KPRS
3. FASE EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui laporan formal unit kerja KPRS, masukan
dari forum diskusi, masukan dari unit-unit lain melalui ronde keselamatan pasien dan
sebagainya. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodic sesuai dengan
kebutuhan. Pada akhir tahun dibuat evaluasi menyeluruh yang dapat digunakan untuk
memperbaiki program pelaksanaan KPRS dan untuk menilai kembali Rencana Jangka
Pendek/Menengah, termasuk sasaran tahunan KPRS
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. STAF/KARYAWAN RS
1. Semua Staf/Karyawan RS wajib melaporkan jika terjadi insiden yang meliputi
KTD, KTC, KNC, KPC dan kejadian Sentinel pada Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (TKPRS)
B. RUMAH SAKIT
1. RS wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien yang
meliputi KTD, KNC dan kejadian Sentinel jika terjadi insiden di ruangan/unit
2. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (KTD, KNC dan kejadian
Sentinel) mengacu pada Buku Panduan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) yang di keluarkan oleh KKPRS-PERSI
3. Pelaporan Insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di internal RS
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari RS ke KKPRS. Pelaporan eksternal
Wajib dilakukan oleh RS sesuai ketentuan dalam Instrumen Akreditasi RS
yaitu pada Instrumen Akreditasi Administrasi dan Manajemen.
4. Unit Kerja KPRS melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur RS
C. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Merekapitulasi laporan insiden dari ruangan/unit dan menjaga kerahasiaan.
2. KKPRS melakukan kajian dan analisis dari laporan insiden ruangan/unit serta
melakukan sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke ruangan/unit terkait
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI