PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif
berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha. Kewirausahaan
(entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-
usaha dan ide-ide barunya. Kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter
wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang
yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan
swasta maupun pemerintahan. Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-
upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber
daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Dalam dunia pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu
dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),
peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Upaya kepala
sekolah dalam menerapkan jiwa kewirausahaan di sekolah yaitu dengan:
1. menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah;
2. melakukan kegiatan dalam upaya mencapai keberhasilan sekolah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif;
3. memotivasi guru dan tenaga kependidikan untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya;
4. memotivasi peserta didik untuk sukses dalam prestasi akademik dan non
akademik; dan,
5. mengembangkan pengelolaan kegiatan produksi sekolah sebagai sumber belajar
peserta didik
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh
(holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai
wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),
1
peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan
kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-
jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan
direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program
pendidikan kewirausahaan di SMA Negeri 2 Bukittinggi diinternalisasikan melalui
berbagai aspek.
B. Dasar Hukum
1. Kepmendikbud Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
4. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
5. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Tahun 2005-2025
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dengan perubahannya Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2013
tentang Pendidikan Menengah Universal;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Nomor 62 Tahun 2014
tentang Ekstrakurikuler;
2
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
pada Pendidikan Dasar dan menengah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014
tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014
tentang Muatan Lokal Kurikukum 2013;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah ;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016
tentang KI dan KD pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014
tentang Guru TIK.
20. Permendikbud Nomor 46 Tahun 2016 tentang Penataan Linieritas Guru
Berseertifikat Pendidik.
21. Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
22. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Beban Kerja pendidik,
Pengawas, dan Kepala Sekolah
23. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada Satuan Pendidikan Formal
24. Permendikbud Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
25. Permendikbud Nomor 37 tahun 2018 tentang perubahan permendikbud
Nomor 24 tahun 2016 tentang KI dan KD pendidikan Dasar dan Menengah.
C. Tujuan Pembuatan Program
Tujuan penyusunan program kerjakewirausahaan ini sebagai berikut ini.
1. Terciptanya inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah;
2. Terlaksananya kegiatan dalam upaya mencapai keberhasilan sekolah sebagai
3
organisasi pembelajar yang efektif;
3. Termotivasi guru dan tenaga kependidikan untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya;
4. Termotivasinhya peserta didik untuk sukses dalam prestasi akademik dan non
akademik; dan,
5. Berkembangnya pengelolaan kegiatan produksi sekolah sebagai sumber belajar
peserta didik
4
BAB II
PROGRAM KEWIRAUSAHAAN
6
C. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan
diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan
kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan
kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan
diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik
dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan
belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan
kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram.
Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan
secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang
diikuti oleh semua peserta didik.
7
kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran
kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat
dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, kopsis, dan lain-lain.
Di SMAN 2 Bukittinggi dilakukan kewirausaan bernilai ekonomi kreatif adalah
pembudidayaan bunga. Bunga-bunga yang ada dibudidayakan untuk revitalisasi
bunga yang sudah tua. Selain itu, direncanakan bunga-bunga tersebut juga dipasarkan
untuk daerah sekitar lingkungan sekolah.
8
G. Kegiatan Kewirausahaan melalui Kegiatan Pembinaan Akademik dan Non
Akademik Peserta Didik dalam Bidang Tahfizh, OSN, FLS2N, dan O2SN.
Peningkatan akdemik dan non akademik siswa direncakanan akan dibina melalui
tenaga ahli di bidangnya yang didatangkan dari instansi terkait. Misalnya, untuk
Tahfizh dibina oleh Lembaga tahfizh, OSN dibina oleh lembaga OSN atau perguruan
tinggi, O2SN dari ahlinya, dan FLS2N dari pakar yang ahli di bidangnya.
9
informasi maka beberapa pekerjaan manusia dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain
itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih cepat dan akurat untuk ditelusur
kembali.
Penerapan otomasi di perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan,
citra perpustakaan dan pustakawan itu sendiri. Pustakawan tidak lagi bekerja secara
manual yang dapat mengurangi kesalahan-kesalahan karena kegiatan perpustakaan
bersifat rutin. Penerapan sistem otomasi pada prinsipnya harus mewakili kegialan
rutin yang dilakukan perpustakaan. Perpustakaan mempunyai tugas yang harus
dilakukan:
1. Menghimpun infomasi yaitu meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi
perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai baik dalam arti jumlah,
jenis maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan lembaga, ketersediaan
dana, dan kebutuhan pemustaka. Dalam hal ini otomasi menjadi penting guna
mendata berbagai sumber, yang kemudian dengan mudah dapat dilihat kembali
tanpa harus membolak-balikkan kertas sebagaimana kerja manual.
2. Mengelola informasi meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan,
pengemasan agar tersusun rapi dan mudah ditemukan. Dalam hal ini otomasi
berperan penting dalam penyimpanan data bibliografnya sebagai wakil dokumen,
dan kemudian akan mudah dalam proses temu kembalinya.
BAB III
PENUTUP
Program kewirausahaan yang telah kami disusun dan direncanakan di awal tahun,
diupayakandapat terealisasi sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, semuanya
tentu tidak akan berjalan dengan mudah dan mulus sesuai keinginan. Pada
pelaksanaannya di lapangan, banyak ditemukan kendala, baik yang bersifat teknis
maupun non teknis. Ada kalanya program yang telah direncanakan untuk terealisasi
10
pada tahun pertama, ternyata kondisinya bertolak belakang dengan yang diharapkan,
sehingga dengan berbagai pertimbangan akhirnya program/kegiatan tersebut harus
kami tunda pelaksanaannya.
Demikian juga untuk program kewirausahaan ini yang sebenarnya oleh kami
sebagai pihak sekolah telah direncanakan secara maksimal dan terprogram. Mudah-
mudahan program yang telah tersusun ini dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
Bertolak dari pepatah kita “Tak ada rotak akar pun jadi”, kami menyadari bahwa
program ini masih sarat dengan kekurangan. Oleh karena itu, kritikan, tanggapan, dan
pendapat dari berbagai pihak demi kesempurnaan program ini sangat kami harapkan.
11