DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BATANG TARANG
Jalan Angkasapuri nomor 41, Dusun Melaban Desa Hilir Kecamatan Balai (78563)
Halo Puskesmas : 085349531202 Email : Puskesmasbatara@gmail.com
TENTANG
MEMUTUSKAN :
HELENA
3
b. Peran Kepala Penanggung jawab, Pelaksana dalam perbaikan mutu dan kinerja
UKM.
b. Susun tim mutu layanan klinis dan keselamatan pasien dengan kejelasan
uraian tugas
1) Mewajibkan semua praktisi klinis berperan aktif dalam peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
b. Dibentuk tim mutu dan keselamatan pasien dengan kejelasan tanggung jawab
dan uraian tugas, yang anggotanya adalah praktisi klinis
3. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
a. Adanya komitmen (terdokumentasi) praktisi klinis untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien secara berkelanjutan
b. Pemahaman praktisi klinis thd mutu dan keselamatan pasien (melalui
sosialisasi, workshop, pelatihan)
c. Keterlibatan praktisi klinis dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yang ditunjukkan dalam:
1) Peran aktif dalam penyusunan, pengumpulan, analisis dan tindak lanjut
terhadap pencapaian indikator klinis
2) Penilaian terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan klinis (sesuai
dengan budaya dan tata nilai keselamatan pasien (contoh: kebiasaan cuci
tangan, kebiasaan melakukan chek ulang untuk menghindari kekeliruan,
budaya tidak saing menyalahkan)
3) Ide-ide perbaikan pelayanan klinis
4) Penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi perbaikan
mutu dan keselamatan pasien
5). Indikator meliputi:
a) Indikator mutu pada penilaian oleh pasien, asuhan pasien (mulai dari
patient assessment dan pelaksanaan asuhan), pelayananan
penunjang medis, penggunaan antibiotika.
b) Indikator keselamatan pasien: tidak terjadinya salah identifikasi pasien,
tidak terjadinya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya kesalahaan
prosedur klinis, pengendalian infeksi (tidak terjadi infeksi akibat
pemberian pelayanan), dan tidak terjadinya pasien jatuh, dilakukannya
kebiasaan cuci tangan (hand hygine)
6) .Layanan klinis dilaksanakan berdasarkan standar/panduan pelayanan
klinis
7). Disusun Perencanaan mutu dan keselamatan pasien berdasar:
6
a) Area prioritas (3H + 1P)
b) Hasil monitoring dan pengukuran indikator-indikator mutu dan
keselamatan pasien
c) Identifikasi Risiko dan Analisis risiko
d) Pelaporan dan analisis terjadinya KTD, KTC, KNC dan KPC
d. Dilakukan monitoring mutu dan keselamatan pasien melalui penyusunan
indikator mutu dan keselamatan pasien (dengan target yang jelas),
pengumpulan data dan analisis terhadap pencapaian indikator.
Rencana peningkatan mutu dan keselamatan pasien memuat:
1) montoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis
2) Monitoring dan penilaian kinerja dan perilaku sdm klinis
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien (KTD, KTC, KNC, KPC)
4) Implementasi manajemen risiko pada area prioritas:mulai dari identifikasi
risiko klinis,
5) Analisis risiko, dan upaya untuk meminimalkan risiko (dengan metoda
Failure mode and effect analysis/FMEA)
a) Penyusunan panduan praktik klinis dan SOP klinis
b) Monitoring dan penilaian sasaran keselamatan pasien
c) Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan laboratorium
d) Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan obat
e) Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan radiodiagnostik
f) Program diklat mutu dan keselamatan pasien,
g) Penyediaan sumber daya untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
6) Pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien:
a) Tindak lanjut dari hasil pengukuran indikator dan jika ada
permasalahan/complain, maupun KTD, KTC, dan KNC
b) Program-program yang ada pada rencana
7) Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut thd pelaksanaan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien sesuai dengan yang direncanakan yang
dikomunikasikan kepada semua praktisi klinis dan dilaporkan pada
pimpinan
4. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Puskesmas.
5. Proses layanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dimonitoring dan dievaluasi secara periodik dalam audit internal yang dilakukan
oleh tim auditor internal.
6. Hasil temuan audit ditindaklanjuti sebagai perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas
Batang Tarang.
7. Hasil temuan audit atau permasalahan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
puskesmas, dapat meminta rekomendasi atau saran dari Dinas Kesehatan Kota.
9. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) dilaksanakan di puskesmas pada Bulan Juni dan
Bulan Desember setiap tahunnya.
10. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, melakukan
analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan menindaklanjuti.
11. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
12. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada
di Lingkungan Puskesmas Batang Tarang;
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan dampak
terjadinya risiko;
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil
pengukuran risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah;
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan
yang harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko;
8
13. Identifikasi dan dokumentasi terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak
Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC)
diatur dalam panduan yang jelas.
14. Root Cause Analysis (RCA) dibuat oleh Tim RCA jika terdapat masalah pada unit
pelayanan.
15. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan.
16. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dianalisis dan ditindaklanjuti.
17. Dilaksanakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) terhadap kejadian dan/atau
kasus yang terjadi di Puskesmas.
18. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas Batang Tarangdengan
pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh Wakil Manajemen Mutu.
20. Wakil manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien kepada Kepala Puskesmas tiap bulan.
21. Perilaku petugas layanan klinis di evaluasi setiap satu tahun sekali.
22. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
23. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti
high risk, high volume, high cost, dan kecenderungan terjadi masalah, atau didasarkan
atas penyakit, kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
24. Proses penyusunan prosedur layanan klinis mengacu pada prosedur penyusunan.
26. Menetapkan pelayanan laboratorium dan pelayanan farmasi sebagai area prioritas dalam
pelaksanaan manajemen risiko.
30. Seluruh hasil peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus diinformasikan dan
dikomunikasikan kepada seluruh petugas.
31. Survey kepuasan pasien dilakukan setiap dua kali dalam satu tahun.
HELENA