Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SUMBER DAYA LAUT TROPIS


Perseteruan dan Kerja Sama Antar Negara Mengenai Batas-batas Laut

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SDLT yang dibimbing oleh
Pak M. Gandri Haryono, S.Kel.,M.P

Disusun oleh kelompok 2

Anisa Mukti 2340606007


Hikmah 2340606010
Kamilatunnisa 2340606134
Nabila Putri Nur Ayu Ananda 2340606131
Nur Azisah 2340606002
Yuni Olvi Marta 2340606187
Yustita Anjelin 2340606114

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sumber Daya
Laut Tropis.

Pada kesempatan kali ini, kami segenap mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, baik secara materi maupun moril dalam penyusunan
tugas ini. Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang telah kami miliki, serta kekurangan dan kesalahan dalam pengetikan
maupun kata-kata dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami menyambut baik semua saran
dan kritik sebagai perbaikan di masa yang akan datang.

Harapan kami adalah dengan segala kerendahan hati, semoga Allah SWT membalas amal
kebaikan pihak yang telah membantu penyusunan tugas ini, termasuk juga pembaca. Dan
semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami khususnya

Tarakan, 2 November 2023

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
BAB I.......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN............................................................................................................................. 4
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 5
A. Kerja Sama Indonesia dan Vietnam....................................................................................5
B. Perseteruan Indonesia Vietnam...........................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................... 9
PENUTUP...................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laut adalah massa air yang mengelilingi daratan. Menurut KBBI laut merupakan
kumpulan besar air asin yang membanjiri dan membagi daratan menjadi benua atau
pulau. Sepanjang sejarah, laut telah menjadi salah satu jalur akses perdagangan global,
tempat transit kapal-kapal dari berbagai negara. Sejak masa Kerajaan Jawa hingga
saat ini, laut telah menjadi jalur akses penting bagi navigasi dan perdagangan global
serta sumber daya alam hayati dan non hayati yang dikandungnya.
Kerja sama antar negara mengenai lut juga terjadi, dikarenakan laut menjadi jalur
akses penting bagi navigasi dan perdagangan. Kerja sama antar negara merupakan
salah satu peluang yang diciptakan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan
nasionalnya.Keterbukaan suatu negara terhadap pertumbuhan dan pembangunan
karena keterbatasan sumber dayanya menjadi alasan mengapa suatu negara menjalin
hubungan kerja sama dengan negara lain dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.
Selain kerja sama, laut juga menjadi isu yang setelah terbentuknya negara-negara
di dunia, mengakibatkan terjadinya sengketa batas maritim antar negara yang
mempunyai klaim perbatasan satu sama lain. Sengketa perbatasan laut ini juga
menjadi salah satu bentuk persaingan antar negara untuk memperluas wilayahnya
dengan tujuan tidak hanya memperkaya sumber daya alam bawah laut tetapi juga
untuk kepentingan laut lainnya seperti ikan, minyak dan manfaat lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kerja sama antara Indonesia dan Vietnam?
2. Bagaimana konflik antara Indonesia dan Vietnam mengenai batas
laut?

3
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kerja sama antara Indonesia dan Vietnam.
2. Untuk mengetahui konflik antara Indonesia dan Vietnam
mengenai batas laut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerja Sama Indonesia dan Vietnam


Berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan
Vietnam yang ditandatangani pada bulan Juni 2003 di Hanoi oleh Menteri
Perdagangan dan Industri Republik Indonesia dan Republik Sosialis Vietnam,
disebutkan bahwa kedua negara akan bekerja sama. menuju peningkatan hubungan
perdagangan, khususnya di bidang komoditas unggulan yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing. Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini,
Indonesia dan Vietnam berkomitmen untuk bekerja sama meningkatkan perdagangan
barang pertanian. Setelah itu, Rencana Aksi 2014–2018 dibuat.
MoU Vietnam-Indonesia Kepentingan nasional Indonesia diwujudkan melalui
kerja sama, dimana kedua negara bekerja sama dengan tujuan menghasilkan uang.
Setiap negara di dunia ingin memperoleh manfaat dari perjanjian kerja sama dengan
negara lain; tidak ada negara yang mau kalah.
Vietnam dan Indonesia saat ini berupaya untuk membentuk aliansi unik yang
dapat melindungi kepentingan bersama mereka dalam menghadapi meningkatnya
persaingan di antara negara-negara anggota ASEAN dan dalam perjanjian regional.
Untuk memaksimalkan persaingan dan peluang perdagangan atau bisnis bilateral yang
menguntungkan, kedua negara menyadari kesamaan sifat dan bidang saling
melengkapi.
Vietnam merupakan salah satu negara pilihan dalam upaya diversifikasi dan
peningkatan ekspor nonmigas Indonesia, khususnya komoditas minyak sawit mentah
(CPO), sebagai pengganti rapeseed atau bunga matahari, biodiesel, produk kayu, dan
produk karet. Dalam hal ini, Indonesia mendapatkan keuntungan dari hal ini.
Sedangkan harga CPO bisa tujuh kali lebih murah dibandingkan komoditas lain,
sehingga membuka tren baru dalam perkembangan pasar Vietnam serta pasar di Asia
Tenggara, Asia, dan Eropa. Vietnam membutuhkan Indonesia dan ASEAN sebagai
mitra yang saling melengkapi untuk sementara waktu. Untuk mendukung sektor
ketahanan pangan, sub-Komisi Gabungan Kerjasama Ketahanan Pangan dan Energi
(JCFESC) dibentuk pada tahun 2014 dan diketuai oleh seorang wakil menteri.

5
Meskipun Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (CPO) yang
signifikan, Indonesia belum dianggap sebagai produsen utama produk oleokimia di
dunia. Industri oleokimia di Indonesia sejauh ini telah menunjukkan kinerja yang baik
dan memiliki masa depan yang cerah di pasar global. Dengan bekerja sama dengan
Vietnam untuk meningkatkan ekspor CPO dan turunannya, Indonesia akan segera
mampu berkembang dari tetangga Malaysia menjadi pemain utama di pasar turunan
minyak sawit global, yang menawarkan nilai lebih dari sekadar mengekspor CPO.
Pasar global untuk oleokimia yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak
goreng, margarin, sabun, dan kosmetik masih terus berkembang.
Mengingat posisi geopolitiknya sebagai jembatan yang menghubungkan
negara-negara Asia dan kawasan Asia Tenggara, Vietnam merupakan negara yang
sangat strategis. Jarak tidak dianggap sebagai faktor yang membatasi perluasan pasar
di era perdagangan bebas. Setiap negara, termasuk Indonesia, dapat dipandang
sebagai pasar yang signifikan bagi para eksportirnya. Karena kedekatannya dengan
pasar-pasar penting seperti Tiongkok, Asia Tengah, dan Asia Barat, Vietnam
dipandang sebagai pintu gerbang perdagangan dan investasi. Vietnam sedang
menyelidiki sistem perdagangan bebas Asia Tenggara serta iklim investasi yang
dimungkinkan oleh jaringan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA), selain
potensi pasar yang ditunjukkan oleh populasi penduduknya yang berjumlah lebih dari
89,2 juta pada tahun 2006.

B. Perseteruan Indonesia Vietnam


Selain kerja sama, perseteruan antara Indonesia dan Vietnam juga pernah terjadi.
Indonesia merupakan negara yang menempati posisi strategis di Asia Tenggara.
Adanya keistimewaan kawasan berupa pulau-pulau dan letaknya yang berbatasan
langsung dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Hubungan baik
antar negara tetangga tidak selalu berjalan mulus. Sikap negara-negara yang selalu
mengejar kepentingan nasionalnya sendiri menimbulkan konflik kepentingan antar
negara di dunia. Kepentingan tersebut dapat menciptakan kerjasama yang baik antar
negara dan juga dapat menimbulkan konflik.
Konflik antara Indonesia dan Vietnam telah berlangsung sejak tahun 1963,
ketegangan dimulai di wilayah Kalimantan Utara yang saat itu bukan bagian dari

6
Vietnam. Penyelesaian konflik antara Indonesia dan Vietnam sulit dicapai karena
masing-masing negara mempunyai persyaratan yang berbeda-beda. Persimpangan
klaim zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan Vietnam perlu diperhatikan
berdasarkan UNCLOS 1982.
Merujuk pada Pasal 74 UNCLOS mengenai Zona Ekonomi Eksklusif yang
berhadapan atau berhimpitan yaitu :
(1) Penetapan batas zona ekonomi eksklusif antar negara yang garis pantainya
berhadapan atau berdekatan dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama berdasarkan
hukum internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional, untuk mencapai suatu pemecahan
yang adil.
(2) Apabila persetujuan tidak dapat dicapai dalam jangka waktu yang wajar, Negara-
negara yang bersangkutan harus mengambil jalan lain melalui prosedur-prosedur yang
diatur dalam Bab XV.
(3) Sambil menunggu tercapainya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam ayat (1),
Negara-negara yang bersangkutan, dalam semangat saling pengertian dan kerja sama,
akan melakukan segala upaya untuk membuat perjanjian-perjanjian sementara yang
praktis dan selama masa transisi ini tidak membahayakan asas-asas, menghalangi
dicapainya penetapan akhir mengenai perbatasan.
(4) Dalam hal ini, terdapat suatu perjanjian yang berlaku antara negara-negara yang
bersangkutan, maka permasalahan yang berkaitan dengan penetapan batas Zona
Ekonomi Eksklusif harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini.
Fungsi batas laut merupakan salah satu bentuk penegasan atau batas kepemilikan
pulau-pulau terluar suatu negara seperti Negara Republik Indonesia. Pulau-pulau
terpinggirkan merupakan pulau-pulau utama dalam penetapan batas laut khususnya
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Laut Teritorial, Landas Kontinen,
dan Zona Ekonomi Eksklusif.
Berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional, banyak upaya
yang dilakukan untuk menciptakan hubungan baik antar negara dalam menyelesaikan
perselisihan. Prinsip penyelesaian sengketa internasional adalah menyediakan sarana
bagi pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan perbedaan mereka
berdasarkan hukum internasional. Ada dua cara penyelesaian yang dikenal dalam
hukum internasional, yaitu cara damai dan perang (militer).

7
Berdasarkan UNCLOS 1982, mekanisme penyelesaian sengketa dibagi menjadi 3
bagian. Pertama, mengatur penyelesaian sengketa yang diselesaikan berdasarkan
kesepakatan damai kedua belah pihak. Kedua, menetapkan tata cara penyelesaian
sengketa secara paksa untuk mengambil keputusan yang mengikat. Ketiga, peraturan
ini mengatur sejumlah batasan yurisdiksi dan pengecualian terhadap prosedur yang
ditetapkan dalam Bagian Kedua.
Merujuk pada Pasal 7 Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982, ia
menjelaskan bahwa bentuk fisik pantai memang menonjol, tenggelam atau tidak
beraturan. Garis dasar lurus yang diterapkan Vietnam tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip Pasal 7 UNCLOS 1982.
Berbeda dengan Vietnam, Indonesia tidak menetapkan batas laut luar. Pada
tanggal 25 Maret 2009, Indonesia menyerahkan daftar koordinat geografis garis
pangkal kepulauan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 kepada
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, sesuai dengan ketentuan Pasal 47
ayat (9) UNCLOS 1982. Perbatasan Indonesia-Vietnam adalah batas laut yang terletak
di Laut Timur, sebelah utara Kepulauan Natuna, Indonesia. Kedua negara ini
menandatangani Perjanjian penetapan batas landas kontinen pada tanggal 26 Juni 2003
di Hanoi, Vietnam.
Terdapat alternatif bentuk penyelesaian sengketa berdasarkan UNCLOS 1982,
yaitu: a) penyelesaian sengketa secara damai, b) penyelesaian sengketa melalui
prosedur wajib. Merujuk pada Pasal 279 Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun
1982, ia menjelaskan bahwa setiap negara yang berkonflik, seperti Indonesia dan
Vietnam, mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan segala sengketa dengan cara
damai. sebagaimana yang dijelaskan juga pada Pasal 2 ayat (3) bahwa setiap anggota
harus mencari cara penyelesaian yang sedemikian rupa sehingga keamaan dan
perdamaian serta keadilan tidak terancam. Berdasarkan Pasal 280 UNCLOS 1982,
Indonesia dan Vietnam memilih penyelesaian sengketa secara damai untuk
menyelesaikan permasalahan batas maritim di zona ekonomi eksklusif.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vietnam merupakan salah satu negara pilihan dalam upaya diversifikasi dan peningkatan
ekspor nonmigas Indonesia, khususnya komoditas minyak sawit mentah (CPO), sebagai
pengganti rapeseed atau bunga matahari, biodiesel, produk kayu, dan produk karet.
Konflik antara Indonesia dan Vietnam telah berlangsung sejak tahun 1963, ketegangan
dimulai di wilayah Kalimantan Utara yang saat itu bukan bagian dari Vietnam. Indonesia
dan Vietnam memilih penyelesaian sengketa secara damai untuk menyelesaikan
permasalahan batas maritim di zona ekonomi eksklusif.

9
DAFTAR PUSTAKA

Putri, I. R., & Afrizal, A. (2017). Kerjasama ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke negara
Vietnam pada tahun 2012-2015 (Doctoral dissertation, Riau University).

Ramlan, R., & Repindowaty, R. (2021). Analisis Yuridis Penyelesaian Sengketa Perbatasan
Laut Antara Indonesia Vietnam Di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Uti
Possidetis: Journal of International Law, 2(2), 167-188.

10

Anda mungkin juga menyukai