Anda di halaman 1dari 9

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi isu
RSUP dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSUP dr. Sardjito
memiliki berbagai macam layanan, salah satunya adalah pelayanan tindakan bedah yang secara
umum terpusat di Gedung Bedah Sentral Terpadu (GBST). Secara structural pelayanan bedah ini
dibawah naungan Instalasi Kamar Bedah dan Anestesi (IKBA).
GBST sendiri memiliki 5 lantai yang digunakan untuk menunjang tindakan operasi dan
anestesi. secara manajemen setiap lantai di kepalai seorang kepala ruang (Karu). salah satu
layanan tindakan pembedahan yang cukup vital adalah GBST lantai 5, dimana di lantai 5 ini
terdapat beberapa tindakan bedah khusus diantaranya: bedah saraf, bedah plastik, bedah
thoraks dan kardiovaskuler, bedah mulut, dan orthopedi.
Dalam keseharian pelayanan tentunya ada berbagai macam isu/masalah yang terjadi,
berikut ini penulis ingin mencoba memaparkan setidaknya 3 isu yang ada dalam pelayanan
kamar bedah dan anestesi di GBST lantai 5 RSUP dr. sardjito Yogyakarta yang dikaitkan dengan
prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dapat diidentifikasi isu-isu sebagai berikut :
1. Kurang lengkapnya daftar paket order Bahan Habis Pakai (BHP) tindakan operasi di IKBA
GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito sampai bulan Juli 2022
Bahan Habis pakai operasi atau bisa juga termasuk Bahan Medis Habis Pakai adalah alat
kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Di IKBA RSUP dr. Sardjito, pemesanan atau
order BHP dilakukan sebelum operasi dan dilakukan dengan menyerahkan box yang sudah
tecantumkan nama tindakan dan lis BHP. Perawat kamar bedah tinggal mengambil box yang
berisi BHP jika sudah siap.
Menurut data yang didapatkan dari wawancara dengan kepala ruang IKBA GBST lantai 5
RSUP dr. Sardjito, Kondisi yang ada saat ini adalah daftar paketan order bahan habis pakai
(BHP) untuk setiap jenis operasi banyak yang kurang sehingga perawat masih melakukan
order ulang terkait BHP yang kurang saat operasi sedang berlangsung.
Proses order ulang biasanya membuat perawat bolak balik ke apotik untuk mengambil
obat. kondisi ini cukup menjadi masalah atau isu yang serius dan banyak dikeluhkan. Efek
tambahan dari kejadian ini adalah kelengahan perawat untuk mencatat BHP tambahan yang
di order.
Aktual: sampai saat ini masih terjadi kekurangan paket BHP operasi yang menyebabkan
perawat sirkuler harus bolak balik ke apotik untuk melakukan order ulang atas kekurangan
BHP yang dibutuhkan dalam suatu tidakan operasi. Problematik: masalah kurangnya
paketan BHP ini cukup menggaggu pelayanan, karena kurangnya BHP saat operasi
mengharuskan perawat melakukan order ulang, dan tentunya membutuhkan waktu dan
tenaga lebih dalam proses order. Kekhalayakan: Isu tersebut menyangkut hajat seluruh
perawat IKBA GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito. Berdasarkan wawancara dengan salah
seorang perawat, adanya isu ini mengganggu kinerja perawat karena hal ini menjadikan
pekerjaan tidak efisien waktu dan tenaga . Layak: Isu ini masuk akal, realistis dan dapat
dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk menemukan solusinya
Dampak jika yang ada terkait isu ini adalah :
a. Pasien: dengan terhambatnya proses operasi akan membuat masa bius lebih lama
b. Pihak RS : efisiensi merupakan hal penting bagi kebrlansungan RS. Dengan adanya
isu ini akan mengakibatkan: kerugian secara ekonomi baik karena memanjangnya
operasi maupun karena ada BHP yang kemungkinan tidak tercatat
c. SDM : efisiensi tenaga menjadi berkurang

Keterkaitan isu ini adalah dengan Pelayanan Publik, Manajemen ASN. isu ini termasuk
dalam peran ASN selaku pemberi pelayanan publik kareana dengan adanya isu tersebut
proses pelayanan menjadi terganggu. Selain itu Smart ASN, integritas, dengan adanya BHP
yang tidak tercatat menandakan adanya kelalaian. Selain itu prinsip entrepreneurshipjuga
terkait dengan isu ini, dengan memanjangnya proses operasi tentunya akan membuat
kerugian finansial bagi RS, profil entrepreneurship yang baik dibutuhkan dalam hal ini.
Gambar daftar paketan BHP operasi dan box operasi

2. Belum optimalnya pengelolaan komponen darah yang tidak terpakai di IKBA GBST lantai 5
RSUP dr. Sardjito sampai bulan Juli 2022
Transfusi darah adalah tindakan medik yang bertujuan mengganti komponen darah yang
berkurang. Pada kasus kamar bedah, penggantian darah tentunya disebabkan banyaknya
darah yang hilang karena proses pembedahan. di IKBA GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito
banyak sekali tindakan operasi yang membutuhkan persiapan komponen darah. Darah
tersebut diambil durante operasi saat kondisi pasien kehilangan banyak darah, dan dengan
standar tertentu yang di tentukan oleh dokter anastesi. Jika komponen darah yang diambil
tidak terpakai, maka akan dikeembalikan ke Unit pengelolaan Tranfusi Darah (UPTD) RSUP
dr. Sardjito.
Kondisi saat ini berdasarkan data yang ada, dalam sebulan terakhir terdapat 2 kejadian
produk darah yang tidak dikembalikan ketika ada darah yang tidak jadi dipakai. Kondisi ini
cukup menjadi masalah, karena kebutuhan darah secara umum sangat tinggi. Data
menunjukkan Kebutuhan darah di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, per bulan yakni sekitar
3.000-4.000 kantong, Namun yang berhasil dipenuhi oleh UPTD (Unit Pelayanan Transfusi
Darah) RSUP Dr Sardjto dari hasil kegiatan donor darah setiap bulannya sekitar 2.000
kantong. Dengan adanya komponen darah yang rusak akibat kelalaian untuk pengembalian
merupakan kerugian bagi banyak fihak.
Aktual: dalam satu bulan terakhir ini ada kejadian kelalaian pengembalian produk darah
yang tidak jadi dipakai dari IKBA GBST lantai 5 ke UPTD RSUP dr.Sardjito Problematik: isu
ini cukup menjadi masalah yang serius mengingat komponen darah yang tidak dikembalikan
akan rusak dan expire, padahal kebutuhan akan darah sangat tinggi Kekhalayakan: Isu
tersebut menyangkut beberapa fihak, yakni, pasien dengan kebutuhan tranfusi darah, UPTD,
dan pihak IKBA sendiri. Layak: Isu ini masuk akal, realistis dan dapat dilakukan pembahasan
lebih lanjut untuk menemukan solusinya.
Dampak jika hal ini tidak diatasi bagi:
a. Pasien : kejadian ini merupakan kerugian bagi pasien, karena karena darahakan
terbuang sia-sia, padahal banyak pasien yang membutuhkan
b. IKBA : mutu pelayanan di IKBA akan menjadi berkurang, selain itu kepercayaan instalasi
lain akan berkurang
c. RS : kerusakan komponen darah akan menyebabkan kerugian finansial bagi RS,

Keterkaiatan isu ini dengan peran ASN dan pinsip Smart ASN adalah Manajemen ASN,
Pelayanan Publik, karena terkait pelayanan kepada pasien,meskipun secara tidak langsung.
Selain itu nila Smart ASN integritas terkait dengan isu ini, karena integritas Instalasi akan
dipertanyakan dengan adanya kelalaian ini.

3. Belum optimalnya sterilisasi instrument bedah menggunakan suhu rendah maupun suhu
tinggi di GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito sampai bulan Juli 2022
Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora yang dilakukan
dengan proses kimia atau fisika. Proses sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam
menentukan kesterilan dari sediaan akhir yang nantinya akan dibuat sehingga perlu
dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing bahan, alat
serta wadah yang akan digunakan. Sterilisasi yang tersentralisasi sangat penting dilakukan
terutama untuk alat-alat bedah yang saat ini semakin berkembang sesuai dengan
kompleksitas peralatan medik agar lebih efesien, ekonomis dan keamanan pasien semakin
terjamin.
Kondisi saat ini berdasarkan data dalam 2 bulan terakhir terdapat 2 kali kesalahan cara
sterilisasi instrument, dimana 2 instrumen tersebut seharusnya disteril dengan suhun
rendah tapi malah disteril dengan suhu tinggi. Hal ini tentunya membuat kerusakan.
Kejadian ini sering terjadi pada instrument khusus atau asing yang dikemas satuan. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena adanya kurangnya komunikasi antara pihak IKBA dan CSSD, dan
kurangnya pengetahuan penyeteril terhadap metode sterilisasi yang tepat pada instrument
tetentu.
Aktual: dalam 2 bulan terakhir terdapat 2 kali kesalahan cara sterilisasi instrument,
dimana 2 instrumen tersebut seharusnya disteril dengan suhun rendah tapi malah disteril
dengan suhu tinggi. Hal ini memnjadikan instrument mengalami kerusakan . Problematik:
isu ini cukup menjadi masalah karena instrumen khusus ini cukup dibutuhkan dalam
keperluan operasi, meskipun dalam bulan-bulan sebelumnya kejadian kesalahan sterilisasi
ini jarang terjadi. Kekhalayakan: Isu tersebut menyangkut pasien dengan operasi yang
membutuhkan peralatan khusus. Selain itu menyangkut pengetahuan tentang pemilahan
alat yang disterilisasi menggunakan suhu rendah menjadi hajat seluruh perawat IKBA RSUP
dr. Sardjito. Layak: Isu ini masuk akal, realistis dan dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut
untuk menemukan solusinya.
Dampak jika kondisi ini tidak di atasi adalah bagi :
a. Pasien : tidak adanya atau rusaknya alat tertentu yang vital bisa membuat operasi
dibatalkan, tentunya kerugian besar bagi pasien
b. Rumah Sakit : alat/ instrument rusak perlu pengadaan ulang, butuh cost yang tidak
sedikit

Keterkaiatan isu ini dengan peran ASN dan pinsip Smart ASN adalah Manajemen ASN, yakni
pelayanan publik, hal ini dikarenakan dengan tidak adanya instrument tersebut pelayanan
akan terhambat. Ditambah perlunya SOP terkait sterilisasi instrument satuan menandakan
perlunya peningkatan dalam pelayanan. Nilai Smart ASN yaitu integritas dan networking
juga terkait dengan isu ini. Hal ini dibuktikan kurangnya komunikasi antar bagian yang
menyebabkan kesalahan dalam sterilisasi alat

Gambar. instrumen dengan kesalahan metode sterilisasi


B. Isu yang Diangkat/ Core Issue
Analisis isu bertujuan untuk menentukan prioritas isu yang perlu diangkat untuk
diselesaikan melalui gagasan kegiatan - kegiatan yang akan dilakukan. Analisis isu dilakukan
dengan menggunakan alat bantu USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). USG terdiri dari
urgency, seriousness dan growht. Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness artinya seberapa serius suatu isu harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Untuk kriteria skoring bisa dilihat dalam
tabel berikut ini :

Nilai Indikator Urgency Deskripsi Indikator


1 Tidak Mendesak Harus diselesaikan dalam waktu >1 tahun
2 Kurang Mendesak Harus diselesaikan dalam waktu 1 tahun
3 Cukup Mendesak Harus diselesaikan dalam waktu 6 bulan
4 Mendesak Harus diselesaikan dalam waktu 3 bulan
5 Sangat Mendesak Harus diselesaikan dalam waktu 1 bulan

Nilai Indikator Seriousness Deskripsi Indikator


1 Tidak Serius Berpengaruh pada individu perawat
2 Kurang Serius Berpengaruh pada seluruh perawat IKBA RSUP Dr. Sardjito
3 Cukup Serius Berpengaruh pada seluruh SDM unit kerja IKBA RSUP Dr.
Sardjito
4 Serius Berpengaruh pada instalasi (IKBA RSUP Dr. Sardjito)
5 Sangat Serius Berpengaruh pada instansi RSUP Dr. Sardjito

Nilai Indikator Growth Deskripsi Indikator


1 Sangat tidak berdampak Memburuk dalam waktu >1 tahun
2 Tidak berdampak Memburuk dalam waktu 1 tahun
3 Cukup berdampak Memburuk dalam waktu 6 bulan
4 Berdampak Memburuk dalam waktu 3 bulan
5 Sangat berdampak Memburuk dalam waktu 1 bulan

Prioritas isu dengan menggunakan kriteria USG dijelaskan sebagai berikut:

KRITERIA USG
No Isu
U S G Tot Peringkat
1 Kurang lengkapnya daftar paket order
Bahan Habis Pakai (BHP) tindakan
5 3 5 13 1
operasi di GBST lantai 5 RSUP dr.
Sardjito sampai bulan Juli 2022
2 Belum optimalnya pengelolaan
komponen darah yang tidak terpakai
di IKBA GBST lantai 5 RSUP dr. 3 4 4 11 2

Sardjito sampai bulan Juli 2022

3 Belum optimalnya sterilisasi


instrument bedah menggunakan
suhu rendah maupun suhu tinggi di 3 4 3 10 2
GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito
sampai bulan Juli 2022
Dari ketiga isu diatas yang telah di analisis menggunakan penapisan USG didapatkan hasil isu
dengan prioritas tertinggi untuk diselesaikan adalah “Kurang lengkapnya daftar paket order
Bahan Habis Pakai (BHP) tindakan operasi di GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito sampai bulan
Juli 2022”.

a. Analisis Fish bone

Methode Man

belum adanya Jumlah operasi yang


Revisi paket semakin babnyak
BHP
Kurang
Kesibukan/Beban lengkapnya
Daftar paketan kerja perawat
tinggi
daftar paket
BHP tidak
diupdate lebih order Bahan
dari 5 tahun
SDM sedikit Habis Pakai
(BHP)
tindakan
Brain storming
operasi di
Perkembagan metode GBST lantai 5
pembedahan
RSUP dr.
Belum adanya
referensi/bahan Semakin berkembangnya
Sardjito
revisi paket BHP kebutuhan BHP operasi sampai bulan
Juli 2022
Pengalaman
Perkembangan
Operasi
alat/instrumen operasi
Milleu
Material

b. Gagasan Kreatif

Gagasan kreatif untuk penyelesaian Isu Kurang lengkapnya daftar paket order Bahan Habis
Pakai (BHP) tindakan operasi di GBST lantai 5 RSUP dr. Sardjito sampai bulan Juli 2022 adalah
“Revisi daftar paket BHP 10 tindakan operasi terbanyak di IKBA GBST lantai 5 RSUP dr.
Sardjito”. Kemudian dari gagasan tersebut didapatkan 3 kegiatan:

1. Mengumpulkan referensi terkait kebutuhan BHP 10 tindakan operasi terbanyak di IKBA GBST
lantai 5 RSUP dr. sardjito
2. Mengajukan draf Revisi daftar paket order BHP 10 tindakan operasi terbanyak di IKBA GBST
lantai 5 RSUP dr. sardjito
3. Melakukan Evaluasi terkait draf revisi daftar paket order BHP 10 tindakan operasi terbanyak di
IKBA GBST lantai 5 RSUP dr. sardjito

Anda mungkin juga menyukai