Anda di halaman 1dari 7

PANDANGAN FILSAFAT TENTANG

MINAT DAN BAKAT SESEORANG Abstrak


UNTUK MEMPELAJARI ATAU Artikel ini adalah laporan diskusi disertai studi literatur
MENGERJAKAN SESUATU mengenai pandangan filsafat tentang pengaruh
minat dan bakat terhadap kemampuan mempelajari
dan atau mengerjakan sesuatu. Korelasi antara minat
dan bakat dengan kemampuan mempelajari dan
mengerjakan sesuatu ditemukan dalam berbagai
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, namun signifikansi keduanya
terhadap pembelajaran dan pekerjaan berbeda.
Bakat disebut tidak bisa dijadikan patokan tunggal
atau modal utama sedangkan minat adalah daya
Risnawaty, Nina1) Paraisu, Wo’i2)
tarik yang disebut mampu dijadikan daya dorong
Palenewen, Astria3) Ponggele, Ripka4)
untuk menggerakkan individu secara simultan untuk
mencapai tujuannya mempelajari sesuatu atau
menjadi produktif. Walau demikian, sinergi keduanya
adalah pilihan terbaik untuk meningkatkan
kemampuan belajar dan mengerjakan sesuatu guna
kepentingan individu itu sendiri, institusi, dan
organisasi tempatnya berkarya.

Kata kunci: minat, bakat, filsafat, belajar, produktivitas

1)Magister Manajemen, USB YPKP


2)Magister Manajemen, USB YPKP
Abstract
3)Magister Manajemen, USB YPKP This article is a discussion report and a literature study
4)Magister Manajemen, USB YPKP regarding the philosophical view of the correlation of
interest and talent on the ability to learn and or do
something. The influence of interest and talent with
the ability to learn and do something is found in
various previous studies that have been conducted by
several researchers, but the significance of both for
learning and work is different. It is said that talent
cannot be used as the sole standard,, while interest is
an attraction which is said to be able to be used as a
driving force to move individuals simultaneously to
achieve their goal of learning something or being
productive. However, the synergy between the two is
the best choice to improve learning abilities and do
something for the benefit of the individual himself, the
institution and the organization .

Keywords: interest, aptitude, philosophy, learn,


productivity

PENDAHULUAN
Produktivitas adalah derajat suatu sistem dalam menggunakan sumber dayanya untuk mencapai
tujuan(Neal & Hesketh, 2001). Dalam definisi sederhana ini tercakup beberapa butir penting. Pertama,
produktivitas adalah suatu konsep sistem yang dapat digunakan pada berbagai tingkatan, mulai dari
individu sampai perusahaan, industri, atau ekonomi bangsa. Definisi ini juga menyatakan secara tidak
langsung bahwa produktivitas adalah suatu deskripsi tentang seberapa baik suatu sistem melakukan
sesuatu(Pritchard, 1998).
Produktivitas tidak hanya menyoal pekerjaan bahkan lingkup pembelajaran pun termasuk di dalamnya.
Dalam wadah ini, aktivitas belajar dilakukan baik secara terstruktur dalam wujud institusi pendidikan
maupun dalam aktivitas keseharian melalui interaksi dengan lingkungan. Pada hakekatnya belajar
menurut Susanto (2016:4) merupakan suatu aktivitas yang sengaja dilakukan seseorang dalam keadaan
sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru, sehingga
memungkinkan seseorang mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap, baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil pengalamannya dengan lingkungan sekitar. Jika
sudah belajar dengan sungguh-sungguh, maka bukan tidak mungkin akan mendapatkan hasil belajar
yang maksimal. Hal tersebut dipertegas oleh K. Brahim (2007) dalam Susanto (2016:5) yang menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan individu dalam bentuk skor dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang diperoleh dari hasil tes. Winkel (1989) dalam Darmadi (2017:254)
menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu keberhasilan yang dicapai oleh siswa yaitu prestasi
belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Rifa’i & Anni (2015:67) bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah
melakukan kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku siswa tergantung apa yang dipelajarinya.
Misalnya, siswa yang mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan tingkah laku yang
diperoleh berupa penguasaan konsep.
Sobur (2016:212) menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor endogen atau internal dan
eksogen atau eksternal. Faktor endogen atau internal adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor internal meliputi: faktor fisik yang berupa kesehatan dan faktor psikis yang berupa
kemampuan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian. Faktor eksogen atau
eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal meliputi faktor
keluarga, seperti kondisi ekonomi, hubungan emosional orangtua, dan cara mendidik anak; faktor
sekolah, seperti guru, pegawai administrasi, teman sekolah, fasilitas sekolah, dan lain sebagainya; dan
faktor lingkungan lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam individu. Faktor internal meliputi kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial. Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan
masyarakat yang dapat memotivasi dan mendukung anak untuk belajar. Faktor tersebut saling
berkaitan dan terintegrasi dalam pencapaian keberhasilan belajar anak.
Berbagai dari faktor di atas kemudian disebut sebagai pendukung keberhasilan belajar yang bila tidak
dioptimalkan akan membawa hasil berbeda di mana aktivitas belajar tidak optimal dan produktivitas
mengendur.
Akhir-akhir ini, di berbagai institusi baik pendidikan atau pekerjaan timbul fenomena tentang salah pilih
dan ketidakcocokan dengan bidang yang ditekuni bukan hal yang asing untuk didengar. Produktivitas
menurun bahkan peristiwa semacam drop out, dan resign sering ditemui. Berbagai faktor disebut
sebagai pencetus, salah satunya adalah ketidaksesuaian individu dengan bidang yang ditekuni.
Menurut Hurlock(1980), penyesuaian pilihan bidang pekerjaan yang dianggap pokok adalah memilih
bidang yang cocok dengan bakat, minat, dan faktor psikologis lainnya. Hal ini secara hakiki sulit untuk
dipungkiri, karena merupakan salah satu faktor yang dapat menjaga kesehatan mental dan fisik orang
dewasa yang bekerja. Sehingga, pekerjaan yang melibatkan tugas-tugas yang sesuai dengan
kebutuhan dan minat pekerja akan lebih memuaskan daripada dengan pekerjaan yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan, potensi dan minat seseorang.
Minat merupakan tanda suka atau ketertarikan seseorang terhadap suatu hal yang ada di hadapannya
tanpa adanya suatu paksaan(Warsito, 2019). Perkembangan minat peserta didik pada proses belajar
itu sangat penting, jika peserta didik tidak memiliki minat terhadap hal yang ada di hadapan nya maka
peserta didik tidak bisa menguasai hal tersebut, seperti contoh pada peneliti terdahulu yang menguji
pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar, dalam penelitian ini mengatakan bahwa minat
belajar sangat berpengaruh terhadap suatu prestasi belajar dan juga minat ini mempengaruhi keaktifan
peserta didik dan ini sangat berpacu pada apa yang diberikan oleh pendidik(Sirait, 2016).
Menurut Hurlock dalam Friantini & Winata(2019) mengatakan bahwa minat mempengaruhi bentuk dan
intensitas cita-cita. Holland berpendapat bahwa suatu tipe minat mencerminkan bagaimana setiap
individu berbeda dalam kepribadian, minat, dan perilaku mereka dikutip oleh Spokane(1996). Minat-
minat tertentu akan mengarah kepada kompetensi-kompetensi tertentu. Minat dan kompetensi
seseorang akan menumbuhkan watak individu yang khas, yang pada akhirnya akan memberi arah
dalam pola berpikir, pemahaman, persepsi, dan pola bertindak masing-masing individu. Sehingga
dapat dikatakan apabila individu memiliki kedekatan dengan tipe minat tertentu, maka individu
tersebut berkecenderungan besar untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minatnya dikutip oleh
Haryono(2001).
Sebagaimana minat, bakat pun dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi kemampuan
mempelajari dan mengerjakan sesuatu. Pada hakekatnya, bakat (aptitude) adalah kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih (Semiawan, dkk,
1984:1). Wijaya (1988:66) menyatakan bahwa “bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus, misalnya: berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan lain
sebagainya”. Dalam hal ini seseorang yang berbakat musik, misalnya, dengan latihan yang sama
dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan musik tersebut.
Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, pengalaman agar
bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Bakat bukanlah merupakan trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara
bertingkat membentuk bakat. Misalnya dalam bakat musik terdapat kemampuan membedakan nada,
kepekaan akan keserasian suara, kepekaan akan irama dan nada.Bakat baru muncul atau
teraktualisasi bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja
terjadi seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan
kemampuan yang latent. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bakat adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang
bersifat umum maupun khusus. Akan tetapi, bakat juga harus disertai dengan latihan khusus untuk
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.
Di masa ini, baik perusahaan maupun lembaga pendidikan telah memulai rekrutmen dengan
memasukkan seleksi berdasarkan minat dan bakat dari calon pelajar maupun pegawai ke dalam salah
satu instrumen penilaian kelayakan. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat ketertarikan dan potensi yang
dimiliki individu yang dianggap akan memiliki kecocokan dengan bidang kerja ataupun peminatan
pendidikan bilamana ada keselarasan di dalamnya. Berbagai metode dari tes berbasis pengisian
kuesioner hingga penggunaan sistem pakar dimanfaatkan untuk mendapat hasil yang akurat. Oleh
karenanya diperlukan pengkajian tentang seberapa besar minat dan bakat mempengaruhi
pembelajaran dan kemampuan mengerjakan sesuatu.

METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah menggunakan metode studi literatur serta
diskusi. Data yang dikumpulkan menggunakan studi daftar pustaka yang berasal dari penelitian-
penelitian sebelumnya, buku, dan juga kumpulan artikel yang bersumber dari jurnal ilmiah.

PEMBAHASAN
Di abad-abad yang telah lewat, orang biasa mengatakan bahwa disiplin filsafat sangat penting
dengan pertanyaan tentang kondisi manusia. Para filsuf berpikir manusia dan bagaimana pikiran
mereka bekerja. Mereka tertarik pada alasan dan gairah, budaya dan ide-ide bawaan, asal-usul moral
dan religius manusia keyakinan. Pada konsepsi ini, tidak terlalu penting untuk dipertahankan filsafat jelas
berbeda dari psikologi, sejarah, atau ilmu politik. Filsuf prihatin, dengan cara yang sangat umum, dengan
pertanyaan tentang bagaimana setiap hal cocok dipikirkan untuk bersama(Sorell, 2017).
Dalam hal ini, mempelajari filsafat pun mengajak untuk meninjau seputar bagaimana bakat dan minat
memiliki korelasi dengan pembelajaran dan kemampuan mengerjakan sesuatu.
Dengan adanya keingintahuan untuk mengetahui hubungan ini, penelitian demi penelitian kemudian
dilakukan untuk mendapat hasil guna mendapat korelasi antara hal-hal dalam bahasan. Beberapa
penelitian berlanjut dan bahkan terus dilakukan dalam tahun-tahun terakhir. Salah satunya berdasarkan
penelitian Limbong(2019) di UNAI ditemukan hasil pencapaian akademik mahasiswa dilihat dari Indeks
Prestasi Semester (IPS) mahasiswa. Pada Tabel 1 diberikan data pencapaian akademik mahasiswa untuk
tahun I, II dan III untuk 3 kelompok mahasiswa yang telah menjalani proses seleksi minat dan bakat saat
awal masuk. Kategori yang ada adalah dianjurkan, diragukan dan tidak dianjurkan. Pencapaian
akademik yang diberikan pada tabel untuk setiap tahun adalah rerata indeks prestasi semester antara
semester ganjil dan genap. Rerata Indeks prestasi semester adalah rerata bagi seluruh mahasiswa yang
mendaftar pada semester tersebut. Bilamana ada mahasiswa yang tidak mendaftar pada semester
tertentu maka tidak diperhitungkan IPS-nya untuk menentukan rerata IPS untuk program studi dan UNAI.

Tabel 1. Indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa setelah 1 tahun (I), 2 tahun (II), 3 tahun (III), untuk
rekomendasi tes bakat dianjurkan, diragukan dan tidak dianjurkan
Dapat dilihat dari Tabel tersebut bahwa pencapaian akademik mahasiswa untuk semua kelompok
adalah meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama pencapaian akademik mahasiswa yang
berbakat (dianjurkan diterima di prodi pilihannya) sedikit lebih tinggi (3,16) dibanding kelompok
diragukan (2.97) dan tidak dianjurkan (3,92). Namun pada tahun kedua dan ketiga rerata IPS mahasiswa
relatif sama, bahkan untuk tahun ketiga rerata IPS untuk kelompok mahasiswa yang diragukan sedikit
lebih tinggi dibanding yang lain.
Bertambahnya rerata IPS dari tahun ke waktu terjadi karena beberapa faktor: pertama karena
beberapa mahasiswa yang rendah IPS-nya akhirnya mundur dari prodi tersebut atau pindah ke prodi
lain atau keluar dari UNAI, faktor kedua adalah mahasiswa semakin beradaptasi dengan lingkungan
belajar di perguruan tinggi dan semakin termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa bakat bukanlah faktor yang signifikan untuk mempengaruhi
pencapaian akademik. Jika bakat bukanlah faktor yang signifikan untuk mempengaruhi pencapaian
akademik mahasiswa maka tes bakat tidak diperlukan untuk menjadi pertimbangan bagi mahasiswa
dalam memilih program studi yang diminati.
Sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan Pradana(2014), Hasil penelitiannya tentang
keterkaitan bakat mekanik siswa pemesinan dengan prestasi menunjukkan bahwa bakat mekanik
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran praktik
pemesinan. Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,6501 yang bernilai positif,
berarti bakat mekanik memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran
praktik pemesinan. Harga koefisien determinasi sebesar 0,4226. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel bakat mekanik memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran praktik
pemesinan sebesar 42,26% sedangkan 57,74% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Ini sejalan dengan penelitian Jayantika(2013) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bakat numerik,
kecerdasan spasial dan kecerdasan logis matematis berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap prestasi belajar matematika.
Sebuah penelitian lain dilakukan Telvisia(2008) yang melakukan survei terhadap partisipan yang bekerja
sebagai agen asuransi untuk mencari korelasi antara minat serta kaitannya dengan produktivitas kerja.
Pengujian korelasi antara kesesuaian minat dan produktivitas dilakukan dengan menggunakan
perhitungan korelasi Spearman. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor korelasi antara kesesuaian
minat dan produktivitas adalah +0,579, p < 0,01 yang berarti adanya korelasi yang cukup kuat
(moderate) dan searah. Menurut Guilford dikutip oleh Sprinthall(1994), untuk skor 0,40 - 0,70 termasuk
moderate correlation sampai dengan substantial correlation.
Peneliti lain yang melakukan penelitian guna mengetahui seberapa besarnya pengaruh suatu minat
pada suatu prestasi belajar seperti pada pada penelitian yang dilakukan seperti Ira dkk, mereka menguji
minat dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA yang hasilnya ialah minat dan
motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 46% sisanya dipengaruhi variabel
lain dikutip oleh Sari et al.(2017).
Dari berbagai pemaparan hasil penelitian yang pernah dilakukan bisa dilihat bila ada korelasi yang
besar antara bakat dan minat dengan pembelajaran dan juga kemampuan mengerjakan sesuatu.
Walau demikian, signifikansi keduanya bisa dianggap beragam.
Meninjau dari pandangan filsafat mengenai seberapa besar pengaruh yang nampak akan bergantung
pada fokus individu dalam mencapai tujuannya. Seseorang yang merasa berbakat akan lebih mudah
untuk mempelajari hal baru yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Individu tersebut akan lebih
cepat beradaptasi dan menguasai sesuatu baik di lingkup pendidikan atau lingkup pekerjaan. Ini akan
lebih baik bila bakat yang dimiliki memiliki sejalan dengan variabel lain, yakni minat. Bila tidak demikian
maka bisa terjadi hambatan yang mencetuskan keinginan untuk berhenti mengejar target karena tak
ada atau berangsurnya hilangnya minat.
Berbanding terbalik dengan bakat yang tidak bisa dijadikan modal utama. Minat merupakan
pergerakan awal untuk seseorang melakukan kegiatan demi mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan.
Hal ini menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki minat dalam dirinya untuk melakukan suatu
kegiatan atau tindakan maka dia akan mencapai keinginan atau cita-citanya, tetapi jika sebaliknya
maka seseorang tersebut tidak akan bisa mencapai keinginan atau cita-citanya. Sejalan dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Djalli(2007 menyatakan bahwa minat yang besar (keinginan yang
kuat) terhadap sesuatu merupakan modal besar untuk mencapai tujuan Minat juga merupakan sebuah
keinginan intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam
melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap, dimana aktivitas tersebut
merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan
perasaan senang, suka dan gembira. Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan
memfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas. Minat
adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian,
prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran
tertentu. Minat, pada faktanya ia adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
tertentu. Minat bisa merupakan dorongan dari naluri yang fitri terdapat manusia, namun bisa pula
dorongan dari pemikiran yang disertai perasaan kemudian menggerakkannya menjadi suatu amal.
Minat yang hanya muncul dari dorongan perasaan tanpa pemikiran mudah berubah sesuai dengan
perubahan perasaannya.
Adanya minat akan membawa upaya simultan untuk memperbaiki, mempelajari, dan mengasah
kemampuan bahkan menggali bakat yang bisa jadi terpendam. Di lain pihak, bakat akan sulit
berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang ditekuni.
Meski demikian bukan berarti sepenuhnya bakat tidak diperlukan sebab bakat tanpa minat, maupun
minat yang tidak disertai bakat akan menimbulkan gap. Besar pengaruhnya berbeda namun untuk
tercapainya tujuan diperlukan sinergi antara keduanya. Bila dianalogikan maka bakat seumpama anak
panah yang tajam yang mampu memudahkan pembelajaran maupun kemampuan mengerjakan
sesuatu sedang minat adalah busur yang menjadi daya dorong menggerakkan individu.
Untuk itu, seyogyanya tes yang memasukkan kedua aspek memang penting untuk dimasukkan lebih
awal dalam proses rekrutmen sebagai tolak ukur untuk menimbang berbagai kemungkinan dan untuk
melihat aspek mana yang kurang untuk dioptimalkan. Tes bakat bahkan kerap dilakukan dari usia dini,
untuk mengetahui potensi yang dimiliki seorang anak untuk kemudian digali dan dikembangkan untuk
kemudian bisa diarahkan dengan cara menumbuhkan minat. Tes bakat yang dilakukan dalam lingkup
kerja maupun pemilihan bidang kerja bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai
kemampuan seseorang di berbagai bidang-bidang yang diminati untuk kemudian menjadi bahan
pertimbangan dan acuan dalam merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan
pendidikan atau pekerjaan. Pun demikian untuk organisasi, institusi, dan perusahaan perlu terus
mengukur minat dan bakat untuk mengevaluasi dan memperbaiki demi tercapainya tujuan individu
dan lingkup organisasi tempatnya berkarya.

KESIMPULAN
Belajar dipengaruhi oleh faktor endogen atau internal dan eksogen atau eksternal. Faktor endogen atau
internal adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi: faktor fisik
yang berupa kesehatan dan faktor psikis yang berupa kemampuan, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, dan kepribadian. Faktor eksogen atau eksternal adalah semua faktor yang berasal dari
luar diri seseorang. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, seperti kondisi ekonomi, hubungan
emosional orangtua, dan cara mendidik anak; faktor sekolah, seperti guru, pegawai administrasi, teman
sekolah, fasilitas sekolah, dan lain sebagainya; dan faktor lingkungan lain.
Minat merupakan tanda suka atau ketertarikan seseorang terhadap suatu hal yang ada di hadapannya
tanpa adanya suatu paksaan. Minat-minat tertentu akan mengarah kepada kompetensi-kompetensi
tertentu. Minat dan kompetensi seseorang akan menumbuhkan watak individu yang khas, yang pada
akhirnya akan memberi arah dalam pola berpikir, pemahaman, persepsi, dan pola bertindak masing-
masing individu. Sehingga dapat dikatakan apabila individu memiliki kedekatan dengan tipe minat
tertentu, maka individu tersebut berkecenderungan besar untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan
minatnya.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih. Bakat bukanlah merupakan trait atau sifat tunggal, melainkan merupakan
sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa bakat bukanlah faktor yang signifikan untuk mempengaruhi
pencapaian akademik. Pengujian korelasi antara kesesuaian minat dan produktivitas dilakukan dengan
menggunakan perhitungan korelasi Spearman. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor korelasi
antara kesesuaian minat dan produktivitas termasuk moderate correlation sampai dengan substantial
correlation.
Meninjau dari pandangan filsafat mengenai seberapa besar pengaruh yang nampak akan bergantung
pada fokus individu dalam mencapai tujuannya. Seseorang yang merasa berbakat akan lebih mudah
untuk mempelajari hal baru yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Individu tersebut akan lebih
cepat beradaptasi dan menguasai sesuatu baik di lingkup pendidikan atau lingkup pekerjaan. Ini akan
lebih baik bila bakat yang dimiliki memiliki sejalan dengan variabel lain, yakni minat. Bila tidak demikian
maka bisa terjadi hambatan yang mencetuskan keinginan untuk berhenti mengejar target karena tak
ada atau berangsurnya hilangnya minat.
Berbanding terbalik dengan bakat yang tidak bisa dijadikan modal utama. Minat merupakan
pergerakan awal untuk seseorang melakukan kegiatan demi mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan.
Hal ini menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki minat dalam dirinya untuk melakukan suatu
kegiatan atau tindakan maka dia akan mencapai keinginan atau cita-citanya, tetapi jika sebaliknya
maka seseorang tersebut tidak akan bisa mencapai keinginan atau cita-citanya.
Meski demikian bukan berarti sepenuhnya bakat tidak diperlukan sebab bakat tanpa minat, maupun
minat yang tidak disertai bakat akan menimbulkan gap. Besar pengaruhnya berbeda namun untuk
tercapainya tujuan diperlukan sinergi antara keduanya.

PUSTAKA

Neal, A., & Hesketh, B. 2001. Productivity in Organization. Handbook of industrial work & organizational
Psychology.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: erlangga.
Friantini, R. N., & Winata, R. (2019). Analisis minat belajar pada pembelajaran matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika Indonesia, 4(1), 6-11.
Sari, I. N., Saputri, D. F., & Sasmita, S. (2017). Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas. JEMS: Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains, 4(2), 108-114.
Wijaya, F. (1988). Tinjauan Teoritis Tentang Teori Harga Biaya Marginal Dan Beban Puncak Pada Industri
Pelayanan Publik Dan Pembangkit Tenaga Listrik. Journal of Indonesian Economy and Business
(JIEB), 3(1), 1-29.
Sirait, E. D. (2016). Pengaruh minat belajar terhadap prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 6(1).
Lena, I. M., Anggraini, I. A., Utami, W. D., & Rahma, S. B. (2020). Analisis Minat dan Bakat Peserta didik
terhadap Pembelajaran. Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 7(1), 23-28.
Rachman, R., & Mukminin, A. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Pada Sistem Pakar Penentuan
Minat dan Bakat Siswa SD. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, 4(2), 90-
97.
Saputri, N., & Sa’adah, N. (2021). Pengembangan Minat dan Bakat Peserta Didik Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2(2), 172-187.
Risnanosanti, S. Y., Salam, M. F., Togatorop, F., Hutagalung, I. S. R., Darojah, R. U., Mustova, S. Z., ... &
Abdullah, A. R. (2022). PENGEMBANGAN MINAT & BAKAT BELAJAR SISWA. Literasi Nusantara.
Fadillah, A. (2016). Analisis minat belajar dan bakat terhadap hasil belajar matematika siswa. Mathline:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(2), 113-122.
Oktavianti, F. (2019). Manajemen Peserta Didik Dalam Pengembangan Minat Dan Bakat Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler. Joyful Learning Journal, 8(4), 184-192.

Anda mungkin juga menyukai