Anda di halaman 1dari 45

A.

Upaya Pengelolaan konsumsi Gizi


1. Cakupan bumil mendapatkan TTD 90
Judul Indikator Cakupan ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) minimal 90 tablet selama massa kehamilan
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu selama
proses kehamilan.
Definisi  Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang
Operasional sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60
mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang
disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh sendiri;
 Ibu hamil yang mendapat TTD 90 adalah jumlah ibu
hamil yang mendapat minimal 90 Tablet Tambah Darah
terhadap jumlah ibu hamil yang ada dikali 100%
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah ibu hamil yang mendapat TTD 90
(pembilang)
Denominator Jumlah ibu hamil yang ada
(penyebut)
Target 90 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria inklusi : ibu hamil yang mendapat TTD 90
Kriteria eksklusi : ibu hamil yang belum mendapat TTD 90
Formula
Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 TTD
x 100 %
Jumlah ibu hamil yang ada

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Kohort ibu dan buku KIA
Instrumen Laporan bulanan program Kesehatan Keluarga.
Pengambilan
Data
Besar Sampel Populasi : seluruh ibu hamil
Sampel : ibu hamil yang mendapat minimal TTD 90
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, triwulanan, tahunan
Pelaporan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
2. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi usia 6-11 bulan
Judul Indikator Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi usia
6-11 bulan.
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mempertahankan status vitamin A pada bayi dan
balita, mengurangi resiko kesakitan dan kematian akibat
KVA dan mengurangi masalah kesehatan pada bayi dan
balita seperti kecacingan dan campak.
Definisi  Bayi umur 6-11 bulan adalah bayi umur 6-11 bulan
Operasional yang ada di suatu wilayah.
 Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung
vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 Satuan
Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
200.000 SI untuk balita usia 12-59 bulan.
 Cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
untuk bayi 6-11 bulan adalah jumlah bayi 6-11 bulan
yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada
periode 6 (enam) bulan terhadap jumah seluruh bayi
usia 6-11 bualan dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi usia 6-11 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A biru.
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh bayi usia 6-11 bulan yang ada.
(penyebut)
Target Pencapaian 95 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua bayi usia 6-11 bulan
Kriteria eksklusi : bayi yang belum berusia 6 bulan atau
balita usia lebih dari 11 bulan.
Formula
Jumlah bayi usia 6-11 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A biru.
x 100 %
Jumlah seluruh bayiusia 6−11bulan yang ada

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Laporan pemberian kapsul vitamin A untuk balita pada
bulan Februari dan Agustus, register posyandu, SIP
Posyandu
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan aplikasi EPPGBM.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi usia 12-59 bulan
Sampel : bayi usia 12-59 bulan yang mendapatkan
kapsul vitamin A biru.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
3. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi usia 12-59 bulan
Judul Indikator Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi usia
12-59 bulan.
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mempertahankan status vitamin A pada bayi dan
balita, mengurangi resiko kesakitan dan kematian akibat
KVA dan mengurangi masalah kesehatan pada bayi dan
balita seperti kecacingan dan campak.
Definisi  Bayi umur 12-59 bulan adalah balita umur 12-59 bulan
Operasional yang ada di suatu wilayah.
 Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung
vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 Satuan
Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
200.000 SI untuk balita usia 12-59 bulan.
 Cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
untuk bayi 12-59 bulan adalah jumlah balita 12-59
bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada
periode 6 (enam) bulan terhadap jumah seluruh bayi
usia 12-59 bualan dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi usia 12-59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A biru.
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh bayi usia 12-59 bulan yang ada.
(penyebut)
Target Pencapaian 95 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua bayi usia 12-59 bulan
Kriteria eksklusi : bayi berusia kurang dari 12 bulan dan
anak pra sekolah usia lebih dari 59 bulan.
Formula
Jumlah bayi usia 12-59 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A merah
x 100 %
Jumlah seluruh bayiusia12−59 bulan yang ada

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Laporan pemberian kapsul vitamin A untuk bayi pada
bulan Februari dan Agustus, register posyandu, SIP
Posyandu
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan aplikasi EPPGBM.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi usia 6-11 bulan
Sampel : bayi usia 6-11 bulan yang mendapatkan kapsul
vitamin A biru.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
4. Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT-P
Judul Indikator Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT-P
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk meningkatkan cakupan ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT-P dan mencegah bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
Definisi  Ibu hamil KEK yang mendapat PMT-P adalah Ibu
Operasional hamil dengan resiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
yang ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA) kurang dari 23,5 cm yang mendapat makanan
tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama
dalam bentuk makanan tambahan pabrikan.
 Cakupan ibu hamil KEK yang mendapat PMT-P
adalah jumlah ibu hamil KEK yang mendapat PMT-P
terhadap jumlah ibu hamil KEK dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah ibu hamil KEK yang mendapat PMT-P
(pembilang)
Denominator Jumlah ibu hamil KEK
(penyebut)
Target Pencapaian 100 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua ibu hamil KEK yang mendapat
PMT-P
Kriteria eksklusi : ibu hamil yang diperiksa LiLA dengan
hasil LiLA ≥ 23,5 cm.
Formula Jumlah ibu hamil KEK yang mendapat PMT −P
x 100 %
Jumlah ibu hamil KEK

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Register pelayanan KIA-KB, kohort ibu, buku KIA dan
aplikasi e-Kohort.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan Laporan bulanan program
Kesehatan Keluarga.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh ibu hamil
Sampel : jumlah ibu hamil KEK
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
5. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A.
Judul Indikator Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A.
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk membantu menurunkan angka kematian pada ibu
dan bayi, mengurangi penyakit infeksi paska persalinan,
mempercepat proses pemulihan dan mencegah anemia.
Definisi  Ibu nifas adalah ibu baru melahirkan sampai hari ke-
Operasional 42.
 Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah ib nifas
mendapat 2 kapsul vitamin A, satu kapsul diberikan
segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan
minimal 24 jam setelah pemberian pertama;
 Kapsul vitamian A untuk ibu nifas adalah kapsul
mengandung vitamin A 200.000 SI;
 Cakupan ibu nifas mendapat vitamin A adalah jumlah
ibu nfas yang mendapat kapsul vitamin A terhadap
jumlah ibu nifas yang ada dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A.
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh ibu nifas
(penyebut)
Target Pencapaian 80 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua ibu nifas yang mendapatkan
kapsul vitamin A
Kriteria eksklusi : ibu nifas yang tidak mendapatkan
kapsul vitamin A.
Formula
Jumlah ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A
x 100 %
Jumlah seluruh ibu nifas

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Laporan monitoring Puskesmas
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan program kesehatan
keluarga
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh ibu nifas
Sampel : ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
6. Cakupan balita kurang gizi yang mendapat makanan tambahan.
Judul Indikator Cakupan balita kurang gizi yang mendapat makanan
tambahan.
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk meningkatkan asupan zat gizi dan suplementasi
dalam mengatasi masalah gizi pada balita.
Definisi  Balita kurang gizi adalah anak usia 6 bulan 0 hari
Operasional sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi
kurus (BB/PB atau BB/TB -3SD samai dengan kurang
dari -2SD);
 Makanan Tambahan adalah makanan yang
dikonsumsi sebagai tambahan asupan zat gizi diluar
makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan
lokal;
 Cakupan balita kurang gizi yang mendapat makanan
tambahan adalah jumlah balita kurang gizi yang
mendapat makanan tambahan terhadap jumlah balita
kurang gizi dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita kurang gizi mendapat makanan tambahan
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh balita kurang gizi
(penyebut)
Target Pencapaian 85%
Kriteria: Kriteria inklusi : balita kurang gizi yang mendapat
Makanan Tambahan
Kriteria eksklusi : balita dengan status gizi baik dan gizi
lebih
Formula Jumlah balita gizi kurang mendapat makanan tambahan
x 100 %
Jumlah seluruh balita gizi kurang

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Kohort bayi dan kohort balita dan anak pra sekolah.
Instrumen Laporan SP3 Gizi
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : jumlah seluruh balita kurang gizi
Sampel : jumlah balita kurang gizi yang mendapat
makanan tambahan
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
B. Upaya Kewaspadaan Gizi
1. Prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting)
Judul Indikator Prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mengurangi prevalensi balita pendek dan sangat
pendek (stunting)
Definisi  Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status
Operasional gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
memiliki Z-score kurang dari -2 SD;
 Prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting)
adalah jumlah balita dengan kategori status gizi
pendek dan sangat pendek terhadap jumlah seluruh
balita diukur dikali 100%
Jenis Indikator Output
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita status gizi pendek dan sangat pendek
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh balita yang diukur
(penyebut)
Target Pencapaian 21%
Kriteria Kriteria inklusi : semua balita pendek dan sangat pendek
Kriteria eksklusi : balita yang tercatat di posyandu balita
dan tidak melakukan pengukuran
Formula
Jumlah balita status gizi pendek dan sangat pendek (stunting)
x 100 %
Jumlah balita yang diukur
Desain Survey harian
Pengumpulan
Data
Sumber Data Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan
anak pra sekolah serta laporan EPPGBM.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan Aplikasi EPPGBM
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh balita yang diukur berat badan
Sampel : balita pendek dan sangat pendek (stunting)
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan Grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
2. Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Judul Indikator Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Dasar Pemikiran  Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahuan 2022
tentang Pembeian Air Susu Ibu Eksklusif;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mencapai pertumbuhan , perkembangan dan
kesehatan yang optimal bagi balita dan mencegah
kejadian stunting pada bayi dan balita.
Definisi  Bayi usia 6 bulan adlaah seluruh bayi yang telah
Operasional mencapai umur 5 bulan 29 hari;
 Bayi mendapat ASI Eksklusif 6 bulan adalah bayi
sampai usia 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan
mineral sejak lahir;
 Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
adalah jumlah bayi mencapai usia 5 bulan 29 hari
mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap jumlah
seluruh bayi mencapai usia 5 bulan 29 hari dikali
100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi mencapai usia 5 bulan 29 hari mendapat ASI
Eksklusif 6 bulan
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh bayi telah mencapai usia 5 bulan 29 hari
(penyebut)
Target Pencapaian 50%
Kriteria: Kriteria inklusi : jumlah bayi mencapai usia 5 bulan 29
hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan
Kriteria eksklusi : bayi yang belum mencapai usia 5 bulan
29 hari
Formula Jumlah bayi mencapai usia 5bulan 29 hari
mendapat ASI Eksklusif 6 bulan
x 100 %
Jumlah seluruh bayi telah mencapai
usia 5 bulan 29 hari
Desain Survey harian
Pengumpulan
Data
Sumber Data Buku KIA/ KMS balita, kohort bayi, register posyandu
balita, pencatatan dan pelaporan faskes.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan form ASI Eksklusif
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi yang telah mencapai ussia 5
bulan 29 hari
Sampel : jumlah bayi yang telah mencapai usia 5 bulan
29 hari mendapat ASI Eksklusif
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
3. Cakupan ASI Eksklusif bayi < 6 bulan
Judul Indikator Cakupan ASI Eksklusif bayi < 6 bulan
Dasar Pemikiran  Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Mengetahui penurunan cakupan ASI Eksklusif
berdasarkan kelompok umur sehingga dapat
merencanakan edukasi gizi pada saat yang tepat bagi
ibu hamil dan menyusui.
Definisi  Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi
Operasional umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari.
 Bayi mendapat ASI Eksklusif kurangdari 6 bulan
adalah bayi kurang dari 6 bulan yang diberi ASI
saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat,
vitamin dan mineral berdasarkan recall 1 x 24
jam.
 Cakupan ASI Eksklusif bayi kurang dari 6 bulan
adalah jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan
terhadap jumlah bayi usia kurang ari 6 bulan
dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang masih mendapat
ASI Eksklusif
(pembilang)
Denominator Jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang di recall
(penyebut)
Target Pencapaian 55%
Kriteria: Kriteria inklusi : semua bayi kurang dari 6 bulan yang
masih mendapat ASI Eksklusif
Kriteria eksklusi : bayi kurang dari 6 bulan yang tidak
menimbang dan tidak dilakukan recall
Formula Jumlah balita status gizi pendek dan sangat pendek (stunting)
x 100 %
Jumlah balita yang diukur

Desain Survey Harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Buku KIA/ KMS Balita, kohort bayi, register posyandu
balita.
Instrumen Laporan SP3 Gizi bulanan
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan
Sampel : bayi usia kurang dari 6 bulan yang masih
mendapatkan ASI Eksklusif.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
4. Presentase Data by name by address Balita terinput di e-PPGBM
Judul Indikator
Dasar Pemikiran
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Jenis Indikator
Satuan
Pengukuran
Numerator
(pembilang)
Denominator
(penyebut)
Target Pencapaian
Kriteria
Formula
Desain
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Instrumen
Pengambilan Data
Besar Sampel
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan
Data
Periode Analisis
Data
Penyajian Data
Penanggung
Jawab
5. %Data pengukuran antropometri balita terinput di e-PPGBM
Judul Indikator
Dasar Pemikiran
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Jenis Indikator
Satuan
Pengukuran
Numerator
(pembilang)
Denominator
(penyebut)
Target Pencapaian
Kriteria
Formula
Desain
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Instrumen
Pengambilan Data
Besar Sampel
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan
Data
Periode Analisis
Data
Penyajian Data
Penanggung
Jawab
6. Prevalensi baduta pendek dan sangat pendek (stunting)
Judul Indikator
Dasar Pemikiran
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Jenis Indikator
Satuan
Pengukuran
Numerator
(pembilang)
Denominator
(penyebut)
Target Pencapaian
Kriteria
Formula
Desain
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Instrumen
Pengambilan Data
Besar Sampel
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan
Data
Periode Analisis
Data
Penyajian Data
Penanggung
Jawab
C. Upaya Penanggulangan Masalah Gizi
1. Persentase Balita gizi buruk
Judul Indikator Persentase balita gizi buruk
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk mengurangi cakupan balita gizi buruk
Definisi  Balita gizi buruk adalah dengan kategori status gizi
Operasional berdasarkan indeks berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan (BB/TB atau BB/PB) dengan
nilai z-score kurang dari -3 SD

 Persentase balita gizi buruk adalah jumlah balita gizi


buruk (BB/TB atau BB/PB) terhadap jumlah balita
yang ditimbang berat badan dikali 100%
Jenis Indikator Output
Satuan Persen (%)
Pengukuran
Numerator Balita gizi buruk
(pembilang)
Denominator Jumlah balita yang diukur berat badan
(penyebut)
Target Pencapaian 0,1%
Kriteria Jumlah balita yang diukur berat badan
Formula Jumlah balita gizi buruk
x 100 %
Jumlah balita yang diukur berat badan
Desain Survey harian
Pengumpulan
Data
Sumber Data Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan
anak pra sekolah serta laporan EPPGBM.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan Aplikasi EPPGBM
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh balita yang diukur berat badan
Sampel : balita gizi buruk
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
2. Cakupan bumil KEK
Judul Indikator Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk menurunkan cakupan ibu hamil resiko Kurang
Energi Kronik (KEK).
Definisi  Ibu hamil resiko KEK adalah ibu hamil dengan
Operasional Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.
 Persentase ibu hamil resiko KEK adalah jumlah
ibu hamil resiko KEK terhadap jumlah ibu hamil
yang diukur LiLA dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah ibu hamil resiko KEK
(pembilang)
Denominator Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA
(penyebut)
Target Pencapaian 11,5 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua ibu hamil resiko KEK
Kriteria eksklusi : ibu hamil yang tidak diperiksa LiLA
Formula Jumlah ibu hamil resiko KEK
x 100 %
Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Kohort ibu, buku KIA dan register pelayanan KIA-KB.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan bulanan program
Kesehatan Keluarga.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh ibu hamil
Sampel : ibu hamil resiko KEK
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
3. Prevalensi balita kurus (wasting)
Judul Indikator Prevalensi balita kurus (wasting)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk menurunkan prevalensi balita kurus (wasting)
Definisi  Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0
Operasional sampai 59 bulan 29 hari)
 Kurus (wasting) adalah anak umur 0 – 59 bulan 29
hari dengan kategori status gizi berdasarkan indek
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan memiliki z-score kurang
dari -2 SD.
 Prevalensi balita kurus (wasting) adalah jumlah balita
dengan kategori status gizi kurus terhadap jumlah
seluruh balita diukur dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita kurus
(pembilang)
Denominator Jumlah balita diukur
(penyebut)
Target Pencapaian ˂ 9,5 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua balita kurus
Kriteria eksklusi : balita yang tercatat di posyandu balita
dan tidak melakukan pengukuran
Formula Jumlah balita kurus (wasting)
x 100 %
Jumlah balita yang diukur

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan
anak pra sekolah serta laporan EPPGBM.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan Aplikasi EPPGBM
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh balita yang diukur berat badan
Sampel : balita pendek dan sangat pendek (stunting)
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
4. Prevalensi balita berat badan kurang pada balita
Judul Indikator
Dasar Pemikiran
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Jenis Indikator
Satuan
Pengukuran
Numerator
(pembilang)
Denominator
(penyebut)
Target Pencapaian
Kriteria
Formula
Desain
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Instrumen
Pengambilan Data
Besar Sampel
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan
Data
Periode Analisis
Data
Penyajian Data
Penanggung
Jawab
5. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Judul Indikator Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk memberikan intervensi dalam menanggulangi
balita gizi buruk secara tepat.
Definisi  Balita adalah anak berusia di bawah 5 tahun ( 0-59
Operasional bulan 29 hari);
 Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda
klinis gizi buruk dan atau indeks Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang
dari -3SD;
 Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
adalah balita gizi bruk yang dirawat inap maupun
rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat sesuai dengan tata laksanana gizi buruk;
 Persentase balita gizi buruk yang mendapat
perawatan adalah jumlah kasusu balita gizi buruk
yang mendapat perawatan terhadap jumlah kasus
balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah pada
periode tertentu dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
(pembilang)
Denominator Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan
(penyebut)
Target Pencapaian 100 %
Kriteria: Kriteria inklusi : seluruh balita gizi buruk
Kriteria eksklusi : jumlah balita dengan status gizi baik
Formula
Jumlah kasus balita gizi buruk yang
mendapat perawatan
x 100 %
Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Sistem Pencatatan Posyandu, kohort Bayi, kohort balita
dan anak pra sekolah, buku KIA/KMS balita, aplikasi
EPPGBM.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan aplikasi EPPGBM.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : jumlah seluruh bayi dan balita
Sampel : jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan
dan mendapatkan perawatan.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
6. Persentase ibu hamil anemia
Judul Indikator Persentase ibu hamil anemia
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk menurunkan prevalensi balita kurus (wasting)
Definisi  Ibu hamil anemia adalah ibu hamil dengan kadar
Operasional Hb kurang dari 11,0 gr/dl.
 Persentase ibu hamil adalah jumlah ibu hamil
anemia terhadap jumlah ibu hamil yang diperiksa
Hb dikali 100%
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah ibu hamil anemia
(pembilang)
Denominator Jumlah ibu hamil yang diperiksa Hb pertama kali
(penyebut)
Target Pencapaian 36 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua ibu hamil anemia
Kriteria eksklusi : ibu hamil yang tercatat dalam kohort ibu
hamil dan tidak diperiksa kadar Hbnya.
Formula Jumlah ibu hamil anemia
x 100 %
Jumlah ibu hamil yang diperika Hb

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Register pelayanan KIA-KB, kohort ibu, buku KIA dan
aplikasi e-Kohort.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan Laporan bulanan program
Kesehatan Keluarga.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh ibu hamil
Sampel : jumlah ibu hamil anemia
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
D. Upaya Peningkatan Mutu Dan Kecukupan Gizi
1. Cakupan bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Judul Indikator Cakupan bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusui Dini
(IMD)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tertular infeksi
dan mengurangi angka kematian bayi baru lahir.
Definisi  Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses menyusu
Operasional dimulai segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan
cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya
segera setelah lahir berlangsung minimal 1 (satu) jam;
 Persentase bayi baru lahir mendapat IMD adalah
jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
terhadap jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh bayi baru lahir hidup
(penyebut)
Target Pencapaian 90 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua bayi baru lahir hidup yang
mendapat IMD
Kriteria eksklusi : bayi baru lahir hidup yang tidak
mendapat IMD
Formula
Jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
x 100 %
Jumlah seluruh bayibaru lahir hidup

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Buku KIA, kohort bayi, Laporan IMD Rumah Sakit,
Puskesmas dengan PONED atau Rumah Bersalin.
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan bulanan program
Kesehatan Keluarga.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi baru lahir hidup
Sampel : bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
2. Cakupan penimbangan balita (D/S)
Judul Indikator Cakupan penimbangan balita (D/S)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita serta
sebagai bentuk partisipasi masyarakat sekaligus menilai
kinerja tenaga kesehatan dalam mengedukasi
masyarakat tentang pemantauan pertumbuhan.
Definisi  Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-
Operasional 59 bulan 29 hari);
 S balita adalah jumlah seluruh sasaran (S) balitan yan
ada di suatu wilayah;
 D balita adalah jumlah balita yang ditimbang (D) di
suatu wilayah;
 Cakupan penimbangan balita (D/S) adalah jumlah
balita yang ditimbang terhadap balita yang ada dikali
100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita ditimbang di suatu wilayah
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh sasaran balita yang ada
(penyebut)
Target Pencapaian 85 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua balita yang ditimbang
Kriteria eksklusi : balita yang tidak melakukan
penimbangan
Formula
Jumlah balita ditimbang(D)
x 100 %
Jumlah seluruh sasaran balita

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan,
buku KIA/ KMS Balita.
Instrumen Laporan SP3 Gizi
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi baru lahir hidup
Sampel : bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
3. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
Judul Indikator Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500
gram)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk menurunkan persentase bayi dengan berat lahir
rendah kurang dari 2500 gram.
Definisi  Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Operasional adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram.
 Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (< 2500 gram) adalah jumlah bayi BBLR
terhadap jumlah bayi baru lahir hidup yang
ditimbang dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah bayi BBLR
(pembilang)
Denominator Jumlah bayi baru lahir hidup yang diukur
(penyebut)
Target Pencapaian 3,8 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
Kriteria eksklusi : bayi lahir hidup dengan Berat Badan
Lahir > 2500 gram.
Formula Jumlah bayi dengan BBLR
x 100 %
Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang

Desain Survey harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Kohort bayi
Instrumen Laporan SP3 Gizi dan laporan bulanan Program
Kesehatan Keluarga.
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh bayi lahir hidup
Sampel : bayi dengan BBLR (< 2500 gram)
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
4. Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D)
Judul Indikator Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya
(N/D)
Dasar Pemikiran  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2019 tentang Pelaksanaan teknis
Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Untuk memberikan gambaran tingkat keberhasilan
program dalam kegiatan upaya perbaikan gizi
masyarakat di posyandu.
Definisi  Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-
Operasional 59 bulan 29 hari);
 D balita adalah jumlah balita yang ditimbang (D) di
suatu wilayah;
 Berat badan naik (N) adalah hasil penimbangan berat
badan dengan grafik berat badan sama dengan
kenaikan berat badan minimum atau lebih. Kenaikan
berat badan ditentukan dengan membandingkan hasil
penimbangan bulan ini dengan bulan lalu;
 Balita tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah balita yang
tidak memiliki catatan hasil penimbangan bulan lalu;
 Balita baru (B) adalah balita yang baru datang ke
posyandu dan tidak terdaftar sebelumnya;
 Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya
adalah jumlah balita yang naik berat badannya
terhadap jumlah balita yang ditimbang dikali 100%.
Jenis Indikator Outcome
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita yang naik berat badannya
(pembilang)
Denominator Jumlah balita yang ditimbang dikurangi balita tidak
ditimbang bulan lalu dan balita baru
(penyebut)
Target Pencapaian 84 %
Kriteria: Kriteria inklusi : semua balita naik berat badan
Kriteria eksklusi : balita yang tidak naik berat badannya
dan tidak melakukan penimbangan.
Formula
Jumlah balita yang naik berat badannya(N )
x 100 %
Jumlah balita yang ditimbang (D)
Desain Survey harian
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan,
kohort bayi, kohort balita dan anak pra sekolah, buku KIA/
KMS Balita.
Instrumen Laporan SP3 Gizi
Pengambilan Data
Besar Sampel Populasi : seluruh balita yang ada
Sampel : jumlah balita yang naik berat badannya
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, triwulanan, tahunan
Data
Penyajian Data Tabel dan grafik
Penanggung Bidan desa
Jawab Petugas gizi
1. Persentase balita dengan gizi buruk
Judul Persentase balita gizi buruk
Indikator
Dasar  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 tahun
Pemikiran 2019 tentang Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi;
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dimensi Mutu Pelayanan Gizi Masyarakat – Upaya Penanggulangan Masalah gizi
Tujuan Balita umur 0 sampai 59 bulan dengan status gizi buruk perlu
mendapatkan penanganan komprehensif dari berbagai sisi medis
sehingga anak tidak mengalami gangguan kesehatan di masa depan
Definisi Persentase balita umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi
Operasional berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) memiliki z-score kurang
dari -3SD (keadaan saat ini)

Jenis Outcome
Indikator
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah balita 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi buruk
(pembilang)
Denominator Jumlah balita umur 0 sampai 59 bulan yang ditimbang berat badannya
dan di ukur panjang/tinggi badannya.
(penyebut)
Target 0,1%
Pencapaian
Kriteria: Kriterian Inklusi : semua balita 0-59 bulan dengan status gizi (BB/PB)
atau (BB/TB) memiliki z-score kurang dari -3SD (keadaan saat ini)
Kriterian eksklusi : semua balita 0-59 bulan dengan status gizi baik

Formula jumlah balita gizi buruk


persentase balita gizi buruk :
jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan diukur p

Desain Survey Harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Laporan bulanan dielektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
Masyarakat (e-PPGBM)
Instrumen Laporan bulanan dielektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
Pengambilan Masyarakat (e-PPGBM)
Data
Besar Populasi : Seluruh balita yang ada
Sampel Sampel : Jumlah balita 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi
buruk
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan,triwulan,tahunan
Pelaporan
Data
Periode Triwulan
Analisis Data
Penyajian Tabel dan grafik
Data
Penanggung Petugas Gizi
Jawab

2.

Judul
Indikator
Dasar
Pemikiran
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Jenis
Indikator
Satuan
Pengukuran
Numerator
(pembilang)
Denominator
(penyebut)
Target
Pencapaian
Kriteria:
Formula

Desain
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Instrumen
Pengambilan
Data
Besar
Sampel
Frekuensi
Pengumpulan
Data
Periode
Pelaporan
Data
Periode
Analisis Data
Penyajian
Data
Penanggung
Jawab

Anda mungkin juga menyukai