SKRIPSI
OLEH :
RIA RISWANA
1422060486
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
OLEH:
RIA RISWANA
NIM. 1422060486
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
NIM : 1422060486
Disahkan Oleh:
Tim Penguji
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1422060486
Yang menyatakan
(Ria Riswana)
iv
SUMMARY
Based on the requirement of the quality of fruit jam according to SNI 01-3746-
1995 shows that the best treatment resulted from this research is by treatment of
6% citric acid and temperature 90oC with total yield 19.2%, TPC 19,500 and
panelist reception against organoleptic color with score 3 (rather like), scent with
a score of 3 (rather like), texture with a score of 3 (rather like) and taste with a
score of 2 (dislike). Based on the above, the peel balinese peel of this research is
microbiologically safe both consumed and stored.
Keywords: peel balinese orange peel, Citrat acid additive, cooking temperature,
TPC (Total Plate Count)
v
RINGKASAN
RIA RISWANA, NIM 1422060486. Analisis pembuatan selai kulit jeruk bali
(Citrus Maxima.)dengan penambahan bahan pengawet dan lama pemasakan
berbeda. Dibimbing oleh Imran Muhtar dan Tasir.
Kata kunci: selai kulit jeruk bali, penambahan asam sitrat, Suhu Pemasakan, TPC
(Total Plate Count)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa
lagi Maha Esa dan segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pembuatan selai
kulit jeruk bali (Citrus maxima.) dengan penambahan bahan pengawet yang
berbeda”. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Lab
Pengujian Mutu, Laboratorium Mikrobiologi, Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
vii
7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Agroindustri Angkatan XXVII dan
rekan-rekan Se-Almamater yang tidak dapat penulis sebut satu persatu,
semoga kenangan yang pernah dilewati menjadi kenangan yang tak
terlupakan.
Ria Riswana
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
ABSTRACK ............................................................................................... v
RINGKASAN ............................................................................................. vi
ix
2.4 Tpc (Total Plate Count) ............................................................. 10
3.3.5. Rendemen....................................................................... 19
3.3.8. Tekstur............................................................................ 25
x
3.3.9. Rasa................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan................................................................................ 30
LAMPIRAN ................................................................................................ 32
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
I. PENDAHULUAN
1
1.2 . Rumusan Masalah
Limbah kulit jeruk bali merupakan 36% dari buah jeruk sehingga memiliki
potensi untuk diolah menjadi selai yang ditunjang oleh sifat viskositas (16,67%
cps) yang tinggi. Namun perlu dilakukan uji TPC untuk mengetahui tingkat mutu
selai yang dihasikan. Formulasi kadar bahan pengawet asam sitrat dan lama
pemasakan diduga dapat mempengaruhi mutu selai membandingkan dengan
melakukan tindakan TPC dari produk selai.
Untuk menganalisis pemanfaatan kulit jeruk bali sebagai bahan selai serta
menganalisis mutu TPC produk selai yang di hasilkan.
2
II.TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ilmiah Kulit jeruk bali (Citrus maxima), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Agiospermae
Kelas : Dicotylendonae
Sub-Kelas : Choripetalae
Bangsa : Geraniales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
3
Jeruk Bali atau citrus maxima adalah tumbuhan menahun (perennial)
dengan karakteristik tinggi 5-15 meter. Batang tanaman agar kuat, garis tengah
10-30 meter, berkulit agak tebal, kulit bagian luar berwarna coklat kekuningan
bagian dalam berwarna kuning. Pohon jeruk mempunyai banyak cabang yang
terletak saling berjauhan dan merunduk pada bagian ujungnya. Cabang yang
masih mudah bersudut dan berwarna hijau, namun lala- lama menjadi berbentuk
bulat dan berwarna hijau tua. Tajuk pohon agak rendah dan tidak teratur. Daun
tanaman berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan bagian puncak atau
ujung tumpul dan bagian tepi hampir rata, serta bagian dekat ujung agak
berombak. Letak daun terpecar dengan tangkai daun bersayap lebar, warna
kekuningan, dan berbulu agak suram (Asronudin, 2004).
Kandungan jeruk bali salah stunya adalah likopen. Likopen merupakan
peigmen karotenoid yang membawa warna merah. Pigmen ini termasuk kedalam
golongan senyawa fitokimia yang mudah ditemui pada tomat, jeruk, semangka,
dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Selain itu, pigmen ini juga terdapat
di dalam darah manusia, yaitu 0,5 mol/liter darah. Nama likopen diambil dari
spesies tomat yaitu solanum lycopersicm. Jeruk bali yang banyak mengandung
likopen adalah bulir-bulir jeruknya berwarna kemerahan. Jenis bulir yang
berwarna putih kehijauan kadar likopen relatf kecil. Likopen bermanfaat untuk
mencegah berbagai penyakit kanker, terutama kanker prostat. Sebagai anti radikal
bebas pada sel-sel tua dan memperbaiki sel-sel yang telah mengalami kerusakan.
Bentuk Struktur kimia likopen sangat mendukung potensianya sebagai
antioksidan. Bentuk struktur kimia likopen berbeda dengan janis karetoniod pada
umumnya. Secara kimiawi struktur likopen tidak dapat dikompersi menjadi
vitamin A dan diketahui lebih efisien dalam menangkap radikal bebes dibanding
dengan karetonoid lain. Jika bersinergi dengan karoten (privitamin A) yang
banyak tedapat pada jeruk bali, likopen bisa berperan sebagai antioksidan (Surh,
1999).
4
tidak lebih dari 65% dan konsentrasi pektin 1% sudah dapat dihasilan gel dengan
kekerasan yang cukup baik.
Kadar vitamin C pada jeruk bali adalah 43 mg/100 g daging buah. Vitamin
C juga merupakan antioksidan yang cukup baik. Di dalam tubuh, vitamin C akan
bersinergi dengan vitamin E, dan berperan sebagai antioksidan untuk menangkal
serangan radikal bebas. Vitamin C bersama vitamin E mudah dioksidasi menjadi
asam dehidroakorbat, dengan demikian maka vitamin C juga berperan dalam
menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak
sebagai antioksidan (Bohm et al., 1995).
a.Gula
5
b. Air
Air (H2O) merupakan komponen penting dalam bahan makanan karna air
dapat mempengaruhi penampakan , tekstur , tingkat, kereyahan produk akhir
serta cita rasa makanan. Reaksi pembentukan gel memerlukan air sebagai
penentu tingkat keberhasilan produk yang diinginkan (winarno, 1992).
Tabel 1. Batas Toleransi Bahan Beracun dalam Persediaan Air (Citrus maxima)
asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun
dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk- jerukan ). Senyawa ini merupakan bahan
pengawet yang baik dan alami selain digunakan sebagai penambahan rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat di kenal sebagai
senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi didalam mitokondria, yang
6
penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai
zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan (Anonim, 2011).
d. Vanili
Selain itu prekursor dan ensim pembentuk flavor, buah vanili mengandung
komponen zat gizi lengkap yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Per 100g berat buah vanili kering vanili planifolia Andrews, mengandung
20 g air , 3-5 g protein, 11 g lemak, 7-9 g gula, 15-20 g serat, 5-10 g abu, 1,5-3 g
vanili, 2 g softresi dan asam vanilat yang tidak berflavor (de Guznan, 1999).
7
2.3. Pemanfaatan kulit jeruk bali
Jeruk bali merupakan salah satu jenis buah yang cukup populer di
kalangan masyarakat Indinesia. Meskipun namanya adalah jeruk bali, tapi
mempunyai banyak manfaat yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai media kreatifitas
2. Sebagai antioksidan
3. Menyegarkan tubuh
4. Campuran bahan makanan
5. Dapat mencegah kanker
6. Menurunkan kadar kolestrol
7. Mencegah penyakit jantug
8. Membersihkan sel darah
9. Mengobati sariawan
10. Mencegah dan Mengobati Hipertensi
11. Menjaga daya tahan tubuh
12. Anti bakteri dan anti inflamasi
13. Memperbaiki sel tubuh yang rusak
14. Baik untuk kesehatan organ pencernaan
15. Menghaluskan kulit
16. Mencegah panuan dini
17. Sebagai masker wajah.
8
Mutu selai buah menurut SNI 01-3746-1995 ditentukan oleh bau, rasa,
kadar air, kadar abu, kehalusan, cemaran logam, cemaran arsen dan cemaran
mikroba. Standar mutu selai buah secara rinci disajikan pada tabel 2.
9
2.4. TPC (Total Plate Count)
Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode
hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Untuk menghitung total bakteri dengan metode cawan digunakan
Nutrient Agar (NA).
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini
merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah
mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup,
menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat
mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
10
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus
dikuasai.Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu
dilakukan pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari
pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel
sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara
spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran memudahkan
dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan
pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1
ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil
sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita
harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran dijelaskan dalam Gambar 2.
berikut ini:
11
Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada
media lempeng agar.Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan
diamati dan dihitung.Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang
memiliki kesamaan sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya.
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan
medium adalah sebagai berikut:
Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun
ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan
tidak rata.
Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium,
ada pula yang timbul diatas permukaan medium.
Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.
Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada
yang permukaannya suram.
Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan
kering.
Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah
koloni bakteri antara 30-300.Perhitungan Total Plate Countdinyatakan sebagai
jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer.Keuntungan
dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan.
Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat
dalam contoh. Adapun kelemahan dari metode ini adalah:
Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba,
seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.
Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang
sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh
karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen
selama masa inkubasi.
12
Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di
seluruh permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini
akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung.
Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi
mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30
koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik,
namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena
terjadi persaingan diantara koloni.
Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi
yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
13
4. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa maka rasa manis dapat dengan
mudah dirasakan pada ujung lidah dan rasa asin pada ujung dan pinggir
lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahir pada bagian belakang
lidah. Penentu bahan makanan pada umumnya sangat ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain: warna, rasa, tekstur, aroma dan nilai gizi.
14
III. METODOLOGI
3.3.1. Alat
3.3.2. Bahan
15
3.3. Karangka Penelitia
Suhu pemasakan
Asam sitrat
B1 B2 B3
1. Mengupas jeruk
2. Memisahkan bagian kulit luar yang berwarna kuning dengan kulit yang
berwarna putih
3. Membuat selai dari kulit jeruk bagian dalam (bagian putih)
4. Membuat Essence Aroma jeruk dari kulit jeruk bagian luar
5. Mencuci kulit jeruk yang berwarna kuning hingga bersih
6. Menimbang kulit jeruk seberat 1000 gram
7. Merebus kulit jeruk dalam air panas 100 ml selama 30 menit. Kemudian
diamkan selama 24 jam
16
8. Menyaring air dari kulit jeruk.
9. Mencuci kulit jeruk yang berwarna putih hingga bersih
10. Menimbang kulit jeruk seberat 1000 gram
11. Menghaluskan kulit jeruk menggunakan blender. Kulit jeruk dihaluskan
hingga mendapatkan tekstur yang agak kasar, agar tekstur selai tidak
terlalu encer.
12. Setelah menjadi bubur, lalu merebus bubur kulit jeruk tersebut dengan 300
ml air
13. Menambahkan gula,vanili,asam sitrat, kedalam rebusan bubur kulit jeruk.
Lalu mengaduk selai hingga agak mengental. Di aduk selai hingga
mengental.
17
Diagram alir proses pembuatan selai dari kulit jeruk, yakni sebagai
berikut: Kulit jeruk bali
1000 gr
Diririskan
B1 = 70oC
Dimasak 30 menit, T=100oC Gula 600 gr Vanili 3
o
B2 = 80 C gr, Asam sitrat
B3 = 90 oC Didinginkan sampai suhu 40oC Selama 2 jam
A2 = 4%
1. Uji Total Mikroba Selai kulit jeruk
(ALT/TPC) bali 1020 gr A3 = 6%
2. Uji Organoleptik
3. Rendemen
18
3.3.3. Rendemen (%)
Penentuan rendemen berdasarkan berat atau volume input dan output yang
dihasilkan produk bawang bombay bubuk, dengan rumus:
𝐵𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔𝐵𝑜𝑚𝑏𝑎𝑦𝐵𝑢𝑏𝑢𝑘
% rendemen = 𝑥 100%
𝐵𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔𝐵𝑜𝑚𝑏𝑎𝑦𝑆𝑒𝑔𝑎𝑟
19
3.3.5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan terhadap Selai kulit jeruk bali yang
dihasilkan yaitu uji warna, aroma dan tekstur yang dilakukan untuk mengetahui
perbedaan tingkat warna, aroma dan tekstur bawang bombay bubuk. Dalam uji
organoleptik disajikan 9 sampel dan panelis diminta untuk menentukan sampel
mana yang berbeda dari ke enam sampel yang disajikan.Metode pengujian yang
dilakukan adalah metode hedonik oleh 21orang panelis yang meliputi: warna,
aroma dan tekstur. Dalam metode ini panelis diminta untuk memberikan penilaian
berdasarkan tingkat kesukaan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat suka), 4
(suka), 3 (agak suka), 2 (tidak suka) dan 1 (sangat tidak suka).
20
IV. PEMBAHASAN
25,000
19,500
20,000 18,500
17,500 18,000 18,000
15,000 13,000
11,500 12,000 11,500
TPC
10,000
5,000
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
JENIS PERLAKUAN
Gambar 4. Hasil Uji TPC (Total Plate Count) Selai kulit jeruk bali.
21
Gambar 4. memperlihatkan bahwa nilai TPC selai kulit jeruk bali menurun
dengan semakin tinggi suhu pemasakan, begitupula semakin rendah suhu
pemasakan maka semakin tinggi total mikroba. Pada perlakuan A1B3 dan A2B3
terlihat bahwa total mikroba pada perlakuan tersebut sangat tinggi, tingginya
kadar air menjadi salah satu penyebab banyaknya jumlah mikroba. Selai kulit
jeruk bali dengan kadar air tinggi dapat mengakibatkan berkembang biaknya
mikroorganisme sehingga selai kulit jeruk bali dapat mengalami perubahan.
Sedangkan total mikroba paling rendah diperoleh perlakuan A3B1 dan A3B3, hal
ini disebabkan oleh tingginya suhu pemasakan sehingga kadar air selai kulit jeruk
bali semakin rendah sehingga mengakibatkan perkembangan mikroorganisme
terhambat atau terhenti sama sekali.
Standar jumlah total mikroba menurut SNI 01-3709-1995 yang diizinkan
dalam selai kulit jeruk bali adalah maksimal 5,0x102 koloni/g atau 50 (log
CFU/g). Berdasarkan standar tersebut,selai kulit jeruk bali aman secara
mikrobiologi baik dikonsumsi maupun disimpan karena jumlah total mikroba
tertinggi yang diperoleh adalah 105 dan jumlah total mikroba terendah adalah 103.
22
4.2. Rendemen Selai kulit jeruk bali
19.3
19.2 19.2 19.2
19.2
19.1
Nila Rendemaen
19 19 19
19
18.9
18.8 18.8 18.8
18.8
18.7
18.6
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan
Hasil perhitungan rendemen selai kulit jeruk bali seperti yang terlihat pada
Gambar 5. menunjukkan rendemen terendah diperoleh pada perlakuan A1B1 (
Asam sitrat 2% danSuhu 70oC) dengan total rendemen 18,8% dan rendemen
tertinggi pada perlakuan A3B3 (Asam sitrat 6% dan Suhu 90oC) dengan total
rendemen 19,2%.
Rendemen dari pengolahan Selai kulit jeru bali seperti yang terlihat pada
Gambar 5. diketahui semakin rendah bahan pengawet dan lama pemasakan maka
rendemen yang diperoleh akan semakin rendah. Begitupula sebaliknya, karena
kondisi selai kulit jeruk bali yang belum matang secara keseluruhan dengan kadar
23
air yang masih agak tinggi sehingga menyebabkan tekstur selai kulit jeruk bali
sulit mengental.
3.3.6 Warna
4 3.7142863.619048
3.47619
3.5 3.190476 3.3333333.3333333.2857143.428571
3.095238
3
2.5
WARNA
2
1.5
1
0.5
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
JENIS PERLAKUAN
24
Hasil uji organoleptik dengan parameter warna menunjukkan bahwa tingkat
penerimaan panelis terhadap parameter warna Selai kulit jeruk bali menujukkan
nilai rata-rata berkisar 3 – 4 atau dalam taraf agak suka hingga suka. Warna selai
kulit jeruk bali dengan perlakuan A1B2 (Asam sitrat 2% dan Suhu 80oC), A1B3
(Asam sitrat 2% dan Suhu 90 oC), A3B1 (Asam sitrat 6% dan Suhu70oC), dan
A3B3 (Asam sitrat 6% dan Suhu 90 oC) menghasilkan penilaian oleh panelis
dengan skor 4 atau dalam taraf suka sedangkan perlakuan A3B2 (Asam sitrat 6%
dan Suhu 80oC) dan A1B1 (Asam sitrat 2% dan Suhu 70oC) menghasilkan
penilaian oleh panelis dengan skor 3 atau dalam taraf agak suka.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
menghasilkan perbedaan terhadap warna Selai kulit jeruk bali. Adanya perbedaan
warna tersebut disebabkan oleh pengaruh mutu dan lama pemasakan. Suhu yang
tinggi dan waktu pemasakan yang terlalu lama menyebabkan terjadinya perubahan
warna serta terjadinya penurunan mutu bahan (Lidiasari, E. Et al., 2006). Selama
pemasakan terjadinya reaksi pencoklatan. Menurut Winarno (2004), bahwa
perubahan warna terjadi karena adanya reaksi pencoklatan yaitu reaksi yang
menghasilkan warna kecoklatan pada bahan makanan. Perubahan warna yang
terjadi dikarenakan pemanasan sehingga terjadi perubahan zat kimia dan merusak
pigmen warna pada sampel sehingga merubah sampel. Susanto dan Saneto (1994),
menambahkan bahwa pada proses pemasakan, semakin tinggi suhu pemasakan
dan semakin lama perlakuan penambahan bahan pengawet, maka semakin banyak
pigmen dari buah-buahan yang berubah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan
Buckle, et.all (1987), bahwa pemasakan mempunyai beberapa kelemahan seperti
terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pemasakan yang
terlalu lama dan suhu pemasakan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-
pigmen pada bahan mengalami oksidasi, sehingga memucatkan pigmen serta
dapat menyebabkan bahan gosong (coklat).
3.3.7. Aroma
25
kualitas suatu bahan pangan. Selain bentuk dan warna, bau atau aroma akan
berpengaruh dan menjadi perhatian utama. Sesudah aroma/bau diterima maka
penentuan selanjutnya adalah citarasa disamping teksturnya (Rubianty,1985).
Uji organoleptik dengan parameter aroma dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesukaan atau tingkat penerimaan panelis terhadap selai kulit jeruk bali
yang dihasilkan. Hasil uji organoleptik dengan parameter aroma dapat dilihat pada
Gambar 7
4
3.380952
3.5 3.238095 3.238095
3 3.095238 3
2.904762 2.809524
3
2.619048
2.5
AROMA
1.5
0.5
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
JENIS PERLAKUAN
.
Dari Gambar 7. terlihat bahwa nilai (skor) pada uji organoleptik Aroma
berkisar 2– 3 atau dalam tidak suka dan taraf agak suka. Nilai rata-rata tertinggi
diperoleh pada perlakuan A3B3 ( Asam sitrat6% dan Suhu 90oC ) dan perlakuan
A2B3 ( Asam sitrat 4% dan Suhu 90oC), Gambar 6. Hasil Uji Organoleptik Selai
kulit jeruk bali.
artinya aroma selai kulit jeruk bali pada perlakuan ini agak disukai oleh
panelis karena memiliki aroma yang harum. Sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh pada perlakuan A1B1 ( Asam sitrat 2% dan Suhu 70oC) hingga
perlakuan A3B1 ( Asam sitrat 6% dan Suhu 70oC).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan memberikan perbedaan terhadap aroma selai kulit jeruk bali. merupakan
26
salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman-kuman penyakit (bersifat
antibakteri). Menurut Whitaker (1976),
3.3.8. Tekstur
Selain warna dan aroma, bentuk atau tekstur akan berpengaruh dan menjadi
perhatian utama pada bahan pangan, karena tekstur merupakan komponen yang
penting untuk menentukan kualitas atau derajat penerimaan konsumen. Tekstur
merupakan salah satu yang mengalami perubahan selama penyimpanan. Setiap
bahan pangan membutuhkan persyaratan yang berbeda, maka kombinasi
perlakuan suhu dan lama pemasakan yang tepat juga dibutuhkan untuk
memperpanjang umur simpannya. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur selai
kulit jeruk bali dapat dilihat pada Gambar 8.
4.5
4 3.809524
2.5
1.5
0.5
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
JENIS PERLAKUAN
Gambar 8. Hasil Uji Organoleptik Tektur Selai dari kulit jeruk bali
Hasil uji organoleptik terhadap tekstur selai dari kulit jeruk bali
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan penambahan bahan pengawet dan lama
pemasakan menghasilkan perbedaan terhadap organoleptik tekstur selai kulit jeruk
bali. Dari Gambar 7 terlihat bahwa tingkat penerimaan panelis terendah diperoleh
27
oleh perlakuan A2B2 ( Asam sitrat 4% dan Suhu 80oC), hal ini disebabkan karena
tekstur selai kulit jeruk bali pada perlakuan tersebut agak keras yang disebabkan
oleh bahan pengawet dan suhu pemasakan. Sedangkan penerimaan panelis
tertinggi diperoleh oleh perlakuan A3B3 ( Asam sitrat 6% dan Suhu 90oC),hal ini
disebabkan karena tekstur selai kulit jeruk bali pada perlakuan tersebut yang
kandungan air yang tersisa sangat sedikit dan telah memenuhi syarat mutu selai
buah.
3.3.9. Rasa
Selain warna dan aroma,tekstur dan adapun rasa yang akan berpengaruh
dan menjadi utama pada bahan pangan, karena rasa merupakan komponen yang
penting untuk menentukan kualitas atau derajat penerimaan konsumen. rasa
merupakan salah satu yang mengalami perubahan selama penyimpanan. Setiap
bahan pangan membutuhkan persyaratan yang berbeda, maka kombinasi
perlakuan suhu dan lama pemasakan yang tepat juga dibutuhkan untuk
memperpanjang umur simpannya. Hasil uji organoleptik terhadap rasa selai kulit
jeruk bali dapat dilihat pada Gambar 9.
3
2.904762
2.9 2.857143
2.809524
2.8
2.6
2.52381
2.47619
2.5
2.4
2.3
2.2
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
JENIS PERLAKUAN
Gambar 9. Hasil Uji Organoleptik Rasa Selai dari kulit jeruk bali
28
Hasil uji organoleptik terhadap Rasa selai dari kulit jeruk bali
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan penambahan bahan pengawet dan
lama pemasakan menghasilkan perbedaan terhadap organoleptik rasa selai
kulit jeruk bali. Dari Gambar 9 terlihat bahwa tingkat penerimaan panelis
terendah diperoleh oleh perlakuan A1B2 ( Asam sitrat 2% dan Suhu 80oC),
hal ini disebabkan karena rasa selai kulit jeruk bali pada perlakuan tersebut
agak pahit yang disebabkan oleh kulit jeruk bali. Sedangkan penerimaan
panelis tertinggi diperoleh oleh perlakuan A2B3 ( Asam sitrat 4% dan Suhu
90oC),hal ini disebabkan karena oleh bahan pengawet dan suhu pemasakan.
29
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Untuk peneliti selanjutnya dapat ditindak lanjuti karna selai kulit jeruk bali
belum sempurna karna rasa pahit dari kulit jeruk belum bisa hilang rasa pahit, dan
melakukan penelitian mengenai umur simpan selai kulit jeruk bali, serta jenis
pengemasan untuk selai kulit jeruk bali.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aksara: BSN, 2000. Syarat Mutu Garam untuk Konsumsi Berdasarkan SNI 01-
3556-
Fachruddin, Lisdiana. 1998. Membuat Aneka Selai.Yogyakarta: Kanisius
Gaman, P.M, Dan K. B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Sudarmaji, Slamet. 1989. Analisis Bahan Makan Dan Pertanian. PAU Pangan
Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.2000. Jakarta.Jakarta.kses tanggal 15 Desember 2013.\
_http://www.nabble.com/-sastra-pembebasan-Vitamin C-Terbaik-dari-jambu-biji-
td12215727. Html. Diakses Kamis, 14 Mei 2009.
_http://Kumpulan.Info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/80-
Kandungan Vitamin C-buah.html. Diakses senin 11Mei 2009
31
LAMPIRAN
32
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
33
Kulit jeruk bali setelah di rebus Penghancuran kulit jeruk bali
34
Penghitungan jumlah mikroba
Uji Organoleptik
35
Lampiran 2. Hasil Analisa Total Mikroba (TPC) yang tumbuh pada Selai
kulit jeruk bali Data 1
∑ Koloni/Pengenceran
No. Sampel S/D TPC
10-2 10-3 10-4
S 120 95 13
1. A1B1 18,00 x 10-4
D 115 75 15
S 170 52 13
2. A1B2 19,00 x10-4
D 150 40 20
S 155 51 21
3. A1B3 20,00 x10-4
D 146 95 20
S 130 63 15
4. A2B1 19,00 x10-4
D 154 71 21
S 110 32 4
5. A2B2 14,00 x10-4
D 113 46 7
S 173 60 18
6. A2B3 19,00 x10-4
D 159 35 12
S 87 34 19
7. A3B1 12,00 x10-4
D 93 60 20
S 96 54 13
8. A3B2 12,00 x10-4
D 85 40 14
S 83 46 13
9. A3B3 12,00 x10-4
D 96 50 17
Sumber: Data penelitian, 2018
36
Lampiran 3. Hasil Analisa Total Mikroba (TPC) yang tumbuh pada Selai
kulit jeruk bali Data 2.
∑ Koloni/Pengenceran
No. Sampel S/D TPC
10-2 10-3 10-4
S 115 85 10
1. A1B1 17,00 x 10-4
D 100 65 5
S 160 50 9
2. A1B2 17,00 x 10-4
D 130 35 5
S 150 50 15
3. A1B3 19,00 x 10-4
D 135 75 13
S 120 55 11
4. A2B1 17,00 x 10-4
D 145 50 10
S 105 28 3
5. A2B2 12,00 x 10-4
D 100 35 5
S 165 50 13
6. A2B3 18,00 x 10-4
D 145 27 9
S 75 34 17
7. A3B1 11,00 x 10-4
D 87 55 20
S 95 50 12
8. A3B2 12,00 x 10-4
D 82 35 11
S 70 35 10
9. A3B3 11,00 x 10-4
D 85 45 15
Sumber: Data Penelitian, 2018
37
Lampiran 4. Rata-Rata Total Mikroba dari 2 Ulangan selai kulit jeruk bali.
ULANGAN
SAMPEL TOTAL RATA-RATA
I II
38
Lampiran 5. Rendemen (%) Selai kulit jeruk bali
39
Lampiran 6. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Warna Selai kulit jeruk bali
SAMPEL
PANELIS
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
1 4 4 5 4 4 5 4 2 4
2 4 2 2 3 3 2 3 3 2
3 3 2 3 3 2 3 3 2 3
4 3 3 2 2 2 1 3 2 4
5 2 4 4 3 3 3 4 2 4
6 4 4 4 4 3 2 3 4 2
7 3 4 4 4 3 4 3 4 4
8 3 4 4 4 3 3 4 4 4
9 2 4 4 1 4 4 2 4 4
10 3 5 4 2 5 4 2 4 3
11 1 4 1 2 4 1 1 1 2
12 3 4 3 4 3 3 2 2 4
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 3 3 4 2 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 2 4 4 2
17 3 3 3 4 3 4 4 4 4
18 3 3 5 4 4 3 5 3 4
19 3 3 3 3 3 3 4 3 3
20 3 4 4 4 4 4 4 4 4
21 4 3 5 4 4 4 5 3 4
TOTAL
67 78 76 70 70 69 72 65 73
RATA-
3,1 3,7 3,6 3,3 3,3 3,2 3,4 3,0 3,4
RATA
Sumber: Data Penelitian, 2018
40
Lampiran 7. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma Selai kulit jeruk bali
SAMPEL
PANELIS
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
1 1 3 3 2 3 3 2 4 3
2 3 2 3 2 3 2 2 2 3
3 2 2 3 2 3 3 2 3 3
4 2 2 2 2 1 1 1 1 1
5 4 3 3 3 2 3 1 2 3
6 4 4 4 3 3 4 3 4 3
7 4 2 2 3 3 4 3 4 4
8 3 4 4 4 4 4 3 3 3
9 2 2 4 2 2 4 2 2 4
10 1 3 3 2 3 3 1 3 4
11 1 3 3 2 3 3 2 2 4
12 2 3 2 3 3 4 4 2 3
13 3 2 3 3 2 3 3 2 3
14 3 4 4 3 4 3 3 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 3 2 3 3 3 4 4 2 3
17 2 4 3 5 3 4 3 3 4
18 3 3 3 4 4 4 5 5 5
19 3 3 4 3 3 4 3 3 4
20 2 3 4 2 4 3 2 4 3
21 3 3 4 4 5 3 5 4 3
TOTAL
55 63 68 61 65 68 59 63 71
RATA-
2,6 3 3,2 2,9 3,0 3,2 2,8 3 3,3
RATA
Sumber: Data Penellitian, 2018
41
Lampiran 8. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Selai kulit jeruk bali
SAMPEL
PANELIS
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
1 4 4 3 4 4 4 4 4 4
2 2 3 3 2 3 3 2 3 3
3 2 3 4 3 2 4 3 2 4
4 1 2 2 2 2 2 1 1 3
5 3 1 4 1 1 4 4 2 4
6 4 3 2 4 2 3 3 2 4
7 2 3 3 3 2 2 4 3 4
8 4 4 4 4 4 4 4 3 4
9 3 4 5 2 4 4 3 4 5
10 4 4 3 3 4 3 2 3 4
11 4 4 2 3 4 3 3 4 5
12 1 3 2 3 2 2 3 3 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 2 2 3 2 3 3 2
15 4 4 3 4 4 4 4 4 4
16 3 2 3 4 2 2 3 1 3
17 3 3 3 4 3 4 4 4 4
18 4 4 5 4 3 3 4 5 5
19 3 4 4 3 4 4 3 3 4
20 4 3 4 4 4 4 4 4 4
21 3 3 3 4 3 3 5 4 4
TOTAL
64 67 67 66 63 67 69 67 80
RATA-
3,0 3,1 3,1 3,1 3 3,1 3,2 3,1 3,8
RATA
Sumber: Data Penelitian,2018
42
Lampiran 9. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa Selai kulit jeruk bali
SAMPEL
PANELIS
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
1 1 2 3 2 2 3 2 2 4
2 1 2 2 2 2 2 3 2 2
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 2 2 1 1 3 2 1 1 3
5 4 3 4 3 2 4 2 2 5
6 4 2 4 3 3 2 4 3 3
7 4 2 2 2 3 3 3 3 2
8 4 3 3 4 3 4 3 4 3
9 4 3 3 4 3 3 3 3 3
10 1 3 2 2 3 3 4 3 3
11 2 1 2 2 1 3 1 1 3
12 1 2 2 3 3 3 4 3 3
13 2 3 3 3 2 3 3 2 3
14 4 3 3 4 3 3 3 4 2
15 4 3 4 4 4 4 3 3 3
16 2 1 1 2 2 1 3 1 2
17 1 4 4 3 3 3 2 2 2
18 5 3 5 3 4 4 3 5 3
19 3 4 3 3 3 3 3 4 3
20 1 3 3 2 2 3 2 2 3
21 5 3 5 3 4 4 3 5 4
TOTAL
56 52 60 56 56 61 53 55 59
RATA-
2,6 2,4 2,8 2,6 2,6 2,9 2,5 2,6 2,8
RATA
Sumber: Data Penelitian, 2018
43
Lampiran 10. Kuesioner Uji Organoleptik Selai kulit jeruk bali
Nama Panelis :
Hari,Tanggal :
Dihadapan saudara disajikan beberapa sampel Selai kulit jeruk bali.
Nyatakan sampai seberapa jauh anda menyukai selai kulit jeruk bali
tersebut dengan memberikan penilaian 5, 4, 3, 2, 1 pada kolom yang telah
disediakan.
TTD
Panelis
44
Lampiran 11. Univariate Analysis of Variance (ANOVA)
A. Hasil Analisis ANOVA TPC (Total Plate Count) Selai kulit jeruk bali
4517000000,00 18
Total
0
45
Homogeneous Subsets
TPC/ALT N Subset
1 2
A3B1 2 11500,0000
A3B3 2 11500,0000
A3B2 2 12000,0000
A2B2 2 13000,0000
A1B1 2 17500,0000
Duncana,b
A1B2 2 18000,0000
A2B1 2 18000,0000
A2B3 2 18500,0000
A1B3 2 19500,0000
b. Alpha = ,05.
46
B. Hasil Analisis ANOVA ORGANOLEPTIK Selai kulit jeruk bali
Descriptive Statistics
A1B1 3,1900 . 1
A1B2 3,7100 . 1
A1B3 3,6100 . 1
A2B1 3,3300 . 1
A2B2 3,3300 . 1
A2B3 3,2800 . 1
A3B1 3,4200 . 1
A3B2 3,0900 . 1
A3B3 3,4700 . 1
47
Tests of Between-Subjects Effects
Error ,000 0 .
Total 103,194 9
48
Estimated Marginal Means
Warna
A1B1 3,190 . . .
A1B2 3,710 . . .
A1B3 3,610 . . .
A2B1 3,330 . . .
A2B2 3,330 . . .
A2B3 3,280 . . .
A3B1 3,420 . . .
A3B2 3,090 . . .
A3B3 3,470 . . .
49
Descriptive Statistics
A1B1 2,6100 . 1
A1B2 3,0000 . 1
A1B3 3,2300 . 1
A2B1 2,9000 . 1
A2B2 3,0900 . 1
A2B3 3,2300 . 1
A3B1 2,8000 . 1
A3B2 3,0000 . 1
A3B3 3,3800 . 1
Error ,000 0 .
Total 82,900 9
50
a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = .)
Aroma
A1B1 2,610 . . .
A1B2 3,000 . . .
A1B3 3,230 . . .
A2B1 2,900 . . .
A2B2 3,090 . . .
A2B3 3,230 . . .
A3B1 2,800 . . .
A3B2 3,000 . . .
A3B3 3,380 . . .
51
Descriptive Statistics
A1B1 3,0400 . 1
A1B2 3,1900 . 1
A1B3 3,1900 . 1
A2B1 3,1400 . 1
A2B2 3,0000 . 1
A2B3 3,1900 . 1
A3B1 3,2800 . 1
A3B2 3,1900 . 1
A3B3 3,8000 . 1
Error ,000 0 .
Total 94,004 9
52
a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = .)
Tekstur
A1B1 3,040 . . .
A1B2 3,190 . . .
A1B3 3,190 . . .
A2B1 3,140 . . .
A2B2 3,000 . . .
A2B3 3,190 . . .
A3B1 3,280 . . .
A3B2 3,190 . . .
A3B3 3,800 . . .
53
Descriptive Statistics
A1B1 2,6600 . 1
A1B2 2,4700 . 1
A1B3 2,8500 . 1
A2B1 2,6600 . 1
A2B2 2,6600 . 1
A2B3 2,9000 . 1
A3B1 2,5200 . 1
A3B2 2,6100 . 1
A3B3 2,8000 . 1
Error ,000 0 .
Total 64,863 9
54
a. R Squared = 1,000 (Adjusted R Squared = .)
Rasa
A1B1 2,660 . . .
A1B2 2,470 . . .
A1B3 2,850 . . .
A2B1 2,660 . . .
A2B2 2,660 . . .
A2B3 2,900 . . .
A3B1 2,520 . . .
A3B2 2,610 . . .
A3B3 2,800 . . .
55
RIWAYAT HIDUP
56