Anda di halaman 1dari 12

Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)

Retnowati

AGAMA, KONFLIK, DAN INTEGRASI SOSIAL


(Integrasi Sosial Pasca Konflik Situbondo)

Religion, Conflict, and Social Integration


(Post Conflict Social Integration, Situbondo)

RETNOWATI

Fakultas Teologi Universitas AbstrAct


Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro No. 52 – 60 The research discusses the integration efforts after the riot in Situbondo, East Java. Situbondo
Salatiga community has initiated several conflic resolutions and integrations supported by Muslims and
Telp. (0298) 321212, 3211433 Christian leaders. The data on the role of religious community, in this case Islam and Christian
Faks. (0298) 321433 as well as the community in Situbondo in general, is gathered through observation, interview,
e-mail: retno.uksw@gmail.com
and a survey. Secondary data is gathered through review of literure relevant to the research
Naskah diterima: 18 Mei 2014
Naskah direvisi: 2–9 Oktober
problems. Conflict, social integration, and reconciliation theories are used to explain and analyze
2014 research problems based on the data gathered. The finding shows that integration in Situbondo
Naskah disetujui:14 Nopember community and reconsiliation effort carried out by religious communities (Islam, Christian
2014 and the whole community of Situbondo) was drawn from local wisdom in Situbondo. The local
wisdom serves as social capital in manifesting integration in the community and harmonious
relation among religious communities.
Keywords: conflict, social integration, religious community

AbstrAk
Penelitian ini menyangkut upaya integrasi pasca kerusuhan di Situbondo Jawa Timur.
Masyarakat Situbondo telah melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik dan integrasi yang
didukung oleh umat dan pimpinan agama Islam dan Kristen. Untuk mendapatkan data tentang
peran umat beragama dalam hal ini Islam dan Kristen serta masyarakat Situbondo dilakukan
melalui metode wawancara, pengamatan yang didahului dengan obeservasi ringan sebelum
dilakukan penelitian. Data sekunder dilakukan mengkaji pustaka dan dokumen yang relevan
dengan masalah penelitian. Teori konflik, integrasi sosial dan rekonsiliasi digunakan untuk
menjelaskan dan menganalisa masalah penelitian berdasarkan data-data yang telah diperoleh
di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi dalam masyarakat Situbondo dan
upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh masyarakat dan umat beragama di Situbodo. Kearifan
lokal yang dimiliki masyarakat Situbondo menjadi modal sosial dalam mewujudkan integrasi
dalam masyarakat sehingga pasca kerusuhan kehidupan masyarakat dan hubungan antarumat
beragama di Situbondo yang mengalami keretakan dapat dipulihkan kembali.
Kata kunci: konflik, integrasi sosial, umat beragama

189
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

Pendahuluan seorang tokoh yang sangat dihormati masyarakat


Konflik sebagai kategori sosiologis bertolak Situbondo. Persidangan kasus Soleh di Pengadilan
belakang dengan pengertian perdamaian Negeri Situbodo mengudang perhatian massa
dan kerukunan (Hendropuspito, 1984:151). yang berjumlah ratusan orang. Putusan
Yang terakhir ini merupakan hasil dari proses pengadilan atas diri Soleh telah menetapkan
assosiatif, sedangkan yang pertama dari proses hukuman penjara lima tahun dipotong tahanan
dissosiatif. Proses assosiatif adalah proses yang menuai kritik dan keberatan massa. Putusan
mempersatukan dan proses dissosiasif sifatnya hakim dianggap terlalu ringan dan tidak bisa
menceraikan atau memecah. Konflik dan diterima oleh massa, mereka menghendaki
kerukunan atau perdamaian sebagai fakta sosial Soleh dihukum mati, namun hakim tetap pada
melibatkan minimal dua pihak (golongan) yang keputusannya. Ketidakpuasan massa atas
berbeda agama, etnis, status sosial, ekonomi, dan putusan hakim tersebut akhirnya menimbulkan
sebagainya. Konflik menunjuk pada hubungan keributan-keributan di pengadilan yang akhirnya
antara individu dan atau kelompok yang sedang meluas ke seluruh masyarakat Situbondo dan
bertikai, sedangkan perdamaian atau kerukunan sekitarnya. Berawal dari peristiwa pengadilan
menunjuk pada hubungan baik antara individu Soleh itulah amukan massa berkembang menjadi
atau kelompok. Dalam kehidupan sosial friksi, kerusuhan yang mengakibatkan konflik dalam
konflik dan pertikaian antarwarga masyarakat masyarakat. Peristiwa ini cukup mengejutkan
tidak mustahil terjadi yang disebabkan oleh banyak pihak, sebab sejauh ini kehidupan sehari-
berbagai faktor seperti sosial, ekonomi, politik, hari masyarakat di Situbondo berjalan normal.
budaya dan sebagainya. Namun demikian konflik Warga masyarakat dan umat beragama hidup
dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah berdampingan tanpa masalah. Oleh sebab itu
yang lebih luas dari hal-hal tersebut. pengalaman konflik atau kerusuhan di Situbondo
perlu mendapat perhatian serius dari semua
Agama tidak jarang dijadikan “alat” dan pihak, khususnya umat dan pimpinan agama
dituding sebagai penyebab setiap kali terjadi agar peristiwa yang sama tidak terulang lagi baik
kerusuhan atau konflik dalam masyarakat. di Situbondo maupun di tempat-tempat lain.
Masalah perbedaan antarkelompok agama dalam Terlebih belakangan ini di beberapa wilayah di
hal ini Islam dan Kristen tidak jarang diangkat di Indonesia sering terjadi konflik yang disebabkan
permukaan oleh elit agama sehingga fenomena oleh berbagai persoalan sosial, dan hampir
yang tampak setiap terjadi konflik berbau agama semua konflik sosial yang terjadi di tanah air
lebih berbentuk jihad agama “perang suci” selalu dikaitkan dengan agama. Kenyataan ini
untuk memperjuangkan dan membela agama. menunjukkan bahwa agama rentan konflik
Penggunaan label agama telah dijadikan alat dan mudah ditunggangi berbagai kepentingan.
pertikaian, sehingga menimbulkan perseteruan Disebutkan oleh Weber (1995) fenomena
dan memperburuk iklim kerukunan antarumat munculnya konflik tidak sekedar disebabkan
beragama. Ada kecenderungan agama dijadikan oleh ketimpangan sumber daya ekonomi atau
alat untuk “meningkatkan” dan “membenarkan” produksi saja, namun konflik terjadi dengan cara
pertikaian. jauh lebih luas dari hal-hal tersebut. Walaupun
Asal mula kerusuhan Situbondo yang terjadi demikian ia juga mengakui bahwa sumber daya
pada 10 Oktober 1996, berawal dari persidangan ekonomi merupakan ciri dasar kehidupan sosial.
kasus Soleh. Mohammad Soleh (beragama Dengan demikian faktor kesenjangan ekonomi
Islam) adalah seorang pemuda berusia 20 bisa menjadi salah satu masalah yang dapat
tahun dituduh menyebarkan ajaran sesat dan menimbulkan terjadinya pertikaian atau konflik
melakukan penghinaan terhadap ajaran Islam dalam masyarakat. Konflik atau kerusuhan
dan terhadap K.H.R. As’sad Syamsul Arifin tidak pernah membawa keuntungan apa-apa,

190
Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)
Retnowati

sebaliknya hanya menuai kerugian baik material belum banyak penelitian tentang integrasi sosial
maupun non-material. Kerugian non-materi pasca konflik menyangkut kehidupan umat
berupa trauma, permusuhan, kecurigaan dan beragama, khusunya yang terjadi di Jawa Timur.
stereotype negatif terhadap kelompok tertentu Beberapa kajian terkait dengan topik konflik dan
merupakan masalah terbesar yang perlu segera integrasi sosial telah dilakukan oleh beberapa
atasi, agar konflik atau kerusuhan yang terjadi orang, namun sejauh ini belum ada hasil-hasil
tidak berkepanjangan. penelitian yang menjelaskan tentang integrasi
sosial pasca konflik. Penelitian Tahalele Paul
Konflik Situbondo telah menyisakan
dan Timas Santoso (editor) (1995), berjudul
kehancuran, korban jiwa dan retaknya hubungan
“Beginikah Kemerdekaan Kita” yang diterbitkan
antarumat beragama, dalam hal ini Islam dan
oleh FKKS-FKKI, berisi tentang peristiwa konflik
Kristen. Setelah konflik berhasil diakhiri, telah
di Situbondo. Tulisan ini menjelaskan tentang
dilakukan upaya-upaya kerjasama antarkedua
sebab-sebab atau latar belakang terjadinya
umat beragama yang terlibat konflik. Umat
konflik, namun tidak menjelaskan upaya
beragama, dengan dipelopori oleh pimpinan
integrasi yang dilakukan oleh warga masyarakat
agama Islam dan Kristen berupaya melakukan
dan umat beragama Islam dan Kristen pasca
pemulihan dengan berbagai cara, di antaranya
konflik. Selanjutnya tulisan Haryanto (1998)
melalui pertemuan-pertemuan rutin, sarasehan,
berjudul “Melangkah dari Reruntuhan Tragedi
dialog, dan diskusi dalam rangka mencari solusi
Situbondo” mendeskripsikan masyarakat dan
dan langkah-langkah bersama untuk membangun
gambaran umum kota Situbondo sebagai kota
kerjasama dan persaudaraan pasca konflik. Selain
santri yang memiliki sejumlah pesantren besar
itu upaya-upaya integrasi juga dilakukan oleh
dan ternama di Indonesia. Dijelaskan pula
Islam dan Kristen, yakni membuat kesepakatan
peran kiai dalam masyarakat dan sebagainya.
perdamaian, diteruskan dengan kerjasama
Penelitian yang ditulis dalam Majalah Gatra,
sosial kemanusiaan. Kerjasama tersebut bersifat
(1997). Berjudul “Akar Rumputnya Harus
konstan, yaitu kerjasama sosial berupa pelatihan-
Ditemukan”, berupa hasil wawancara dengan
pelatihan komputer, bahasa Inggris, pelayanan
Baharrudin Daya, yang berisi tentang perlunya
kesehatan, dan bazar murah di bulan Ramadhan.
mencari akar rumput setiap terjadi konflik
Kerjasama tersebut bertujuan untuk melayani
dalam masyarakat. Dalam kasus Situbondo
warga masyarakat Situbondo. Hal ini sejalan
Baharrudin menjelaskan perlunya menemukan
dengan apa yang dikatakan Usman (1995) dalam
penyebab konflik agar penyelesaian konflik
tulisannya tentang integrasi sosial. Integrasi bisa
dapat dilakukan secara tepat. Tim Pencari Fakta
saja hidup bersebelahan dengan konflik, bahkan
Forum Komunikasi Kristen Indonesia (1997)
melalui konflik keseimbangan hubungan dapat
menyajikan hasil penelitian yang berisi tentang
ditata dan diciptakan kembali. Konsep yang
data-data infrastruktur yang telah rusak akibat
ditawarkan tersebut mengisyaratkan bahwa
konflik Situbondo. Data-data tersebut meliputi
integrasi tercipta melalui sebuah proses, melalui
jumlah bangunan yang rusak yaitu, gereja,
interaksi dan komunikasi yang intensif. Dalam
panti asuhan, sekolah, klenteng, toko, gedung
hal ini pihak yang terlibat konflik berintegrasi
bioskop, kendaraan, dan korban jiwa. Interfidai
membangun sosial networks dalam suatu unit
menulis Laporan Survei kerusuhan di Situbondo
sosial yang relatif kohesif.
(1996) yang berisi survei ringan saat terjadinya
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kerusuhan/konflik di Situbondo. Tulisan
bagaimana institusi agama dan umat beragama ini mendeskripsikan kehidupan sosial dan
Islam dan Kristen mengupayakan penyelesaian keagamaan masyarakat Situbondo dan peran
konflik dan membangun integrasi pasca konflik. pemimpin agama, khususnya pimpinan agama
Masalah ini penting untuk dikaji mengingat Islam dalam hal ini ulama.

191
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

Tulisan-tulisan di atas pada umumnya dalam peelitian ini pertama, bagaimana umat
memberi informasi data-data terkait dengan beragama Islam dan Kristen membangun integrasi
kehidupan sosial, ekonomi dan agama masyarakat sosial pasca konflik. Kedua, bagaimana peran
Situbondo dan kronologis terjadinya konflik, agama dalam upaya mewujudkan integrasi sosial.
namun tidak menjelaskan upaya penyelesaian
Untuk menjelaskan penelitian ini, penulis
konflik dan integrasi pasca konflik. Untuk mengisi
menggunakan teori yang dikembangkan oleh
kekosongan tersebut maka penelitian tentang
Weber. Weber dan kaum Weberian (dalam
agama, konflik dan integrasi sosial pasca konflik,
Sanderson,1995) menyatakan fenomena
Situbondo dilakukan. Kajian ini diharapkan dapat
munculnya konflik tidak sekedar disebabkan oleh
memberi informasi, masukan dan menjelaskan
ketimpangan sumber daya ekonomi atau produksi
hubungan antarumat beragama di Situbondo
saja sebagaimana yang disinyalir oleh berbagai
pasca konflik dan upaya-upaya penyelesaian
pihak selama ini. Dalam hal ini Weber (1995)
konflik dalam rangka mewujudkan integrasi
menekankan bahwa konflik terjadi dengan cara
pasca konflik. Penelitian ini penting dilakukan
jauh lebih luas dari hal-hal tersebut. Walaupun
bertujuan memberi informasi kepada umat
demikian ia juga mengakui bahwa sumber daya
dan pimpinan agama terkait dengan dinamika
ekonomi merupakan ciri dasar kehidupan sosial.
kehidupan beragama di tengah masyarakat,
Weber (1995) melihat banyak tipe-tipe konflik
agar melalui kajian ini umat pimpinan agama
yang terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini
mengupayakan hubungan antarumat beragama
ia membedakan dua tipe konflik. Pertama,
yang lebih baik dan mewaspadai kemungkinan-
konflik dalam arena politik. Konflik ini tidak
kemungkinan dijadikannya agama sebagai “alat”
hanya didorong oleh nafsu untuk memperoleh
untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang
kekuasaan atau keuntungan ekonomi oleh
dapat menimbulkan konflik yang merugikan
sebagian individu atau kelompok. Dikatakan
kehidupan beragama. Selain itu kajian ini juga
Weber (1995) konflik tipe ini tidak hanya terjadi
diharapkan dapat memberi informasi tentang
pada organisasi politik formal, tetapi juga dalam
upaya-upaya peneyelesaian konflik dan upaya
setiap tipe kelompok, organisasi keagamaan dan
membangun integrasi yang dilakukan oleh umat
pendidikan. Kedua, konflik dalam hal gagasan
beragama di Stubondo dan dapat digunakan
dan cita-cita. Konflik tipe ini ditekankan pada
di tempat-tempat lain apabila mengalami
individu atau kelompok yang tertantang untuk
kasus yang sama. Dengan demikian kajian ini
memperoleh dominasi dalam pandangan dunia
diharapkan tidak saja penting untuk memahami
mereka, baik yang menyangkut doktrin agama,
konflik di Situbondo, namun juga penting bagi
doktrin nilai budaya, filsafat sosial, ataupun
pemberian informasi baru yang dapat digunakan
konsepsi gaya hidup kultural. Dengan demikian
umat beragama, dalam hal ini Islam dan Kristen
di samping kesenjangan ekonomi masih banyak
dan institusi agama untuk terus mengupayakan
faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya
kerjasama diberbagai bidang kehidupan. Kajian
konflik dalam masyarakat. Robertson (1998)
ini juga penting bagi institusi agama untuk
menjelaskan, konflik dapat pula ditimbulkan oleh
mewujudkan fungsinya sebagai kontrol sosial
agama. Pendapat ini ditegaskan oleh Dhurkhem
sekaligus penjamin terjadinya integrasi sosial
(dalam Johnson, 1986) yang mengatakan sumber-
dan solidaritas di tengah masyarakat majemuk,
sumber ketegangan dalam masyarakat pada
sehingga kehadiran institusi agama, pemimpin
dasarnya berkembang dari heterogenitas dan
dan elitnya dapat menjadi model, creator dan
individualitas yang semakin besar. Heterogenitas
teladan dalam hal mengupayakan kerukunan dan
yang tinggi ini dapat mengendorkan ikatan
integrasi sosial.
bersama yang mempersatukan warga masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Dalam hal ini individu mulai mengidentifikasikan
maka masalah penelitian yang hendak dijelaskan dirinya dengan kelompok yang lebih terbatas

192
Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)
Retnowati

dalam masyarakat, seperti kelompok pekerjaan, saling tergantung antara bagian atau unsur yang
profesi, etnis, ras dan agama. Ketika setiap orang tergantung dalam masyarakat. Dalam hal ini
atau kelompok mengejar kepentingannya sendiri Durkheim menekankan pembagian kerja dengan
entah itu agama, etnis, ras dengan merugikan tidak saja mempertimbangkan faktor ekonomi
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, melainkan juga faktor moral. Sementara itu
maka kemungkinan terjadi konflik akan lebih Cooley (David 1972:381) membedakan integrasi
besar (Johnson, 1986:169). atas dua kategori. Pertama, integrasi normatif,
Dalam setiap konflik mengakibatkan merupakan tradisi baku masyarakat untuk
kekacauan dalam kehidupan sosial. Masyarakat membentuk kehidupan bersama bagi mereka
terpecah-pecah dalam kelompok-kelompok atau yang mengikatkan diri dalam kebersamaan itu.
golongan-golongan yang mengancam kehidupan Kedua, integrasi komunikatif yaitu, komunikasi
bersama. Oleh sebab itu dibutuhkan upaya efektif hanya dapat dibangun bagi mereka
penyatuan bagi masyarakat yang terpecah akibat yang memiliki sikap yang saling tergantung
konflik. Mas’oed (1991:2) menjelaskan secara dan mau diajak kerjasama menuju tujuan yang
umum integrasi bisa diberi arti sebagai kondisi dikehendaki. Ketiga, integrasi fungsional, hanya
atau proses mempersatukan bagian-bagian akan terwujud bila anggota sungguh menyadari
yang sebelumnya saling terpisah. Proses ini fungsi dan perannya dalam kebersamaan itu.
berjalan melalui tahapan yang dilalui, merupakan Lebih jauh Karsidi (1998:116) menggambarkan
landasan bagi terselenggarakannya tahapan beberapa syarat bagi masyarakat heterogen
berikutnya. Sementara itu Karl Deutch (1957) untuk dapat mencapai integrasi. Dikatakan di
mengatakan integrasi harus berjalan secara damai sini bahwa integrasi hanya terjadi bila pertama,
dan berlangsung secara sukarela. Ia memandang anggota masyarakat merasa tidak dirugikan
integrasi sebagai unit-unit yang sebelumnya bahkan keuntungan akan diperoleh lebih besar.
terpisah kemudian mampu menciptakan Kedua, adanya penyesuaian paham tentang
hubungan-hubungan independensi dan secara norma. Artinya tantangan dan bagaimana harus
bersama menghasilkan unsur-unsur suatu bertingkah laku untuk mencapai tujuan dalam
sistem yang tidak bisa mereka hasilkan ketika masyarakat. Ketiga, norma yang berlaku harus
mereka saling terpisah. Durkheim (Johnson, konsisten, untuk membentuk suatu struktur yang
1986:181-188) dalam studi tentang integrasi jelas. Integrasi sosial terjadi harus melalui tiga
sosial menjelaskan bahwa integrasi sosial dapat (3) tahapan. Pertama, akomodasi, merupakan
terwujud jika terjadi saling ketergantungan upaya para pihak yang berbeda pendapat
antara bagian yang terspesialisasikan. Dalam hal atau bertentangan untuk mencari pemecahan
ini solidaritas didasarkan atas kesamaan dalam masalah atau upaya mempertemukan perbedaan
kepercayaan dan nilai saling tergantung secara atau pertentangan atau upaya menyelesaikan
fungsional dalam masyarakat yang heterogen. perbedaan melalui koordinasi. Kedua, Koordinasi
Kesamaan dalam kepercayaan dan nilai ini akan merupakan perwujudan suatu bentuk kerjasama.
memberi kesadaran kolektif untuk menciptakan Ketiga, asimilasi atau akulturasi merupakan
kesatuan. Durkheim (dalam David, 1972:382) kontak kebudayaan yang berlainan atau
membedakan integrasi sosial atas dua kategori. pertemuan dua kebudayaan yang lebih baik.
Pertama, integrasi normatif dalam perspektif Dalam membangun nilai harmoni akan ditemukan
budaya. Integrasi ini menekankan solidaritas tahapan ini atau dengan kata lain terdapat relasi
mekanik yang terbentuk melalui nilai dan saling tergantung sehingga masing-masing pihak
kepercayaan membimbing masyarakat dalam menyadari perannya. Dalam proses ini tidak ada
mencapai sukses. Kedua, integrasi fungsional in group (kita) dan out group (mereka), keduanya
dengan menekankan pada solidaritas organik, memiliki peran yang sama dalam membangun
yaitu solidaritas yang terbentuk melalui relasi kehidupan yang lebih baik.

193
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

Sunyoto Usman (1995), menyebutkan Dalam konsep masyarakat yang demikian ini
integrasi adalah suatu proses ketika kelompok- ada makna kesatuan antara kebinekaan atau
kelompok sosial tertentu dalam masyarakat keanekaan (diversity) dan kekhasan atau
saling memelihara dan menjaga keseimbangan kekhususan (uniquenness). Menurut Ginandjar
untuk mewujudkan kedekatan hubungan sosial, “apa yang menjadi kesamaan (what is Common
ekonomi dan politik. Dalam konteks tersebut to all) merupakan pertanyaan mendasar setiap
integrasi bukanlah untuk menghilangkan kali terjadi hubungan yang saling bergantung
diferensiasi, karena yang terpenting adalah atau kerjasama yang berintikan situasi simbiosis
kesadaran untuk memelihara dan menjaga yang mutualistis. Situasi simbiosis yang
keseimbangan untuk menciptakan hubungan mutualistis itu akan dapat tercipta bila elemen-
sosial yang harmonis. Menurut Usman, integrasi elemen sosial bisa disatukan hingga membentuk
merupakan bentuk kontradiktif dari konflik, suatu kekuatan yang bersifat sinergis. Kekuatan
namun meskipun demikian integrasi dan konflik sinergis itu lahir dari proses interaksi sosial yang
bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. berlangsung secara intensif di dalam dan diantara
Karena integrasi bisa saja hidup bersebelahan unit-unit sosial yang ada dalam masyarakat,
dengan konflik, bahkan melalui konflik apakah itu keluarga, kelompok, asosiasi, golongan
keseimbangan hubungan dapat ditata dan masyarakat (etnis dan agama) dan sebagainya.
diciptakan kembali. Konsep yang ditawarkan Dalam hal ini proses interaksi sosial baik yang
tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi vertikal maupun horizontal menjadi penting.
tercipta melalui proses interaksi dan komunikasi Pada interaksi vertikal antara pemerintah dan
yang intensif. Kelompok-kelompok sosial yang masyarakat harus dikembangkan dari poros
berintegrasi membangun sosial networks dalam “kekuasaan” menjadi poros “pemberdayaan”.
suatu unit sosial yang relatif kohesif. Prasyarat Interaksi ini harus dikembangkan menjadi
integrasi yang ditawarkan oleh Usman, pertama, interaksi dialogis. Sedangkan interaksi horizontal
kesepakatan sebagian besar anggotanya harus dikembangkan menjadi interaksi
terhadap nilai-nilai sosial tertentu yaitu bersifat solidaritas dan kemitraan. Dengan terciptanya
fundamental. Kedua, saling ketergantungan situasi demikian maka diharapkan tidak ada lagi
di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dikotomi yang membedakan antara penduduk
dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. asli dan penduduk pendatang.
Memang diakui bahwa akibat adanya perbedaan
dalam pemilikan dan penguasaan sumber daya Metode Penelitian
ekonomi dapat melibatkan terjadinya stratifikasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
sosial berdasarkan kelas kaya, menengah, adalah kualitatif dengan pemdekatan naturalistik
dan miskin. Akan tetapi dengan model dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan
pembangunan masyarakat yang menekankan data dilakukan di Kabupaten Daerah Tingkat
saling ketergantungan ekonomi dapat mencegah II Situbondo, dengan menggunakan tehnik
kemungkinan tumbuhnya eksploitasi kelompok wawancara mendalam (indepth interview),
kaya terhadap kelompok miskin, karena masing- pengamatan terlibat (observation participant)
masing kelompok berpendapatan terspesialisasi dan studi dokumen. Dalam pelaksanaannya
secara fungsional, sehingga ciri diferensiasi tidak ketiga metode pengumpulan data tersebut tidak
terlalu sukar diseimbangkan. dipergunakan secara terpisah satu dengan yang
Masyarakat sebagai konsep sosial lainnya melainkan dipergunakan secara simultan.
menggambarkan berkumpulnya manusia Analisis dilakukan melalui kegiatan
atas dasar sukarela, yang tidak harus terjadi klarifikasi data yang telah berhasil dikumpulkan
secara fisik tetapi juga berupa keterikatan dan dari berbagai sumber berdasarkan unsur-unsur
keterkaitan batiniah (Kartasasmita, 1997:7). fenomenologi seperti data pola-pola interaksi

194
Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)
Retnowati

antarumat beragama, hubungan-hubungan sosial saling terpisah. Proses ini berjalan melalui
antarumat beragama dan data-data penting tahapan yang dilalui bersama, merupakan
lainnya. Data yang sudah diklarifikasikan dibantu landasan bagi terselenggarakannya tahapan
dengan teori-teori kemudian direkonstruksi berikutnya. Beberapa gereja Kristen dan Katolik
dengan pendekatan kualitatif ke dalam sebuah juga gereja-gereja lain beraliran Pentakosta,
diskripsi yang kemudian di analisis hingga pondok pesantren dan pimpinan agama Islam
memungkinkan untuk diambil kesimpulan. dan Kristen mempunyai peran yang sangat
besar dalam upaya pemulihan dan membagun
hasil dan PeMbahasan integrasi dalam masyarakat pasca konflik. Seperti
Upaya Menangani Konflik dan Peran Umat misalnya, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
Beragama dalam Membangun Integrasi mempunyai peran yang cukup besar dalam
Konflik sosial bernuansa agama di upaya penyelesaian konflik dan dalam menjalin
Situbondo dapat diakhiri oleh umat beragama hubungan kerjasama dengan beberapa Pondok
yang didukung oleh pimpinan agama. Upaya Pesantren di Situbondo. Hubungan kerjasama
menangani konflik dilakukan dengan cara ini tidak hanya terjadi secara temporer, tetapi
menghentikan massa yang brutal melalui kiai bersifat konstan. Relasi antara GKJW dengan
pimpinan pondok pesantren yang dituakan dan beberapa pondok pesantren bukan terbatas pada
dihormati di Situbondo. Kiai meminta massa hubungan formalitas saja, namun lebih pada
untuk menghentikan pengrusakan dan tindakan hubungan pribadi, hubungan persaudaraan
brutalnya. Perintah itu didengar massa dan dengan para santri, kiai dan ulama di Situbondo.
akhirnya kerusuhan dapat diakhiri. Secara Hubungan kerjasama ini merupakan upaya untuk
demogafis Islam menduduki tempat mayoritas mengakhiri konflik dan membangun integrasi.
di Situbondo. Masyarakat Situbondo dikenal Menurut Usman, integrasi merupakan bentuk
mempunyai sifat fanatisme religius yang kuat. kontradiktif dari konflik, namun meskipun
Hal tersebut ditandai dengan ketaatan yang besar demikian integrasi dan konflik bukanlah dua hal
warga masyarakat pada ulama sebagai pemegang yang harus dipertentangkan. Karena integrasi
otoritas di masyarakat. Kehidupan masyarakat bisa saja hidup bersebelahan dengan konflik,
Situbondo ditandai dengan sentralnya pengaruh bahkan melalui konflik keseimbangan hubungan
otoritas ulama. Secara struktural kokohnya dapat ditata dan diciptakan kembali. Konsep
pengaruh ulama tidak dapat dilepaskan yang ditawarkan tersebut mengisyaratkan bahwa
dari perannya sebagai cultural broker yaitu, integrasi tercipta melalui proses interaksi dan
kemampuan untuk menghubungkan tatanan komunikasi yang intensif. Kelompok-kelompok
keagamaan dengan faktor lokal. Kiai atau ulama sosial yang berintegrasi membangun sosial
sering disebut sebagai agent of change dalam networks dalam suatu unit sosial yang relatif
masyarakat. Berpusat dari peran Kiai sebagai kohesif. Komunikasi yang efektif tersebut telah
guru dan ahli agama, maka para ulama seringkali dilakukan oleh warga gereja, dalam hal ini Gereja
memainkan peran penting dalam kehidupan Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan komunitas
sosial dan politik. Pesantren dan umat Islam di Situbondo.
Pasca konflik Situbondo umat beragama telah Beberapa upaya lain yang ditempuh oleh
berhasil membangun integrasi atas dukungan Islam dan Kristen untuk membangun integrasi
pimpinan atau tokoh agama baik Islam maupun dalam masyarakat yaitu dengan dilakukannya
Kristen. Penyelesaian konflik dapat dilakukan pertemuan dan sarasehan-sarasehan secara
dalam waktu yang relatif singkat. Mas’oed rutin oleh Pendeta, Pastor dan Kiai, dalam
(1991:2) menjelaskan secara umum integrasi rangka membicarakan masalah-masalah sekitar
bisa diberi arti sebagai kondisi atau proses kehidupan beragama. Selanjutnya juga dilakukan
mempesatukan bagian-bagian yang sebelumnya langkah-langkah bersama untuk membuat

195
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

kesepakatan perdamaian dan kerjasama solidaritas didasarkan atas kesamaan dalam


kemanusiaan. Menarik, karena pemulihan kepercayaan, nilai dan kultur. Penggunaan
hubungan ini tidak hanya berhenti pada tataran bahasa dalam hal ini bahasa Madura merupakan
elit agama saja, namun juga melibatkan umat simbol budaya yang telah memberi kesadaran
beragama secara keseluruhan. Warga gereja, kolektif untuk menciptakan kesatuan.
khususnya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
Selanjutnya saling ketergantungan di
melakukan berbagai kegiatan bersama dengan
bidang ekonomi dan pekerjaan antara etnis Cina
para santri seperti, live in baik di gereja maupun
(mayoritas beragama Kristen) dan etnis Madura
di pondok pesantren bertujuan saling belajar
(mayoritas beragama Islam) merupakan faktor
tentang Islam dan Kristen, membuat program
yang mempengaruhi terjadinya integrasi dalam
kegiatan bersama dan sebagainya. Sebagaimana
masyarakat. Yang menguasai distribusi ekonomi
yang dijelaskan oleh Karl Deutch (1957) integrasi
di Situbondo adalah etnis Cina sedangkan pribumi
harus berjalan secara damai dan berlangsung
bergerak di sektor informal, bekerja sebagai
secara sukarela, menciptakan hubungan-
buruh kasar, tukang becak, nelayan, pedagang
hubungan independensi dan secara bersama
kecil dan menjadi pegawai, pelayan toko milik
menghasilkan unsur-unsur suatu system yang
etnis Cina. Sebagaimana yang dikatakan Usman
tidak bisa dihasilkan bila hidup sendiri-sendiri.
(1995), kesadaran untuk saling membutuhkan
Integrasi pasca konflik Situbondo dapat dan hubungan saling tergantung merupakan
diwujudkan relatif cepat karena didukung oleh kekuatan integratif dari kelompok atau
nilai-nilai yang sama dalam masyarakat. Bahasa masyarakat yang mengalami pertikaian. Dalam
sebagai simbol budaya menjadi salah satu faktor kasus Situbondo hubungan saling tergantung
perekat sosial. Kesamaan penggunaan bahasa secara fungsional antara etnis Cina dengan
Madura sebagai bahasa lokal, bahasa ibu dalam Madura terjadi pada bidang pekerjaan. Hal ini
pergaulan dan komunikasi warga masyarakat terjadi pada pemilik toko atau swalayan beretnis
sehari-hari merupakan alat yang mempersatukan Cina yang sangat membutuhkan karyawan-
warga masyarakat yang berbeda agama. Bahasa karyawan untuk bekerja di toko maupun usaha-
mempunyai kekuatan integratif untuk melakukan usaha dagang lainnya. Lapangan pekerjaan
interaksi antara satu kelompok dengan kelompok sebagai karyawan, pelayan toko, pegawai yang
lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Kesamaan ditawarkan oleh etnis Cina disambut positif
dalam pemakaian bahasa lokal dalam hal ini oleh warga masyarakat pribumi, dalam hal ini
Madura telah menciptakan hubungan yang etnis Madura. Saling ketergantungan dibidang
saling berdekatan antara warga masyarakat yang ekonomi ini telah menjadi salah satu kekuatan
berbeda agama dan etnis. Berkomunikasi dengan integratif dalam masyarakat. Berkaitan
bahasa lokal sangat mempengaruhi kedekatan dengan ketergantungan di bidang ekonomi ini
emosi dalam pergaulan dalam masyarakat sesungguhnya jauh sebelum terjadi konflik,
Situbondo. Di kota-kota lain yang berdekatan hubungan saling tergantung ini sudah lama terjadi
dengan Situbondo seperti Jember, Kraksaan dalam masyarakat. Perekonomian masyarakat
dan Probolinggo dan sekitarnya, meskipun Situbondo banyak didukung oleh etnis Cina
bahasa Madura digunakan tetapi bukan sebagai sebagai pemilik toko sembako, percetakan, toko
bahasa yang digunakan dalam kehidupan bahan-bahan bangunan, rumah makan dsb,
sehari-hari, penggunaan bahasa dalam hal sementara itu warga pribumi, etnis Madura
ini bahasa Madura telah membedakan dan bekerja atau menjadi karyawan pada etnis Cina.
sekaligus menjadi identitas kultural masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari hubungan kerja
Situbondo, sekaligus menjadi kekuatan integratif antara etnis Madura dan etnis Cina berlangsung
masyarakat. Durkheim (Johnson, 1986:181-188) secara harmonis. Agama tidak menjadi
dalam studi tentang integrasi sosial menjelaskan, penghalang dalam hubungan kerja, justru terjadi

196
Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)
Retnowati

toleransi terhadap agama lain, misalnya etnis secara fungsional, sehingga ciri diferensiasi tidak
Cina Kristen menyediakan tempat salat dan atau terlalu sukar diseimbangkan (Usman,1995: 23).
mushala bagi karyawan yang beragama Muslim
Selain saling ketergantungan di bidang
sehingga mereka bisa melakukan salat pada
ekonomi, dilakukan juga hubungan-hubungan
waktu-waktu tertentu. Dukungan ekonomi juga
sosial melalui berbagai kegiatan-kegiatan sosial
diberikan oleh Etnis Cina, beragama Kristen
dan keagamaan. Kegiatan yang dilakukan
atau Katolik terhadap warga masyarakat dengan
oleh keluarga, kegiatan agama dan sosial
menyediakan kupon potongan harga sebesar
kemasyarakatan menguatkan solidaritas dan
20% bagi para konsumen. Dalam hal ini semua
integrasi dalam masyarakat. Masyarakat sebagai
anggota NU, santri, kiai dan warga masyarakat
konsep sosial menggambarkan perkumpulan
Situbondo umumnya mempunyai kartu potongan
manusia atas dasar sukarela yang tidak harus
untuk keperluan berbelanja di swalayan milik
terjadi secara fisik, tetapi juga keterikatan dan
etnis Cina. Hubungan fungsional yang terjadi
keterkaitan secara batiniah (Kartasasmita,1997).
di Situbondo ini menjadi sarana perekat sosial
Dalam konsep masyarakat yang demikian
dalam masyarakat, sebagaimana yang dijelaskan
ada makna kesatuan antara kebinekaan
Usman (1995). Integrasi tercipta melalui
atau keanekaan (diversity), kekhasan atau
proses interaksi dan komunikasi yang intensif.
kekhususan (uniquenness). Dalam konteks
Kelompok-kelompok sosial yang berintegrasi
Situbondo hubungan yang saling bergantung
membangun sosial networks dalam suatu unit
atau kerjasama berintikan situasi simbiosis
sosial yang relatif kohesif. Saling ketergantungan
yang mutualistis terjadi pada warga masyarakat
diantara unit-unit sosial yang terhimpun di
sebagai elemen-elemen sosial yang disatukan
dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
hingga membentuk satu kekuatan yang bersifat
dapat menciptakan integrasi sosial. Situasi
sinergis. Kekuatan sinergis tersebut lahir dari
simbiosi yang mutualistis itu akan dapat tercipta
proses interaksi sosial yang berlangsung secara
bila elemen-elemen sosial bisa disatukan hingga
intensif di dalam dan di antara unit-unit sosial
membentuk suatu kekuatan yang bersifat
yang ada dalam masyarakat, seperti keluarga,
sinergis. Kekuatan sinergis itu lahir dari proses
kelompok asosiasi, golongan masyarakat, etnis,
interaksi sosial yang berlangsung secara intensif
agama dan sebagainya. Pasca konflik telah
di dalam dan diantara unit-unit sosial yang ada
dilakukan berbagai kegiatan bersama oleh umat
dalam masyarakat.
beragama Islam dan Kristen, baik kegiatan
Prasyarat integrasi seperti yang ditawarkan sosial, kegiatan pemerintahan, maupun kegiatan
oleh Usman (1995) di antaranya saling keagamaan. Kegiatan sosial dilakukan dengan
ketergantungan di antara unit-unit sosial yang menyelenggarakan bazar murah setiap bulan
terhimpun di dalamnya untuk memenuhi Ramadhan. Warga masyarakat Situbondo dan
kebutuhan ekonomi sudah dilakukan di sekitarnya dapat berbelanja kebutuhan sehari-
Situbondo. Memang diakui bahwa akibat adanya hari dan kebutuhan lain seperti baju, sandal,
perbedaan dalam pemilikan dan penguasaan sepatu dan sebagainya dengan harga yang relatif
sumber daya ekonomi dapat melibatkan murah dibanding dengan harga toko. Barang-
terjadinya stratifikasi sosial berdasarkan (kaya, barang dan kebutuhan pokok itu merupakan
menengah, miskin). Akan tetapi dengan model hasil dari sumbangan, donatur, dan partisipasi
pembangunan masyarakat yang menekankan berbagai pihak, yang dihimpun oleh panitia yang
saling ketergantungan ekonomi dapat mencegah terdiri dari umat beragama Islam dan Kristen.
kemungkinan tumbuhnya eksploitasi kelompok Sumbangan tersebut bisa datang dari umat
kaya terhadap kelompok miskin, karena masing- beragama apapun, dari gereja, pondok pesantren,
masing kelompok berpendapatan terspesialisasi dan sumbangan perorangan.

197
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari maupun duniawi selalu meminta doa restu dari
warga masyarakat mempunyai tradisi tolong- Kiai. Mereka biasanya pada kiai untuk mohon
menolong ketika menghadapi kesulitan dan restu (mohon berkah) dan nasehat apabila
kerepotan-kerepotan dalam keluarga. Tradisi mengalami persoalan. Warga masyarakat yang
tolong menolong biasa dilakukan warga datang kepada kiai bukan saja umat Muslim,
masyarakat yang sedang mempunyai hajatan. namun umat Kristen. Tradisi silaturahi yang
Untuk urusan tolong-menolong atau gotong- melekat dalam masyarakat ini menjadi kekuatan
royong etnis Madura sebagai mayoritas penduduk integratif dalam masyarakat yang sudah
Situbondo menjadi pelopornya. Etnis Madura dilakukan sebelum terjadi konflik dan lebih
yang didukung karakter suka bergaul, terbuka ditingkatkan lagi pasca konflik.
dan mudah akrab dengan orang lain tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan Upaya Penanganan Konflik dan Peran
ini. Selain itu etnis Madura juga dikenal sebagai Institusi Agama, Gereja dan Pesantren
etnis yang ringan tangan dan suka membantu dalam Membangun Integrasi
apabila ada kenalan, kerabat atau siapa saja Institusi atau lembaga agama, pimpinan
yang membutuhkan bantuannya. Menolong atau tokoh agama, pondok pesantren, dalam
tetangga atau kerabat yang sedang mengalami kapasitasnya masing-masing turut menyumbang
kesulitan atau sedang punya hajatan dilakukan terwujudnya perdamaian dan integrasi pasca
tanpa diminta. Mereka akan datang dengan konflik. Kultur agama Islam sangat mewarnai
sendirinya untuk memberi bantuan meskipun kehidupan masyarakat Situbondo, hal
kegiatan itu harus dilakukan selama dua sampai tersebut disebabkan karena peran NU, ulama
tiga hari. Bahkan mereka lebih memilih untuk dan pesantren sangat besar dan ternama di
tidak masuk bekerja demi membantu tetangga Situbondo. Bahkan beberapa buah pesantren
atau kerabat yang sedang mempunyai hajatan mempunyai pengaruh yang besar di masyarakat,
tanpa membedakan agama. Relasi dan hubungan seperti Pesantren Walisongo, Sletreng, Salafiah
sosial yang dijelaskan di atas merupakan bentuk Safiah dan sebagainya. Pesantren-pesantren ini
toleransi sosial sebagai salah satu upaya integrasi turut memberi power spiritual di Situbondo.
pasca konflik. Toleransi sosial yang dimaksud di Kiai sangat dihormati oleh orang Madura,
sini adalah bersedianya kedua belah pihak yang kedudukan kiai sama dengan penguasa karena
berbeda agama saling mengakui dan menghormati dianggap memiliki kekuatan spiritual. Dalam
pendirian satu sama lain. Indikatornya meli- sejarah Situbondo menyebutkan kekuatan
puti, menerima dan menghargai nilai-nilai, para kiai menjadi semakin terinstitusikan
pandangan, dan pendapat yang berbeda. Berbagai bersamaan dengan menebarnya tarekat dan
kegiatan keagamaan seperti, syukuran setelah pesantren-pesantren di masyarakat. Para kiai
pulang dari ibadah haji, perayaan Natal, Idul telah melestarikan dirinya bukan hanya sebagai
Fitri dsb menjadi sarana terjadinya silaturami pemimpin informal, tetapi juga sebagai institusi
antarumat beragama. Umat beragama non- kritis terhadap kekuasaan yang ada.
Islam di Situbondo sudah terbiasa berkunjung ke Dalam masyarakat kiai sebagai informal
pondok-pondok pesantren untuk bersilaturahmi leader kerap diberi kepercayaan oleh pemerintah
dengan kiai. Sebagaimana dijelaskan di atas sebagai salah satu pembawa pesan-pesan
bahwa peranan Kiai sangat besar dan dihormati pembangunan untuk masyarakat. Program-
oleh masyarakat Situbondo. Menjadi sebuah program pemerintah dapat berhasil 100%
kewajiban yang melekat dalam warga masyarakat dan mendapat dukungan penuh dari warga
berkunjung ke rumah kediaman kiai setiap hari masyarakat apabila telah direstui dan didukung
raya Idul Fitri. Ketika warga masyarakat memiliki oleh kiai. Peran ulama di bidang keagamaan
suatu kepentingan baik yang bersifat ukhrawi tidak dapat dipisahkan dengan peran mereka

198
Agama, Konflik, dan Integrasi Sosial (Integrasi Sosial Pasca Konflik, Situbondo)
Retnowati

di tengah masyarakat. Berpusat dari perannya di bidang sosial. Dalam hal ini umat Islam dan
sebagai guru dan ahli agama para ulama di Kristen merupakan elemen-elemen sosial yang
Situbondo seringkali memainkan peran penting telah disatukan hingga membentuk satu kekuatan
dalam kehidupan sosial dan politik. Nasehat dan yang bersifat sinergis.
petunjuknya sangat didengar dan diperhatikan
oleh seluruh warga masyarakat sehingga ketika daftar Pustaka
terjadi kerusuhan di Situbondo, peran kiai untuk Bilken, Sari Knopp.1991. Metodologi Penelitian
turut menghentikan konflik sangat besar, sebab Kualitatif Lebih Menjamin Masalah Sosial
perintah-perintahnya mempunyai kewibawaan di Indonesia. Kompas 15 Juni 1998.
sekaligus karisma untuk dipatuhi oleh umat Islam
Bogdan, Robert C and Biklen, Sari Knopp. 1982.
khususnya dan masyarakat Situbondo umumnya.
Qualitative Research for Education. Boston
Penjelasan di atas hendak menunjukkan peran
Allyn and Bacon Inc.
penting institusi agama, gereja, pondok pesantren
dan pimpinan agama di Situbondo dalam upaya Burhanudin dalam Gatra. 1997. Akar Rumputnya
menghentikan konflik dan membangun integrasi Harus Ditemukan. Tanpa Penerbit.
pasca konflik.
Dahrendorf, Ralf. Terjemahan Ali Mandan. 1986.
Konflik-konflik dalam masyarakat Industri.
PenutuP
Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Penelitian integrasi sosial pasca konflik sosial
bernuansa agama di Situbondo, menjelaskan Deutsch, Karl. 1957. Political Community and
upaya-upaya menangani konflik dan membangun The North Atlantic Area. Dalam Mohtar
integrasi dalam masyarakat pasca konflik yang Ma’oed 1992. Handouts. Dalam hubungan
dilakukan oleh umat beragama, dalam hal ini Internasional PS Ilmu Sosial dan Politik
Islam dan Kristen. Hubungan yang harmonis, Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
kohesi, integrasi sosial dalam masyarakat yang Haryanto (ed). 1998. Melangkah dari Reruntuhan
melibatkan umat beragama tidak datang begitu “Tragedi Situbondo”. Jakarta: Gramedia.
saja, tetapi membutuhkan usaha dan kemauan
Hass, Erns. 1971 The Study Regional Integration,
semua pihak untuk mewujudkannya. Penelitian
dalam Mohtar Mas’oedd. Handouts “Dunia
ini menjelaskan bahwa upaya menghentikan
Ketiga dan Politik”. Program Pascasarjana
konflik dan kerjasama yang dilakukan oleh
UGM, Yogyakarta.
umat beragama pasca konflik telah berhasil
dilakukan atas dukungan semua pihak yang Hendropuspito, OC. 1984. Sosiologi Agama.
dipelopori oleh elit dan pimpinan agama, kiai Jakarta: BPK Gunung Mulia.
dan tokoh-tokoh agama yang datang baik dari Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi
Situbondo maupun di luar Situbondo yang Klasik dan Modern Jilid I. Diindonesiakan
merasa ikut bertanggungjawab menyelesaikan oleh Robert MZ Lawang. Jakarta: Penerbit
masalah ini. Hubungan antarumat beragama Gramedia.
yang telah dipulihkan dilanjutkan dengan
Karsidi, Ravik. 1998. Masyarakat kompleks
kerjasama sosial yang melibatkan semua warga
Perumahan Industri dan Penduduk asli
masyarakat Situbondo, termasuk di dalamnya
desa sekitarnya. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial:
umat beragama Islam dan Kristen. Kegiatan
Pustaka Grafiti.
sosial kemanusiaan menjadi entry point dalam
mewujudkan persaudaraan sejati pasca konflik. Mas’oed, Mohtar. 1991. Politik dan Pemerintahan
Kesepakatan sebagian besar umat beragama di Asia Tenggara. PS Ilmu Sosial dan Ilmu
terhadap nilai-nilai sosial tertentu yang bersifat Politik. Program Pasca Sarjana UGM.
fundamental mendorong terwujudnya kerjasama Yogyakarta.

199
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 02 Desember 2014
halaman 189-200

Miles. Matthew B and Huberman, A Michael. Shills, David L. (ed) 1972. Internasional
1984. Qualitative Data Analysis. California: Encyclopedia of Social Sciences. Vol. 7,8. The
Sage Publication. MacMilllan Company and The Free Press.
New York Coller – Mc Millan Publishers.
Nasikun. 1995. Sisitem Sosial di Indonesia.
London.
Jakarta: Raja Grafindo Persedia.
Sunyoto, Usman. 1995. Integrasi dan Ketahanan
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistic
Nasional. Sumbangan sosial terhadap
Kualitatif. Badung: Tarsito.
ketahanan nasional, penyunting: Ichlasul
Pranowo, M Bambang. 1988. Stereotype Etnik, Amal dan Armaidy Armani. Gadjah Mada
Asimilasi dan Integrasi Sosial. Jakarta: University Press. Yogyakarta.
Grafika Kita.
Tahalele, Paul L dan Santoso, Timas (ed). 1997.
Robertson, Roland. 1988. Agama dalam Analisa Beginikah Kemerdekaan kita? Forum
dan Intrepetasi Sosiologis. Penerjemah Komunikasi Kristen.
Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: CV
Rajawali.

200

Anda mungkin juga menyukai